3910 7037 1 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ISSN 2088 – 5369

PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN


HAMPA (VAKUM) TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK LABU
KUNING (Cucurbita moschata)

EFFECT OF SLICE THICKNESS AND VACUUM FRYING TEMPERATURE ON


CHARACTERISTICS OF PUMPKIN CHIPS

Sugito * , Hermanto dan Arfah


Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
*E-mail: sugitoluwiyan@gmail.com

ABSTRACT

The objective of research was to determine the effect of slice thickness and frying
tempera- ture on the physical, chemical and sensorycharacteristics of pumpkin chips
by vacuum frying method. Research used a Factorial Completely Randomized Block
Design with 2 treatments and 3 replications. A factor (the slice thickness: 1, 2, and 3 mm)
and B factor (frying temperature : 80, 90,and 100oC). The results showed that the slice
thickness had significant effect on the crispy texture, yield, and water content of pumpkin
chips. The temperature had significant effect on the lightness,chroma, crispy texture,
yield, and moisture content. Interaction slice thickness and temperature had significant
effect on the water content of pumpkin chips. A3B3 treatment (slice thickness 3 mm and
frying temperature 100oC) was the best treatment with physical characteristic (yield
17.47%, crispy texture 183.6 gf, colour with 54.63% lightness, 42.17% chroma and
54.90o hue), chemical cha-racteristic (1.63% water content, 8.08% ash content) and
sensory characteristics by scoring preferences 3.48 crispy texture, 3.2 flavour, 2 colour and
3.32 taste. A3B3 treatment had 1.58 dis- soluble fiber content, 12.92 mg/mL IC50
antioxidant activity, 21.90 fat rate,1.46 ppm totalcarotene.
Keywords : vacuum frying, slice thickness, pumpkin chips.

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan irisan dan suhu pengorengan
hampa terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik keripik labu kuning. Penelitian
meng- gunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 2 perlakuan dan 3
ulangan. Perlakuan A (ketebalan irisan : 1, 2 dan 3 mm) dan B, (suhu penggorengan vakum :
80, 90 dan 100oC). Hasil penelitian menunjukkan ketebalan irisan berpengaruh nyata
terhadap tekstur, rendemen, dan kadar air keripik labu kuning. Suhu penggorengan
vakum berpengaruh nyata terhadap nilai ligtness, chroma, tekstur, rendemen, dan kadar
air keripik labu kuning. Interaksi ketebalan dan suhu penggorengan vakum berpengaruh
terhadap kadar air keripik labu. Perlakuan terbaik adalah A3B3 (ketebalan irisan 3 mm
dan suhu penggorengan vakum 100oC) dengan sifat fisik (warna dengan lightness
54,63%, chroma 42,17%, hue 54,90o, rendemen 17,47% dan tekstur 183,67 gf), sifat kimia
(kadar air 1,63%, kadar abu 8,08%, total karoten 16,49 ppm, kadar serat kasar 1,58%,
kadar lemak 21,90%, dan aktivitas antioksidan 12,92 mg/mL IC50) dan sifat organoleptik
dengan skor kesukaan (warna 2, rasa 3,32, tekstur (kerenyahan) 3,48 dan aroma 3,2).
Kata kunci : penggorengan vakum, ketebalan irisan, keripik labu kuning
Sugito, H.ermanton dan Arfah

PENDAHULUAN waktu penggorengan terbaik. Winarti


(2000) mengolah keripik mangga dan men-
Labu kuning (Cucurbita moschata) dapatkan suhu vakum 85ºC selama waktu
merupakan salah satu jenis tanaman horti- 35 menit sebagai suhu dan waktu terbaik.
kultura menjalar yang hidup semusim, se- Suhu penggorengan merupakan sa-
telah berbuah sekali kemudian mati. Juga lah satu faktor yang sangat berpengaruh
disebut labu parang, waluh, labu merah dan terhadap hasil yang diperoleh dari proses
labu manis (Yenrina et al., 2009). penggorengan. Suhu penggorengan sebaik-
Warna kuning atau orange pada nya mengacu pada karakteristik bahan
labu kuning menandakan adanya senyawa yang akan digoreng. Suhu yang terlalu ren-
β karoten yang merupakan salah satu dah akan menyebabkan bahan tidak masak
antioksidan, senyawa ini berperan penting dan suhu yang terlalu tinggi akan ber-
untuk kesehatan. Menurut Winarno (2002), dampak pada warna produk menjadi
karotenoid merupakan kelompok pigmen coklat/gosong.
yang berwarna kuning, orange dan merah Pengirisan merupakan salah satu
orange. Selain itu labu kuning mengandung cara pengecilan ukuran dengan tujuan ter-
kadar air yang sangat tinggi mencapai 91 tentu. Pengirisan dapat dilakukan secara
g/100 g bahan, karbohidrat 6,6 g/100 g manual yaitu menggunakan pisau atau
bahan, kalsium 45 g/100 g bahan, fosfor 65 menggunakan alat khusus. Pengirisan bisa
mg/100 g bahan dan vitamin A 180 dilakukan melintang atau memanjang se-
(SI)/100 g bahan serta vitamin C sebanyak suai keinginan. Menurut Winarti (2000)
52 mg/100 g bahan (Hendrasty, 2003). buah segar yang sudah diiris dengan kete-
Keripik labu kuning merupakan balan 4,4 mm menghasilkan keripik mang-
makanan kering hasil penggorengan yang ga dengan warna kuning dan kerenyahan
bersifat renyah dan termasuk makanan yang baik pada suhu vakum 85ºC. Tjandra
cracker sehingga lebih awet (Sulistyowati, dan Susanto (2008) mengatakan bahwa
1999). Di Indonesia keripik sangat dige- kualitas keripik secara umum ditentukan
mari oleh masyarakat sebagai cemilan, se- oleh tiga faktor utama yaitu rasa,
perti keripik singkong dan keripik pisang. kerenyahan dan bentuk irisan yang tidak
Kadar air yang tinggi pada labu kuning pecak atau rusak. Oleh sebab itu, pe-
menyebabkan perlu adanya metode peng- nentuan ketebalan irisan dan suhu peng-
gorengan khusus untuk mengolah buah ter- gorengan vakum pada pembuatan keripik
sebut menjadi keripik. labu kuning diharapkan dapat mengha-
Penggorengan bertujuan mengu- silkan keripik labu kuning dengan karak-
rangi kadar air bahan dengan cara perpin- teristik yang baik, gizi bahan dapat diper-
dahan panas secara simultan sehingga ka- tahankan dan disukai panelis.
dar air pada bahan menguap. Vacuum Tujuan penelitian adalah untuk me-
frying merupakan salah satu alat atau tek- ngetahui pengaruh ketebalan irisan dan
nologi penggorengan hampa udara dengan suhu penggorengan vakum terhadap karak-
tekanan kurang dari 1 atm yang bisa di- teristik fisik, kimia dan sensoris keripik
terapkan pada buah dan sayur. labu kuning yang digoreng dengan penggo-
Penelitian yang mengarah pada pe- rengan vakum.
nentuan suhu dan waktu penggorengan
hampa terhadap mutu keripik sudah banyak METODE PENELITIAN
dilakukan namun pada komoditi yang ber-
beda. Paramita (1999) mengolah sawo Alat-alat yang digunakan dalam pe-
menjadi keripik mendapatkan suhu vakum nelitian ini adalah : 1) alat-alat kaca untuk
95ºC selama 45 menit sebagai suhu dan analisa, 2) alat pengaduk, 3) baskom, 4)

