Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

J.

Agroland 24 (3) : 242 - 249, Desember 2017 ISSN : 0854-641X


E-ISSN : 2407-7607

PENGARUH PEMBERIAN ELASAGU SEBAGAI PUPUK ORGANIK


PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) UNTUK MENGURANGI
PENGGUNAAN PUPUK NPKDI DESA ALINDAU KECAMATAN
SINDUE KABUPATEN DONGGALA

EFFECT OF ADDINGELA SAGO AS ORGANIC FERTILIZER ON CORN (Zea


mays L.) TO REDUCE USE OF NPK FERTILIZER IN ALINDAU VILLAGE
SINDUE SUB DISTRICT DONGGALA DISTRICT

Amalia Noviyanty1), Sulmi2)


1)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu E-mail : amalianoviyanti@ymail.com
2)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu E-mail :sulmisulmi@ymail.com
Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp. 0451-429738

ABSTRACT

Donggala is one of corn producer regencies in Central Sulawesi province supported by


suitable climatic factors, regional potency and society aspect. Since 2001, the government has
promoted GemaPalagung program (Movement of Rice, Soybean and Corn Self-Reliance). This
program was evidently effective as shown by increasing in corn production, although it has yet to
meet the domestic need of corn which is then lead to corn import (Purwono and Hartono, 2008).
This indicates that efforts to increase corn production are still necessary (Ekowati and Nasir, 2011).
One effort to increase production is by fertilization, especially by minimizing the use of chemical
fertilizers (inorganic) that have a negative impact. Waste of processed sago known as elasaguis an
organic material with high C/N ratio potentially to be used as an organic fertilizer through
decomposition process. This research aimed at obtaining balanced elasagu organic fertilizer
application and its efficiency when use in corn plantation. A randomized block design was used
with five rate applications of the elasagu fertilizer i.e. no fertilizer applied (control), 35 g NPK
fertilizer applied, 0.7 kg elasagu applied, 0.35 kg ela sagu+50 g NPK fertilizer applied, and 0.7 kg
ela sagu+35 g NPK fertilizer applied. The research results showed that the 0.7 kg ela sagu+35 g
NPK fertilizer treatment leads to highest in plant height, leaf number, and plant dry weight.

Keywords: Corn, elasago and waste.

