Download as odt, pdf, or txt
Download as odt, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Khumaidi, et al.

, Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…


Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…
Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas
Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2016
(Description of Implementation of Neonatal Services at Sukowono
Primary Health Center, Jember 2016)
Muhammad Khumaidi, Eri Witcahyo, Sri Utami
Bagian Administrasi Kebijakan dan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember 68121
e-mail: Khumaidi.muhammad@gmail.com

Abstract
Neonatal care is a service for children aged 0 - 28 days. The problem of child health was still very big and
infant mortality rate in Indonesia was still very high. Infant mortality rates in various regions vary widely
and quite high. 3/4 infant deaths occur in neonatal periods. Neonatal period is the most risky period of
health problems in infants therefore required good health care at that time. The Objectives of this study
was to describe the implementation of neonatal services in Primary Health Care which have high infant
mortality case. The study was qualitative method by case study design. Informant determination
technique uses purposive sampling. The informants of this study are head of family health and nutrition
section of District Health Office, Head of Primary Health Center, midwives, community leaders, health
cadres and mothers delivery at Primary Health Care. The results of in-depth interviews, observations and
documentation based on the theory of the system showed in service input, there were still shortcoming.
On the man component that was shortage of nurses, on material component, there was not media health
promotion and it was still lack of drugs, machine there was lack of tools in village maternity hut and the
method of implementation of activities not according to guidelines. Process implementation was not
optimal on socialization and counseling, newborn screening had not been implemented and referral was
still a constraint on the hospital that was often full. Neonate service output was not achieved because the
target was too high.
Keywords: Infant Mortality Rate and Neonatal Service

Abstrak
Pelayanan neonatus merupakan pelayanan untuk bayi usia 0 - 28 hari. Permasalahan kesehatan anak
masih sangat besar dan angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Angka kematian bayi
diberbagai daerah sangat bervariasi dan cukup tinggi. 3/4 kematian bayi terjadi pada masa neonatus.
Masa neonatus menjadi masa paling berisiko terhadap gangguan kesehatan pada bayi oleh karena itu
diperlukan pelayanan kesehatan yang baik pada masa itu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran pelaksanaan pelayanan neonatus di Puskesmas yang memiliki kasus kematian bayi yang
tinggi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Teknik penentuan
informan yang digunakan adalah purposive sampling. Informan penelitian ini adalah kepala seksi
kesehatan keluarga dan gizi masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten, Kepala Puskesmas, bidan, tokoh
masyarakat, kader kesehatan dan ibu yang melahirkan di Puskesmas. Hasil wawancara mendalam,
observasi dan dokumentasi berdasarkan teori sistem menunjukan dalam input pelayanan masih terdapat
kekurangan. Pada komponen man yaitu kekurangan tenaga perawat, komponen material tidak adanya
media promosi kesehatan dan masih kekurangan obat, machine terdapat kekurangan alat di Polindes
dan pada method yaitu pelaksanaan kegiatan belum sesuai pedoman. Proces pelaksanaan belum
optimal pada sosialisasi dan konseling, skrining bayi baru lahir sudah tidak dilaksankan dan rujukan
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…
masih terdapat kendala pada rumah sakit yang sering penuh. Output pelayanan neonatus tidak tercapai
karena target yang terlalu tinggi.
Kata Kunci : Angka Kematian Bayi dan Pelayanan Neonatus
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

Pendahuluan Berbagai studi menyebutkan banyak


faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR.
Menjamin kesehatan warganya Faktor pelayanan neonatal merupakan salah
merupakan tanggung jawab pemerintah sesuai satu faktor risiko yang sangat penting terhadap
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, kejadian BBLR dan kematian pada neonatus.
mulai dari anak-anak sampai lansia dan kaya Penelitian yang dilakukan Wati [3] menunjukan
atau miskin pemerintah wajib menjamin distribusi neonatal menunjukkan 48%
tersedianya pelayanan kesehatan. Menjaga Neonatal merupakan kelompok BBLR yang
kesehatan harus dilakukan sedini mungkin yaitu memiliki resiko tinggi terhadap kejadian
sejak bayi bahkan ketika sang bayi masih dalam neonatal. Penelitian Tyas [4] menunjukan bayi
kandungan. Kesehatan bayi harus diutamakan yang memenuhi kunjungan neonatal lebih tinggi
karena mereka merupakan aset dari suatu pada bayi hidup >28 sebesar 96,2% dibanding
bangsa jadi kesehatannya harus terus dipantau dengan bayi meninggal ≤ 28 hari. Selain itu
sejak dalam kandungan agar dapat tumbuh diperoleh odd ratio sebesar 280,5 menunjukkan
menjadi anak yang berkualitas bayi yang tidak memenuhi KN memiliki risiko
Permasalahan kesehatan anak masih kematian neonatal sebesar 280,5 kali
sangat besar dan angka kematian bayi di dibandingkan yang memenuhi KN.
Indonesia masih sangat tinggi. Angka Kematian Berdasarkan Survei Demografi dan
Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam Kesehatan Indonesia Tahun 2012 lebih dari 3/4
usia kurang dari saru tahun per 1000 kelahiran dari semua kematian balita terjadi dalam tahun
hidup. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus pertama kehidupan anak dan mayoritas
(SUPAS) dalam Profil Kesehatan Indonesia kematian bayi terjadi pada periode neonatus [5].
tahun 2015 [1] menunjukkan AKB di Indonesia Data di Kabupaten Jember pada tahun 2016
sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup. menunjukan jumlah kasus kematian bayi pada
Meskipun sebenarnya angka ini sudah masa neonatus berjumlah 173 kasus dari 218
mencapai target Millenium Development Goal’s kasus kematian bayi pada tahun 2016, data
(MDG’s) Indonesia yaitu 23 per 1.000 kelahiran tersebut menunjukan 79,3% kematian bayi di
namun angkanya sangat bervariasi di setiap Kabupaten Jember terjadi pada masa neonatus.
provinsi dan daerah. Salah satu daerah yang Kasus kematian neonatus di Kecamatan
belum bisa mencapai target tersebut adalah Sukowono pada tahun 2016 sebesar 11
Jawa Timur. Profil kesehatan Jawa Timur tahun kematian dari 14 kasus kematian bayi atau
2014 [2] menunjukan AKB di atas 26,66 per 78,5% kematian bayi di Kecamatan Sukowono
1.000 kelahiran hidup terjadi pada masa neonatus.
Kabupaten Jember berada pada posisi Masa neonatus memang menjadi masa
nomor 2 tertinggi di Jawa Timur dengan angka paling berisiko terhadap gangguan kesehatan
54,72 per 1.000 kelahiran atau satu tingkat pada bayi oleh karena itu diperlukan pelayanan
dibawah Kabupaten Probolinggo dengan 61,48 kesehatan yang baik pada masa itu. Kunjungan
kematian per 1.000 kelahiran. Menurut Dinas neonatus bertujuan untuk melaksanakan
Kesehatan Kabupaten Jember pada Tahun 2015 pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir,
terdapat 229 kasus dan pada Tahun 2016 memberikan penyuluhan tentang pedoman
terdapat 218 kematian bayi. Kejadian kematian antisipasi kepada orang tua, mengidentifikasi
bayi di setiap kecamatan sangat bervariasi dan gejala penyakit serta mendukung dan mendidik
kejadian tertinggi kematian bayi berada di orang tua sehingga diharapkan dapat
Kecamatan Sukowono. Kasus kematian bayi di meningkatkan akses neonatus terhadap
Sukowono pada tahun 2014 sebanyak 25 kasus pelayanan kesehatan dasar sehingga dapat
dan pada 2015 sebanyak 21 kasus. Pada tahun diketahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
2016 terdapat 14 kasus kematian bayi. atau masalah pada bayi.
Dilihat dari penyebabnya didapatkan Salah satu indikator yang digunakan
dari 21 kasus kematian bayi pada tahun 2015 untuk mengukur pelayanan neonatus adalah
penyebabnya adalah BBLR 8 bayi, asfiksia 5 capaian kunjungan neonatus. Capaian
bayi, dan lainnya disebabkan sepsis, kejang kunjungan neonatus Kabupaten Jember pada
demam, kelainan jantung, saraf, sesak, kelainan tahun 2016 menunjukan KN1 sebesar 98,52%
bawaan. Pada tahun 2016 sampai dengan bulan dan KN lengkap 96,76%. Sedangkan Kunjungan
Desember dari 14 kasus kematian bayi Neonatus (KN) 1 murni di Sukowono hanya
disebabkan karena BBLR 10 bayi dan mencapai 93,7% dari target sebesar 100% dan
selebihnya disebabkan oleh asfiksia, aspirasi, KN Lengkap hanya 92,1% dari target sebesar
kelainan bawaan, dan kulit. Data ini menunjukan 95% pada tahun 2016. Data tersebut
permasalahan BBLR masih tinggi, terbukti menunjukan adanya permasalahan dalam
dengan naiknya kematian karena BBLR. pemanfaatan pelayanan neonatal belum
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

