Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Pertama
،ُ َوأ َ ْش َهد ُ أَ ْن ََل ِإلهَ ِإ ََّل هللاُ َوحْ دَهُ ََل ش َِريُكَ َله،صا ِئ َر
َ ق أ َ ْولَي ال َب َ ب ال َحا ِئ َر ِإلَى
ِ ط ِر ْي َ فَ َهدَى ْالقَ ْل،س َرا ِئ َر
َ َونَقَّى ال،ض َما ِئ َر
َ صلَ َح ال ْ َ ا َ ْل َح ْمد ُ هللِ الَّذِي أ
َ َ
.ار َعلى َهدْيِ ِه إِلى يَ ْو ِم ال ِدّي ِْن َ س َ صحْ بِ ِه َو َم ْن َ َ
َ َو َعلى آ ِل ِه َو،ًس ِري َْرة ً َوأز ْكا َ ُه ْم ِسي َْرة َ َ ُ
َ َ أ ْنقَى العَال ِميْن،ُس ْوله ُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح ّمدا ً َع ْبدُهُ َو َر
ََّاي ِبت َ ْق َوى هللاِ فَقَدْ فَازَ ْال ُمتَّقُ ْون ِ أ ُ ْو،اس
َ ص ْي ُك ْم َوإِي ُ َّيَا أَيُّ َها الن
ََّللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوَل ت َ ُموت ُ َّن إَِل َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون
َّ يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا:قَا َل تَعَالَى
َ ََّللاَ الَّذِي ت
سا َءلُونَ بِ ِه َّ سا ًء َواتَّقُوا ِ اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو
َّ َاحدَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوب
ً ِث ِم ْن ُه َما ِر َجاَل َكث
َ ِيرا َون ُ ََّوقَا َل يَاأَيُّ َها الن
َّللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا
َّ ام ِإ َّن
َ األر َحْ َو
سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظي ًما أَ َّما َّ ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع
ُ َّللاَ َو َر َّ َوقَا َل يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
َ َّللاَ َوقُولُوا قَ ْوَل
ْ ُسدِيدًا * ي
ُبَ ْعد
Suatu ketika, Abu Dzar al-Ghifari datang kepada Rasulullah SAW, dengan niat ingin memberi
kontribusi yang lebih besar kepada umat, beliau memohon kepada Nabi SAW agar dilantik menjadi
pejabat.
Sambil menepuk pundak Abu Dzar, Nabi SAW berkata, “Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang
lemah, sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Pada hari kiamat nanti, ia akan menjadi
kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang
seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut,” (HR. Muslim)
Di lain kesempatan, nasihat yang hampir sama juga Rasulullah SAW sampaikan kepada Abdurrahman
bin Samurah.
ِ ْط ْيت َها َع ْن َغي ِْر َم ْسأَلَ ٍة أ ُ ِع ْنتَ َعلَ ْي َها َو ِإ ْن أُع
ْط ْيتَ َها َع ْن َم ْسأَلَ ٍة ُو ِك ْلتَ ِإلَيْها ِ ارة َ فَإِنَّكَ ِإ ْن أُع ِ س ُم َرة َ َلَ تَسْأ ِل
َ اإل َم َ من بن
ِ ْالرح
َّ َيَا َع ْبد
“Wahai Abdurrahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.
Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan memikul
tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan karena diminta,
maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Masih dalam makna yang sama, sahabat Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan suatu ketika aku dan dua
orang dari kaumku datang menghadap Nabi saw. Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya
Rasulullah angkatlah kami sebagai pejabatmu!” Satu orang lagi juga mengatakan perkataan yang
sama. Lalu Rasulullah SAW bersabda:
“Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan berambisi
untuk mendapatkannya,” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah anjuran Rasulullah SAW kepada para sahabatnya ketika mereka tergiur dengan jabatan.
Beliau menjaga agama sahabatnya agar terhindar dari fitnah kedudukan. Sebab, dalam Islam menjadi
pemimpin bukanlah perkara yang ringan. Tanggung jawabnya berat. Tidak hanya dituntut untuk
mengatur kesejahteraan rakyat semata, tapi lebih daripada itu, seorang pemimpin juga harus
memastikan tegaknya syariat Allah Ta’ala dalam aturan hidup rakyatnya.
