Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Fix
Jurnal Fix
ABSTRACT
243
jagung tersebut tidak mengalami kekeringan merupakan ukuran tanaman yang sering
mengingat kondisi sekitar yang memiliki diamati sebagai indikator pertumbuhan
suhu udara yang tergolong ekstrim. maupun sebagai parameter untuk mengukur
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
dengan pengamatan pertumbuhan tanaman diterapkan karena tinggi tanaman
Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh merupakan ukuran pertumbuhan yang
tanaman agar tidak mudah rebah. Pemberian
paling mudah dilihat (Sitompul dan
pupuk susulan berupa pupuk urea dilakukan
pada 30 hari dan 45 hari setelah tanam. Guritno, 1995).
Pupuk susulan tersebut diberikan dengan Berdasarkan hasil analisis sidik
cara ditugal. ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis
Selanjutnya tanaman jagung tersebut pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK
diamati pertumbuhannya. Pengamatan yang diujikan memberikan pengaruh yang
pertumbuhan yang dilakukan yaitu vegetatif sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dilakukan dengan cara mengukur tinggi jagung pada umur 2, 5, 7, 9 dan 11 minggu
tanaman, jumlah daun dan berat kering setelah tanam (MST). Hasil uji lanjut (Tabel
tajuk tanaman jagung tersebut. Tinggi 1) menunjukkan perlakuan B, perlakuan D
tanaman diukur dari bagian leher akar
dan perlakuan E pada 2, 5, 7, 9 dan 11 MST
hingga bagian ujung batang, jumlah daun
dihitung dari seluruh daun yang telah menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman
membuka sempurna, berat kering tajuk yang lebih cepat dari pada perlakuan A dan
diukur dengan cara memasukan bagian perlakuan C dan perlakuan E memberikan
tanaman pada kantung kertas amplop surat hasil pertumbuhan tinggi tanaman yang
atau kertas koran dan dikeringkan dalam tertinggi dibanding perlakuan lainnya pada
oven pada suhu 80oC sampai beratnya yaitu berturut 27.33 (2 MST) cm, 53.67
konstan. cm (5 MST), 79.00 (7 MST), 98.33 (9
MST) dan 115.33 (MST). Hasil uji lanjut
Metode Pengumpulan Data. Data yang juga menunjukkan bahwa perlakuan E
akan di kumpulkan dalam penelitian, yaitu berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan
data primer dan data sekunder. Data primer C. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung
diperoleh dari parameter pengamatan yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering yang diberi pupuk kompos ampas sagu
tanaman dan dari hasil data Rancangan dan dikombinasikan dengan pupuk
Acak Kelompok. Data sekunder di peroleh anorganik NPK (perlakuan D dan E)
dari Badan Pusat Statistik, lembaga- mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi
lembaga terkait, dan berbagai literatur tanaman dibandingkan tanpa pemberian
lainnya sebagai pendukung dalam pupuk sama sekali (A), tanpa pemberian
penelitian. pupuk organik (pupuk anorganik saja) (B)
Analisis Data. Data yang diperoleh atau tanpa pemberian pupuk anorganik
dianalisis menggunakan analisis ragam (hanya pupuk organik saja) seperti terlihat
variansi (anova). Selanjutnya untuk pada Tabel 1.
mengetahui letak perbedaan tersebut Hasil penelitian jangka panjang,
dilakukan uji DMRT (Duncan’s Multiple kombinasi pemupukan antara pupuk
Range Test). organik dan anorganik dapat meningkatkan
produksi tanaman karena pupuk organik
HASIL DAN PEMBAHASAN bersifat memperbaiki kondisi fisik, kimia,
dan fisik tanah sehingga memberikan
Tinggi Tanaman Salah satu parameter kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan
yang diukur pada penelitian ini adalah tanaman (Widowati, 2009). Penggunaan
tinggi tanaman. Tinggi tanaman dihitung pupuk organik bukanlah dimaksudkan
dari pangkal batang hingga ruas batang untuk menggantikan penggunaan pupuk
terakhir sebelum bunga. Tinggi tanaman anorganik seluruhnya, melainkan untuk
244
meningkatkan efisiensi serapan hara dari daun dan batang. Dalam pertumbuhan pucuk
pupuk anorganik, sehingga pupuk pada tanaman mengalami tiga tahapan,
anorganik yang diberikan dapat diserap yaitu pembelahan sel, perpanjangan, dan
seluruhnya sesuai kebutuhan tanaman diferensasi atau pendewasaan. Pada fase
dan pertumbuhan tanaman dapat maksimal pembelahan sel, tanaman memerlukan
(Marpaung, 2014). Ini memungkinkan karbohidrat karena komponen utama
efisiensi penyerapan hara akan menjadi penyusun dinding sel terbuat dari glukosa
optimal sehingga pertumbuhan menjadi (karbon) atau dengan kata lain bahwa
pesat. Kandungan nutrisi dalam kompos pembelahan sel tergantung dari persediaan
limbah sagu yang terbilang rendah dari karbohidrat. Sementara karbohidrat hanya
pada pupuk anorganik NPK 16:16:16 dihasilkan dari proses fotosintesis yang
sehingga perlu penambahan pupuk melibatkan klorofil dan unsur N berperan
anorganik untuk menunjang pertumbuhan dalam pembentukan klorofil. Di samping
tanaman jagung. itu, hasil fotosintesis lebih banyak
Fase pertumbuhan vegetatif digunakan untuk tunas baru daripada
merupakan fase dimana tanaman membutuhkan memperbesar batang dan pertumbuhan akar,
nutrisi yaitu protein yang bersumber dari karena pertumbuhan aktif lebih banyak
nitrogen untuk menunjang pertumbuhannya, terjadi di bagian pucuk tanaman (Herdiana.,
oleh karena itu pada fase vegetatif tanaman dkk, 2008).
