Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Implementasi Kebijakan Pengendalian Penyakit

Demam Berdah Dengue Di Kota Semarang


Oleh :
Rafica Sari A , Herbasuki Nurcahyanto, Slamet R Santoso
Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Profesor Haji Sudarto, Sarjana.Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

The one of infectious diseases in Indonesia is Dengue Fever or. It is a disease caused
by dengue virus and transmitted through mosquito Aides Aigepty. The most cases of dengue
fever in Central Java occurred in Semarang. The problems of the implementation of this
policy caused by indecision on the application of sanctions in the implementation of policy
about restraining the dengue fever, the lack of human resources in preventive measures about
this disease, public awareness of PSN 3M Plus are lacking, and the limited budget to get a
restraint of the implementation of policy about preventing this disease. The purpose of this
research is to analyze the implementation of policy about restraining dengue fever in
Semarang through 4 variables above.

This research is an observational research with data are descriptive qualitative. The
data was collected through depth interviews with key informants, the Section Chief of P2B2,
P2B2 staff, community leaders, jumantik, and the society of Semarang. This research aimed
to analyzed the implementation of policy for preventing the dengue which can be seen
through the phenomena that was occurring in the implementation of this policy, and the
determinant factor of success of the implementation of this policy.

The result of this research is the determinant factors in the implementation of this
policy considered the Health Office of Semarang are caused by 4 variables, i.e. the
communication which had transmitted properly to the society and clear, the quality of human
resources is good enough, the financial resources are lacking, the disposition which walked
properly, and there were still mismatch with the SOP.

Keywords : Dengue Fever , the implementation of the policy, the determinant factor of
success the implementation of policy about restraining dengue fever.

Hal |1
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
PENGENDALIAN PENYAKIT Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue.
DEMAM BERDARAH DENGUE DI
KOTA SEMARANG Pengendalian penyakit DBD adalah
serangkaian kegiatan pencegahan dan
PENDAHULUAN penanggulangan untuk memutus mata
A. Latar Belakang rantai penularan penyakit DBD dengan
cara melakukan pemberantasan nyamuk
Demam berdarah dengue (DBD)
dan jentik nyamuk Aedes aegypti.
adalah penyakit infeksi akut yang
Pencegahan DBD adalah serangkaian
disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini
tindakan yang dilakukan sebelum timbul
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan
kasus atau terjadinya kasus DBD,
menyerang seluruh golongan umur (di
sedangkan penanggulangan DBD adalah
dalam buku Buku Pedoman Program
segala upaya yang ditujukan setelah
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit,
terjadinya kasus DBD. Upaya pencegahan
2009 : 1).
dan penanggulangan penyakit DBD di kota
Di indonesia salah satu kota yang Semarang sebenarnya telah diatur di dalam
memiliki jumlah kasus DBD yang tinggi Perda Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
adalah Kota Semarang, berdasarkan angka Pengendalian Penyakit DBD khususnya di
kesakitannya DBD di kota Semarang dalam Pasal 10 dan Pasal 14.
masih menduduki peringkat pertama di
Namun di dalam pelaksanaan
Jawa Tengah, berikut ini adalah data
upaya pencegahan dan penanggulangan
jumlah kasus penyakit DBD di kota
penyakit DBD tersebut pemerintah sering
Semarang yang diperoleh dari Dinas
mengalami beberapa permasalahan,
Kesehatan Kota Semarang :
permasalahan-pemasalahan yang ada,
Tabel 1.1 dapat disebabkan dari faktor dalam
kebijakan itu sendiri (pemerintah,
Jumlah Kasus Penyakit DBD di Kota Semarang
masyarakat, lembaga kesehatan lainnya)
Berdasarkan Tahun dan Pelaporan
dan juga faktor dari luar (lingkungan
NO TAHUN KASUS IR MENINGGAL CFR sosial). Hal ini timbul karena adanya
(%) ketidaksesuaian apa yang diinginkan dan
4. 2009 3.883 26,21 43 1,10 apa yang dilakukan. Permasalahan-
5. 2010 5.556 36,87 47 0,85 permasalahan yang terjadi sering
6. 2011 1.303 7,387 10 0,01 menyulitkan dalam menurunkan kasus
7. 2012 1.247 70.73 21 1,68
DBD di Kota Semarang
Sumber : Dinas kesehatan Kota Semarang 23
Februari 2013
B. TUJUAN
Dari tabel 1.1 tersebut dapat dilihat 1. Untuk mendeskripsikan dan
bahwa jumlah kasus DBD di Kota menganalisis Implementasi
Semarang setiap tahunnya sangat tinggi, Kebijakan Pengendalian Penyakit
berdasarkan data tersebut juga kita dapat Demam Berdarah Dengue di kota
melihat bahwa jumlah penderita yang Semarang.
meninggal setiap tahunnya juga cukup 2. Untuk mendeskripsikan dan
banyak, oleh karena itu untuk mengatasi menganalisis faktor-faktor yang
masalah tingginya jumlah kasus penyakit mempengaruhi Implementasi
DBD di kota Semarang, maka Pemerintah Kebijakan Pengendalian Penyakit
Kota Semarang membuat sebuah kebijakan Demam Berdarah Dengue di kota
yang dituangkan ke dalam sebuah Semarang.
Peraturan Daerah Kota Semarang