84 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

color checker, 5) hot plate, 6) kain blacu, ning tersebut kemudian ditimbang masing-
7) kompor gas, 8) Muffle furnance, 9) pi- masing sebanyak 1 kg, setelah itu direndam
sau, 9) slicer, 10) spektrofotometer, 11) dalam larutan kapur (kalsium hidroksida)
stopwatch, 12) termometer, 13) timbangan, selama 30 menit dan ditiriskan. Dilakukan
14) timbangan analitik, 15) textur analyzer penggorengan vakum dengan suhu penggo-
merk Brookfield, 16) tupperware, 17) oven rengan sesuai perlakuan B selama 1 jam 30
dan 18) vacumm frying. menit. Labu kuning yang telah digoreng
Bahan-bahan yang digunakan da- dan menjadi keripik diangkat dari peng-
lam penelitian ini adalah : 1) air, 2) bahan- gorengan dan dilakukan spinning selama ±
bahan untuk analisa, 3) kalsium karbonat, 2 menit yang bertujuan mengeringkan mi-
4) labu kuning dan 5) minyak goreng. nyak dari keripik setelah penggorengan.
Rancangan penelitian yang diguna-
kan adalah Rancangan Acak Lengkap HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktorial (RALF) dengan 2 faktor perlaku-
an, yaitu ketebalan irisan (A) dan suhu A. Sifat Fisik
penggorengan vakum (B). Setiap kombina- Rendemen
si perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Nilai rendemen keripik labu kuning
Adapun rincian faktor perlakuannya adalah berkisar antara 14,52% hingga 20,79% da-
sebagai berikut : ri 1 kg berat awal labu kuning setiap per-
Faktor A : Ketebalan irisan (A) lakuan. Rendemen tertinggi terdapat pada
A1 = 1 mm perlakuan A3B1 yaitu 20,79%, sedangkan
A2 = 2 mm nilai rendemen terendah pada perlakuan
A3 = 3 mm A1B3 yaitu 14,52%.
Faktor B : Suhu penggorengan vakum (B) Gambar 1, semakin tipis irisan dan
B1 = 80ºC semakin tinggi suhu penggorengan vakum
B2 = 90ºC yang digunakan maka rendemen keripik la-
B3 = 100ºC bu kuning cendrung mengalami penurunan.
Analisa keragaman menunjukkan bahwa
Parameter yang diamati meliputi ketebalan irisan dan suhu penggorengan
karakteristik fisik yaitu rendemen, warna vakum berpengaruh nyata, sedangkan inte-
(Munsell, 1997) dan tekstur (Faridah et al., raksi keduanya memiliki pengaruh yang ti-
2006); karakteristik kimia yaitu kadar air dak nyata terhadap keripik labu kuning
(Sudarmadji et al., 2007), kadar abu yang dihasilkan.
(AOAC, 1995), kadar serat kasar (Sudar- Uji BNJ (Tabel 1) taraf 5% menun-
madji et al., 2007), kadar lemak, total karo- jukkan bahwa rerata rendemen keripik labu
ten serta uji aktivitas antioksidan (Yinrong kuning A1 berbeda nyata dengan A2 dan
dan Foo, 2000). Analisa sensoris meliputi A3. Semakin luas permukaan keripik labu
uji hedonik terhadap warna, rasa, kere- kuning maka panas dari minyak dapat ber-
nyahan dan aroma (Setyaningsih et al., hubungan langsung ke pusat bahan se-
2010). hingga air lebih mudah berdifusi. Menurut
Cara kerja pembuatan keripik labu Fellows (1990) mengatakan bahwa salah
kuning dengan vacuum frying sebagai satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
berikut : Labu kuning yang matang dibelah penguapan air suatu bahan adalah kesera-
kemudian dikupas dan dibersihkan dari bi- gaman ukuran dan luas permukaan bahan.
jinya. Dicuci menggunakan air bersih ke- Uji BNJ (Tabel 2) pada taraf 5%
mudian ditiriskan. Labu kuning yang telah menunjukkan bahwa rerata rendemen keri-
bersih kemudian diiris dengan ketebalan pik labu kuning pada perlakuan B3 ber-
sesuai perlakuan A. Irisan-irisan labu ku-

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 85


Sugito, H.ermanton dan Arfah

25
20.79
19.60 19.30 19.23
20 17.91 17.47

Rendemen (%)
17.89 16.40
14.52
15

10

0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Perlakuan

Gambar 1. Rerata Rendemen (%) Keripik Labu Kuning

Tabel 1. Uji BNJ 5% Pengaruh Ketebalan Irisan terhadap Rendemen Keripik Labu Kuning
Perlakuan Rerata Rendemen(%) BNJ 5% (0,40)
A1 (1 mm) 16,77 a
A2 (2 mm) 18,44 b
A3 (3 mm) 19,16 c
Ket : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

