Tugas Praktikum Kewirausahaan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Hambatan Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired


Immune Deficiency Syndrome (AIDS) Oleh Pekerja Seks Komersial (PSK) Di
Lokalisasi

Fahruddin Kurdi 1
Prodi S1 Keperawatan STIKES PEMKAB Jombang1
Kutipan: Kurdi, Fahruddin. (2017). Hambatan Pencegahan Penularan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) Oleh
Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Lokalisasi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2 (2)

INFORMASI ABSTRACT
Objective: to explore the obstracle to prevention of HIV/AIDS
Korespondensi transmission by PSK in Klubuk
fahruddinkurdi@gmail.com
Methods: This research uses qualitative method with
phenomenology approach. The subjects of this study were
Commercial Sex Workers in 2016, with the criteria have been
working as Commercial Sex Workers for at least 1 (one) year in
Localization. The number of participants taken was 5 (five) PSK
aged 19-38 years at the time of taking data from 130 (one hundred
Keywords:
Commercial Sex Worker, HIV and thirty) Sex Workers.
/ AIDS, Localization
Results: The results show that Commercial Sex Workers admit
that they understand that condom use can prevent transmission,
but when condom sexual activity is not always their use. Physical
and psychological violence sometimes they get. Their bargaining
power is still weak in condom use negotiations with their
customers. Support in their HIV / AIDS prevention efforts obtain
from peer groups and nurse.

Conclusion: It is necessary for cross-sectoral cooperation and


related agencies to provide intervention to this Commercial Sex
Workers community so that the increase of HIV / AIDS cases in
Jombang can be suppressed.

PENDAHULUAN PSK merupakan seseorang yang


Kasus Human Immunodeficiency sangat berisiko dalam penularkan
Virus (HIV) dan Acquired Immune HIV/AIDS karena perilaku hubungan
Deficiency Syndrome (AIDS) dalam seksual yang tidak aman. Cara penularan
sepuluh tahun terakhir secara umum HIV/AIDS terbesar kedua di Indonesia
meningkat. Data dari Kemenkes sejak adalah melalui hubungan seks tanpa
tahun 2005 sampai September 2015, menggunakan kondom antara pekerja seks
terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 komersial dengan pelanggannya. PSK
(Iradat, 2015). Jumlah kasus HIV tertinggi Menyumbang 5,9% sebagai kelompok
yaitu di DKI Jakarta (38.464 kasus), berisiko terinfeksi HIV/AIDS (Dirjen PP
diikuti Jawa Timur (24.104 kasus), Papua & PL Kemenkes RI, 2014).
(20.147 kasus), Jawa Barat (17.075 kasus) Penggunaan kondom adalah salah
dan Jawa Tengah (12.267 kasus). satu alat yang bisa digunakan oleh pekerja
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