Hal |2
C. TEORI yang diarahkan pada tercapainya
Teori yang digunakan adalah : tujuan-tujuan yang telah digariskan
I. Adminsitrasi Publik dalam keputusan kebijaksanaan
Administrasi publik menurut (dalam buku Leo Agustino, 2008 :
Chandler dan Plano adalah sebuah 139).
proses dimana sumberdaya dan III. Model Implementasi Kebijakan
personel publik diorganisir dan Dalam penelitian ini menggunakan
dikoordinasikan untuk faktor-faktor yang terdapat pada
memformulasikan, model implementasi kebijakan yang
mengimplementasikan, dan berperspektif top-down. Di dalam
mengelola (manage) keputusan implementasi suatu kebijakan,
keputusan dalam kebijakan terdapat empat variabel yang sangat
publik. menentukan keberhasilan kebijakan
II. Implementasi Kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya,
Van Meter dan Van Horn (1975) diposisi, dan struktur birokrasi. Ke
mengemukakan implementasi adalah empat faktor di atas harus
tindakan-tindakan yang dilakukan dilaksanakan secara simultan karena
baik oleh individu-individu atau antara satu dengan yang lainnya
pejabat-pejabat atau kelompok- memiliki keterkaitan yang kuat.
kelompok pemerintah atau swasta

D. METODE PENELITIAN: Bersumber Binatang (P2B2), Staff seksi


I. Desain Penelitian P2B2, Tokoh Masyarakat, Kader
Pendekatan yang digunakan dalam Jumantik serta masyarakat di Kota
penelitian ini adalah metode kualitatif Semarang.
deskriptif. Penelitian kualitatif
deskriptif ini dimaksudkan untuk IV. Operasional Konsep
mendeskripsikan informasi apa adanya 1. Fenomena Kebijakan
sesuai dengan variabel pada saat Fenomena yang digunakan oleh
penelitian dilakukan. Peneliti yaitu sebagai berikut :
II. Situs Penelitian 1. Ketepatan Kebijakan
Fokus dari penelitian ini adalah Ketepatan kebijakan
Implementasi Kebijakan menyangkut seberapa jauh
Pengendalian Penyakit Demam kebijakan yang ada dapat
Berdarah Dengue Di Kota Semarang menyelesaikan permasalahan yang
(Studi Implementasi Kebijakan hendak dipecahkan dan bagaimana
Publik), sehingga lokus atau kejelasan isi kebijakan yang sesuai
tempat/wilayah yang diambil adalah dengan permasalahan di
berdasarkan fokus penelitian di atas masyarakat.
yang digunakan Peneliti adalah Dinas 2. Ketepatan Pelaksana
Kesehatan Kota Semarang, Jawa Aktor implementasi
Tengah yang terletak di Jl. Pandanaran kebijakan tidak hanya pemerintah,
No. 79 Semarang, Jawa Tengah. namun juga dapat dilaksanakan melalui
III. Subjek Penelitian kerjasama pemerintah, swasta maupun
Jumlah informan disini bisa sedikit masyarakat. Ketepatan pelaksana ini
atau banyak tergantung dari dengan melihat pertama yaitu aktor
perkembangan di lapangan. Key implementasi kebijakan yang berperan
informan dalam hal ini adalah Kepala penting dalam pelaksanaan Kebijakan
Seksi Pemberantasan Penyakit Pengendalian Penyakit DBD. Kedua
adalah keterlibatan swasta dan