Tabel 2. Uji BNJ 5% Pengaruh Suhu Penggorengan Vakum terhadap Rendemen Keripik
Labu Kuning
Perlakuan Rerata Rendemen (%) BNJ 5% (0,40)
B1 (80oC) 16,13 a
o
B2 (90 C) 18,81 b
o
B3 (100 C) 19,43 c
Ket : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

beda nyata dengan B2 dan B1. Semakin keripik labu kuning, sehingga rendemen
tinggi suhu penggorengan vakum, maka yang dihasilkan semakin rendah.
rendemen yang dihasilkan semakin rendah.
Pada proses penggorengan suhu yang ting- Warna
gi akan memaksa air keluar ke permukaan Komponen warna yang diamati me-
keripik labu kuning dan menguap sehingga liputi tiga kelompok, yaitu lightness (L),
kadar air menurun. Diperkuat oleh pernya- chroma (C) dan hue (H) (Munsell,1997).
taan Histifarina et.al. (2004) bahwa ke- a. Lightness
mampuan bahan untuk melepaskan air dari Hasil pengamatan nilai lightness
permukaannya akan semakin besar dengan keripik labu kuning berkisar 54,63% hing-
meningkatnya suhu penggorengan yang di- ga 59,50%. Nilai lightness terendah terda-
gunakan, sehingga kadar air yang dihasil- pat pada perlakuan A3B3, sedangkan ter-
kan semakin rendah. Pada proses peng- tinggi terdapat pada perlakuan A1B1.
olahan keripik, laju penghilangan air lebih Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat
besar dibandingkan dengan proses penye- bahwa, semakin tipis irisan keripik labu
rapan minyak oleh bahan yang digoreng. kuning dan semakin rendah suhu penggo
Kadar air yang rendah menurunkan bobot rengan vakum yang digunakan maka nilai
lightness keripik labu kuning semakin ting-

86 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

70
59.50
58.53 58.77 57.37
60 55.70 56.23 55.30 56.30 54.63
50
Lightness (%)
40
30
20
10
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Perlakuan

Gambar 2. Rerata Lightness (%) Keripik Labu Kuning

Tabel 3. Uji BNJ 5% Pengaruh Suhu Penggorengan Vakum terhadap Nilai Lightness
Keripik Labu Kuning
Perlakuan Rerata Lightness (%) BNJ 5% (0,83)
B1 (80oC) 55,21 a
o
B2 (90 C) 57,02 b
B3 (100oC) 58,54 c
Ket : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.
gi. Analisa keragaman menunjukkan bah- sar. Menurut Eriksson (1981) penyebab
wa perlakuan suhu penggorengan vakum reaksi maillard antara lain adalah suhu dan
berpengaruh nyata terhadap nilai lightness waktu pemanasan, akan tetapi secara
keripik labu kuning, sedangkan ketebalan umum suhu tinggi lebih berpengaruh dari
irisan interaksi keduanya berpengaruh ti- pada waktu pemanasan.
dak nyata terhadap nilai lightness keripik Penyebab lain akibat perubahan
labu kuning yang dihasilkan. warna pada keripik labu kuning adalah
Uji BNJ (Tabel 3) pada taraf 5% reaksi karamelisasi. Menurut Broadhust
menunjukkan bahwa rerata warna lightness (2002) karamelisasi memberikan warna
keripik labu kuning dengan suhu penggo- mulai dari kuning hingga coklat tua dan
rengan vakum B3 berbeda nyata dengan warna akan semakin gelap selama pening-
suhu penggorengan vakum B2 dan B1. katan suhu. Selama proses pemanasan,
Penurunan nilai lightness karena se- fruktosa akan terlebih dahulu terdekompo-
makin tingginya suhu penggorengan yang sisi, kemudian glukosa dan diakhiri oleh
digunakan menyebabkan terjadinya reaksi sukrosa (Mathur, 2004).
pencoklatan (maillard) sehingga keripik
berwarna agak gelap. Reaksi maillard ber- b. Chroma
langsung karena gula pereduksi bereaksi Nilai chroma keripik labu kuning
dengan asam amino dari protein memben- hasil pengamatan berkisar 35,13% sampai
tuk senyawa berwarna coklat yang disebut 42,17%. Nilai chroma tertinggi terdapat pa-
melanoidin (Davidek et al., 2004). da A3B3, sedangkan terendah terdapat pa-
Karena perlakuan suhu penggo- da A1B1. Gambar 3 menunjukkan bahwa
rengan yang digunakan sampai pada suhu semakin tebal irisan keripik labu kuning
titik didih yaitu 100oC pada kondisi vakum dan semakin tinggi suhu penggorengan va-
maka terjadinya reaksi maillard cukup be- kum yang digunakan maka semakin tinggi

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 87


Sugito, H.ermanton dan Arfah

nilai chroma keripik labu kuning yang di- manasan B2 dan B3. Nilai chroma keripik
hasilkan. Analisa keragaman menunjukkan labu kuning dipengaruhi oleh adanya reaksi
bahwa suhu penggorengan vakum ber- pencoklatan (browning) non enzimatis ter-
pengaruh nyata terhadap chroma keripik la- utama reaksi Maillard dan karamelisasi.
bu kuning, sedangkan ketebalan irisan dan Karena perlakuan suhu pemanasan yang
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata digunakan sampai pada suhu titik didih
terhadap nilai lightness keripik labu kuning yaitu 100oC pada kondisi vakum maka
yang dihasilkan. intensitas reaksi maillard dan karamelisasi
Uji BNJ (Tabel 4) pada taraf 5% cukup besar, sehingga perlakuan suhu pe-
menunjukkan bahwa rerata warna chroma manasan berpengaruh nyata terhadap war-
keripik labu kuning dengan suhu penggo- na chroma keripik labu kuning yang diha-
rengan B1 berbeda nyata dengan suhu pe- silkan.