seks komersial dan bisa dipakai oleh penghubung atara Lamongan dengan
pelanggannya yang berfungsi untuk Jombang. Data dari Puskesmas Kabuh
mencegah apenularan beberapa penyakit pada bulan Maret tahun 2016 ada sekitar
menular seksual (PMS) yang disebabkan 135 PSK di Lokalisasi Klubuk. Jumlah
oleh hubungan seksual dari pasangan tersebut mungkin akan bertambah dari
wanita ataupun sebaliknya. Menurut berpindahnya para PSK akibat dari
penelitian Sedyaningsih (1999) pada penutupan lokalisasi Tunggorono dan
penjaja seks di Kramat Tunggak bahwa Dolly Surabaya yang selama ini diklaim
dari segi karakteristik umur, pendidikan, sebagai lokalisasi terbesar di Asia.
daerah asal, lama bekerja berpengaruh Penularanan HIV/AIDS salah
dalam perilaku penggunaan kondom pada satunya disebabkan karena perilaku
pelanggannya. Hal ini dikarenakan seksual yang tidak aman oleh para
perilaku dalam penggunaan kondom dalam pelakunya. Seperti tidak menggunakan
melakukan hubungan seksual masih sangat kondom yang sering dilakukan oleh para
rendah hasilnya, yaitu masih dibawah PSK dan pelanggannya. Melakukan oral
30%. dan anal seks yang besar kemungkinan
Provinsi Jawa Timur menduduki membuat luka di organ seksual sehingga
peringkat ke-2 terbanyak kasus HIV pada dapat menjadi port de entri HIV.
tahun 2015 di Indonesia. Seperti yang Studi pendahuluan pada 6 PSK
disampaikan oleh Wibowo (2015) menyatakan ada keinginan untuk
Kabupaten Jombang menduduki peringkat mencegah penularan HIV/AIDS. Namun
ke-2 di Jawa Timur dengan penemuan keinginan mereka tidak bisa berjalan
kasus sebanyak 720, dengan rincian HIV dengan baik, jika PSK tidak menuruti
sebanyak 320 dan AIDS sebanyak. Kota keinginan pelanggannya maka mereka
ini berada setingkat di bawah Kota takut mendapat tekanan dari
Surabaya dengan jumlah penderita pelanggannya. Hal tersebut didukung dari
HIV/AIDS. pernyataan pelanggan PSK, yang
Penularan HIV di Jombang melalui menyatakan bahwa mereka lebih suka
berbagai cara. Penularan tertinggi melalui tidak memakai kondom. Pelanggan telah
prostitusi terselubung. Meski tak ada membayar jasa PSK, maka keinginannya
lokalisasi legal di Kabupaten Jombang, seharusnya dipenuhi. Hal tersebut
namun warung remang-remang yang menunjukkan bahwa PSK merupakan
menyediakan jasa esek-esek menjamur. kelompok yang berisiko terhadap
Sedikitnya 34% dari 857 penderita penularan dan menularkan HIV/AIDS
HIV/AIDS atau sekitar 291 orang Tujuan dari penelitian ini untuk
merupakan pria hidung belang. Disusul mengeksplorasi secara mendalam
kemudian 24% atau sekitar 205 ibu rumah bargaining position PSK di hadapan
tangga tertular virus HIV melalui pelanggannya dalam upaya pencegahan
suaminya yang suka ‘jajan’. Sedangkan penularan HIV/AIDS.
wanita pekerja seks komersial menduduki
peringkat ke 3 sebesar 11% atau 94 orang. METODE
Tren terbanyak tertular adalah high risk Penelitian ini menggunakan metode
man (pria dengan resiko tinggi) sebagai kualitatif dengan pendekatan
pelanggan jasa ‘esek-esek’. fenomenologi. Fakta yang lebih mendalam
Lokalisasi Klubuk adalah salah satu diungkap melalui wawancara mendalam.
tempat prostitusi yang popular di Kota Penelitian dilaksanakan di Lokalisasi
Jombang. Tempat ini menjadi tempat Klubuk Jombang mulai bulan Mei hingga
singgah para sopir lintas kota/provinsi dan Juli 2016.
para pengguna jasa PSK karena Partisipan penelitian dipilih secara
merupakan perbatasan dan jalur purposive sampling dengan kriteria yaitu