mencapai target dengan indikasi permasalahan empat yang terletak di desa Mojogemi,
kesehatan bayi di Kecamatan Sukowono masih Baletbaru, Sukosari dan Pocangan. Posyandu
tinggi. Tujuan penelitian ini adalah berjumlah 76 yang terletak disetiap desa, paling
menggambarkan pelaksanaan pelayanan sedikit disetiap desa memiliki empat Posyandu
neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten dan yang terbanyak di desa Sukowono dengan
Jember tahun 2016. 16 Posyandu. jumlah total keseluruhan fasilitas
kesehatan di Kecamatan Sukowono berjumlah
92.
Metode Penelitian Berdasarkan hasil penelitian komponen
dari pelaksanaan neonatus berdasarkan teori
Jenis penelitian yang digunakan adalah sistem terdiri dari input, process, dan output.
penelitian kualitatif dengan desain studi kasus Komponen input sendiri masih terbagi dalam
(case study). Penelitian ini dilakukan di wilayah man (pengetahuan, usia, lama bekerja dan
kerja Puskesmas Sukowono dan Dinas ketersediaan sumber daya manusia), money,
Kesehatan Kabupaten Jember. Informan pada material (logistik obat dan media promosi
penelitian ini adalah kepala Puskesmas, kepala kesehatan), machine (sarana kesehatan dan
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat ketersediaan peralatan), dan method (SOP,
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, pedoman, bentuk pelayanan dan akses
Koordinator program KIA tingkat Puskesmas, masyarakat). Sedangkan komponen process
bidan desa dengan kematian neonatus tertinggi, terdiri dari pelaksanaan yaitu sosialisasi,
ibu yang melahirkan di Puskesmas pada tahun skrining bayi baru lahir, kunjungan neonatus,
2016, kader kesehatan dan tokoh masyarakat. perawatan neonatus esensial, konseling dan
Penentuan Informan penelitian ini menggunakan rujukan. Kemudian pengawasan yaitu
metode purposive sampling yaitu teknik pencatatan dan pelaporan. Terakhir adalah
penentuan sampel dengan pertimbangan komponen output yaitu capaian dari pelayanan
tertentu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan neonatus.
Mei – Juli 2017. a. Input
Sumber data penelitian adalah data Input adalah unsur masukan yang
primer dan data sekunder. Data primer yaitu dari digunakan dalam melaksanakan pelayanan
hasil wawancara dan observasi. Sedangkan neonatus. terdiri dari man, money, machine,
data sekunder dari hasil dokumentasi yaitu data material dan method.
laporan kematian bayi di Puskesmas, profil Man adalah tenaga kerja manusia yang
kesehatan dan catatan-catatan di Puskesmas. terlibat dalam pelaksanaan dan pemanfaatan
Teknik pengumpulan data menggunakan pelayanan neonatus. Tingkat pengetahuan dan
triangulasi, wawancara, observasi, dan pemahaman dari tenaga kesehatan tentang
dokumentasi. Teknik penyajian data penelitian pelayanan neonatus sudah baik hal ini karena
ini menggunakan kutipan, tulisan, tabel dan Kepala Seksi Kesehatan keluarga dan Gizi
bagan. Analisis data pada penelitian ini analisis Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
data dilakukan secara deskriptif.. Jember, Kepala Puskesmas dan bidan sudah
memahami penyebab masalah dan bisa
Hasil dan Pembahasan mengambil tindakan dalam pelayanan neonatus.
tenaga paramedis juga telah memiliki
Puskesmas Sukowono merupakan
pemahaman yang bagus tentang pelayanan
salah satu Puskesmas di wilayah Kabupaten
neonatus, mereka bisa menjelaskan dan
Jember Propinsi Jawa Timur yang mempunyai
menjabarkan apa saja yang dilakukan ketika
wilayah 12 desa. Luas wilayah kerja Puskesmas
melaksanakan pelayanan neonatus. Jika dilihat
Sukowono sebesar 43,55 km. Tenaga kesehatan
dari pendidikan dari tenaga paramedis
yang dimiliki adalah Dokter umum 1, Dokter gigi
semuanya telah tamat diploma ataupun sarjana,
2, Bidan 24, Perawat 18, Sanitarian 1, Asisten
pendidikan yang diperoleh dapat meningkatkan
Apoteker 2, Analis Laboratorium 1, Juru
pengetahuan dan kemampuan yang mereka
imunisasi 1 dan Tenaga Administrasi 19. Sarana
miliki. Namun, pengetahuan dan pemahaman
kesehatan yang dimiliki antara lain Puskesmas
masyarakat tentang kesehatan neonatus
induk berjumlah satu yang terletak di desa
diwilayahnya masih kurang baik dari segi
Sukowono. Pustu berjumlah empat yang terletak
pemahaman maupun dari segi pengetahuannya.
di desa Sumberwringin, Sukorejo, Arjasa dan
Masyarakat masih belum memahami jika
Sumberdanti. Polindes berjumlah tujuh yang
kematian bayi diwilayahnya termasuk tinggi dan
terletak di desa Sukokerto, Mojogemi,
itu merupakan permasalahan yang harus
Sumberwaru, Baletbaru, Sukosari, Pocangan
diberikan perhatian yang lebih. Masyarakat juga
dan Dawuhanmangli. Poskesdes berjumlah
belum memahami pentingnya dari pelayanan
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