PENDAHULUAN dan Yuwono, 2002). Sentra produksi jagung


masih didominasi di Pulau Jawa (sekitar
Tanaman jagung merupakan salah 65%). Sejak tahun 2001 pemerintah telah
satu tanaman unggul di Indonesia dan juga menggalakkan program Gema Palagung
sebagai salah satu bahan pangan yang (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai dan
penting di Indonesia karena jagung Jagung). Program tersebut cukup efektif,
merupakan sumber karbohidrat kedua terbukti dengan adanya peningkatan jumlah
setelah beras. Di samping itu, jagung juga produksi jagung dalam negeri tetapi tetap
merupakan bahan baku industri dan pakan belum dapat memenuhi kebutuhan dalam
ternak. Kebutuhan jagung di Indonesia negeri sehingga masih dilakukan impor
untuk konsumsi meningkat sekitar 5,16% jagung (Purwono dan Hartono, 2008).
per tahun sedangkan untuk kebutuhan Deskripsi tersebut mengindikasikan upaya
pakan ternak dan bahan baku industri naik peningkatan produksi jagung masih perlu
sekitar 10,87% per tahun (Roesmarkam dilakukan (Ekowati dan Nasir, 2011).
242
Industri ekstraksi pati sagu dan oven, kayu penyanggah, tali rafiah,
menghasilkan 3 jenis limbah, yaitu residu thermometer, terpal, alat tulis menulis dan
selular empelur sagu berserat (ampas), kulit meteran. Sedangkan bahan yang digunakan
batang sagu dan air buangan (waste water). yaitu : dedak, gula merah, EM4, benih
Pada umumnya jumlah kulit batang sagu jagung, limbah sagu, Pupuk NPK
dan ampas sagu berturut-turut sekitar 26% (16:16:16), pupuk urea dan pestisida.
dan 14% berdasar bobot total balak sagu. Limbah sagu yang digunakan adalah ampas
Limbah ampas dan kulit batang sagu empulur sagu yang telah diambil patinya.
merupakan bahan yang mengandung Desain Penelitian. Rancangan penelitian
lignoselulosa yang sebagian besar tersusun yang digunakan adalah Rancangan Acak
atas selulosa, hemiselulosa dan lignin. Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak
Limbah padat industri sagu yang telah 3 kali. Dosis pupuk yang diberikan ialah :
menumpuk selama bertahun-tahun, akan
mengalami dekomposisi sehingga menjadi A. 0 Kg pupuk kompos ampas sagu dan
kompos dan dapat dimanfaatkan sebagai 0 g NPK (16:16:16) (kontrol) (A);
B. 0 Kg pupuk kompos ampas sagu dan
penyedia unsur hara untuk pertumbuhan
35 g NPK (16:16:16) (B);
tanaman (Syahtria, dkk., 2016). Hasil
C. 0,7 Kg pupuk kompos ampas sagu
penelitian Sulistyowati (2011) bahwa
dan 0 g NPK (16:16:16) (C);
bokasi ampas sagu mengandung C Organik
D. 0,35 Kg pupuk kompos ampas sagu
yang cukup tinggi (52,62%), sehingga dapat
dan 50 g NPK (16:16:16) (D);
dijadikan penambah bahan organik dalam 0,7 Kg pupuk kompos ampas sagu
tanah. bahan kandungan bahan organik dan 35 g pupuk NPK (16:16:16) (E);
yang tinggi dalam tanah mendorong
pertumbuhan mikroba secara cepat yang Pelaksanaan Penelitian. Sebelum tanah
dapat memperbaiki aerasi tanah, menyediakan ditanami benih jagung, tanah tersebut
energi bagi kehidupan mikroba tanah, dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan
meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba tersebut berupa pengolahan tanah dan
pembuatan gundukan. Pengolahan tanah
tanah), meningkatkan kesehatan biologis dilakukan dengan cara mencangkul tanah
tanah oleh berkembangnya mikroba tanah tersebut. Selanjutnya, dibuat dua belas
yang bermanfaat. Pemberian pupuk organik gundukan tanah. Tiap gundukan dibagi
ampas sagu diharapkan dapat meningkatkan menjadi dua bagian. Satu bagian terdiri atas
kesuburan tanah (fisik, kimia, dan biologi) sembilan buah lubang untuk meletakkan
sehingga produktivitas jagung juga benih tanaman jagung. Lalu, tanah diberi
meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk pupuk berupa pupuk kompos sagu dan
mendapatkan rekomendasi pemupukan pupuk NPK (16:16:16) sesuai perlakuan
berimbang dengan menggunakan pupuk dengan cara ditugal. Setelah tiga hari,
organik ampas sagu pada tanaman jagung benih jagung mulai ditanam. Penanaman
untuk efisiensi pemakaian pupuk anorganik. benih jagung dilakukan dengan cara ditugal
dengan kedalaman 3 cm hingga 5 cm. Benih
METODE PENELITIAN tersebut ditanam dengan jarak tanam 75 cm X
25 cm. Setiap lubang ditanami 1 benih jagung.
Tempat dan Waktu. Penelitian ini Penyulaman tanaman dilakukan sebelum 15
hari setelah penanaman benih. Setelah itu,
dilaksanakan di Desa Alindau Kecamatan
dilakukan perawatan tanaman yang meliputi
Sindue Kabupaten Donggala Provinsi penyiraman, penyiangan gulma, pembumbunan,
Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan dan pemberian pupuk susulan. Tanaman
mulai April hingga September 2017. jagung tersebut disiram setiap hari pada
Alat dan Bahan. Alat yang akan digunakan waktu pagi hari pukul 08.00 dan sore hari
dalam penelitian ini yaitu : cangkul, pukul 16.00, kecuali jika hujan. Penyiraman
sprayer, ember, timbangan semi analitik, dua kali sehari dimaksudkan agar tanaman