127
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

partisipan penelitian adalah PSK di 3) Resiko tertular HIV/AIDS


Lokalisasi yang tidak mengalami Sumber dukungan yang diperoleh dalam
gangguan kognitif. Partisipan penelitian ini pencegahan HIV/AIDS yaitu peer group,
adalah sebanyak 5 (lima) orang PSK. petugas lapangan serta bentuk pemberian
Kelima PSK tersebut menjadi subyek layanan penyuluhan dan skrining
wawancara mendalam. “paling ya kita-kita sendiri saling
Analisis data menggunakan metode ngilingno” (P2)
analisis Collaizi (1978). “Biasane nek ada petugas puskesmas
ngunu iku iso sharing mas”(P2)
HASIL PENELITIAN “ada mas..biasanya kan kita
1) Cara Penularan HIV/AIDS dikumpulkan. Gak mesti mas, kadang
Berhubungan seks dengan banyak melok. Tiap bulan cek, terus dikasih
pasangan dan tidak menggunakan kondom informasi macem-macem. Tentang
dan melalui perantara cairan darah kesehatan awak dewe… AIDS,
merupakan pemahaman partisipan tentang penyakit-penyakit gitu” (P 3)
cara penularan HIV/AIDS. Hal tersebut
dibuktikan dari penyampaian hasil 4) Hambatan penggunaan kondom
wawancara dengan partisipan seperti Hasil wawancara diperoleh informasi
berikut: bahwa partisipan kadang merasa kesulitan
“nggak pakai kondom saat untuk membujuk pelanggannya untuk
berhubungan dengan banyak PSK, nek menggunakan kondom pada saat
pas ada luka darah ngunu iku iso melakukan hubungan seks
nular...” (P3) “…kadang angel mas... tapi yo onok
“Penularannya lewat seks nggak pakai sing gampang… dekne sing mbayar e
kondom mas, mbrembes lewat cairan mas. biasane dapet tambahan nek gak
darah…” (P5) pakei kondom.. kadang pernah marah
mas, aku yo wedi se mas, aku yo butuh
2) Sangat Beresiko tertular HIV/AIDS uang e. Yo tak kandani wae ben gak
Partisipan penelitian sadar bahwa mereka kena penyakit. yo kasian istrine mas…
sangat beresiko tinggi tertular HIV/AIDS kadang terus gelem, mau pake..” (P3)
karena mereka melakukan hubungan “…angel mas nek disuruh pake
seksual dengan berganti-ganti pasangan. kondom… jarene gak enak.. nggak
Hal tersebut didukung hasil wawancara kroso…” (P5)
sebagai berikut:
“…Menurutku gampang ketularan PEMBAHASAN
mas.. soale kadang ada tamu sing Mengenai resiko tertular HIV/AIDS
nggak gelem pake kondom mas. Jadi para PSK memiliki persepsi yang baik
bisa ae tertular AIDS mas..” (P1) namun hal itu belum menjamin individu
untuk berperilaku yang baik pula. Sesuai
Pernyataan yang sama juga dipaparkan dengan teori Health Belief Model (HBM)
oleh partisipan lainnya bahwa mereka juga M. Rosenstock (1966) yang menyebutkan
merasa rentan tertular AIDS dan IMS bahwa berbagai bentuk ancaman,
karena perilaku seksual mereka yang keseriusan, dan pertimbangan sisi
berisiko yaitu melakukan hubungan keuntungan dan hambatan yang dirasa
seksual dengan banyak pasangan. akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
“Gampang tertular penyakit AIDS, yaitu faktor demografis (usia, jenis
sipilis, keputihan... Kita kan kerjaannya kelamin, dan latar belakang budaya),
gitu dengan banyak orang mas…” (P5) faktor sosio-psikologis, dan faktor
struktural (pengetahuan dan pengalaman
tentang masalah). HBM ini memfokuskan

128
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

kepada persepsi subjektif seseorang, antara mengorek-ngorek vagina dapat membantu