50
40.67 41.83 42.17
40.20 40.50
38.33 37.10
40 35.13 35.93
Chroma (%)

30

20

10

0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Perlakuan

Gambar 3. Rerata Nilai Chroma (%) Keripik Labu Kuning

Tabel 4. Uji BNJ 5% Pengaruh Suhu Penggorengan Vakum terhadap Chroma Keripik Labu
Kuning
Perlakuan Rerata Chroma(%) BNJ 5% (1,71)
B1 (80oC) 36,06 a
o
B2 (90 C) 39,68 b
B3(100oC) 41,56 c
Ket : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

c. Hue hue keripik labu kuning memiliki kriteria


Hue adalah warna dominan dari warna yellow red (YR).
suatu benda atau larutan. Kombinasi A3B3 Hasil analisa keragaman menunjuk-
memiliki nilai hue terendah yaitu 54,90o, kan bahwa perlakuan ketebalan irisan dan
sedangkan tertinggi terdapat pada A1B1 suhu penggorengan vakum serta interaksi
yaitu 63,43o (Gambar 4). Nilai hue mewa- keduanya berbeda tidak nyata terhadap
kili panjang gelombang dominan yang nilai hue keripik labu kuning yang diha-
akan menentukan warna suatu bahan (Wi- silkan. Warna alami yang ada pada labu
narno, 2002). Nilai hue keripik labu ku- kuning yaitu warna kuning atau oranye me-
ning yang diperoleh berdasarkan kisaran nandakan adanya senyawa karoten.

88 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

Menurut Winarno (2002), karo- oksigen (vakum) dan peka terhadap oksi-
tenoid merupakan kelompok pigmen yang dasi. Sifat karoten yang stabil terhadap pe-
berwarna kuning, oranye, merah oranye. manasan pada kondisi vakum mengakibat-
Meyer (1966) mengatakan bahwa sifat fito kan nilai hue keripik labu kuning tidak
kimia karotenoid antara lain lebih stabil mengalami banyak perubahan warna.
terhadap panas apabila pada kondisi tanpa

70 63.43 61.30 61.40


60.33 59.50
60 55.33 57.27 56.40 54.90
50
Hue ( 0 )

40
30
20
10
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Perlakuan

Gambar 4. Rerata Hue Keripik Labu Kuning

Tekstur (Kerenyahan) mematahkan keripik labu kuning, sehingga


Tekstur (kerenyahan) keripik labu tekstur keripik semakin tidak renyah.
kuning berkisar 166,20 gf hingga 204,17 Berdasarkan uji statistik bahwa ke-
gf. Nilai tertinggi terdapat pada A3B1 yai- tebalan irisan dan suhu penggorengan ber-
tu 204,17 gf, sedangkan terendah terdapat pengaruh nyata, sedangkan interaksi ke-
pada A1B3 yaitu 166,20 gf. Gambar 5 me- duanya berpengaruh tidak nyata terhadap
nunjukkan bahwa semakin tebal irisan keri- tekstur (kerenyahan) keripik. Berdasarkan
pik labu kuning dan semakin rendah suhu Tabel 5, tekstur (kerenyahan) keripik labu
penggorengan vakum yang digunakan ma- kuning pada A1 berbeda nyata dengan per-
ka nilai tekstur (kerenyahan) semakin ting- lakuan lainnya. Sedangkan A2 berbeda ti-
gi. Nilai tekstur yang tinggi menandakan dak nyata dengan A3. Semakin tipis irisan
semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk keripik labu kuning maka gaya yang dibu-

250
198.70 204.17
199.93
200 186.57 179.60 186.87 183.67
168.50 166.20
Tekstur ( gf )

150

100

50

0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Perlakuan
Gambar 5. Rerata Tekstur Keripik Labu Kuning

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 89


Sugito, H.ermanton dan Arfah

Tabel 5. Uji BNJ 5% Pengaruh Ketebalan Irisan terhadap Tekstur (kerenyahan) Keripik
Labu Kuning
Perlakuan Rerata BNJ 5% (0,02)
A1 (1 mm) 2.84 a
A2 (2 mm) 2.90 b
A3 (3 mm) 2.95 c
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

tuhkan oleh probe untuk mematahkan ke- san 3 mm sehingga hanya membutuhkan
ripik semakin rendah, sehingga teksturnya gaya tekanan yang kecil untuk mematah-
semakin renyah. Hal ini disebabkan oleh kan keripik dengan ketebalan irisan 1 mm.
luas permukaan yang besar sehingga air Tekstur (kerenyahan) keripik labu
lebih cepat menguap. Menurut Irawan kuning pada B3 berbeda nyata dengan B2
(2011), partikel-partikel kecil atau lapisan dan B1 (Tabel 6). Pada proses penggo-
tipis mengurangi jarak dimana panas harus rengan, panas yang ditransfer dari minyak
bergerak sampai kepusat sehingga air lebih ke bahan, massa air diuapkan dari bahan
cepat menguap dari bahan tersebut. dan minyak diserap oleh bahan (Sahin et
Selain itu, kerenyahan keripik labu al., 1999). Menurut Krokida et al.(2001)
kuning juga disebabkan oleh kekuatan ba- kecepatan transfer panas dari minyak ke
han menahan gaya tekanan probe dari alat bahan sangat dipengaruhi oleh suhu mi-
texture analyzer. Ketebalan irisan 1 mm nyak, koefisien transfer panas, konduksi
memiliki kekuatan bahan yang lebih ren- bahan dan bentuk dimensi (irisan) serta
dah dari pada keripik dengan ketebalan iri- ukuran bahan.

Tabel 6. Uji BNJ 5% Pengaruh Suhu Penggorengan Vakum terhadap Tekstur (kerenyahan)
Keripik Labu Kuning
Perlakuan Rerata BNJ 5% (0,02)
B1 (80oC) 2.84 a
o
B2 (90 C) 2.90 b
B3(100oC) 2.95 c
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

B. Sifat Kimia dan interaksi keduanya berpengaruh nyata


Kadar air terhadap kadar air keripik yang dihasilkan.
Air merupakan salah satu kompo- Hasil uji BNJ (Tabel 7) pada taraf 5%
nen penting pada bahan pangan dan dapat menunjukkan bahwa rerata kadar air
mempengaruhi penampakan, tekstur, umur keripik labu kuning pada A1 berbeda nyata
simpan dan cita rasa dari bahan pangan ter- dengan A2 dan A3. Pemotongan atau irisan
sebut. Kadar air tertinggi terdapat pada akan memperluas permukaan bahan dan
A3B1 yaitu 2,54%, sedangkan kadar air te- permukaan yang luas dapat berhubungan
rendah terdapat pada A1B3 yaitu 1,31%. langsung dengan medium pemanasan se-
Gambar 6 menunjukkan bahwa se- hingga air lebih mudah berdifusi. Menurut
makin tebal irisan keripik labu kuning dan Irawan (2011), partikel-pertikel kecil atau
semakin rendah suhu penggorengan vakum lapisan tipis mengurangi jarak dimana pa-
yang digunakan maka kadar air keripik se- nas harus bergerak sampai ke pusat sehing-
makin meningkat. Berdasarkan uji statistik ga air lebih cepat menguap dari bahan
bahwa ketebalan irisan, suhu penggorengan tersebut.