BACA JUGA Dua Masjid di Selandia Baru Diserang, Banyak Mayat Bergelimpangan
Sebagaimana yang ditegaskan oleh para ulama bahwa secara umum ada dua tugas utama seorang
pemimpin, yaitu: menjaga agama dan mengatur urusan dunia dengan aturan agama. Karena itu,
tanggungjawab seorang pemimpin terhadap rakyatnya cukuplah besar. Tak heran bila kemudian kita
sering mendapati para salaf shaleh yang selalu menolak tawaran jabatan. Bahkan tidak sedikit di antara
mereka yang rela disiksa demi mempertahankan prinsipnya tersebut.
Semua itu tidak lain karena mereka paham konsekuensi yang harus ditanggung ketika menjadi seorang
pemimpin. Terutama ketika dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak di akhirat. Kesadaran
semacam ini cukup mempengaruhi jiwa mereka. Maka kita bisa melihat bagaimana ketika Umar bin
Khatab diangkat menjadi khalifah, beliau pernah berujar, “Seandainya seekor keledai terperosok di
kota Baghdad niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya kelak, seraya akan ditanya,
mengapa tidak kau ratakan jalan untuknya?”
Demikianlah tanggung jawab seorang pemimpin di mata umat Islam. Tak ada kenikmatan yang bisa
dirasakannya kecuali ketika ia mampu berbuat adil. Bila keadilan itu hilang maka ancaman neraka pun
menantinya. Keterngan ini dijelaskan langsung oleh Rasulullah SAW dengan sabdanya:
وثَا ِلث ُ َها َعذَابٌ َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ِإَل َم ْن َعدَ َل،ٌ َوثَا ِني َها نَدَا َمة،ٌِي؟ أ َ َّولُ َها َمال َمة
َ ار ِة َو َما ه ِ ِإ ْن ِشئْت ُ ْم أ َ ْن َبأْت ُ ُك ْم َع ِن
َ اإل َم
“Jika kalian mau, aku akan memberitahu kalian tentang kepemimpinan (al-imârah), apakah itu?
Awalnya adalah celaan. Yang kedua adalah penyesalan Yang ketiganya adalah azab pada Hari
Kiamat kecuali orang yang berlaku adil,” (HR. Al-Bazar dan Ath-Thabrani)
Namun apa yang terjadi di akhir zaman ini seolah meruntuhkan wejangan itu semua. Jabatan tidak lagi
dihindari. Justru ia menjadi ajang rebutan banyak orang. Cukup menggiurkan. Seolah-olah dengan
menjadi seorang pemimpin segala hal bisa ia lakukan. Semua tuntutan hawa nafsunya mampu
diwujudkan. Kemewahan, kepopuleran, status sosial yang tinggi, penghormatan dari orang lain bisa
dengan mudah dia peroleh. Tidak mengherankan bila kemudian segala cara rela mereka tempuh demi
mewujudkan ambisi tersebut.
Halal halam tidak lagi diperhatikan. Norma sosial apalagi. Yang penting ambisinya tercapai. Karena
itu, Rasulullah SAW menggambarkan kerakusan terhadap jabatan melebihi dua ekor serigala yang
kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing. Beliau bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala
yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang
terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi” (HR.