lain persepsi seseorang terhadap risiko mengeluarkan kuman-kuman yang ada di
tertular penyakit dalam hal ini HIV/AIDS; dalam alat kelamin. Padahal anggapan
persepsi seseorang terhadap keseriusan tersebut adalah anggapan yang keliru.
suatu penyakit baik medis maupun sosial, Hasil penelitian ini bersesuaian
seperti kematian, dikucilkan dari teman dengan hasil penelitian Matahari (2012)
dan keluarga; persepsi positif terhadap mengenai persepsi dan perilaku seksual
perilaku pencegahan; persepsi negatif wanita pekerja seks komersial (PSK)
terhadap perilaku pencegahan dan persepsi dalam upaya pencegahan IMS di kota
terhadap kemampuan diri sendiri untuk Semarang tahun 2012. Dalam
melakukan perilaku pencegahan yaitu penelitiannya diperoleh bahwa pekerja
perilaku penggunaan kondom. seks komersial merasa bahwa IMS bukan
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa merupakan suatu penyakit yang serius
partisipan merasa jika HIV/AIDS karena masih bisa disembuhkan
merupakan suatu penyakit yang biasa menggunakan obat dokter. Pemahaman
menyerang PSK dan pelanggannya. mereka adalah IMS dikatakan serius
Mereka berpendapat jika memakai apabila sudah memasuki fase AIDS.
kondom dan membersihkan vagina dengan Berdasarkan pernyataan partisipan
sabun sirih maka akan mengurangi resiko tentang manfaat penggunaan kondom
terserang HIV/AIDS. Dari tanggapan untuk mencegah HIV/AIDS, hampir
partisipan mengenai manfaat dalam seluruh partisipan mengatakan setuju. Para
penggunaan kondom untuk mencegah partisipan sependapat untuk mencegah
HIV/AIDS dan IMS, maka hal itu sesuai HIV/AIDS dengan menggunakan kondom.
dengan manfaat penggunaan kondom yaitu Selain itu mereka berpendapat jika
memberikan proteksi terhadap IMS seperti kondom dapat mencegah kehamilan dan
sifilis, gonorrhea, herpes, chlamydia, serta terhindar dari penularan penyakit.
mencegah penularan HIV/AIDS. Mengenai kerugian penggunaan kondom,
Hasil penelitian ini sesuai dengan seluruh partisipan mengatakan merasa
penelitian Lokollo (2009) mengenai lebih aman jika menggukan kondom, tidak
perilaku Wanita Pekerja Seksual Tidak ada yang merasa rugi. Hal tersebut sesuai
langsung dalam pencegahan IMS, HIV dan dengan kegunaan kondom sebagi
aids di pub, karaoke, cafe dan diskotek di pencegah IMS dan HIV/AIDS. Kondom
Semarang. Lokollo memperoleh bahwa terbuat dari bahan karet (lateks) yang
sebagian besar WPS mengakui bahwa berbentuk seperti balon dengan fungsi
mereka termasuk dalam kelompok resiko untuk menghambat masuknya cairan
tinggi akan praktik mereka terhadap upaya sperma dan bibit penyakit ke lubang
pencegahan IMS dan HIV&AIDS masih vagina selain itu juga berguna untuk
kurang. Walaupun mereka setuju dengan mencegah transfer bakteri dan virus
pemakaian kondom sebagai upaya penyebab penyakit menular seksual.
pencegahan yang baik, tetapi dalam Hal tersebut sesuai dengan hasil
prakteknya ketika beraktivitas seksual penelitian Hariyati (2011) mengenai
tidak selalu kondom mereka gunakan. upaya-upaya pencegahan dan pola
HIV/AIDS dan IMS terutama ada pencarian pelayanan infeksi menular
dalam cairan kelamin dan darah. Semua seksual (IMS) perempuan pekerja seks di
paertisipan membenarkan jika orang yang tempat prostitusi bandang raya kota
berganti-ganti pasangan mempunyai resiko samarinda. Pada penelitian tersebut
lebih tinggi tertular. Tetapi ada sebagian didapatkan bahwa para pekerja seks
kecil dari PSK beranggapan bahwa menyadari bahwa dengan menggunakan
seseorang yang dapat menjaga kebersihan kondom maka akan mencegah penularan
alat kelamin dengan baik, sabun sirih dan IMS. Penggunaan kondom tidak hanya

129
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

dapat mencegah kehamilan tetapi juga Memang sebagian besar dari mereka
dapat mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. selalu berusaha memberikan penjelasan
Penggunaan kondom yang konsisiten kepada pelanggan untuk memakai
(selalu menggunakan kondom dalam kondom. Namun tidak selalu sesuai
setiap hubungan seksual) merupakan dengan harapan, ada yang merasa tidak
perilaku yang efektif untuk mencegah dapat berbuat apa-apa ketika sang
penularan IMS. pelanggan menolak. Ada partisipan yang
Dukungan atau motivasi untuk menceritakan pengalamannya yaitu ketika
melakukan tindakan pencegahan penularan ia akan melayani pelanggannya dan
HIV/AIDS sangat bervariasi. Berbagai merayu untuk memakai kondom, si
faktor pendorong disini adalah hal apa saja pelanggan tetap tidak mau menggunakan
yang dapat memotivasi mereka sehingga kondom dengan alasan merasa tidak
perilaku dalam pencegahan HIV/AIDS nyaman. Karena merasa tidak enak dengan
dapat dilakukan secara ajeg. Misalnya pelanggannya dan ia butuh uang akhirnya
keluarga, teman seprofesi, media massa, partisipan melayaninya tanpa kondom.
germo, petugas kesehatan, KPA atau Ada juga yang mendapatkan pelanggan
lembaga pendamping. Hasil wawancara yang memang tidak mau memakai kondom
kepada PSK diketahui bahwa mereka sehingga si pelanggan mengeluarkan
memperoleh informasi kesehatan terutama pernyataan bahwa ia sudah membayar, jadi
mengenai HIV/AIDS dan IMS dari apapun alasannya maka PSK harus
kegiatan penyuluhan yang secara periodik menuruti pelanggannya. Tekanan seperti
diadakan lokalisasi tersebut. itulah para PSK akhirnya memiliki posisi
Hal ini sesuai dengan penelitian tawar (bargaining position) yang lebih
Rogers dan Shoemaker dikutip sarwono rendah daripada posisi permintaan tamu.
(2004) bahwa sebelum individu atau Fenomena yang terjadi dalam
seseorang memutuskan melakukan penelitian ini sesuai dengan teori
perilaku baru, diawali dengan meminta pertukaran sosial Peter M. Blau (1964)
informasi dari petugas kesehatan. Ketika yang identik dengan kekuasaan. Menurut
individu mulai berminat maka petugas Blau (1964) dalam pertukaran sosial
kesehatan akan meningkatkan terkadang terjadi pertukaran yang tidak
dukungannya agar individu tersebut seimbang, maksudnya ada pihak yang
bersedia menerima obyek. Melalui ajakan mendapat ganjaran tidak sesuai dengan apa
dan dukungan dari petugas kesehatan serta yang dikeluarkan atau dikorbankannya.
pertimbangan pribadi lalu ditetapkanlah Bisa disebut juga bahwa biaya yang
keputusan penerimaan atau penolakan ide dikeluarkan lebih besar dari apa yang ia
baru tersebut, dan tahap akhir adalah tahap dapatkan. Pertukaran sosial yang tidak
penguatan dimana individu meminta seimbang akan menyebabkan adanya
dukungan atas keputusan untuk perbedaan atau diferensiasi kekuasaan
berperilaku karena dalam pertukaran tersebut ada
Pandangan partisipan yang sudah pihak yang merasa lebih berkuasa
setuju terhadap kegunaan kondom, mempunyai kemampuan menekan dan di
ternyata tidak menjamin upaya partisipan lain pihak ada yang dikuasai serta merasa
untuk memakai kondom. Hal ini sesuai ditekan. Kekuasaan menurut Peter M. Blau
dengan penelitian Purwati (2011) bahwa adalah kemampuan seseorang atau
pemikiran seseorang juga menyebabkan kelompok untuk memaksa kehendaknya
seseorang berperilaku tertentu. Dalam hal kepada pihak lain.
ini sebagian partisipan mengakui ada Kontrol sosial dalam pandangan
beberapa pelanggan yang tidak menyukai pertukaran sosial Blau yang diberikan pun
memakai kondom dengan alasan tidak bersifat paksaan. Semua anggota
nyaman dipakai. kelompok, secara suka rela menerima apa