membutuhkan N dalam jumlah yang cukup.
Peranan utama nitrogen adalah untuk Jumlah Daun Parameter pertumbuhan
vegetatif kedua yang diamati ialah jumlah
merangsang pertumbuhan vegetatif daun. Pengamatan jumlah daun sangat
tanaman. Nitrogen adalah unsur hara utama diperlukan karena selain sebagai indikator
bagi pertumbuhan organ-organ tanaman pertumbuhan parameter jumlah daun juga
karena merupakan penyusun asam amino, diperlukan sebagai data penunjang untuk
amida dan nukleoprotein yang merupakan menjelaskan proses pertumbuhan yang
unsur penting bagi pembelahan sel. terjadi. Hasil rerata jumlah daun tanaman
Pembelahan sel yang berlangsung baik akan jagung (minggu ke-5 dan 11 setelah tanam)
menunjang pertumbuhan tanaman karena disajikan pada Tabel 2.
pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran, Berdasarkan hasil analisis sidik
volume, bobot dan jumlah sel (Salisbury dan ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis
Ross, 1995). Ketersediaan N yang banyak pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK
mempengaruhi perkembangan susunan akar. yang diujikan memberikan pengaruh yang
Pertumbuhan tinggi batang terjadi dalam sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman
meristem interkalar dari ruas, kemudian jagung pada umur 5 dan 11 minggu setelah
meningkat sebagai akibat pembelahan dan tanam (MST). Hasil uji lanjut (Tabel 2)
pemanjangan/pembesaran sel (Jacob dan menjelaskan bahwa perlakuan
Tatipata, 2014). Pertambahan tinggi dengan kombinasi dosis pupuk 0, 7 kg
tanaman disebabkan karena adanya kompos ampas sagu + 35 g NPK (E)
peningkatan pembelahan dan pemanjangan menunjukkan rata-rata jumah daun terbaik
sel sebagai akibat penambahan hara ke yaitu sebanyak 6,67 helai dan berbeda nyata
dalam tanah maupun tubuh tanaman, dengan perlakuan A (tanpa perlakuan) dan
sedangkan panjang akar sangat ditentukan C(0,7 Kg pupuk kompos sagu dan 0 g NPK)
Pemberian pupuk organik berperan
oleh kondisi tanah (Sakinah, dkk., 2014).
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman
Pertambahan tinggi tanaman sebagai jagung, dimana dengan pemberian pupuk
salah satu ciri pertumbuhan tanaman organik maka tanah sebagai media tumbuh
disebabkan oleh aktivitas pembelahan sel tanaman dapat diperbaiki sifat fisik, biologi
pada meristem apikal. Pertambahan tinggi dan kimianya, sehingga penyerapan unsur
tanaman diawali dengan bertambahnya hara oleh tanaman semakin meningkat dan
pucuk yang semakin panjang dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhannya
dilanjutkan dengan perkembangannya menjadi dalam pembentukan daun (Marpaung, 2014).
245
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Jagung (cm) pada (minggu ke-2, 5, 7, 9 dan 11 setelah tanam) dengan
berbagai kombinasi pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK (16:16:16)
Ket : Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT.
Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Jagung (minggu ke 5 dan 11 setelah tanam) dengan
berbagai kombinasi pupuk kompos ampas sagu dan pupuk NPK (16:16:16)
5 11
A 3.67 a 13.33a
B 5.67bc 14.67bc
C 4.67ab 14.00ab
D 6.00cd 15.67cd
E 6.67cd 16.00cd
Ket : Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT.