90 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

3 2.54
2.32 2.31
2.04 2.25

Kadar Air (%)


2 1.63
1.44
1.41 1.31

0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Perlakuan

Gambar 6. Rerata Kadar Air Keripik Labu Kuning

Tabel 7. Uji BNJ 5% Pengaruh Ketebalan Irisan terhadap Kadar Air Keripik Labu Kuning
Perlakuan Rerata BNJ 5% (0,07)
A1 (1 mm) 1,59 a
A2 (2 mm) 2,00 b
A3 (3 mm) 2,16 c
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

Tabel 8. Uji BNJ 5% Pengaruh Suhu Penggorengan Vakum terhadap Keripik Labu Kuning
Perlakuan Rerata BNJ 5% (0,02)
B1 (80oC) 2,88 a
o
B2 (90 C) 2,89 a
B3(100oC) 2,92 b
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

Uji BNJ (Tabel 8) pada taraf 5% terjadi karena panas yang disalurkan mela-
menunjukan bahwa rerata kadar air keripik lui minyak goreng akan menguapkan air
labu kuning pada B3 berbeda nyata dengan yang terdapat dalam bahan yang digoreng.
B2 dan B1. Jumlah air yang menguap Kadar air keripik labu kuning pada
semakin bertambah dengan meningkatnya A3B1 berbeda tidak nyata dengan A2B1,
suhu penggorengan vakum. Penurunan ka- A3B2, A2B2 dan berbeda nyata dengan
dar air pada produk penggorengan vakum perlakuan lainnya. Kadar air keripik labu

Tabel 9. Uji BNJ 5% Pengaruh Interaksi Ketebalan Irisan dan Suhu Penggorengan Vakum
terhadap Kadar Air Keripik Labu Kuning
Perlakuan Rerata BNJ AB 5 % (0,30)
A1B3 1,31 a
A1B2 1,41 ab
A2B3 1,44 ab
A3B3 1,63 b
A1B1 2,04 c
A2B2 2,25 cd
A3B2 2,31 cd
A2B1 2,32 cd
A3B1 2,54 d
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 91


Sugito, H.ermanton dan Arfah

kuning A3B3 berbeda tidak nyata dengan keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
A2B3 dan A1B2 namun berbeda nyata de- kadar abu keripik. Penurunan ataupun ke-
ngan perlakuan lainnya (Tabel 9). Hal ini naikan kadar abu pada keripik labu kuning
dikarenakan semakin jauh jarak yang harus tidak terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan
ditempuh oleh uap air, penutupan jalan ke- ketebalan irisan dan suhu penggorengan
luarnya air dan penghambatan oleh rongga- vakum tidak terlalu mempengaruhi kadar
rongga udara (Haryanto, 1998). Oleh kare- abu pada keripik labu kuning.
na itu diperlukan peningkatan rasio luas
permukaan terhadap irisan keripik dan pe- Total Karoten
ningkatan suhu penggorengan vakum, agar Karotenoid merupakan pigmen or-
laju pengeringan semakin cepat dan kadar ganik yang terdapat secara alami pada ta-
air keripik labu kuning semakin rendah. naman. Warna dari karoten banyak mena-
rik perhatian dari berbagai disiplin ilmu ka-
Kadar Abu rena bermacam-macam fungsi dan sifat
Kadar abu keripik labu kuning ber- yang penting, warnanya berkisar dari ku-
kisar 7,73% hingga 8,12% (Gambar 7). ning pucat sampai orange. Pada manusia
Nilai kadar abu keripik labu kuning ter- karotenoid seperti β-caroten sangat berpe-
tinggi yaitu 8,12% pada A3B3 sedangkan ran sebagai prekursor dari vitamin A, se-
terendah pada A1B1 yaitu 7,73%. Berda- lain itu karotenoid juga banyak digunakan
sarkan uji statistik bahwa ketebalan irisan, sebagai bahan tambahan pada makanan ya-
suhu penggorengan vakum dan interaksi itu sebagai pewarna makanan.
10
7.73 8.03 7.89 8.04 8.09 7.97 8.00 8.12 8.08
Kadar Abu (%)

8
6
4
2
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Perlakuan

Gambar 7. Rerata Kadar Abu Keripik Labu Kuning

Analisa total karoten dilakukan ber- Selain itu waktu yang digunakan dalam
dasarkan perlakuan terbaik dari uji organo- peggorengan vakum keripik labu kuning
leptik panelis. Perlakuan terbaik dari uji ini jauh lebih lama, sehingga kemungkinan
organoleptik yang dilakukan adalah A3B3. hilangnya total karoten lebih besar pula.
Hasil analisa total karoten keripik labu ku-
ning pada A3B3 yaitu 16,49 ppm. Angka Kadar Serat Kasar
ini jauh lebih kecil jika dibandingkan de- Serat (fiber) dapat dibedakan men-
ngan total karoten keripik buncis dengan jadi serat kasar (crude fiber) dan serat pa-
penggorengan vakum selama 330 detik pa- ngan (dietary fiber). Serat kasar merupa-
da suhu 121 oC yaitu 66,61 ± 0,38 µg/g kan sisa bahan makanan yang tidak larut
berat kering (Da Silva dan Moreira, 2008). dalam asam dan basa. Serat pangan didefi-
Ini dikarenakan setiap komoditi pertanian nisikan sebagai kelompok polisakarida dan
memiliki kandungan gizi yang berbeda- polimer-polimer yang tidak dapat dicerna
beda, begitu juga dengan total karoten. oleh enzim-enzim pencernaan manusia. Se-