130
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

yang telah diperintahkan oleh pihak yang berdampak pada penghasilan mereka.
mempunyai otoritas. Meskipun terlihat Tekanan psikis dan ekonomi itulah yang
secara suka rela sebenarnya ada unsur menjadikan posisi para PSK itu rendah
paksaan yang dimasukkan sebagai kontrol dihadapan pelanggannya sehingga mereka
agar suatu kelompok yang kompleks dengan terpaksa mau melayani
tersebut dapat berjalan sebagimana pelanggannya dengan risiko akan tertular
mestinya. HIV/AIDS dan berbagai macam jenis
PSK lebih memprioritaskan materi berupa IMS.
uang dibandingkan dengan dampak Perlu sinergi secara lintas sektoral
kesehatan yang akan mereka alami. Hal ini dengan Dinas Pariwisata, Dinas Sosial,
didasarkan pada hasil penelitian ini bahwa KPA, Karang Taruna, dan dinas lainnya
PSK mendapatkan tekanan psikis dari berupa pembinaan terhadap PSK secara
pelanggannya, selain itu partisipan rutin dan berkesinambungan. Selain itu
menyatakan bahwa lebih baik mereka perlu dibuat sebuah program
menuruti permintaan pelanggan karena pendampingan yang berperan sebagai
jika tidak dituruti maka mereka khawatir monitoring status kesehatan PSK di
akan kehilangan pelanggan yang nantinya wilayah lokalisasi.
akan berdampak pada penghasilan mereka.
Tekanan psikis dan ekonomi itulah yang DAFTAR PUSTAKA
menjadikan posisi para PSK itu rendah Afiyanti, Y. & Rachmawati, N.I. 2014.
dihadapan pelanggannya sehingga mereka Metodologi penelitian kualitatif
dengan terpaksa mau melayani dalam riset keperawatan. edisi 1.
pelanggannya dengan risiko akan tertular Jakarta: Rajawali Pers.
HIV/AIDS dan berbagai macam jenis Budianto E.E., 2015. Jombang Ranking 2
IMS. Penelitian Lokollo (2009) Penderita HIV/AIDS Tertinggi di
menyebutkan bahwa pemakaian kondom Jatim. Diakses dari
pada PSK dikalangan pramusaji yang http://news.detik.com/ berita-jawa-
bekerja di cafe dan diskotik Kota timur /3084285/ pada tanggal 4
Semarang masih tergolong rendah. Adanya Desember 2015 Pukul 09.25
tuntutan dari pelanggan untuk tidak Budiono & Irwan., 2011. Konsistensi
menggunakan kondom saat melakukan Penggunaan Kondom Oleh Wanita
hubungan seksual adalah salah satu Pekerja Seks / Pelanggannya.
penyebab utamanya. PSK sebagai pihak http://journal.unnes.ac.id/index.php
yang tidak berdaya tetap melakukan /kemas. Diakses 7 November 2015
pekerjannya untuk berhubungan seksual pukul.
dengan para pelanggannya agar dapat Creswell J.W., 2012. Research Design:
menerima imbalan untuk memenuhi Qualitative, Quantitative, and
kebutuhan hidupnya. Mixed Methods Approach. Los
Angeles: Sage Publication.
KESIMPULAN Depkes RI, 2008. Situasi HIV/AIDS di
PSK mengakui tetap melayani tamu Indonesia Tahun 1987-2006.
tanpa kondom sesuai dengan keinginan Jakarta: PUSDATIN DEPKES RI.
sang tamu. Mereka lebih memprioritaskan Ditjen PP & PL Depkes RI, 2015. Statistik
materi berupa uang dibandingkan dengan Kasus HIV/AIDS di Indonesia,
dampak kesehatan yang akan mereka http://www.lp3y.org/content/AIDS/
alami. Selain itu partisipan menyatakan sti.htm. diakses pada 8 Desember
bahwa lebih baik mereka menuruti 2015 pukul 09:00 WIB.
permintaan pelanggan karena jika tidak Djuanda A., 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
dituruti maka mereka khawatir akan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta:
kehilangan pelanggan yang nantinya akan Balai Penerbit FKUI.

