Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 43
— e Asosiast ae} l ‘Asgransi Jia indonesia indonesia Lie Insurance Assoeton) SE No. 374/PRI/AAJI/XII/201 Jakarta, 19 Desember 2016 Kepada Yth Perusahaan AsuransiJiwa dan Reasuransi Anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Up. Direktur Utama Perihal: Materi Panel "Kesiapan Indonesia Menghaday of Kebijakan FATCA dan Formulasi CRS” Dengan hormat, Sehubungan dengan acara Diskusi Panel “Kesiapan Indonesia Menghadapi Automatic Exchange of Information: Kebijakan FATCA dan Formulasi CRS”, yang telah diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 2016, di Auditorium Lt. 3 Plaza Mandiri, bersama ini kami sampaikan bahwa materi presentasi Diskusi Panel tersebut dapat diakses melalui website All: aaji.or.id/file/Diskusi-Panel- FATCA-dan-CRS.zip. Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Bapak dan Ibu, kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Direktur Eksekutif Tembusen: = Dewan Pengurus Aa! ~ Arsip Fup aas-o1-007 ‘mah AAJI J Tag Beaty No 17 fares 10230 —Tadoneia | 12462 21 319095 00 | F:*62 21 319 00600 | WE wera. DISKUSI PANEL Kesiapan Indonesia Menghadapi Automatic Exchange of Information: Kebijakan FATCA dan Formulasi CRS Auditorium Lt.3 Plaza Mandiri JLJend Gatot Subroto Kav 36-38, Jakarta Selatan Kamis 15 Desember 2016 ane 09.30-10,00 10.00-10.15 10.15-11.45 a 11.45-12.30 12.30 AGENDA Registrasi Keynote Speech Dr. Muliaman D. Hadad Ketua Umum PP-ISEL Diskusi Panel Panelists: (masing-masing 30 menit) 1. Andreas Eddy Susetyo, Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat RI 2. Dr. Mulya E. Siregar, Deputi Xomisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 3. Prof. Dr. John Hutagaol, Direktur Perpajakan Internasional Direktorat jenderal Pajak, Kemenkeu RI Moderator : Pahala N. Mansury, Direktur Bank Mandirt Diskusi dan Tanya-Jawab Lunch TERM OF REFERENCE DISKUSI PANEL Kesiapan Indonesia Menghadapi Automatic Exchange of Information: Kebijakan FATCA dan Formulasi CRS Auditorium Lt3 Plaza Mandiri JLJend Gatot Subroto Kav 36-38, jakarta Selatan Kamis 15 Desember 2016 LATAR BELAKANG Dalam rangka menanggulangi penghindaran pajak melalui penyimpanan di berbagai negara lain (offshore tax evasion and avoidance), Amerika Serikat (AS) menetapkan Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA) dengan merujuk pada ketentuan dalam Hiring Incentives to Restore Employment Act. FATCA diundangkan pada tanggal 18 Maret 2010 dan mulai berlaku secara efektif pada 1 Januari 2013. FATCA ditetapkan dengan tujuan untuk mencegah penghindaran pajak yang dilakukan warga AS yang melakukan direct investment melalui lembaga keuangan di luar negeri ataupun indirect investment melalui kepemilikan perusahaan di luar negeri. FATCA mengharuskan semua Lembaga Keuangan Asing (Foreign Financial Institution/FF1) untuk memberikan informasi tentang nasabah mereka di AS ke otoritas pajak AS (International Revenue Service/IRS). Lembaga keuangan asing yang gagal memenuhi informasi tersebut, akan diberikan sanksi berupa 30% withholding tax. Seiring dengan semakin meningkatnya penggelapan pajak yang terjadi secara global melalui offshore tax evasion, maka dalam bulan September tahun 2013, para pemimpin negara-negara G20. mengumumkan untuk mengadopsi kebijakan FATCA dan membuatnya agar berlaku secara global dengan menetapkan “Global Standard for Automatic Exchange of Financial Account Information in Tax Matters”. G20 kemudian mendorong OECD melalui Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purpose untuk menerbitkan Common Reporting Standard (CRS), yang mengatur tentang standar pengumpulan data dan pelaporannya. Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purpose adalah Badan yang ditugasi untuk mengawasi pelaksanaan Automatic Exchange of Information (AEOI) secara global, melakukan pemeriksaan, dan melaporkan yang tidak patuh kepada G20.

You might also like