92 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

rat pangan termasuk dalam golongan kar- kuning pada perlakuan A3B3 yaitu
bohidrat yang terdiri dari selulosa, hemi- 21,90%. Berbeda dengan Lenny (2004)
selulosa, pektin dan gum (Yuliani, 2003). yang telah melakukan penelitian pembuat-
Serat kasar adalah bagian dari pa- an keripik bengkuang dengan penggoreng-
ngan yang tidak dapat dihidrolisis oleh an vakum, kadar lemak sebesar 36,31%.
bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
menentukan kadar serat kasar, yaitu asam Aktivitas Antioksidan
sulfat (H2S04 1,25 %) dan natrium hidrok- Antioksidan adalah suatu senyawa
sida (NaOH 1,25 %). Kadar serat kasar ni- yang dapat merangkap radikal bebas. Be-
lainya lebih rendah dibandingkan dengan berapa zat gizi yang dapat berperan sebagai
kadar serat pangan, karena asam sulfat dan antioksidan adalah vitamin A, vitamin C,
natrium hidroksida mempunyai kemam- vitamin E, mineral Zn, Cu, Mn dan Se.
puan yang lebih besar untuk menghidrolisis Senyawa non gizi juga dapat berperan se-
komponen-komponen pangan dibanding- bagai antioksidan seperti pigmen karo-
kan dengan enzim-enzim pencernaan tenoid, klorofil, polifenol, likopen dan fla-
(Muchtadi, 2001). vonoid (Alsuhendra, 2004). Dibidang pa-
Analisa kadar serat kasar dilakukan ngan antioksidan digunakan untuk melin-
berdasarkan perlakuan terbaik dari uji or- dungi lemak/minyak terhadap kerusakan
ganoleptik panelis. Perlakuan terbaik dari oksidatif. Dalam kaitan dengan aplikasi-
uji organoleptik yang dilakukan adalah nya, aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
A3B3. Hasil analisa kadar serat kasar sistem pangan yang merupakan medium
keripik labu kuning pada perlakuan A3B3 bagi antioksidan tersebut. Proses panas
yaitu 1,58%. yang diterapkan pada pengolahan pangan
serta pH makanan turut pula mempenga-
Kadar Lemak ruhi kestabilan aktivitas oksidan (Tensiska
Lemak dan minyak adalah salah sa- et al., 2003).
tu kelompok yaang termasuk pada go- Analisa aktivitas antioksidan dila-
longan lipid, yaitu senyawa organik yang kukan berdasarkan perlakuan terbaik dari
terdapat di alam serta tidak larut dalam air. uji organoleptik panelis. Perlakuan terbaik
Lemak tersimpan dalam tubuh hewan, se- dari uji organoleptik yang dilakukan adalah
dangkan minyak tersimpan dalam jaringan A3B3. Analisa aktivitas antioksidan keri-
tanaman. Lemak merupakan golongan se- pik labu kuning dengan metode IC50 pada
nyawa yang penting terhadap pembentukan perlakuan A3B3 yaitu 12, 92 mg/mL IC50.
aroma makanan atau prekursor yang akan Sampai dengan saat ini, produk keripik
mendegradasi seyawa aroma (Belitz dan buah dan sayur belum memiliki Standar
Grosch, 1999). Analisis kuantitatif yang Nasional Indonesia (SNI) yang memadai,
akurat dan tepat pada lipid dalam bahan terutama keripik labu kuning sehingga ma-
pangan sangat penting untuk label gizi, sih terkendala dalam penetuan standar mu-
untuk menetapkan kesesuaian bahan pa- tu yang baik terhadap keripik buah dan
ngan dengan standar, dan untuk menge- sayur.
tahui dan mengerti efek lemak dan minyak
pada sifat fungsional dan gizi dari bahan C. Sifat Organoleptik
pangan (Ketaren, 1986). Uji organoleptik merupakan peni-
Analisa kadar lemak dilakukan ber- laian mutu produk dan komoditas pangan.
dasarkan perlakuan terbaik dari uji or- Dalam penelitian ini atribut mutu organo-
ganoleptik panelis. Perlakuan terbaik dari leptik yang diuji terdiri atas uji hedonik un-
uji organoleptik yang dilakukan adalah tuk warna, rasa, tekstur (kerenyahan), dan
A3B3. Analisa kadar lemak keripik labu aroma.

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 93


Sugito, H.ermanton dan Arfah

Warna Berdasarkan analisa hasil pengujian bahwa


Warna merupakan hasil respon panelis menunjukan nilai terendah pada
yang diterima mata dari rangsangan fisik A3B3 dan tertinggi pada A1B1, Perlakuan
berupa cahaya (Soekarto dan Hubeis, A1B1 berbeda tidak nyata dengan perla-
2000). Hasil uji organoleptik terhadap war- kuan A2B1 dan A3B1 namun berbeda nya-
na keripik labu kuning menunjukkan ting- ta dengan perlakuan lainnya.
kat kesukaan panelis berkisar 2 sampai Warna keripik labu kuning dipe-
3,36 (suka). Tingkat kesukaan terbesar de- ngaruhi oleh adanya senyawa karoten, pig-
ngan nilai 3,6 terdapat pada A1B1, sedang- men yang berwana kuning sampai orange.
kan tingkat kesukaan terkecil dengan nilai Senyawa karoten akan berubah menjadi
2 yaitu A1B3 dan A3B3. Analisis data uji warna kecoklatan seiring dengan tingginya
hedonik terhadap warna keripik labu ku- suhu dan lama penggorengan yang diguna-
ning menunjukkan nilai kritik yang lebih kan. Reaksi pencoklatan yang terjadi terse-
besar daripada nilai Ftabel sehingga dilaku- but disebabkan salah satunya oleh reaksi
kan uji Friedman-Conover (Tabel 10). non oksidasi (Culver et al., 2008).