131
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Ekanurwaty, 2011. Pekerja Seks dan Tindakan Penggunaan


Komersial, dilihat tanggal 18 Kondom Priapada Wanita Pekerja
Desember 2015, <http: Seks di Kota Manado. Ejournal
//www.ekanurwaty.com> Unsrat. http: //ejournal. unsrat.
Robert S., 2011. Pengantar Psikologi: ac.id/index.php
Understanding Psychology. ed 10. /kesmas/article/download/79/75.
Jakarta: Salemba Humanika. Diakses 25 November 2015.
Fitzpatrick JJ & Walace M, 2012. KPAN, 2015. Data HIV dan AIDS,
Encyclopedia of Nursing http://www.aidsindonesia.or.id.
Researsch, New York: Springer. Diakses tanggal 12 November
Green. E.C., 2003. Rethinking AIDS 2015.
Prevention: Learning From Lestari P., 2009. Studi Diskriptif
Successes In Developing Pengetahuan Pekerja Seks
Countries. Westport: CT Praeger. Komersial (PSK) Tentang Penyakit
Hafrida, 2007. Evaluasi Promosi Menular Seksual di Desa Sidomukti
Penggunaan Kondom Untuk Kecamatan Karanganyar
Mencegah Hiv/Aids Di Lokalisasi Kabupaten Pekalongan. Tidak
Pelacuran Di Kabupaten Dipublikasikan
Banyuwangi. Berita Kedokteran Lokollo F.Y., 2009. Studi Kasus Perilaku
Masyarakat, Vol. 24, No. 3, Wanita Pekerja Seksual Tidak
September 2008. langsung Dalam Pencegahan
Harahap, S.W., 2013. AIDS Watch IMS,HIV dan AIDS di Pub dan
Indonesia: Media Informasi dan Karaoke, Café, dan Diskotek di
Komunikasi Perkembangan Kota Semarang. Semarang: Undip
HIV/AIDS Indonesia. Mirhan, 2010. Penderita HIV/AIDS di
http://www.aidsindonesia.com/201 Kalteng Meningkat. Media
3/10/tanggapan-terhadap-tentang- Indonesia Online. Diakses pada 13
kritik-islam.html. diakses pada 4 Juli 2016.
Februari 2016 pukul 21.13 WIB Moleong, L., 2011. Metodologi Penelitian
Henderina, 2012. Wanita Pekerja Seks Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Komersial. Skripsi. Makasar: Rosdakarya,.
Universitas Hasanudin. Mubarokah, Kismi., 2006. Skripsi : Teknik
Hutabarat D.B., 2004. Penyesuaian Diri negosiasi WPS (Wanita Pekerja
Perempuan Pekerja Seks dalam Seks) dalam mengajak klien
Kehidupan Sehari-hari. Arkhe. Vol memakai kondom: Studi kualitatif
9. No 2. Halaman 70-81. upaya pencegahan HIV/AIDS di
Homans, G. C., 1974. Social Behaviour; Lokalisasi Sunan Kuning,
Its Elementary Form. Rev Editions. Semarang. Semarang: Fakultas
New York: Harcourt Brace Kesehatan Masyarakat Universitas
Jovanovich. Diponegoro
Iradat D., 2015. Jumlah Kasus HIV & Murni, S., Green, C. W., Djauzi, S.,
AIDS Indonesia Meningka. Setiyanto, A., & Okta, S., 2009.
http://news. Hidup Dengan HIV/AIDS. Jakarta:
metrotvnews.com/read/2015/11/30/ Yayasan Spiritia.
196222/Diakses pada tanggal 21 Nasronuddin, 2007. HIV & AIDS
Mei 2016 pukul 09.12. Pendekatan Biologi Molekuler,
Idrus M., 2009. Metode Penelitian Ilmu Klinisdan Sosial. Surabaya:
Sosial, Jakarta: Erlangga. Airlangga University Press..
Juliastika, 2011. Hubungan Pengetahuan
tentang HIV/AIDS dengan Sikap