Tabel 3. Rerata Berat Kering Tanaman Jagung dengan berbagai kombinasi pupuk kompos ampas
sagu dan pupuk NPK (16:16:16)
A 89.33a
B 93.00ab
C 90.67ab
D 97cd
E 100.33cd
Ket : Angka dalam lajur diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada 5% DMRT.
246
Makin panjang batang atau semakin merupakan bagian dari pengukuran
tinggi tanaman, serta semakin banyak ruas biomassa tumbuhan. Biomassa tanaman
yang terbentuk sehingga jumlah daun makin merupakan ukuran yang paling sering
banyak (Tabel 1 dan Tabel 2). Batang digunakan untuk mendiskripsikan dan
tersusun dari ruas yang merentang diantara mengetahui pertumbuhan suatu tanaman
buku-buku sebagai tempat pembentukan karena biomassa tanaman relatif mudah
daun. Jumlah daun dan luas daun diukur dan merupakan gabungan dari
merupakan peubah untuk menentukan hampir semua peristiwa yang dialami oleh
pertumbuhan tanaman karena daun berperan suatu tanaman selama siklus hidupnya
dalam proses fotosintesis. (Sitompul dan Guritno, 1995). Oleh karena
Makin banyak daun yang terbentuk itu, parameter ini barangkali merupakan
per tanaman, permukaan daun yang aktif indikator pertumbuhan tanaman yang paling
melakukan fotosintesis juga semakin besar representatif. Terdapat dua macam
karena radiasi cahaya yang diintersepsi pengukuran biomassa tanaman, yakni
oleh daun semakin banyak. Dengan berat segar dan berat kering. Berat segar
demikian, jika ditunjang dengan serapan tanaman dihitung dengan jalan menimbang
hara yang cukup oleh tanaman maka proses tanaman cepat-cepat sebelum kadar air
fotosintesis akan berlangsung lancar. dalam tanaman banyak berkurang. Berat
Asimilat yang dihasilkan akan semakin basah suatu tanaman sangat dipengaruhi
banyak dan dibutuhkan untuk perkembangan oleh status air. Status air suatu jaringan atau
daun sehingga daun bertambah lebar. Jumlah keseluruhan tubuh tanaman dapat berubah
radiasi yang diintersepsi oleh tanaman seiring pertambahan umur tanaman dan
tergantung pada luas daun total yang dipengaruhi oleh lingkungan yang jarang
terkena radiasi matahari dan mempengaruhi konstan (Ekowati dan Nasir, 2011) sehingga
fotosintat yang dihasilkan (Jacob dan pengukuran berat kering lebih disukai
Tatipata, 2014), pembentukan daun juga karena tidak dipengaruhi oleh status air
dipengaruhi oleh banyak rangsangan suatu tumbuhan sehingga dirasa lebih
hormonal (Ekowati D dan Nasir M. 2011).
reliable. Hasil rerata berat kering tajuk
Pemberian kombinasi bokashi ela
tanaman jagung disajikan pada Tabel 3.
sagu dengan pupuk fosfat dapat mengubah
Berdasarkan hasil analisis sidik
sifat kimia tanah menjadi lebih baik,
ragam menunjukkan bahwa perlakuan
terutama peningkatan kandungan P tersedia
kombinasi dosis pupuk kompos ampas sagu
tanah dan peningkatan pH tanah,
dan pupuk NPK yang diujikan memberikan
meningkatnya P tersedia tanah, tingginya
pengaruh yang nyata terhadap berat kering
serapan P oleh akar tanaman, dan tingginya
tanaman jagung. Hasil uji lanjut (Tabel 4)
hasil pipilan kering jagung. Pemberian ela
menjelaskan bahwa perlakuan dengan
sagu dapat meningkatkan jumlah daun,
kombinasi dosis pupuk 0.7 kg kompos
jumlah cabang sekunder, jumlah tandan
ampas sagu + 35 g NPK (E) menunjukkan
buah dan komponen produksi seperti
rerata berat kering terbaik yaitu sebanyak
panjang tandan, jumlah biji per tandan,
100.33 gr sedangkan tanaman jagung yang
bobot kering buah/per tanaman, jumlah
ditumbuhkan tanpa pemberian pupuk
biji dan bobot kering buah tanaman lada.
kompos ampas sagu dan NPK (A)
Ela sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai
menghasilkan rerata berat kering paling
bahan pengendalian gulma pada lada perdu
rendah, yakni 89.33gr, yang mana
(Kalay dan Wijayanti, 2011).