neonatus ini, hal tersebut disebabkan memang yang didapatkan tidaklah jauh berbeda
kondisi Pendidikan dan akses informasi meskipun berbeda instansi. Namun
masyarakat yang masih rendah. pengalaman yang didapatkan setiap tenaga
Tingkat kunjungan masyarakat untuk paramedis akan berbeda sesuai dengan
memeriksakan kehamilan atau neonatus ketrampilan dan kondisi lingkungan dimana dia
memang termasuk tinggi namun bukan berarti melakukan pekerjaanya, bertambahnya
masyarakat sudah sadar akan pentingnya pengalaman ini berhubungan dengan
pelayanan kesehatan ini karena bisa juga meningkatnya umur dan masa kerja yang
tingginya kunjungan disebabkan karena tidak semakin lama.
dikenakan biaya dan mereka mendapatkan Ketersediaan SDM di Puskesmas dilihat
pengobatan yang gratis. Hal ini sesuai dengan dari jumlah bidan di wilayah ataupun
penelitan Wandira [6] yaitu saat pemeriksaan Puskesmas sudah mencukupi. Setiap desa telah
antenatal mayoritas memeriksakan memiliki minimal satu bidan wilayah yang
kehamilannya pada seorang bidan puskesmas bertanggung jawab di desa tersebut. terdapat
ataupun bidan desa karena mereka kekurangan dari jumlah perawat di Puskesmas.
memenggunakan jampersal. Oleh karena itu Menurut pernyataan tersebut tenaga kesehatan
perlu dilakukan pendidikan dan pemberian yang kurang tersedia adalah tenaga perawat di
informasi/wawasan dasar kepada kader tentang ruang bersalin. kekurangan tersebut tidak terlalu
kesehatan neonatus ini agar bisa membantu mengganggu dalam melaksanakan persalinan
bidan memberikan informasi kepada namun dikhawatirkan jika terdapat pasien yang
masyarakat. Keterlibatan tokoh masyarakat juga datang bersamaan tentunya akan menyulitkan
penting dalam pelayanan agar mereka juga dalam penanganan. Perlu dilakukan perhitungan
mengerti dan paham tentang kondisi kesehatan atau perencanaan untuk menambah tenaga
neonatus diwilyahnya. Hal ini bisa dilakukan perawat di Puskesmas. Berdasarkan Peraturan
dengan cara melakukan pelatihan rutin kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
kader dan tokoh masyarakat, bisa juga 33 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan
mengadakan diskusi terbuka kepada Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia
masyarakat ataupun mengadakan focus Grup Kesehatan [7].
Discussion (FGD) untuk mengetahui apa Money yaitu sumber dana yang
kendala atau keluhan apa yang dialami digunakan untuk pelayanan neonatus. Biaya
masyarakat. kesehatan adalah besarnya dana yang harus
Semua bidan dan perawat di disediakan untuk menyelenggarakan atau
Puskesmas Sukowono telah mengikuti pelatihan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
APN. Namun untuk pelatihan tentang neonatus diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok
masih sedikit yang telah mengikutinya. Pelatihan dan masyarakat [8]. Terdapat tiga sumber dana
tentang neonatus antara lain Pelatihan yaitu Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Pertolongan Pertama Gawat Darurart (PPGD) untuk kunjungan rumah, Anggaran Pendapatan
Obstetri Neonatal (ON), pelatihan resusitasi Belanja Daerah (APBD) untuk kegiatan-
nonatus, dan Pelatihan Pelayanan Obstetri kegiatan, peningkatan kapasitas dan JKN untuk
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Pelatihan rujukan dan perawatan. Dana yang ada menurut
tentang neonatus tidak selalu diadakan setiap informan sudah mencukupi untuk melaksanakan
tahun. Belum diadakan pelatihan tentang pelayanan neonatus yang sesuai standar.
neonatus ini dikarenakan dari pihak Dinas Kendala yang dialami dari pendanaan ini adalah
Kesehatan Kabupaten Jember mengalami Puskesmas masih mengalami kesulitan dalam
kendala dalam mendatangkan dan pengurusan dokumen pertanggung jawaban.
menyesuaikan dari jadwal pelatih. Pihak Material adalah Kecukupan bahan yang
Puskesmas Sukowono juga merasa belum perlu digunakan dalam melaksanakan pelayanan
mengikuti pelatihan neonatus karena neonatus. material disini terdiri daro obat dan
Puskesmas belum menjadi Puskesmas PONED, media promosi kesehatan. obat-obatan yang
jadi hanya menunggu pelatihan yang diadakan ada sudah mencukupi dan tidak terjadi
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. kekurangan. Namun menurut beberapa
Usia dan lama bekerja dari tenaga informan masih menyebutkan terdapat beberapa
paramedis memang berpengaruh dalam kendala tentang obat yaitu obat yang
meberikan pelayanan neonatus tapi tidak secara seharusnya diberikan langsung untuk pelayanan
langsung, pengalamanlah yang lebih neonatus yaitu suntikan vitamin K dan obat
mempengaruhi tenaga paramedis dalam penambah darah sekarang tidak dijamin
memberikan pelayanan. Awalnya pendidikan sehingga Puskesmas harus berusaha sendiri
dan pengetahuan dari tenaga paramedis yang ataupun membebankan kepada masyarakat.
dimiliki adalah sama karena materi akademis Vitamin K yang berfungsi untuk pembekuan
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