243
jagung tersebut tidak mengalami kekeringan merupakan ukuran tanaman yang sering
mengingat kondisi sekitar yang memiliki diamati sebagai indikator pertumbuhan
suhu udara yang tergolong ekstrim. maupun sebagai parameter untuk mengukur
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
dengan pengamatan pertumbuhan tanaman diterapkan karena tinggi tanaman
Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh merupakan ukuran pertumbuhan yang
tanaman agar tidak mudah rebah. Pemberian
paling mudah dilihat (Sitompul dan
pupuk susulan berupa pupuk urea dilakukan
pada 30 hari dan 45 hari setelah tanam. Guritno, 1995).
Pupuk susulan tersebut diberikan dengan Berdasarkan hasil analisis sidik
cara ditugal. ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis
Selanjutnya tanaman jagung tersebut pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK
diamati pertumbuhannya. Pengamatan yang diujikan memberikan pengaruh yang
pertumbuhan yang dilakukan yaitu vegetatif sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dilakukan dengan cara mengukur tinggi jagung pada umur 2, 5, 7, 9 dan 11 minggu
tanaman, jumlah daun dan berat kering setelah tanam (MST). Hasil uji lanjut (Tabel
tajuk tanaman jagung tersebut. Tinggi 1) menunjukkan perlakuan B, perlakuan D
tanaman diukur dari bagian leher akar
dan perlakuan E pada 2, 5, 7, 9 dan 11 MST
hingga bagian ujung batang, jumlah daun
dihitung dari seluruh daun yang telah menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman
membuka sempurna, berat kering tajuk yang lebih cepat dari pada perlakuan A dan
diukur dengan cara memasukan bagian perlakuan C dan perlakuan E memberikan
tanaman pada kantung kertas amplop surat hasil pertumbuhan tinggi tanaman yang
atau kertas koran dan dikeringkan dalam tertinggi dibanding perlakuan lainnya pada
oven pada suhu 80oC sampai beratnya yaitu berturut 27.33 (2 MST) cm, 53.67
konstan. cm (5 MST), 79.00 (7 MST), 98.33 (9
MST) dan 115.33 (MST). Hasil uji lanjut
Metode Pengumpulan Data. Data yang juga menunjukkan bahwa perlakuan E
akan di kumpulkan dalam penelitian, yaitu berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan
data primer dan data sekunder. Data primer C. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung
diperoleh dari parameter pengamatan yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering yang diberi pupuk kompos ampas sagu
tanaman dan dari hasil data Rancangan dan dikombinasikan dengan pupuk
Acak Kelompok. Data sekunder di peroleh anorganik NPK (perlakuan D dan E)
dari Badan Pusat Statistik, lembaga- mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi
lembaga terkait, dan berbagai literatur tanaman dibandingkan tanpa pemberian
lainnya sebagai pendukung dalam pupuk sama sekali (A), tanpa pemberian
penelitian. pupuk organik (pupuk anorganik saja) (B)
Analisis Data. Data yang diperoleh atau tanpa pemberian pupuk anorganik
dianalisis menggunakan analisis ragam (hanya pupuk organik saja) seperti terlihat
variansi (anova). Selanjutnya untuk pada Tabel 1.
mengetahui letak perbedaan tersebut Hasil penelitian jangka panjang,
dilakukan uji DMRT (Duncan’s Multiple kombinasi pemupukan antara pupuk
Range Test). organik dan anorganik dapat meningkatkan
produksi tanaman karena pupuk organik
HASIL DAN PEMBAHASAN bersifat memperbaiki kondisi fisik, kimia,
dan fisik tanah sehingga memberikan
Tinggi Tanaman Salah satu parameter kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan
yang diukur pada penelitian ini adalah tanaman (Widowati, 2009). Penggunaan
tinggi tanaman. Tinggi tanaman dihitung pupuk organik bukanlah dimaksudkan
dari pangkal batang hingga ruas batang untuk menggantikan penggunaan pupuk
terakhir sebelum bunga. Tinggi tanaman anorganik seluruhnya, melainkan untuk