Hal |3
masyarakat dalam melaksanakan menerima, dan siap menjadi bagian dari
kebijakan. kebijakan Pengendalian Penyakit DBD.
3. Ketepatan Target 2. Faktor Penentu Implementasi
Ketepatan target ini berkenaan 1) Komunikasi
dengan bagaimana kondisi target dalam Indikator yang digunakan adalah :
pelaksanaan suatu kebijakan dan 1. Transmisi dari aparatur
apakah implementasi kebijakan tersebut pelaksana kepada penerima
merupakan kebijakan yang mungkin program
sama tidak efektifnya dengan kebijakan 2. Kejelasan mengenai
lain. Ketepatan target dinilai dari respon kebijakan pengendalian
masyarakat terhadap pelaksanaan penyakit DBD
Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD 3. Konsistensi pelaksanaan
oleh Dinas Kesehatan dan adanya kebijakan
intervensi mengenai apakah kebijakan
Pengendalian Penyakit DBD 2) Sumber Daya
merupakan kebijakan yang pada Indikator yang digunakan adalah :
prinsipnya terkait pula dengan 1. Ketersediaan dan
kebijakan lain yang dilaksanakan oleh kompetensi staf dalam
Dinas Kesehatan sehingga pelaksanaan kebijakan
menimbulkan ketidakefektifan. 2. Ketersediaan informasi dan
4. Ketepatan Lingkungan data dalam pelaksanaan
Ketepatan lingkungan ini dilihat kebijakan.
dari pertama, adalah lingkungan 3. Kewenang di dalam
internal kebijakan mengenai interaksi pelaksanaan kebijakan
diantara lembaga perumus kebijakan 4. Ketersediaan sarana dan
dan lembaga pelaksana kebijakan prasarana dalam
dengan lembaga lain yang terkait. pelaksanaan kebijakan
Dalam hal ini dengan melihat 5. Ketersediaan keuangan
bagaimana interaksi antara Dinas dalam pelaksanaan
Kesehatan hingga Puskesmss kebijakan
melaksanakan kebijakan Pengendalian 3) Disposisi atau Sikap
Penyakit DBD tersebut di Kota Indikator yang digunakan adalah :
Semarang. Kedua adalah lingkungan 1. Pengangkatan personil
eksternal kebijakan, dengan melihat pelaksana kebijakan yang
bagaimana interpretasi lembaga telah ditetapkan
startegis seperti media massa maupun 2. Insentif
kelompok-kelompok masyarakat 4) Struktur Birokrasi
dalam pelaksanaan kebijakan Indikator struktur birokrasi ini
Pengendalian Penyakit DBD di Kota adalah :
Semarang. 1. Kesesuaian antara SOP dengan
pelaksananaan kebijakan
5. Ketepatan Proses V. Jenis Data
Ketepatan proses ini berkenaan Jenis data yang digunakan oleh
dengan bagaimana kesiapan masyarakat Peneliti adalah jenis data sekunder
dan kesiapan pelaksana kebijakan dan jenis data primer
dalam upayanya untuk mencapai VI. Teknik Pengumpulan Data
standarisasi kebijakan Pengendalian
Penyakit DBD. Sikap tersebut dilihat Teknik pengumpulan data yang
dari bagaimana mereka memahami, digunakan oleh Peneliti adalah
wawancara, observasi,
dokumentasi dan studi pustaka