darah karena sistem pembekuan darah pada Sukowono untuk persalinan normal memang
bayi baru lahir belum sempurna maka semua sudah mencukupi namun untuk kondisi yang
bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan. lebih gawat Puskesmas Sukowono tidak bisa
Penelitan Sukamti [9] menyatakan bayi yang mengatasinya karena keterbatasan alat dan
KN1 tidak mendapat vit K dan tidak KN1 harus dilakukan rujukan ke RSD dr.Soebandi.
kemungkinan memiliki risiko kematian neonatal Padahal di RSD dr.Soebandi sering sekali ada
32 kali dibandingkan dengan bayi yang KN1 masalah terkait kondisi ruang yang penuh
mendapat vit K. karena merupakan rumah sakit rujukan utama.
Untuk mencari obat-obatan secara Dengan jumlah kematian bayi di wilayah kerja
mandiri oleh Puskesmas juga sangat sulit Puskesmas Sukowono yang tiap tahun selalu
dilakukan mengingat obat-obatan yang ada tinggi perlu di pertimbangkan untuk
harus melalui permintaan atau pengadaan meningkatkan sarana Puskesmas menjadi
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten. Obat Puskesmas PONED yang bisa menangani
penambah darah yang penting diberikan kepada kejadian gawat dibidang obstetri neonatal.
ibu sedang hamil dan masa nifas sekarang juga Perlatan yang berada di Puskesmas
tidak diberikan lagi. Sehingga bidan hanya sudah mencukupi sesuai standar dari segi
memotivasi ibu tersebut untuk membeli obat jumlahnya. Namun menurut beberapa informan
penambah darah sendiri. Dinas Kesehatan masih ada beberapa alat yang rusak. Namun
Kabupaten Jember memang terdapat kendala ada beberapa kekurangan alat di Polindes
dalam pengadaan obat karena sekarang harus sehingga menyebabkan bidan harus membeli
mengikuti sitem pengadaan melalui e-katalog dengan biaya sendiri. Peralatan adalah alat
atau lelang. Oleh karena itu perlu dilakukan medis yang digunakan untuk melaksanakan
perencanaan dang penganggaran untuk tahun pelayanan neonatus. Peralatan medik bagi
berkutnya dengan mempertimbangakan bayi baru lahir, bayi dan balita diperuntukkan
kekurang-kekurang yang ada agar tidak terjadi sebagai peralatan penunjang pelayanan medik
kembali. sehari-hari, live saving maupun untuk
Media adalah teknologi pembawa pesan screening. Perlu dilakukan peninjauan dan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendataan untuk melihat kondisi dari alat-alat di
pembelajaran. Media adalah sarana komunikasi Polindes, Pustu atau Poskesdes yang ada di
dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, Sukowono, jika memang ditemukan maka dapa
termasuk teknologi perangkat keras. dilakukan pengusulan atau penganggaran untuk
Berdasarkan hasil wawancara Puskesmas penambahan alat-alat ditahun berikutnya.
memang tidak memiliki media bantu untuk Method adalah metode yang digunakan
promosi kesehatan begitupun dengan Dinas dalam melakukan pelayanan neonatus.
kesehatan Kabupaten. Tenaga paramedis juga Pedoman merupakan suatu alat bantu yang
tidak ada inisiatif atau keinginan untuk membuat digunakan sebagai petunjuk dalam
alat bantu. Mereka merasa cukup dengan hanya melaksanakan pelayanan neonatus yang benar
melalui lisan saja. Perlu dicoba untuk dan sesuai standar. Pedoman yang digunakan
menggunakan media seperti poster, brosur atau untuk pelayanan neonatus adalah Buku Saku
pamflet saat kunjungan neonatus atau konseling Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar
ibu. Penggunaan video juga bisa agar yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan tahun
penjelasan tidak monoton dengan audio tapi 2010 dan ditetapkan oleh Peraturan Menteri
juga dapat dilakukan secara visual ketika Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
melakukan pelayanan neonatus seperti 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal
sosialisasi, kunjungan rumah dan konseling. Esensial [11]. Dari hasil wawancara diketahui
Machine terdiri dari sarana kesehatan jika semua bidan sudah memilik pedoman
dan peralatan. Sarana kesehatan adalah tempat pelaksanaan pelayanan neonatus. Kemudian
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya ketika dikonfirmasi terkait pelayanan yang
kesehatan. Sarana kesehatan yang berada di diberikan telah sesuai dengan pedoman atau
Sukowono antara lain 1 Puskesmas, 4 Pustu, 7 belum, menurut informan kunci dengan jumlah
Polindes, 4 Poskesdes dan 76 Posyandu. kematian yang masih tinggi ada yang belum
Sarana kesehatan di Puskesmas menurut hasil sesuai dengan pedoman. Hal ini sesuai dengan
penelitian sudah mencukupi dan sesuai dengan Penelitian Jamhariyah [12] menyatakan Belum
Permenkes No 75 tahun 2014 tentang semua bidan desa melakukan pelayanan
Puskesmas [10]. yang masih menjadi neonatus sesuai ketepatan waktu, yang dapat
kekurangan adalah sarana untuk rujukan karena dilihat bidan belum melaksanakan pelayanan
hanya RSD dr. Soebandi yang memiliki fasilitas sesuai jadual dan pencatatan dan pelaporan
yang lengkap. Standar sarana Puskesmas yang belum tertib.
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