244
meningkatkan efisiensi serapan hara dari daun dan batang. Dalam pertumbuhan pucuk
pupuk anorganik, sehingga pupuk pada tanaman mengalami tiga tahapan,
anorganik yang diberikan dapat diserap yaitu pembelahan sel, perpanjangan, dan
seluruhnya sesuai kebutuhan tanaman diferensasi atau pendewasaan. Pada fase
dan pertumbuhan tanaman dapat maksimal pembelahan sel, tanaman memerlukan
(Marpaung, 2014). Ini memungkinkan karbohidrat karena komponen utama
efisiensi penyerapan hara akan menjadi penyusun dinding sel terbuat dari glukosa
optimal sehingga pertumbuhan menjadi (karbon) atau dengan kata lain bahwa
pesat. Kandungan nutrisi dalam kompos pembelahan sel tergantung dari persediaan
limbah sagu yang terbilang rendah dari karbohidrat. Sementara karbohidrat hanya
pada pupuk anorganik NPK 16:16:16 dihasilkan dari proses fotosintesis yang
sehingga perlu penambahan pupuk melibatkan klorofil dan unsur N berperan
anorganik untuk menunjang pertumbuhan dalam pembentukan klorofil. Di samping
tanaman jagung. itu, hasil fotosintesis lebih banyak
Fase pertumbuhan vegetatif digunakan untuk tunas baru daripada
merupakan fase dimana tanaman membutuhkan memperbesar batang dan pertumbuhan akar,
nutrisi yaitu protein yang bersumber dari karena pertumbuhan aktif lebih banyak
nitrogen untuk menunjang pertumbuhannya, terjadi di bagian pucuk tanaman (Herdiana.,
oleh karena itu pada fase vegetatif tanaman dkk, 2008).
membutuhkan N dalam jumlah yang cukup.
Peranan utama nitrogen adalah untuk Jumlah Daun Parameter pertumbuhan
vegetatif kedua yang diamati ialah jumlah
merangsang pertumbuhan vegetatif daun. Pengamatan jumlah daun sangat
tanaman. Nitrogen adalah unsur hara utama diperlukan karena selain sebagai indikator
bagi pertumbuhan organ-organ tanaman pertumbuhan parameter jumlah daun juga
karena merupakan penyusun asam amino, diperlukan sebagai data penunjang untuk
amida dan nukleoprotein yang merupakan menjelaskan proses pertumbuhan yang
unsur penting bagi pembelahan sel. terjadi. Hasil rerata jumlah daun tanaman
Pembelahan sel yang berlangsung baik akan jagung (minggu ke-5 dan 11 setelah tanam)
menunjang pertumbuhan tanaman karena disajikan pada Tabel 2.
pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran, Berdasarkan hasil analisis sidik
volume, bobot dan jumlah sel (Salisbury dan ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis
Ross, 1995). Ketersediaan N yang banyak pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK
mempengaruhi perkembangan susunan akar. yang diujikan memberikan pengaruh yang
Pertumbuhan tinggi batang terjadi dalam sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman
meristem interkalar dari ruas, kemudian jagung pada umur 5 dan 11 minggu setelah
meningkat sebagai akibat pembelahan dan tanam (MST). Hasil uji lanjut (Tabel 2)
pemanjangan/pembesaran sel (Jacob dan menjelaskan bahwa perlakuan
Tatipata, 2014). Pertambahan tinggi dengan kombinasi dosis pupuk 0, 7 kg
tanaman disebabkan karena adanya kompos ampas sagu + 35 g NPK (E)
peningkatan pembelahan dan pemanjangan menunjukkan rata-rata jumah daun terbaik
sel sebagai akibat penambahan hara ke yaitu sebanyak 6,67 helai dan berbeda nyata
dalam tanah maupun tubuh tanaman, dengan perlakuan A (tanpa perlakuan) dan
sedangkan panjang akar sangat ditentukan C(0,7 Kg pupuk kompos sagu dan 0 g NPK)
Pemberian pupuk organik berperan
oleh kondisi tanah (Sakinah, dkk., 2014).
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman
Pertambahan tinggi tanaman sebagai jagung, dimana dengan pemberian pupuk
salah satu ciri pertumbuhan tanaman organik maka tanah sebagai media tumbuh
disebabkan oleh aktivitas pembelahan sel tanaman dapat diperbaiki sifat fisik, biologi
pada meristem apikal. Pertambahan tinggi dan kimianya, sehingga penyerapan unsur
tanaman diawali dengan bertambahnya hara oleh tanaman semakin meningkat dan
pucuk yang semakin panjang dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhannya
dilanjutkan dengan perkembangannya menjadi dalam pembentukan daun (Marpaung, 2014).

