Professional Documents
Culture Documents
Lapisan Gross Up
Lapisan Gross Up
Lapisan Gross Up
10 (2014)
Devi Gustia
deviigustia@gmail.com
Yazid Yud Padmono
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Tax is something which should be paid by the company in accordance with the income that has been earned on
certain period. Income tax is a tax which levied on the subject of taxes or income received or earned in a tax year.
To maximize the investors’ welfare which is carried out by maximizing company’s value is one of the company’s
ways. Minimizing tax burden without violating tax regulations and tax laws is commonly known as tax
planning. Gross up method is a method of calculating the amount of article 21 income tax by recognizing it as
an expense that is charged to the employees. This research is meant to analyze the implementation of article 21
income tax with Gross Up method as an alternative and fiscal reconciliation. This research is carried out at PT
Multi Clean Jaya Lestari Surabaya. The result of the research shows that fiscal reconciliation has been conducted
by PT Multi Clean Jaya Lestari Surabaya in presenting profit and loss statement. The recognition of revenues
and expenditures has been recorded in accordance with the prevailing tax regulation. Net Basic method is still
used by the company in the calculation of article 21 income tax. When using the gross up method in calculating
of article 21 income tax, the company managed to reduce the amount of corporate income tax.
Keyword : Fiscal Reconciliation, Article 21 Income Tax, Profit and Loss Statement, Gross Up
ABSTRAK
Pajak adalah sesuatu yang wajib di bayar oleh Perusahaan sesuai dengan penghasilan yang diperoleh
pada periode atau masa tertentu. Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap
Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Salah satu
tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan investor dengan cara memaksimalkan nilai
perusahaan. Meminimalisasi beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang atau peraturan
perpajakan dikenal dengan Perencanaan Pajak (Tax Planning). Metode Gross Up adalah metode
perhitungan besarnya PPh Pasal 21 dengan diakui sebagai biaya yang dibebankan kepada karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan PPh Pasal 21 dengan metode Gross Up sebagai
alternatif dan rekonsiliasi fiskal. Penelitian ini dilaksanakan pada PT Multi Clean Jaya Lestari
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Multi Clean Jaya Lestari Surabaya telah
melakukan pencatatan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu,
pengakuan pendapatan dan biaya telah dicatat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam perhitungan PPh Pasal 21, perusahaan masih menggunakan metode
Net Basic. Apabila menggunakan metode Gross Up dalam menghitung PPh Pasal 21, perusahaan dapat
mengurangi jumlah PPh Badan karena besarnya penghasilan atas gaji dan upah dapat diperhitungkan
sebagai biaya.
Kata kunci: rekonsiliasi fiskal, PPh pasal 21, laporan laba rugi, gross up
PENDAHULUAN
Pajak mempunyai kontribusi dari Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh
Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.
Perkembangan peraturan perpajakan Indonesia senantiasa dinamis dan cepat
mengalami perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan iklim usaha dan kondisi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
TINJAUAN TEORETIS
Pajak
Sejak pajak mulai diperhitungkan sebagai salah satu pemasukan paling penting bagi
sebuah negara, banyak ahli ekonomi mengemukakan pendapatnya tentang definisi pajak.
Definisi pajak menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, S.H adalah Pajak sebagai iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa-jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu (1) fungsi budgetair (sumber keuangan negara)
artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan; (2) fungsi regularend (pengatur) artinya pajak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak
Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk
memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan. Subjek
Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36
Prinsip Taxable dan Deductible merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam perencanaan
pajakyang pada umumnya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya
yang boleh dikurangkan atau sebaliknya mengubah penghasilan yang merupakan objek
pajak menjadi penghasilan yang tidak objek pajak, dengan konsekuensi terjadinya
perubahan pajak terutang akibat pengubahan tersebut. (Zain, 2008:75). (1) Deductible
Expense, berdasar Pasal 6 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan; (2) Non Deductible Expense adalah adalah prinsip yang digunakan untuk
menentukan besarnya PKP bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak
boleh dengan biaya–biaya sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 UU Nomor 36 Tahun 2008. Untuk
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap tidak boleh dikurangkan.
Tahun 2008, Subjek Pajak dikelompokkan sebagai (a) Subjek Pajak orang pribadi; (b)
Subjek Pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;
(c) Subjek Pajak badan; (d) Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Pengurangan Penghasilan
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) merupakan jumlah penghasilan tertentu yang
tidak dikenakan pajak. Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan
Tidak kena Pajak. Penyesuaian PTKP dapat dilihat pada table berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
Tabel 1
Besaran PTKP
(dalam rupiah)
Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan presentase tertentu yang digunakan untuk menghitung
besarnya PPh. Tarif PPh yang berlaku di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu tarif
umum sesuai Pasal 17 UU No.17 Tahun 1983 (sebagaimana telah diubah beberapa kali dan
yang terakhir adalah dalam UU No. 36 Tahun 2008) dan tarif lainnya.