Standard Operating Procedure (SOP) masyarakat secara ekonomi dan akses bidan
adalah suatu set instruksi (perintah kerja) dalam menjangkau masyarakat untuk
terperinci dan tertulis yang harus diikuti demi melakukan kunjungan neonatus. Berdasarkan
mencapai keseragaman dalam menjalankan hasil dari penelitian akses dari sisi masyarakat
suatu pekerjaan tertentu. Tujuan dari pembuatan sudah mudah karena dalam pelayanan
SOP adalah agar tenaga medis dalam neonatus sudah tidak dikenakan biaya lagi.
memberikan pelayanan tidak berbeda satu Masyarakat sudah bisa mendapatkan pelayanan
dengan yang lain dan lebih memudahkan dalam mulai hamil, bersalin, nifas, neonatus secara
memahami pedoman yang dikeluarkan gratis. Sedangkan akses tenaga medis ke
pemerintah. Puskesmas Sukowono telah masyarakat tidak mengalami kendala, bidan
memiliki SOP sendiri dalam pelayanan tidak merasa kesulitan dengan tantangan
neonatus. Namun yang masih perlu ditinjau geografis maupun jarak mereka sudah merasa
apakah tenaga medis sudah memahami setiap terbiasa dengan hal tersebut.
langkah pada SOP, bukan hanya sekedar b. Process
mengetahui bahwa Puskesmas memiliki SOP. Merupakan tahapan kegiatan dari
Berdasarkan hasil wawancara tenaga medis pelayanan neonatus mulai dari pelaksanaan
mengetahui Puskesmas memiliki SOP tetapi dampai dengan pengawasan, terdiri dari
mereka tidak memiliki SOP tersebut dan SOP pelaksanaan yaitu sosialisasi, skrining,
hanya tersimpan di Puskesmas. Perlu komitmen kunjungan rumah, perawatan neonatus,
dari tenaga paramedis agar menjalankan SOP sosialisasi dan rujukan. Kemudian pengawasan
ini mengingat SOP dibuat oleh Puskesmas itu yaitu pencatatan dan pelaporan.
sendiri. Perlu pengawasan oleh kepala Sosialisasi adalah proses untuk
puskesmas agar SOP ini benar-benar dipatuhi menyebarkan atau membagi informasi ke orang
bukan hanya sekedar formalitas saja. lain kelompok ataupun masyarakat. Sosialisasi
Bentuk pelayanan yang dimaksud disini disini penting dilaksanakan agar ibu mengetahui
adalah bagaimana metode Puskesmas dalam pentingnya pelayanan neonatus, kenapa ibu
memberikan pelayanan neonatus. Kunjungan harus memeriksakan kehamilan ataupun
nonatus sendiri dapat dilakuakan dengan dua bayinya yang semuanya bertujuan agar
cara yaitu kunjungan bidan ke rumah neonatus, menghindarkan ibu maupun bayi dari bahaya.
atau neonatus yang mengunjungi fasilitas Penelitian Samsia [13] menunjukkan terjadinya
kesehatan. Bentuk pelayanan neonatus di peningkatan pengetahuan responden sesudah
Sukowono adalah kunjungan neonatus berupa diberikan promosi kesehatan dan tidak
kunjungan yang dilakukan bidan ke rumah ibu memperlihatkan adanya penurunan
yang memiliki neonatus. hal ini dikarenakan pengetahuan sesudah diberikan promosi
kesadaran atau kepatuhan dari masyarakat kesehatan. Puskesmas Sukowono telah
untuk berkunjung masih rendah dikhawatirkan melaksanakan sosialisasi kepada masyrakat
akan terjadi keterlambatan bahkan tidak tentang pelayanan neonatus ini. Sosialisasi
mendapat pelayanan jika harus menunggu dilakukan saat terdapat acara-acara warga
neonatus mengunjungi fasilitas kesehatan. seperti PKK, Posyandu, kelas ibu hamil, acara-
Diketahui juga ada inovasi yang dilakukan oleh acara desa maupun kecamatan. Sosialisasi ini
Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mengurangi sebenarnya perlu didukung dengan media agar
kematian ibu dan bayi yaitu dengan melalui masyarakat bisa memahami atau mengetahui
kunjungan dokter spesialis obstetri dan tentang pelayanan neonatus. Namun, pihak
ginekologi ke Puskesmas. Di tingkat Kabupaten desa/tokoh masyarakat belum mengetahui atau
dan Puskesmas Juga ada tim akselerasi AKI ikut serta dalam kegiatan sosialisasi ini. Perlu
dan AKB yang bekerjasama lintas sektor diperhitungkan juga melibatkan pihak desa
berupaya untuk menurunkan angka kematan ibu seperti perangkat desa, kepala dusun, RT/RW
dan bayi. Kerjasama lintas sektor perlu dan tokoh masyarakat seperti tokoh agama
dilakukan mengingat kasus kematian bayi bukan dalam setiap kegiatan pelayanan neonatus agar
hanya tanggungjawab Puskesmas tapi seluruh menciptakan rasa percaya masyarakat kepada
masyarakat Sukowono. pelayanan puskesmas juga informasi tentang
Keterjangkauan tempat pelayanan pelayanan neonatus dapat disampaikan lebih
sangat menentukan terhadap pelayanan intensif kepada masyarakat.
kesehatan, di tempat terpencil ibu hamil sulit Skrining adalah pemeriksaan awal untuk
memeriksakan kehamilannya disebabkan mendeteksi masalah kesehatan pada bayi
transportasi yang sulit menjangkau sampai memalui tes darah. Pelaksanaan skrning diatur
tempat terpencil. Akses sangat menentukan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
dalam pelaksanaan pelayanan neonatus. Akses Indonesia Nomor78 Tahun 2014 Tentang
yang dimaksud disini terdiri dari akses Skrinning Hipotiroid Kongenital. Skrining bayi
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