245
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Jagung (cm) pada (minggu ke-2, 5, 7, 9 dan 11 setelah tanam) dengan
berbagai kombinasi pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK (16:16:16)

Tinggi Tanaman (cm)


Perlakuan
2 5 7 9 11

A 15.67a 39.33a 61.67a 84.33a 100.67a


B 22.67bc 46.33bc 71.33bc 91.67bc 109.33bc
C 19.67ab 43.33ab 68.33b 88.33ab 104.67ab
D 25.67cd 50.67cd 76.00cd 95.33cd 110.67cd
E 27.33d 53.67d 79.00d 98.67d 112.33d

Ket : Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT.

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Jagung (minggu ke 5 dan 11 setelah tanam) dengan
berbagai kombinasi pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK (16:16:16)

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

5 11
A 3.67 a 13.33a
B 5.67bc 14.67bc
C 4.67ab 14.00ab
D 6.00cd 15.67cd
E 6.67cd 16.00cd
Ket : Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT.

Tabel 3. Rerata Berat Kering Tanaman Jagung dengan berbagai kombinasi pupuk kompos ampas
sagu dan pupuk NPK (16:16:16)

Perlakuan Berat Kering Tanaman (gr)

A 89.33a
B 93.00ab
C 90.67ab
D 97cd
E 100.33cd

Ket : Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT.