132
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017

Notoatmodjo, 2007. Ilmu Perilaku UNAIDS, 2015. Report on the global


Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka AIDS epidemic, http:
Cipta. //www.unaids.ore/. diperoleh 4
Polit, DF, Beck, CT & Hungler, BP., 2012. Januari 2016, jam 19.20
Nursing Research: Generating and Verasati A., 2013. Motivasi Wanita
Assessing Evidence For Nursing Pekerja Seks (WPS) Dalam
Practice. Philadelpia: Lippincott Melakukan Tes Hiv/Aids (Studi
Wiliam Wilkins. Kualitatif di Kabupaten Jember).
Raho, Bernard, 2007. Teori Sosiologi Skripsi. Uneversitas Jember
Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka. Walgito B., 2004. Psikologi Sosial.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
2012. Teori Sosiologi Modern. WHO, 2010. GLOBAL HIV/AIDS
Edisi Keenam. Jakarta: Kencana. RESPONSE: Epidemic update and
Royce R, Arlenesena, Cates W, Cohen health sector progress towards
MS, 1998. Sexual transmission of Universal Access. Geneva.
HIV. Nursing England Journal Switzerland: World Health
Med; 336:1072-78. Organization.
Saryono, Anggraeni MD., 2011. Wilda, N., 2011. Perilaku Pencegahan
Metodologi Penelitian Kualitatif HIV dan AIDS pada Wanita
dalam Bidang Kesehatan. Penjaja Seks (WPS) Karaoke di
Yogyakarta: Nuha Medika. Kota Makassar. Skripsi. FKM.
Setiawan, P., 2014. Teori Pertukaran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sosial Menurut Para Ahli. diakses Yuliawati F., 2009. Studi Kasus Perilaku
pada 21 April 2016 jam 10.04 Wanita Pekerja Seksual Tidak
Silalahi, RE., 2008. Pengaruh Langsung Dalam Pencegahan IMS,
Predisposisi, Pendukung, Penguat HIV Dan AIDS Di Pub&Karaoke,
Terhadap Tindakan Pekerja Seks Café, Dan Diskotek Di Kota
Komersial (PSK) dalam Semarang, Tesis Magister Promosi
Menggunakan Kondom untuk Kesehatan: Universitas Diponegoro
Pencegahan HIV & AIDS di
Lokalisasi Teleju Kota Pekanbaru
Tahun 2008, Tesis. Medan :
Program Pasca Sarjana USU.
Streubert, HJ & Carpenter, DR., 2003.
Qualitative Research in Nursing:
Advancing the Humanistic
Imperative. 3rd ed. Philadelphia:
Lippincott.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Spiritia, 2008. Lembar Informasi tentang
HIV/AIDS untuk ODHA. Jakarta:
Spiritia.
Stebbing J, Gazzard B, Douek DC., 2004.
Where does HIV live?. Nursing
England Journal Med; 350:1872-80
Sylvia A. & Wilson, 2005. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.

133

You might also like