Sistem penerapan tarif Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 17 UU PPh dibagi
menjadi dua, yaitu Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, dan Wajib Pajak dalam negeri
badan dan bentuk usaha tetap.
a. Tarif PPh untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (Pasal 17 ayat (1) huruf a
UU PPh), yaitu:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
Tabel 2
Tarif PPh untuk WP Orang Pribadi dalam Negeri
b. Tarif PPh untuk Wajib Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (Pasal 17 ayat
(1) huruf b UU PPh) adalah 28% (dua puluh delapan persen). Tarif tersebut menjadi
25% (dua puluh lima persen) berlaku mulai Tahun Pajak 2010. (Pasal 17 ayat (2a)
UU PPh).
Tarif pajak untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk perseroan
terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah kleseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih
rendah daripada tarif untuk Wajib Pajak Badan pada umumnya. (Pasal 17 (2b) UU
PPh).
Perhitungan PPh terutang berdasarkan Pasal 31E dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Jika Peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000 maka perhitungan
PPhterutang yaitu sebagai berikut:
a. Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas yaitu :
Rp 4.800.000
------------------------- X Penghasilan Kena Pajak
Peredaran Bruto
b. Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas yaitu Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto yang memperoleh fasilitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
Manajemen Pajak
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan, 1996). Tujuan manajemen pajak
dapat dicapai melalui fungsi-fungsinya yaitu: (1) Perencanaan pajak adalah langkah awal
dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk
meminimumkan kewajiban pajak; (2) Pelaksanaan kewajiban perpajakan apabila pada
tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk
melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementsikannya
baik secara formal maupun material; (3) Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan
bahwa kewajiban pajak dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah
memenuhi persyaratan formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak
adalah pemeriksaan pembayaran pajak.
mengancam keberhasilan perecanaan pajak tersebut; (2) Secara bisnis masuk akal karena
perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
(global strategy) perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek, maka perencanaan
pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri; (3) Bukti-bukti
pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian, faktur dan juga perlakuan
akuntansinya.
memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang
terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari
adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk
memperoleh manfaat yang potensial.
Tabel 3
Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Tarif Garis Tarif Saldo
Berwujud Masa Manfaat Lurus Menurun
Non Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
Bangunan
Permanen 20 Tahun 5% -
Non Permanen 10 Tahun 10% -
Sumber: (Resmi, 2009)
Untuk efisiensi beban pajak, sebelum menentukan metode mana yang akan
digunakan, terlebih dahulu seorang perencanaan pajak (tax planner) harus melihat
kondisi dari perusahaan yang bersangkutan. Jika kondisi perusahaan adalah laba dan
besarnya penghasilan kena pajak sudah mencapai tarif pajak yang tinggi atau tertinggi,
maka metode saldo menurun akan lebih menguntungkan. Sebaliknya jika kondisi
perusahaan rugi maka lebih baik memilih metode garis lurus.
5. Transaksi yang berkaitan dengan perusahaan sebagai Pemungut Pajak
Selain sebagai pembayar pajak, perusahaan juga sebagai pemotong pajak tehadap
pihak ketiga (withholding tax). Masalah yang sering kali timbul adalah pihak yang
bersangkutan tidak bersedia dipotong pajaknya. Apabila perusahaan tidak memotong
withholding tax (misalnya PPh pasal 23 atas jasa konsultan), maka perusahaan akan
menanggung akibatnya jika dilakukan pemeriksaan oleh fiskus karena perusahaan akan
dikenakan kewajiban untuk membayar withholding taxdimaksud ditambah denda bunga
atas keterlambatan penyetoran sebesar 2% (dua persen) sebulan dari pokok pajak.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
10
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan analisis yang digunakan
adalah metode deskriptif.Metode Deskriktif adalah metode analisis yang menggambarkan
suatu keadaan secara objektif, sehingga memperoleh penyelesaian dari suatu masalah yang
dihadapi oleh perusahaan.Selain itu penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesa atau teori, tetapi hanya menerapkan pengamatan dan penelitian yang memberikan
penjelasan terhadap suatu keadaan kemudian berusaha memberikan kesimpulan atas
pengamatan tersebut.
Sedangkan objek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
cleaning service. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Panjang Jiwo No. 178-180 Surabaya.
11
Satuan Kajian
1. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Metode Gross Up merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan
memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang
akan dipotong dari karyawan. Gross-up method diformulasikan untuk menyamakan
jumlah pajak yang akan dibayar dengan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan
terhadap karyawannya.