Tirmidzi)
Namun fitnah seperti ini memang sudah menjadi bagian dari nubuwat Nabi SAW sepeninngal beliau,
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda:
BACA JUGA Cerita Heroik Abdul Aziz Halau Teroris Selandia Baru dengan Tangan Kosong
“Sesungguhnya kalian akan berambisi akan jabatan kepempimpinan. Padahal kelak di hari kiamat ia
akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhari)
Maka Rasulullah SAW menasihati—terutama bagi yang tidak mampu—agar tidak meminta-minta
diangkat menjadi pejabat. “Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika
kepemimpinan diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan memikul tanggung jawab
sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan karena diminta, maka kamu akan
)dibantu untuk menanggungnya,” (HR. Bukhari-Muslim
سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْنَ .فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُِ ،إنَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر َّ
الر ِح ْي ُم اَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ْال َع ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل َ
Khutbah Kedua
س ْولُهُ لى ت َْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِهَ .وأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن َلَ اِلَهَ ِإَلَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ دَهُ َلَ ش َِريْكَ لَهُ َوأَ ْش َهد ُ َّ
أن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ُ ش ْك ُر لَهُ َع َ
سانِ ِه َوال ُّ ا َ ْل َح ْمد ُ هللِ َع َ
لى ِإحْ َ
س ِلّ ْم ت َ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ َ ْ
ص َحا ِب ِه َو َ إلى ِرض َْوا ِن ِه .الل ُه َّم َ
الدَّا ِعى َ
اس اِتَّقُوا هللاَ ِف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما َن َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر َبدَأ َ ِف ْي ِه ِبنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُدْ ِس ِه
أَ َّما َب ْعد ُ فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ
ار ْكتَ َعلَى ار ْك َع َلى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ُم َح َّمدٍَ ،ك َما َب َ ص َّليْتَ َع َلى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َلى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْمَ ،و َب ِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّمدٍَ ،ك َما َ اللَّ ُه َّم َ
ت ال ُمؤْ ِمنِيْنَ َ ،و َع ْن َ
سا ِئ ِر ُ
اج ِه أ َّم َها ِ َ
ع ْن أ ْز َو ِ َ َّ
ض الل ُه َّم َع ْن ُخلفَائِ ِه َّ
الرا ِش ِديْنَ َ ،و َ ار َ َ َ
إِب َْرا ِهي َْم َو َعلى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم ،فِي العَال ِميْنَ إِنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌَ ،و ْ
اح ِميْنَ . ت ِإلَى يَ ْو ِم ال ِدّي ِْنَ ،و َعنَّا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َمتِكَ يَا أ َ ْر َح َم َّ
الر ِ ص َحابَ ِة أَجْ َم ِعيْنَ َ ،و َع ْن ال ُمؤْ ِمنِيْنَ َوال ُمؤْ ِمنَا ِ
ال َّ
ش ِقيًّا َوَل َمحْ ُر ْوماً. اللَّ ُه َّم اجْ َع ْل َج ْم َعنَا َهذَا َج ْمعا ً َم ْر ُح ْوماًَ ،واجْ َع ْل تَفَ ُّرقَنَا ِم ْن بَ ْع ِد ِه تَفَ ُّرقا ً َم ْع ُ
ص ْوماًَ ،وَل تَدَ ْ
ع فِ ْينَا َوَل َم َعنَا َ
صا ِلحا ً زَ ا ِكياًَ ،و ِع ْلما ً نَافِعا ً َرافِعاًَ ،و ِإ ْي َمانا ً َرا ِسخا ً ثَا ِبتاً،
صادِقا ً ذَا ِكراًَ ،وقَ ْلبا ً خَا ِشعا ً ُمنِيْباًَ ،و َع َمالً َ
سانا ً َاللَّ ُه َّم ِإنَّا نَ ْسأَلُكَ أ َ ْن ت َْر ُزقَ ُكالًّ ِمنَّا ِل َ
ط ِّيبا ً َوا ِسعاًَ ،يا ذَا ْال َجالَ ِل َو ِ
اإل ْك َر ِام. صادِقا ً خَا ِلصاًَ ،و ِر ْزقا ً َحالََلً َ َو َي ِقيْنا ً َ
سالَ َم َواأل َ ْمنَ ِل َعبادك اإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َ ،و َو ِ ّح ِد اللَّ ُه َّم ُ
صفُ ْوفَ ُه ْمَ ،وأَجمع كلمتهم َعلَى الحقَ ،وا ْكس ِْر ش َْو َكةَ الظالمينَ ،وا ْكت ُ ِ
ب ال َّ اللَّ ُه َّم أ َ ِع َّز ِ
أجمعين.
غ قُلُ ْوبَنَا بَ ْعدَ إِذْ َهدَ ْيتَنَاَ ،وهَبْ لَنَا ِم ْن لَد ُ ْنكَ َرحْ َمةًِ ،إنَّكَ أ َ ْنتَ َ
الو َّهابُ . َربَّنَا َل ت ُ ِز ْ