Hal |4
VII. Analisis dan Intepretasi Data
Analisis data yang B. Analisis
dipergunakan dalam penelitian ini 1. Implementasi Kebijakan Pegendalian
adalah Analisis taksonomi. Penyakit Demam Berdarah Dengue Di
Analisis taksonomi (dalam Kota Semarang
Sugiyono, 2010 : 261) adalah 1. Ketepatan Kebijakan
analisis terhadap keseluruhan data a. Intensitas Tujuan
yang terkumpul berdasarkan
domain yang telah ditetapkan Hasil Penelitian,Tujuan dari
menjadi cover term oleh peneliti kebijakan pengendalian penyakit
untuk memperoleh gambaran DBD agar dapat menurunkan
umum dan menyeluruh tentang angka kesakitan, mencegah dan
situasi sosial yang diteliti. menanggulangi KLB/wabah DBD,
serta untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam
Pelaksanaan PSN. Namun Tujuan
tersebut belum tercapai seluruhnya.
b. Kejelasan Isi Kebijakan
PEMBAHASAN Hasil Penelitian, Perda
A. Hasil Penelitian tersebut telah menjelaskan
Hasil penelitian kebijakan pengendalian
secara mendetail apa
penyakit DBD ini berdasarkan hasil
kagiatannya bagaimana
wawancara dari beberapa informan
mekasime pelaksanaan
mengenai pelaksanaan kebijakan
kebijakan pengendalian
pengendalian penyakit DBD adalah faktor
penyakit DBD.
penentu implementasi kebijakan
pengendalian DBD di Dinas Kesehatan 2. Ketepatan Pelaksana
Kota Semarang disebabkan oleh empat
variabel, yaitu komunikasi yang sudah a. Aktor Implementasi
ditansmisikan dengan baik kepada Hasil penelitian diketahui
masyarakat serta jelas namun kurang pelaksanaan Kebijakan
konsisten. Sumber daya yang kurang di Pengendalian Penyakit DBD
dalam ketersediaan informasi, staff, dilakukan oleh seksi P2B2,
fasilitas yang kurang memadai serta Puskesmas, Rumah Sakit,
terbatasnya anggaran di dalam pelaksanaan Timpokjanal, Masyarakat, kader
kebijakan pengendalian penyakit DBD. Jumantik, Kelompok PKK
sementara itu di dari variabel disposisi b. Keterlibatan swasta & masyarakat
khususnya staffing Birokrasi dan insentif Hasil penelitian diketahui
sudah baik namun di dari variabel struktur masyarakat telah berswadaya
organisasi khusunya SOP terdapat dengan kelompok PKK, sedangkan
ketidaksesuaian antara pelaksana dengan sektor swasta sudah bekerjasama
SOP di dalam pelaksanaan kebijakan melalui CSR (Pocari Sweat,
pengendalian penyakit DBD di Kota Nasmoco ) atau LSM (Kaliandra).
Semarang. 2. Ketepatan Target
a. Respon Masyarakat.
Hasil penelitian diketahui
respon masyarakat masih negative
terhadap adanya kebijakan
pengendalian penyakit DBD
walaupun tidak sepenuhnya.