baru dilakukan terhadap setiap bayi baru lahir bidan tersebut di Polindes. hal ini dilakukan agar
oleh tenaga kesehatan ditujukan untuk meningkatkan peran serta dan kesadaran dari
mencegah terjadinya hambatan pertumbuhan masyarkat untuk aktif dan mau memeriksakan
dan retardasi mental pada bayi baru lahir. bayinya. Hal ini secara aturan memang tidak
Skrining ini sempat berjalan kurang lebih satu salah karena memang kunjungan neonatus bisa
tahun di Sukowono. Namun sekarang sudah dilakukan dengan cara neonatusnya yang harus
tidak dilaksanakan karena keterbatasan dan mengunjungi bidan, namun hal ini tidak sesuai
ketidakjelasan dana yang digunakan untuk dengan ketentuan yang dikatakan oleh Dinas
melakukan skrining ini. Selama pelaksanaan Kesehatan Kabupaten Jember, Kepala
skrining, masih belum dijumpai hasil positif dari Puskesmas dan bidan koordinator yang
skrining yang dilaksanakan Puskesmas mengatakan kunjungan neonatus dilakukan
Sukowono. Pelaksanaan skrining ini perlu melalui kunjungan bidan ke rumah neonatus.
diupayakan kembali karena berguna untuk Hal ini sesuai dengan penelitian Jamhariyah [12]
mendeteksi kelainan pada bayi sejak dini dan yaitu terkait dengan kualitas dalam pelayanan
juga sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah neonatus yang meliputi persiapan alat,
sehingga kendala yang ada perlu dicarikan pelayanan yang diberikan dan kepatuhan
solusi dan ditangani agar skrining dapat standar pelayanan neonatus, sebagian besar
dilakukan kembali. Maka perlu dilakukan bidan belum melaksanakan sesuai ketentuan.
perencanaan untuk menambah dan Hal ini dapat lihat bahwa bidan desa rata-rata
mengalokasikan dana lebih untuk melaksanakan memiliki alat lengkap tetapi tidak selalu
skrining, mengingat kesulitan dalam skrining ini digunakan dalam memberikan pelayanan
adalah tidak adanya biaya jadi harus dibuat neonatus dengan alasan bayi dalam kondisi
anggaran tersendiri untuk kegiatan skrining. stabil dan sehat. Dalam pelayanan neonatus
Kunjungan neonatus bertujuan untuk bidan hanya melakukan pemeriksaan suhu dan
meningkatkan akses neonatus terhadap menimbang berat badan. Sedangkan terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini standar pelayanan, sebagian bidan
mungkin bila terdapat kelainan/masalah melaksanakan kunjungan neonatus hanya 1-2
kesehatan pada neonatus. Kunjungan neonatus kali saja dalam waktu 0-28 hari, hal ini
adalah kontak bayi baru lahir/ neonatus dan disebabkan karena bidan merasa banyak beban
ibunya/ pengasuh pada saat bayi berusia 0-28 tugas yang harus diselesaikan.
hari dengan petugas kesehatan melakuakan Disini perlu kesadaran dari bidan untuk
pemerikasaan bayi. Berdasarkan kutipan diatas mematuhi ketentuan yang ada, peran bidan
dapat diketahui untuk kunjungan neonatus di koordinator dan kepala Puskesmas sangat
Sukowono melalui kunjungan rumah yang penting disini untuk mengingatkan, mengawasai
sesuai dengan ketentuan yaitu sebanyak tiga dan mengevaluasi dari kinerja bidan. Jika ada
kali dan masih di tambah seminggu sekali untuk bidan yang melakukan pelayanan tidak sesuai
yang risiko tinggi. Penelitian Sukamti [9] perlu dilakukan tindakan tegas seperti
menyatakan bayi yang KN1 dengan pelayanan memberikan, peringatan atau teguran. Serta
kurang dari 3 jenis kemungkinan lebih memiliki selalu melakukan diskusi setiap bulan untuk
risiko 13 kali kematian neonatal dibandingkan mengetahui kesulitan dan kelihan yang dihadapi
bayi yang KN1 dengan 3 jenis pelayanan, bidan.
sedangkan bayi yang tidak melakukan KN1 Perawatan Neonatus esensial
kemungkinan memiliki risiko 21 kali kematian merupakan perawatan utama yang harus
neonatal dibandingkan bayi yang KN1 dengan 3 didapatkan bayi ketika lahir. Berdasarkan hasil
jenis pelayanan. penelitian ketahui bahwa untuk perawatan
Peralatan yang dibawa ketika pelayanan neonatus esensial di Puskesmas Sukowono
neonatus berdasarkan hasil wawancara masih tidak ada masalah atau keluhan, karena
terdapat beberapa peralatan yang belum sesuai. puskesmas hanya menangani persalinan yang
Padahal peralatan tersebut ada tapi tidak normal saja sedangkan untuk kondisi gawat
dibawa, peralatan yang dibawa hanya langsung di rujuk ke rumah sakit. Sedangkan
tensimeter dan timbangan. Meskipun tidak berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa
selalu dibutuhkan tapi alat-alat tersebut tetap pelayanan perawatan neonatus esensial sudah
harus selalu dibawa untuk mengantisipasi lengkap dan sesuai dengan pedoman.
keadaan darurat jika ditemukan tanda bahaya Kematian bayi di Sukowono dan di
saat kunjungan. Di salah satu desa juga Jember hampir 80% terjadi karena BBLR. Hasil
diketahui ada yang berbeda dalam kunjungan penelitian Rini [14] menyebutkan bahwa bayi
neonatus yaitu hanya melakukan kunjungan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai
rumah untuk yang tujuh hari pertama dan risiko 13,542 kali lebih besar menyebabkan
setelahnya ibunya yang harus mengunjungi kematian bayi dibandingkan dengan bayi berat
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

badan lahir normal (BBLN). Untuk mencegah jarang diinformasikan yaitu tentang Menasihati
bayi dari BBLR harus dimulai sejak dalam dan Mengajari Ibu cara pemberian obat oral di
kandungan atau saat masa kehamilan. rumah, menasehati dan mengajari ibu cara
Pelayanan kesehatan untuk bayi harus dimulai mengobati infeksi bakteri lokal di rumah dan
sejak dalam kehamilan yaitu melalui pelayanan menasehati ibu untuk memberikan cairan
kepada ibu yaitu melalui antenatal care (ANC). tambahan pada waktu bayi sakit.
Kesehatan bayi dimulai dari kesehatan ibu pada Kemudian dalam konseling juga ibu
saat hamil sampai dengan persalinan dan kurang aktif dalam berdiskusi dan seringkali
dilanjutkan dengan asuhan bayi baru lahir. Pada hanya berjalan searah. Hal ini sesuai dengan
saat ANC seorang ibu diharapkan dapat penelitian Wandira [6] yaitu banyak ibu yang
merawat dirinya baik fisik maupun psikologis selalu mengiyakan apa yang dikatakan oleh
sehingga janin yang dikandungnya dapat tenaga kesehatan, namun sebenarnya ibu tidak
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia paham dengan apa yang dikatakan oleh tenaga
kehamilan. Melalui ANC dapat mendeteksi kesehatan tersebut dan ibu enggan untuk
secara dini apabila didapatkan komplikasi dalam bertanya kembali, jika ibu tidak menanyakan
kehamilan dan melakukan penanganan atau lebih aktif bertanya seputar kehamilan,
selanjutnya secara cepat dan tepat. maka tenaga kesehatan tersebut tidak
Penelitian Sukamti [9] menyebutkan memberikan informasi apapun. Hal ini sangat
pengaruh kunjungan neonatal dengan kematian dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari sang
neonatal setelah dikontrol variable ANC, ibu. Ibu yang berpendidikan rendah hanya
penghasilan, komplikasi kehamilan, berat lahir, menerima begitu saja informasi yang diberikan
komplikasi persalinan, dan penolong persalinan tanpa ada umpan balik tapi hal ini dapat
didapatkan bayi yang dibawa oleh ibu untuk diminimalisir dengan cara penyampaian
KN1 dan mendapatkan pelayanan kurang dari 3 menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
jenis kemungkinan lebih memiliki risiko kematian masyarakat tersebut. Oleh karena itu bidan
neonatal 12 kali dibandingkan bayi yang KN1 harus aktif bertanya kepada ibu tentang keluhan
dan mendapatkan pelayanan 3 jenis. atau masalah yang dialami dan tetap
Sedangkan bayi yang tidak KN1 kemungkinan memberikan informasi / menjeleskan tentang
lebih memiliki risiko kematian neonatal 28 kali bahaya pada bayi pada masa neonatus
dibandingkan bayi yang KN1 dan mendapat meskipun ibu tersebut tidak bertanya agar ibu
pelayanan 3 jenis. Oleh karena itu untuk tersebut tidak memiliki pengetahuan yang salah
mencegah kematian neonatus harus ada tentang perawatan neonatus.
kesinambungan antara pelayanan antenatal dan Sstem rujukan mengatur darimana dan
neonatal karena kehidupan dari sang bayi harus kemana seseorang dengan gangguan
dimulai sejak dalam kandungan maka juga di kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
perlukan penguatan dalam pelayanan antenatal. sakitnya. sistem rujukan di Indonesia sesuai
Mengingat juga kematian bayi di Sukowono dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun
terjadi karena BBLR yang mana pada kasus 2012 adalah suatu sistem penyelenggaraan
BBLR ini bisa dicegah dan ditangani dengan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan antenatal dimana saat bayi masih pelimpahan tanggung jawab timbal balik
dikandungan. terhadap suatu kasus penyakit atau masalah
Konseling merupakan suatu bimbingan kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit
dari tenaga medis kepada ibu yang baru yang berkemampuan kurang kepada unit yang
memiliki bayi tentang apa-apa saja yang perlu lebih mampu atau secara horizontal dalam arti
diketahui terutama mengenai perawatan dan antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
menjaga kesehatan pada bayi. Berdasarkan Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik diketahui bahwa dalam pelaksanaan dari segi
Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya tatacaranya sudah ada pedoman dan berjalan
Kesehatan Anak terdapat satu pelayanan yang dengan baik namun kendalanya adalah kondisi
harus diberikan yaitu komunikasi informasi dan rumah sakit rujukan yang penuh dan pengantar
edukasi mengenai pelayanan kesehatan bayi yang dari Puskesmas tidak tahu kondisi
baru lahir. Berdasarkan hasil penelitan konseling pasiennya. Kondisi rumah sakit yang penuh
sudah berjalan dan dilakukan dan isi dari disebabkan rata-rata Puskesmas dalam
konseling tersebut adalah tentang perawatan melakukan rujukan langsung ke satu rumah
bayi, tanda bahaya pada bayi, kondisi-kondisi sakit yaitu RSD dr.Soebandi. Puskesmas
yang harus di rujuk, pemberian informasi gizi Sukowono tidak merujuk ke RSD Kalisat yang
dan pemberian imunisasi. Berdasarkan hasil lebih dekat karena peralatan yang kurang
awancara konseling dengan ibu masih ada lengkap dan dokter spesialisnya jarang ada.
beberapa hal yang masih belum atau mungkin Kemudian berdasarkan kondisi masyarakat
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