12
13
Rp 44.239.000 x 5%
= Rp 2.328.368
0,95
Pajak terhutang
5% x Rp 46.567.368 = Rp 2.328.368
Tabel 4
Perbandingan perhitungan PPh Pasal 21
Metode Net Basic dengan metode Gross Up
PT Multi Clean Jaya Lestari Tahun 2012
(dalam rupiah)
No Nama Status Metode Net Basic Metode Gross Up Selisih
1. A K/1 Rp 2.211.950 Rp 2.328.368 Rp 116.418
2. B K/0 Rp 2.249.250 Rp 2.367.632 Rp 118.382
3. C K/2 Rp 2.014.350 Rp 2.120.368 Rp 106.018
4. D TK Rp 2.038.100 Rp 2.145.368 Rp 107.268
5. E K/2 Rp 1.761.650 Rp 1.854.368 Rp 92.718
6. F TK Rp 1.926.000 Rp 2.027.368 Rp 101.368
7. G TK Rp 1.900.350 Rp 2.000.368 Rp 100.018
8. H TK Rp 1.611.550 Rp 1.696.368 Rp 84.818
9. I K/2 Rp 1.704.650 Rp 1.794.368 Rp 89.718
10. J K/2 Rp 1.696.100 Rp 1.785.368 Rp 89.268
11. K K/2 Rp 1.924.100 Rp 2.025.368 Rp 101.268
12. L K/2 Rp 1.902.250 Rp 2.002.368 Rp 100.118
13. M K/3 Rp 1.697.050 Rp 1.786.368 Rp 89.318
14. N K/3 Rp 1.878.500 Rp 1.977.368 Rp 98.868
15. O K/3 Rp 1.716.050 Rp 1.806.368 Rp 90.318
16. P K/1 Rp 160.550 Rp 169.000 Rp 8.450
17. Q K/0 Rp 229.650 Rp 241.737 Rp 12.087
18. R TK Rp 236.400 Rp 248.842 Rp 12.442
19. S TK Rp 243.150 Rp 255.947 Rp 12.797
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
14
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perhitungan PPh Pasal 21 dengan
menggunakan Metode Gross Up lebih menguntungkan perusahaan dibandingkan dengan
Metode Net Basic.
Sebagai bahan analisis pada penelitian ini, maka berikut ini peneliti memberikan ringkasan
dampak penerapan Metode Gross Up atas perhitungan PPh Pasal 21.
Tabel 5
Ringkasan Dampak Penerapan Metode Gross Up
Atas Perhitungan PPh Pasal 21
PT Multi Clean Jaya Lestari Tahun 2012
(dalam rupiah)
Sebelum Metode Sesudah Metode
Klasifikasi Selisih Selisih
Gross Up Gross Up
Penghasilan bruto Rp 1.175.469.000 Rp 1.180.165.000 Rp 4.696.000 Meningkat
PKP Rp 625.467.000 Rp 630.163.000 Rp 3.987.000 Meningkat
PPh Pasal 21 terutang Rp 31.273.350 Rp 32.918.859 Rp 1.645.509 Meningkat
Tunjangan pajak
dengan Gross Up - Rp 32.918.859 - -
Dari hasil analisa dan pembahasan dapat dijelaskan bahwa dengan penggunaan
Metode Gross Up, tunjangan pajak yang diberikan oleh perusahaan sebesar Rp. 31.273.350;
besarnya nilai tersebut sama dengan PPh Pasal 21 terutang karyawan.
Dengan diterapkannya metode Gross Up maka beban PPh Pasal 21 pada perusahaan
digantikan oleh tunjangan PPh Pasal 21.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. PT Multi Clean Jaya Lestari Surabaya sudah melakukan koreksi fiskal, sesuai dengan
peraturan perpajakan. Selisih koreksi yang dilakukan sebesar Rp 1.408.800 dan
berpengaruh pada PPh Badan.
2. PT Multi Clean Jaya Lestari Surabaya dalam menghitung PPh Pasal 21 masih
menggunakan metode Net Basic. Apabila PT Multi Clean Jaya Lestari Surabaya
menggunakan metode Gross Up, maka terdapat perbedaan perhitungan PPh Pasal 21
sebesar Rp 1.645.509. Tujuan penggunaan metode Gross Up adalah besarnya PPh Pasal
21 dengan diakui sebagai biaya yang dibebankan kepada karyawan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
15
SARAN
Dari hasil analisis dan pembahasan, peneliti memberikan saran diantaranya sebagai
berikut:
1. Laporan keuangan yang disajikan oleh PT Multi Clean Jaya Lestari Surabaya supaya
tetap dipertahankan karena telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang diharapkan menambahkan variabel dan objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. 2013. Akuntansi Perpajakan. Edisi ke-3. Salemba Empat. Jakarta.
Muljono, D dan B. Wicaksono. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Andi Yogyakarta.
Pohan, C. A. 2013. Manajemen Perpajakan. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Resmi, S. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi ke-5. Salemba Empat.Jakarta.
Silitonga, L. 2013. Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan Pada CV. Andi
Offset Cabang Manado. Jurnal EMBA 1 (3):829-839.
Suandy, E. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi ke-5. Salemba Empat. Jakarta.
Soewadji, J. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Zain, M. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi ke-3. Salemba Empat. Jakarta.
●●●