Hal |5
Masyarakat mau untuk melakukan 5. Ketepatan Proses
kebijakan tersebut, namun mereka
belum mampu mencapai tujuan a. Sikap Masyarakat :
seluruhnya dalam pelaksanaan Hasil penelitian diketahui
kebijakan pengendalian penyakit masyarakat belum seluruhnya
DBD. menerima pelaksanaan kebijakan
b. Intervensi pengendalian penyakit DBD,
Hasil penelitian diketahui angka partisipasinya masih belum
tidak terdapat tumpang tindih sesuai dengan target yaitu masih di
kebijakan satu dengan yang lainnya bawah 95 %.
di Dinas Kesehatan Kota b. Sikap Pelaksana Kebijakan
Semarang, tidak bertentangan Hasil penelitian diketahui
dengan pelaksanaan kebijakan Dinas Kesehatan Kota Semarang
lainnya. telah memahami dan siap
melaksanakan walaupun masih
4. Ketepatan Lingkungan terdapat banyaknya kekurangan di
dalam peleksanaan kebijakan.
a. Lingkungan Internal 2. Faktor Penentu Keberhasilan
Hasil penelitian diketahui Kebijakan Pengendalian
bahwa kebijakan pengendalian
penyakit DBD merupakan Program 1. Komunikasi
Nasional yang berarti hal tersebut
wajib dilaksanakan di seluruh a. Transmisi
daerah dengan sasarannya adalah
Hasil penelitian diketahui
masyarakat secara keseluruhan.
bahwa Dinkeskot telah
Dinas Kesehatan sebagai instansi
mengkoordinasikan pelaksanaan
pelaksana kebijakan pengendalian
kebijakan pengendalian penyakit
penyakit DBD melaksanakan
DBD kepada masyarakat melalui
mandat dari pemerintah pusat
maupun media elektronik serta
untuk memasyarakatkan kebijakan
melalui pertemuan yang diadakan
tersebut dengan baik, sehingga
di Puskesmas,Kecamatan atau di
pelaksanaan oleh Dinas Kesehatan
Kelurahan.
telah jelas sesuai petunjuk
Kementrian Kesehatan. b. Kejelasan
b. Lingkungan Eksternal Hasil penelitian diketahui
Hasil penelitian diketahui telah dilakukan sosialisasi yang
pelaksanaan kebijakan dilakukan antar Dinas dengan
Pengendalian Penyakit DBD peran masyarakat dapat ditangkap secara
media melalui media cetak maupun jelas oleh masyarakat.
media elektronik. Namun peran c. Konsistensi
media massa tersebut belum Hasil penelitian diketahui
berimplikasi terhadap peningkatan tidak dijadwalkan secara
partisipasi masyarakat dalam tetap.Penyampaian informasi yang
melaksanakan kebijakan dilakukan Dinas Kesehatan Kota
pengendalian penyakit DBD. Peran Semarang tersebut juga
media massa disini hanya untuk intensitasnya masih kurang. Selain
menambah informasi masyarakat, itu perbedaan persepsi dari masing-
sementara itu peran kelompok masing pelaksana yang dapat
masyarakat terlihat melalui berubah-ubah dalam mengatasi
kelompok PKK. permasalahan kebijakan

Hal |6
pengendalian penyakit DBD pelaksana kebijakan pengendalian
menjadikan pelaksanaan kebijakan penyakit DBD.
ini tidak konsisten b. Insentif
Hasil penelitian insentif tidak
2. Sumberdaya mempengaruhi kinerja pelaksana
kebijakan. Sehingga insntif ini
a. Staf
dinilai baik karena insentif tidak
Hasil penelitian diketahui
mempengaruhi kinerja
Dinas Kesehatan Kota Semarang
staff nya kurang memadai. 4. Struktur Birokrasi :
b. Informasi
Terdapat permasalahan di a. SOP
dalam ketersediaan Informasi Hasil penelitian diketahui
dalam mendapatkan informasi pelayanan kesehatan yang
terkait kasus DBD di Kota diberikan Dinas Kesehatan kepada
Semarang karena keterlambatan masyarakat belum sesuai dengan
data yang diperoleh dari SOP nya. Hal ini terdapat pada
Puskesmas maupun Rumah Sakit upaya penanggulangan yaitu di
serta sistem informasi penyakit dalam fogging fokus, serta
DBD yang belum mandiri. penyelidikan epidemologi yang
c. Kewenangan masih kurang sesuai dengan SOP.
Hasil penelitian diketahui
meskipun Dinas Kesehatan Kota PENUTUP
Semarang memiliki kewenangan
A. Kesimpulan
penuh mengenai pelaksanaan
1. Ketepatan Kebijakan
Kebijakan pengendalian penyakit
Kebijakan pengendalian penyakit
DBD.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
d. Fasilitas
merupakan kebijakan yang kurang tepat
Hasil penelitian diketahui untuk memecahkan permasalahan penyakit
ketersediaan fasilitas dalam DBD di Kota Semarang. Kebijakan
pelaksanaan kebijakan pengendalian penyakit DBD kurang
pengendalian kurang memadai. memberikan kesadaran kepada masyarakat
Karena banyak alat fogging yang akan pentingnya melakukan usaha
rusak pencegahan DBD. Selain itu kebijakan
tersebut juga belum mampu memandirikan
e. Keuangan masyarakat. Sehingga tujuan dari
Hasil penelitian kebijakan pengendalian penyakit DBD
diketahuiyaitu terbatasnya belum seluruhnya tercapai.
anggaran dan ketidaktepatan dalam 2. Ketepatan Pelaksana
pembuatan anggaran pada tahun Pelaksanaan kebijakan
sebelumnya membuat pelaksanaan pengendalian penyakit DBD telah
kebijakan ini berjalan kurang baik. dilakukan oleh pelaksana sudah tepat
3. Disposisi kerena dilakukan sesuai tupoksi yaitu
a. Staffing Birokrasi’ pada Seksi Pencegahan Pemberantasan
Hasil penelitian mengungkapkan Penyakit (P2P) khususnya Bidang
bahwa kemampuan aparatur dalam Pemberantasan Penyakit Bersumber
Kebijakan Pengendalian Sudah Binatang (P2B2) Dinas Kesehatan Kota
terampilan dalam konseptual, Semarang. Peran masyarakat pada
sehingga tidak terdapat kebijakan ini telah terlihat pada
permasalahan dalam kemampuan pelaksanaan usaha pencegahan melalui