untuk rujukan dari segi biaya untuk rujukan maupun puskesmas dan pelaporanpun jarang
sudah gratis tidak dipungut biaya, kemudian mengalami keterlambatan. Namun yang menjadi
untuk pengurusan Surat Pernyataan Miskin masalah adalah sering dujumpai perbedaan
(SPM) juga sudah mudah. Namun kendala data antara yang di Dinas Kesehatan Kabupaten
hanya saat pengumpulan dokumen aministrasi dengan data di Puskesmas. Hal ini menunjukan
rujukan yang masih lama dan tersendatnya adanya kesalahan dalam perekapan data atau
dokumen dari desa. Perlu ditingkatkan lagi saat disampaikan data tidak tercatat, kasus
sarana dan SDM untuk Rumah Sakit daerah lain yang ada lupa dilaporakan/ tidak terlapor atau
yaitu Balung dan Kalisat agar rujukan yang ada mungkin memang data tersebut sengaja diubah.
tidak selalu terpusat pada satu rumah sakit Karena berdasarkan wawancara tentang proses
mengingat jarak yang jauh antar tiap daerah pelaporan terlihat alurnya sudah baik dan runtut
akan lebih cepat ditangani jika rujukan dilakukan sehingga tidak mungkin dirasa terdapat
ke Rumah Sakit Terdekat. perbedaan pada data. Perlu dilakukan
Pencatatan adalah proses mecatat pengecekan ulang data yang masuk dan
setiap kejadian, perawatan atau pelayanan yang dicocokan dengan data yang ada di puskesmas
diberikan dalam sebuah instrumen. Pencatatan setiap bulannya agar tidak terjadi perbedaan.
disini penting untuk tenaga paramedis maupun Pelaporan dapat dilakukan kepada satu atau
ibu agar mengetahui perkembangan dari bayi dua orang saja untuk mengantisipasi data yang
ataupun mendeteksi masalah pada bayi. hilang atau tidak tercatat.
Pencatatan menggunakan buku KIA dan register
kohort. Buku KIA untuk dibawa oleh ibu dari bayi
dan register kohort untuk bidan. Penggunaan c. Output
buku KIA sendiri masih belum optimal Output adalah hasil yang didapat dalam
dikarenakan ada yang hilang ataupun tidak melaksanakan pelayanan neonatus. Indikator
dibawa saat melakukan pemeriksaan. Kemudian yang digunkan untuk melihat tingkat
hal yang dilaporkan jika ada kematian bayi keberhasilan pelayanan neonatus adalah
adalah usia, tempat meninggal, tempat dengan cakupan kunjungan neonatus. Capaian
persalinan dan penyabab meninggalnya. Jika kunjungan neonatus di Sukowono masih belum
ada kasus kematian langsung dilaporkan hari itu mencapai target Penyebab tidak tercapainya
juga atau paling lama besok. Untuk kasus target tersebut adalah karena target yang
kematian sudah ada hal-hal yang perlu dicatat diberikan terlalu tinggi. Jika dilihat dari riilnya
dan ada di blanko otopsi verbal yang diisi oleh sudah tercapai artinya semua ibu sudah
bidan. bidan harus selalu mengawasi mendapatkan pelayanan neonatus, tapi jika
penggunaan buku KIA ini jika lupa maka ibu dilihat dari targetnya belum tercapai karena
tersebut harus mengambilnya dan jika hilang jumlah ibu hamil yang ada di Sukowono
dibuat lagi. Kader juga dapat berperan memang kurang dari target sehingga target tidak
mengingatkan ibu untuk selalu membawa buku bisa terpenuhi.
KIA ketika memeriksakan bayinya. Bidan juga
harus memberikan informasi tentang pentingnya Simpulan dan Saran
penggunaan buku KIA kepada ibu agar buku Kesimpulan hasil penelitian mengenai gambaran
tersebut disimpan dengan baik. pelaksanan pelayanan neonatus di Puskesmas
Pelaporan adalah tindakan untuk Sukowono Kabupaten Jember dilihat dari unsur
melaporkan pencatatan yang ada ke pihak sistem pelayanan adalah sebagai berikut :
selanjutnya. Proses pelaporan di Puskesmas a. Input
Sukowono dimulai dari bidan desa atau bidan 1) Man terdiri dari pengetahuan, usia, lama
wilyah kemudian melaporkan bidan bekerja, ketersediaan SDM dan akses
penangungjawab/bidan koordinator di tingkat masyarakat. Terdapat kekurangan perawat di
Puskesmas dan dari Puskesmas dilaporkan ke ruang bersalin. Kondisi pengetahuan
Dinas Kesehatan Kabupaten. Pelaporan yang masyarakat tentang kesehatan neonatus
digunakan ada LB3 dan Pemantauan Wilayah masih kurang. Banyak bidan yang belum
Setempat (PWS) KIA. Kemudian untuk waktu mengikuti pelatihan tentang neonatus.
pelaporan juga berbeda-beda untuk kasus Terdapat kekurangan perawat di ruang
kematian bayi wajib dilaporkan paling lama 2x24 bersalin.
jam. Neonatus resiko tinggi dilakukan pelaporan 2) Money yang digunakan berasal dari BOK,
setiap seminggu. Kemudian ada laporan APBD dan JKN, dana yang ada sudah cukup
bulanan yaitu LB3 dan PWS KIA yang namun mengalami kesulitan dalam
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. pengurusan dokumen pertanggung jawaban.
Hasil penelitian tidak ada kendala dalam
pelaporan baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