Tabel 10. Uji Friedman-Conover terhadap Warna Keripik Labu Kuning


Perlakuan Jumlah Pangkat X = 26,49
A3B3 76 a
A1B3 77 a
A2B3 88 ab
A2B2 110 b
A3B2 137,5 c
A1B2 149,5 c
A3B1 158 cd
A2B1 161 cd
A1B1 177 d
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

Tabel 11. Uji Friedman-Conover terhadap Rasa Keripik Labu Kuning


Perlakuan Jumlah Pangkat X = 26,23
A2B1 59,50 a
A1B1 61,00 a
A3B1 80,50 a
A1B2 129,50 b
A3B2 140,50 bc
A2B2 144,50 bc
A1B3 155,00 bc
A2B3 162,00 cd
A3B3 184,50 d
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

Rasa ngan nilai 2,24 (tidak suka) terdapat pada


Rasa dalam suatu produk merupa- A2B1. Analisis data uji hedonik terhadap
kan hal yang sangat penting dan setiap pro- keripik labu kuning menunjukkan nilai
duk memiliki rasa khas yang sesuai dengan kritik yang lebih besar daripada nilai Ftabel
bahan dasar produk dan proses pengo- sehingga dilakukan uji Friedman-Conover.
lahannya. Tingkat kesukaan terbesar de- Berdasarkan Tabel 11 bahwa rasa
ngan nilai 3,32 (suka) terdapat pada A3B3, keripik labu kuning pada A2B1 berbeda
sedangkan tingkat kesukaan terkecil de- tidak nyata dengan A3B1 dan A1B1, tetapi

94 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. kuan yang mempunyai penerimaan panelis
Hal ini karena semakin tebal irisan keripik terendah yaitu 1,64 (tidak suka). Analisis
dan semakin tinggi suhu penggorengan data uji hedonik terhadap keripik labu ku-
menyebabkan semakin gurih keripik labu ning menunjukkan nilai kritik lebih besar
kuning yang dihasilkan. Meskipun A3B3 daripada nilai Ftabel sehingga dilakukan uji
berwarna coklat kekuningan, namun rasa Friedman-Conover.
lebih disukai panelis. Hasil uji Friedman-Conover (Tabel
12) menunjukkan bahwa tekstur keripik la-
Tekstur (Kerenyahan) bu kuning pada A3B3 berbeda tidak nyata
Rerata penilaian panelis terhadap dengan A2B3 dan berbeda nyata dengan
tekstur keripik labu kuning pada uji orga- perlakuan lainnya. Tekstur keripik labu ku-
noleptik berkisar antara 1,64 sampai 3,48. ning pada A2B1 berbeda tidak nyata de-
Uji hedonik terhadap tekstur keripik labu ngan A3B1 dan A1B1, tetapi berbeda nyata
kuning menunjukkan bahwa perlakuan dengan perlakuan lainnya. Hal ini menun-
A3B3 merupakan perlakuan yang mempu- jukkan bahwa panelis lebih menyukai keri-
nyai penerimaan panelis tertinggi yaitu pik labu kuning dengan ketebalan 3 mm
3,48 (suka). Perlakuan A1B1 adalah perla- dan memiliki tekstur renyah.

Tabel 12. Uji Friedman-Conover terhadap Tekstur (kerenyahan) Keripik Labu Kuning
Perlakuan Jumlah Pangkat X = 26,57
A2B1 73,00 a
A3B1 85,00 a
A1B1 88,50 ab
A2B3 113,50 bc
A1B2 129,00 cd
A1B3 148,50 de
A2B2 154,60 de
A3B2 162,60 e
A3B3 165,50 e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

Tabel 13.Uji Friedman-Conover terhadap Aroma Keripik Labu Kuning


Perlakuan Jumlah Pangkat X = 26,23
A2B1 103,00 a
A3B1 104,50 a
A1B1 115,00 a
A1B3 122,00 ab
A2B2 123,00 ab
A1B2 124,50 ab
A3B2 128,00 ab
A2B3 145,50 bc
A3B3 158,50 c
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata

Aroma yaitu 3,2 (suka). Skor kesukaan terendah


Kesukaan panelis terhadap aroma pada A2B2 dan A3B1 yaitu 2,6 (tidak suka).
keripik labu kuning berkisar 2,6 hingga Hasil uji hedonik terhadap aroma keripik
3,2. Berdasarkan uji hedonik aroma keripik labu kuning menunjukkan bahwa nilai T
labu kuning menunjukkan bahwa A3B3 yang dihasilkan lebih besar dibandingkan
memiliki skor kesukaan panelis tertinggi Ftabel pada taraf 5% sehingga dilakukan uji