Hal |7
PSN 3 M Plus. Sementara itu, yang masih belum mencapai target
keterlibatan pihak swasta dan yaitu masih di bawah 95 %.
masyarakat di dalam pelaksanaan 2. Faktor-Faktor Keberhasilan
kebijakan pengendalian juga sudah kebijakan Pengendalian Penyakit
tepat, hal ini dapat dilihat dari pihak DBD di Kota Semarang
swasta dalam pelaksanaan kebijakan ini Faktor-faktor keberhasilan
mencakup urusan dalam penyediaan kebijakan pengendalian penyakit DBD
abate maupun di dalam sosialisasi. di Kota Semarang dijelaskan oleh
Peneliti sebagai berikut :
3. Ketepatan Target a. Komunikasi
Selama kurang lebih tiga tahun Komunikasi yang terjadi dalam
kebijakan ini berjalan, masih terdapat implementasi kebijakan
terdapat respon negatif dari masyarakat pengendalian penyakit DBD dinilai
mengenai kebijakan pelaksanaan dari transmisi informasi yang
kebijakan DBD. Masyarakat merespon disampaikan oleh Dinas Kesehatan
negative dikarenakan kebijakan Kota Semarang kepada masyarakat
pengendalian penyakit DBD ini sudah tepat tetapi masih kurang
pengawasannya masih rendah. Pada menyeluruh. Sementara itu apabila
dasarnya masyarakat mau untuk dilihat dari konteks kejelasan
melakukan kebijakan pengendalian informasi tersebut sudah jelas
penyakit DBD tetapi harus selalu di sampai ke masyarakat dan dapat
dampingi. Selain itu dari segi intervensi dipahami tetapi masih kurang
sudah tepat hal ini karena Dinas optimal di dalam konteks
Kesehatan Kota Semarang dalam konsisitensi, hal ini dikarenakan
melaksanakan kebijakan pengendalian penyampaian informasi tersebut
penyakit DBD tidak terjadi tumpang tidak dijadwalkan secara
tindih dengan kebijakan lain. tetap.Penyampaian informasi yang
4. Ketepatan Lingkungan dilakukan Dinas Kesehatan Kota
Fenomena ketepatan lingkungan Semarang tersebut juga
dilihat dari lingkungan internal telah intensitasnya masih kurang. Selain
tepat. Dinas Kesehatan Kota Semarang itu perbedaan persepsi dari masing-
telah melaksanakan program tersebut masing pelaksana yang dapat
sesuai dengan petunjuk berubah-ubah dalam mengatasi
pelaksanaannya. Sementara itu dari permasalahan kebijakan
lingkungan eksternal, peran media pengendalian penyakit DBD
massa sudah cukup baik. Berita menjadikan pelaksanaan kebijakan
mengenai penyakit DBD telah ini tidak konsisten
tersampaikan dengan baik ke b. Sumberdaya
masyarakat. Namun efek dari media Dalam hal pelaksanaan
massa tersebut belum dirasakan kebijakan pengendalian penyakit DBD
didalam pelaksanaan kebijakan yang dinilai masih kurang adalah
pengendalian penyakit DBD, Sementara kurangnya jumlah staff yang menangani
peran kelompok masyarakat terlihat pelaksanaan kebijakan pengendalian
pada PKK. sehingga pelaksanaan kebijakan
pengendalian penyakit DBD kurang
5. Ketepatan Proses maksimal. Selanjutnya ketersediaan
Fenomena ketepatan proses Informasi yang diberikan kepada
dilihat dai sikap smasyarakat masih masyarakat juga sudah cukup. Namun
kurang. Yaitu belum sesuai dengan terdapat permasalahan di dalam
Indikator Angka Bebas Jentik (ABJ) ketersediaan Informasi dalam