3) Material yaitu logistik obat masih mengalami media promosi kesehatan untuk membantu
kekurangan untuk vitamin K dan penambah pelayanan neonatus dalam konseling,
darah, dalam pelayanan neonatus masih sosialisasi dan kunjungan rumah. Melibatkan
belum menggunakan media bantu. pihak desa atau tokoh masyarakat dalam
4) Machine yaitu sarana kesehatan sudah sosialisasi kegiatan pelayanan neonatus.
sesuai standar, peralatan yang ada masih c. Untuk penelitian selanjutnya dapat
terdapat kekurangan dan terdapat melakukan penelitian tentang faktor yang
kekurangan alat-alat pendukung pelayanan mempengaruhi kinerja bidan dalam
di Polindes. melaksanakan pelayanan neonatus di
Puskesmas, faktor yang mempengaruhi
5) Method yaitu pelaksanaan pedoman masih
masyarakat dalam menggunakan pelayanan
belum sesuai pedoman. SOP sudah dimiliki
neonatal/antenatal, atau efektifitas kinerja
namun tidak semua bidan memiliki.
Puskesmas PONED.
a. Process
1) Sosialisasi sudah dilaksanakan kurang
Daftar Pustaka
melibatkan pihak desa dan tokoh
masyarakat. 1. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil
2) Skrining bayi baru lahir sudah tidak Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta :
dilaksanakan lagi. Kementrian Kesehatan RI.
3) Dalam kunjungan neonatus masih ada bidan 2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
yang melaksanakan pelayanan tidak sesuai 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
ketentuan, peralatan yang dibawa juga tidak Timur 2014. Surabaya : Dinas Kesehatan
sesuai. Provinsi Jawa Timur.
4) Konseling masyarkat masih kurang aktif 3. Wati, L. 2013. Gambaran Penyebab
dalam berdiskusi. Kematian Neonatal Di Rumah Sakit Umum
5) Rujukan terdapat kendala pada tempat Daerah Dr. Moewardi. Artikel Publikasi
rujukan hanya ke RSD dr.Soebandi dan Ilmiah Universitas Muhamadyah Surakarta.
sering penuh. Surakarta : Universitas Muhamadyah
6) Pencatatan yaitu penggunaan buku KIA yang Surakarta. [serial online]
belum optimal. Pelaporan masih terdapat 4. Tyas, S. 2014. Analisis Hubungan
perbedaan data di Puskesmas dan Dinas Kunjungan Neonatal, Asfiksia dan BBLR
Kesehatan Kabupaten. dengan Kematian Neonatal. Jurnal
a. Output yaitu capaian kunjungan masih belum Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No.
tercapai karena target dari Dinas Kesehatan 2 Desember 2014: 168–174. Surabaya :
Kabupaten yang terlalu tinggi. Universitas Airlangga. [serial online]
Berdasarkan hasil penelitian mengenai 5. Badan Pusat Statistik. 2013. Survei
gambaran pelaksanaan pelayanan neonatus di Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember, [Serial Online].
maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti 6. Wandira, A. 2012. Faktor Penyebab
adalah sebagai berikut : Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo.
a. Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jurnal Biometrika dan Kependudukan,
Jember yaitu melakukan perencanaan untuk Volume 1. Surabaya : Universitas
penambahan kebutuhan sumberdaya Airlangga. [serial online]
manusia kesehatan di Puskesmas.
mengadakan pelatihan neonatus secara rutin 7. Kementerian Kesehatan RI. 2015.
untuk meningkatkan pengetahuan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
kemampuan tenaga paramedis di Indonesia Nomor 33 tahun 2015 tentang
Puskesmas. Melakukan pendampingan Pedoman Penyusunan Perencanaan
dalam pengurusan dokumen pertanggung Kebutuhan Sumber Daya Manusia
jawaban keuangan. Pemenuhan persediaan Kesehatan. Jakarta : Kementrian
untuk vitamin K dan obat penambah darah Kesehatan
melalui perencanaan dan penganggaran 8. Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi
ditahun berikutnya. Mengupayakan kembali Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta : Binarupa
pelaksanaan skrining untuk bayi baru lahir di Aksara
Puskesmas. 9. Sukamti, Sri. 2015. Pelayanan Kesehatan
b. Pada Puskesmas disarankan melakukan Neonatal Berpengaruh Terhadap Kematian
peninjauan dan pendataan alat dan sarana di Neonatal Di Indonesia (Analisis Data
Polindes, Pustu, Poskesdes untuk dilakukan Riskesdas 2010). Jurnal Ilmu dan Teknologi
pengadaan atau penamabahan. Penggunaan
Khumaidi, et al., Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Neonatus di Puskesmas Sukowono Kabupaten…

Kesehatan. Jakarta : Poltekes Jakarta.


[serial online]
10. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Kementrian Kesehatan
11. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta : Kementrian Kesehatan
12. Jamhariyah. 2013. Analisis Kinerja Bidan
Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di
Wilayah Puskesmas Kabupaten Lumajang
Jawa Timur. Jurnal IKESMA Volume 9.
Jember : Poltekes Kemenkes Malang
13. Samsia, R. 2015. Pengaruh Promosi
Kesehatan tentang Antenatal Care
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu
Hamil. Jurnal Ilmiah Bidan Volume 3.
Manado : Poltekkes Kemenkes Manado.
[serial online]
14. Rini, D , Puspitasari, Nunik. 2014.
Hubungan Status Kesehatan Neonatal
Dengan Kematian Bayi. Skripsi. Surabaya :
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga. [Serial online].
http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-biometrikc3e9741ff1full.pdf . [29
Januari 2017]

You might also like