246
Makin panjang batang atau semakin merupakan bagian dari pengukuran
tinggi tanaman, serta semakin banyak ruas biomassa tumbuhan. Biomassa tanaman
yang terbentuk sehingga jumlah daun makin merupakan ukuran yang paling sering
banyak (Tabel 1 dan Tabel 2). Batang digunakan untuk mendiskripsikan dan
tersusun dari ruas yang merentang diantara mengetahui pertumbuhan suatu tanaman
buku-buku sebagai tempat pembentukan karena biomassa tanaman relatif mudah
daun. Jumlah daun dan luas daun diukur dan merupakan gabungan dari
merupakan peubah untuk menentukan hampir semua peristiwa yang dialami oleh
pertumbuhan tanaman karena daun berperan suatu tanaman selama siklus hidupnya
dalam proses fotosintesis. (Sitompul dan Guritno, 1995). Oleh karena
Makin banyak daun yang terbentuk itu, parameter ini barangkali merupakan
per tanaman, permukaan daun yang aktif indikator pertumbuhan tanaman yang paling
melakukan fotosintesis juga semakin besar representatif. Terdapat dua macam
karena radiasi cahaya yang diintersepsi pengukuran biomassa tanaman, yakni
oleh daun semakin banyak. Dengan berat segar dan berat kering. Berat segar
demikian, jika ditunjang dengan serapan tanaman dihitung dengan jalan menimbang
hara yang cukup oleh tanaman maka proses tanaman cepat-cepat sebelum kadar air
fotosintesis akan berlangsung lancar. dalam tanaman banyak berkurang. Berat
Asimilat yang dihasilkan akan semakin basah suatu tanaman sangat dipengaruhi
banyak dan dibutuhkan untuk perkembangan oleh status air. Status air suatu jaringan atau
daun sehingga daun bertambah lebar. Jumlah keseluruhan tubuh tanaman dapat berubah
radiasi yang diintersepsi oleh tanaman seiring pertambahan umur tanaman dan
tergantung pada luas daun total yang dipengaruhi oleh lingkungan yang jarang
terkena radiasi matahari dan mempengaruhi konstan (Ekowati dan Nasir, 2011) sehingga
fotosintat yang dihasilkan (Jacob dan pengukuran berat kering lebih disukai
Tatipata, 2014), pembentukan daun juga karena tidak dipengaruhi oleh status air
dipengaruhi oleh banyak rangsangan suatu tumbuhan sehingga dirasa lebih
hormonal (Ekowati D dan Nasir M. 2011).
reliable. Hasil rerata berat kering tajuk
Pemberian kombinasi bokashi ela
tanaman jagung disajikan pada Tabel 3.
sagu dengan pupuk fosfat dapat mengubah
Berdasarkan hasil analisis sidik
sifat kimia tanah menjadi lebih baik,
ragam menunjukkan bahwa perlakuan
terutama peningkatan kandungan P tersedia
kombinasi dosis pupuk kompos ampas sagu
tanah dan peningkatan pH tanah,
dan pupuk NPK yang diujikan memberikan
meningkatnya P tersedia tanah, tingginya
pengaruh yang nyata terhadap berat kering
serapan P oleh akar tanaman, dan tingginya
tanaman jagung. Hasil uji lanjut (Tabel 4)
hasil pipilan kering jagung. Pemberian ela
menjelaskan bahwa perlakuan dengan
sagu dapat meningkatkan jumlah daun,
kombinasi dosis pupuk 0.7 kg kompos
jumlah cabang sekunder, jumlah tandan
ampas sagu + 35 g NPK (E) menunjukkan
buah dan komponen produksi seperti
rerata berat kering terbaik yaitu sebanyak
panjang tandan, jumlah biji per tandan,
100.33 gr sedangkan tanaman jagung yang
bobot kering buah/per tanaman, jumlah
ditumbuhkan tanpa pemberian pupuk
biji dan bobot kering buah tanaman lada.
kompos ampas sagu dan NPK (A)
Ela sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai
menghasilkan rerata berat kering paling
bahan pengendalian gulma pada lada perdu
rendah, yakni 89.33gr, yang mana
(Kalay dan Wijayanti, 2011).
perlakuan E berbeda nyata dengan
Berat Kering Tanaman. Parameter perlakuan A yaitu 89.33 gr, perlakuan B
pertumbuhan vegetatif tanaman yang yaitu 93 gr dan C yaitu 90.67 gr. Perlakuan
diamati ketiga pada penelitian ini ialah D dan E secara nyata meningkatkan bobot
berat kering. Pengukuran berat kering kering total tanaman jagung terbaik