Hal |8
mendapatkan informasi terkait kasus guna meningkankan pengawasan di
DBD di Kota Semarang, hal ini dalam pelaksanaan kebijakan
dikarenakan keterlambatan data yang pengendalian penyakit DBD.
diperoleh dari Puskesmas maupun 2. Terkait Komunikasi :
Rumah Sakit . Sementara itu, dari segi
wewenang yang dilakukan Dinas Perlu dilakukan pembuatan jadwal
kesehatan sudah cukup sesuai dengan yang rutin dan menyeluruh dalam
porsinya. Sedangkan dari segi fasilitas melakukan sosialisasi kepada
dan keuangan masih terdapat masyarakat. Informasi yang
permasalahan karena kondisi fasilitas diberikan juga harus konsisten
yang kurang terjaga dengan baik dan
3. Terkait sumberdaya
terbatasnya anggaran serta
Perlu dilakukan penambahan staff
ketidaktepatan dalam pembuatan
melalui pengajuan penambahan
anggaran pada tahun sebelumnya
staff ke Badan Kepegawaian
membuat pelaksanaan kebijakan ini
Daerah.
berjalan kurang lancar.
4. Terkait terbatasnya Keuangan
c. Disposisi
Indikator yang dinilai pada Perlu dilakukan kerjasama dengan
faktor disposisi sudah baik hal ini pihak lain serta analisis anggaran
karena pengangkatan birokratnya perlu lebih mendetail sehingga
telah sesuai dengan kompetensinya. anggaran untuk tahun selanjutnya
Sehingga tidak terjadi tidak jauh dari perkiraan.
permasalahan dalam kemampuan..
d. Struktur Birokrasi DAFTAR PUSTAKA
Indikator yang dinilai pada
faktor struktur birokrasi adalah Buku
Standard Operating Procedures Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar
(SOP. Di dalam melaksanakan Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
kebijakan pengendalian penyakit
DBD Dinas Kesehatan Kota Nugroho, Riant. 2009. Public Policy.
Semarang telah malaksanakan Jakarta : PT Elex Komputindo.
tugas sesuai SOP yang ada dalam Subarsono, AG. (2005). Analisis
Dinas Kesehatan Kota Semarang Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan
namun masih ada beberapa Aplikasi).Yogyakarta: Pustaka Pelajar
kegiatan yang tidak sesuai di
lapangan. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
B. Saran Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Saran untuk Pelaksanaan Alfabeta
Implementasi kebijakan Pengendalian
Penyakit DBD di Kota Semarang Suwitri,Sri. 2009. Konsep Dasar
(Peraturan Daerah Kota Semarang No. Kebijakan Publik. Semarang: Badan
5 Tahun 2010) adalah : Penerbit Universitas Indonesia.
1. Terkait ketepatan Kebijakan : Wibawa, Samodra. (1994). Kebijakan
Perlu adanya revisi Peraturan Publik Proses dan Analisis.
Daerah Kota Semarang Nomor. 5 Jakarta:Intermedia.
Tahun 2010 tekait dengan
penambahan tujuan di dalam Non Buku :
pelaksanaan kebijakan
Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2010
pengendalian penyakit DBD. Serta
Tentang Pengendalian Penyakit Demam
memaksimalkan peran Satpol PP
Berdarah Dengue Di Kota Semarang

Hal |9
Hal |10
Hal |11

You might also like