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 95


Sugito, H.ermanton dan Arfah

Friedman-Conover (Tabel 13). Hasil uji Broadhust, A.H. 2002. Modelling


Friedman-Conover menunjukkan bahwa Adsorption of Cane Sugar Solution
aroma keripik labu kuning pada A3B3 ber- Colorant in Packed-Bed Ion Ex-
beda tidak nyata dengan A2B3 dan berbeda changers. [Thesis]. University of
nyata dengan perlakuan lainnya. Berkurang Natal. South Africa.
atau terbentuknya aroma pada keripik labu Culver, C.A. dan R. E. Wrolstad. 2008.
kuning disebabkan karena proses pemanas- Color Quality of Fresh and Pro-
an selama pengolahan. cessed Foods. ACS Symposium
Series 983. ACS Division of Agri-
KESIMPULAN cultural and Food Chemistry, Inc.
Oxford University Press. American
Ketebalan irisan berpengaruh nyata Chemical Society, Washington DC.
terhadap tekstur, rendemen, dan kadar air Da Silva, P. dan R. G. Moreira. 2008.
keripik labu kuning yang dihasilkan. Suhu Vacuum frying of High Quality
penggorengan vakum berpengaruh nyata Fruit and Vegetable Based Snacks.
terhadap nilai ligtness, chroma, tekstur, LWT-Food Science and Techno-
rendemen dan kadar air keripik labu ku- logy.
ning yang dihasilkan. Interaksi ketebalan Davidek, J., J. Velisek. and J. Pokomy.
dan suhu penggorengan vakum berpenga- 2004. Chemical Changes during
ruh terhadap kadar air keripik labu kuning Food Processing. Elsevier.
yang dihasilkan. Perlakuan terbaik dipero- Amsterdam.
leh pada keripik dengan ketebalan irisan 3 Eriksson, C. 1981. Maillard Reaction in
mm dan suhu penggorengan vakum 100oC Food : Chemical Physiological and
dengan sifat fisik (warna dengan lightness Technological Aspects. Pergamon
54,63%, chroma 42,17%, hue 54,90o, ren- Press. Oxford.
demen 17,47%, dan tekstur 183,67 gf), si- Faridah, D.N., H.D. Kusumaningrum, N.
fat kimia (kadar air 1,63%, kadar abu Wulandari dan D. Indasari. 2006.
8,08%, total karoten 16,49 ppm, kadar se- Analisa Laboratorium. Departemen
rat kasar 1,58%, kadar lemak 21,90%, dan Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.
aktivitas antioksidan 12,92 mg/mL IC50) Bogor.
dan sifat organoleptik dengan skor kesuka- Fellows, J.J. 1990. Food Processing
an (warna 2, rasa 3,32, tekstur (kerenyah- Technology, Principle and Practise.
an) 3,48 dan aroma 3,2). Ellis Horwood. London.
Haryanto, F. 1998. Pengaruh Suhu dan
DAFTAR PUSTAKA Penggorengan Hampa Terhadap
Sifat Fisik dan Organoleptik Keri-
Alsuhendra. 2004. Daya Anti Ateroskle- pik Bengkuang. [Skripsi]. Institut
rosis Zn-Turunan Klorofil dari Pertanian Bogor. Bogor.
Daun Singkong (Manihot esculenta Hendrasty, H.K. 2003. Teknologi Pengo-
Crantz) pada Kelinci Percobaan. lahan Pangan : Tepung Labu Ku-
[Disertasi]. Institut Pertanian ning. Kanisius. Yogyakarta.
Bogor. Bogor Histifarina, D., D. Musadda, dan E.
AOAC. 1995. Official Methods of Ana- Murtiningsih. 2004. Teknik Penge-
lysis of the Association of Analy- ringan dalam Oven untuk Irisan
tical Chemisty. Washington DC. Wortel Kering Bermutu. Jurnal
United Stated of America. Hortikultura. 14 (2) : 107 - 112
Belitz, H.D. dan W. Grosch. 1999. Food Irawan, R.S. 2011. Kajian Sifat Fisik dan
Chemistry. 2nd Ed, German. Thermal dalam Fenomenda Trans-

96 | Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97


PENGARUH KETEBALAN IRISAN DAN SUHU PENGGORENGAN HAMPA (VAKUM)

port Proses Penggorengan Pangan. untuk Industri Pangan dan Agro.


[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.
Bogor. Soekarto, S.T. dan M. Hubeis. 2000.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Mi- Metodologi Penelitian Organolep-
nyak dan Lemak Pangan. Universi- tik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
tas Indonesia Press. Jakarta. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.
Krokida, M.K., V. Oreopoulou, Z.B. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Maroulis dan K.D. Marinos. 2001. Pertanian. Liberty Yogyakarta.
Colour Changes during Deep Fat Yogyakarta.
Frying. Journal of Food Sulistyowati, A. 1999. Membuat Keripik
Engineering. 48: 219 - 225. Buah dan Sayur. Puspa Swara.
Lenny, A. 2004. Pengaruh Natrium Meta- Jakarta.
bisulfit dan Kalsium Klorida seba- Tensiska, C.H. Wijaya, dan N. Andarwu-
gai Bahan Perendam pada Pengo- lan. 2003. Aktivitas Antioksidan
lahan Keripik Bengkuang (Pachyr- Ekstrak Buah Andaliman (Zantho-
rhizus erosus L). [Skripsi]. Institut xylum acanthopodium DC) dalam
Pertanian Bogor. Bogor. Beberapa Sistem Pangan dan Ke-
Mathur, R.B.A. 2004. Handbook of Cane stabilan Aktivitasnya terhadap Kon-
Sugar Technology. Oxford and disi Suhu dan pH. Jurnal Teknologi
Publishing Co. Calcuta, Bombay. dan Industri Pangan. XIV (1)
New Delhi. Tjandra, S. dan A. Susanto. 2008. Pe-
Meyer, L.H. 1966. Food Chemistry, 4th ed. rancangan Mesin Pengiris Pisang
Reinhold Publishing Corp. New untuk Home Industry. Seminar
York. Nasional Aplikasi Sains dan Tekno-
Muchtadi, T.R. 2001. Teknologi Proses Pe- logi. IST AKPRIND. Yogyakarta.
ngolahan Pangan. Departemen Pen- Winarti, A. 2000. Pengaruh Suhu dan
didikan dan Kebudayaan Direktorat Waktu Penggorengan Hampa terha-
Jendral Pendidikan Tinggi Pusat dap Mutu Keripik Mangga Indra-
Antar Universitas. Institut Pertanian mayu. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Bogor. Bogor.
Munsell. 1997. Colour Chart for Plant Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan
Tissues Mecbelt Division of Kall- Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
morgen. Instrument Co Baltmore Jakarta.
Maryland. Yenrina, R., N. Hamzah, dan R. Zilvia.
Paramita, N.D. 1999. Pengaruh Suhu dan 2009. Mutu Selai Lembaran Cam-
Waktu Penggorengan Hampa terha- puran Nenas (Ananas comusus) de-
dap Sifat Fisik dan Organoleptik ngan Jonjot Labu Kuning (Cucur-
Keripik Sawo (Achras sapota L.). bita moshata). Jurnal Pendidikan
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. dan Keluarga UNP. 1 (2):
Bogor. Yinrong, L. L. and Y. Foo. 2000. Anti-
Sahin, S., S.K. Sastry. dan L. Bayindirli. oxidant and Radical Scavenging
1999. The Determinations of Con- Activities of Polyphenols from
vective Heat Transfer Coeficient Apple Pomace. Food Chemistry.
during Frying. Journal of Food Yuliani, S. 2003. Manfaat Serat untuk Ke-
Engineering. sehatan. Warta Penelitian dan
Setyaningsih, D., A. Apriyantono. dan M. Pengembangan Tanaman Industri.
P. Sari. 2010. Analisis Sensoris 9 (1) : 4 – 6.

Jurnal Agroindustri, Vol. 3 No. 2, November 2013: 83 – 97 | 97

You might also like