247
dibandingkan kontrol (Tabel 4). Bobot Bobot kering tanaman biasanya
kering total memiliki peranan yang penting dijadikan indikator bahwa semakin baik
untuk menentukan besarnya serapan hara pertumbuhan tanaman, maka bobot
yang dilakukan oleh tanaman. Semakin kering tanaman semakin meningkat juga.
kecil nilai bobot keringnya, memperlihatkan Karbohidrat yang dihasilkan sebagian
bahwa hara yang mampu diserap oleh akan dirombak kembali dalam proses
tanaman semakin sedikit. Sedikitnya hara respirasi dan sisanya akan disimpan dalam
yang diserap dapat menyebabkan bentuk biomassa atau bobot kering tanaman
terhambatnya pertumbuhan morfologi akar (Syahtria, dkk., 2016).
tanaman. Hal tersebut diperlihatkan pada
perlakuan A yang memiliki nilai bobot KESIMPULAN DAN SARAN
kering total paling kecil (Tabel 4) serta juga
memperlihatkan pertumbuhan tinggi Kesimpulan. yang diperoleh dari penelitian
tanaman dan jumlah daun yang paling ini, yaitu. Pemberian kombinasi pupuk
rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kompos ampas sagu dan pupuk anorganik
D dan E. Menurut Ekowati dan Nasir memberikan pengaruh nyata. Perlakuan E
(2011) hasil ini sesuai dengan yang yaitu perlakuan kombinasi pupuk organik
diharapkan karena sesungguhnya berat dan anorganik 0,7 Kg pupuk kompos ampas
kering ialah perhitungan berat organ-organ sagu dan 35 g pupuk NPK memberikan
tanaman, jika tanamannya tinggi dan hasil terbaik dibandingkan perlakuan
daunnya banyak maka diasumsikan berat lainnya untuk pertumbuhan vegetatif
keringnya akan tinggi juga. tanaman jagung dari segi tinggi tanaman,
jumlah dan berat kering.
Jika unsur hara yang diperlukan
cukup tersedia maka proses fotosintesis Saran. Adapun saran yang dapat
berjalan lancar akan berdampak langsung disampaikan adalah:
terhadap jumlah daun. Bertambahnya jumlah 1. Perlu diadakan penelitian tentang
daun dapat mempengaruhi bobot kering kandungan unsur hara tanah yang
tanaman, dimana bobot tanaman erat sekali digunakan dalam penelitian ini.
kaitannya dengan proses fotosintesis serta 2. Perlu diadakan penelitian lebih
penyimpanan fotosintat. Sebagai dari hasil lanjut untuk mengetahui bagaimanakah
fotosintesis digunakan untuk respirasi dan pengaruh kombinasi dosis pupuk
asimilasi, kemudian kelebihannya disimpan kandang, pupuk kompos ampas sagu dan
pada bagian-bagian tertentu dari tanaman pupuk NPK lainny terhadap pertumbuhan
terutama batang dan akar (Syahtria, dkk., vegetatif dan generatif tanaman jagung dan
2016). terhadap kandungan unsur hara tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Ekowati D dan Nasir M. 2011. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) Varietas bisi-2 pada
pasir reject dan pasir asli di pantai trisik kulonprogo (The Growth of Maize Crop (Zea
mays L.) BISI-2 Variety on Rejected and non Rejected Sand at Pantai Trisik Kulon
Progo). J. Manusia Dan Lingkungan, 18(3): 220-231.

Herdiana N., A. H. Lukman dan Kusdi Mulyadi. 2008. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Aplikasi
Pemupukan NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea ovalis Korth. (Blume.) Asal
Anakan Alam Di Persemaian.Jurnal Penelitian Hutan dan KonservasiAlam, V(3): 289-
296.

Jacob A dan A. Tatipata. 2014. Adaptabilitas Jagung Putih Pada Tanah Regosol Dan Kambisol
Yang Diberi Kompos Ela Sagu. Buana Sains, 14(2): 61-70.

248
Kalay A M dan F.W.Wijayanti. 2011. Pengaruh Bokelas Dan Pupuk Kandang Terhadap Hasil
Kacang Tanah (Arachis hypogea. L). Agrinimal, 1(1): 28-32.

Marpaung A E. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Padat dan Pupuk Organik Cair Dengan
Pengurangan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Saintech, 6(4): 8-15.

Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Swadaya. Jakarta, hal.10-11.

Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Salisbury and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB. Bandung, hal. 40.

Sitompul, S. M. Dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta, hal. 24.

Sulistyowati, H. (2011). Pemberian bokasi Ampas Sagu pada Medium Aluvial Untuk
PembibitanJarak Pagar. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika. Vol. 1: 8-12.

Syahtria I., Sampoerno dan Wardati. 2016. Pengaruh Kompos Limbah Sagu Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pembibitan Utama.
Jom Faperta 2(3).

Widowati L R. 2009. Peranan Pupuk Organik terhadap Efisiensi Pemupukan dan Tingkat
Kebutuhannya untuk Tanaman Sayuran pada Tanah Inseptisols Ciherang, Bogor. J.
Tanah Trop, 14(3): 221-228.

249

You might also like