perlakuan E berbeda nyata dengan
Berat Kering Tanaman. Parameter perlakuan A yaitu 89.33 gr, perlakuan B
pertumbuhan vegetatif tanaman yang yaitu 93 gr dan C yaitu 90.67 gr. Perlakuan
diamati ketiga pada penelitian ini ialah D dan E secara nyata meningkatkan bobot
berat kering. Pengukuran berat kering kering total tanaman jagung terbaik
247
dibandingkan kontrol (Tabel 4). Bobot Bobot kering tanaman biasanya
kering total memiliki peranan yang penting dijadikan indikator bahwa semakin baik
untuk menentukan besarnya serapan hara pertumbuhan tanaman, maka bobot
yang dilakukan oleh tanaman. Semakin kering tanaman semakin meningkat juga.
kecil nilai bobot keringnya, memperlihatkan Karbohidrat yang dihasilkan sebagian
bahwa hara yang mampu diserap oleh akan dirombak kembali dalam proses
tanaman semakin sedikit. Sedikitnya hara respirasi dan sisanya akan disimpan dalam
yang diserap dapat menyebabkan bentuk biomassa atau bobot kering tanaman
terhambatnya pertumbuhan morfologi akar (Syahtria, dkk., 2016).
tanaman. Hal tersebut diperlihatkan pada
perlakuan A yang memiliki nilai bobot KESIMPULAN DAN SARAN
kering total paling kecil (Tabel 4) serta juga
memperlihatkan pertumbuhan tinggi Kesimpulan. yang diperoleh dari penelitian
tanaman dan jumlah daun yang paling ini, yaitu. Pemberian kombinasi pupuk
rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kompos ampas sagu dan pupuk anorganik
D dan E. Menurut Ekowati dan Nasir memberikan pengaruh nyata. Perlakuan E
(2011) hasil ini sesuai dengan yang yaitu perlakuan kombinasi pupuk organik
diharapkan karena sesungguhnya berat dan anorganik 0,7 Kg pupuk kompos ampas
kering ialah perhitungan berat organ-organ sagu dan 35 g pupuk NPK memberikan
tanaman, jika tanamannya tinggi dan hasil terbaik dibandingkan perlakuan
daunnya banyak maka diasumsikan berat lainnya untuk pertumbuhan vegetatif
keringnya akan tinggi juga. tanaman jagung dari segi tinggi tanaman,
jumlah dan berat kering.
Jika unsur hara yang diperlukan
cukup tersedia maka proses fotosintesis Saran. Adapun saran yang dapat
berjalan lancar akan berdampak langsung disampaikan adalah:
terhadap jumlah daun. Bertambahnya jumlah 1. Perlu diadakan penelitian tentang
daun dapat mempengaruhi bobot kering kandungan unsur hara tanah yang
tanaman, dimana bobot tanaman erat sekali digunakan dalam penelitian ini.
kaitannya dengan proses fotosintesis serta 2. Perlu diadakan penelitian lebih
penyimpanan fotosintat. Sebagai dari hasil lanjut untuk mengetahui bagaimanakah
fotosintesis digunakan untuk respirasi dan pengaruh kombinasi dosis pupuk
asimilasi, kemudian kelebihannya disimpan kandang, pupuk kompos ampas sagu dan
pada bagian-bagian tertentu dari tanaman pupuk NPK lainny terhadap pertumbuhan
terutama batang dan akar (Syahtria, dkk., vegetatif dan generatif tanaman jagung dan
2016). terhadap kandungan unsur hara tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Ekowati D dan Nasir M. 2011. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) Varietas bisi-2 pada
pasir reject dan pasir asli di pantai trisik kulonprogo (The Growth of Maize Crop (Zea
mays L.) BISI-2 Variety on Rejected and non Rejected Sand at Pantai Trisik Kulon
Progo). J. Manusia Dan Lingkungan, 18(3): 220-231.
Herdiana N., A. H. Lukman dan Kusdi Mulyadi. 2008. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Aplikasi
Pemupukan NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea ovalis Korth. (Blume.) Asal
Anakan Alam Di Persemaian.Jurnal Penelitian Hutan dan KonservasiAlam, V(3): 289-
296.
Jacob A dan A. Tatipata. 2014. Adaptabilitas Jagung Putih Pada Tanah Regosol Dan Kambisol
Yang Diberi Kompos Ela Sagu. Buana Sains, 14(2): 61-70.
248
Kalay A M dan F.W.Wijayanti. 2011. Pengaruh Bokelas Dan Pupuk Kandang Terhadap Hasil
Kacang Tanah (Arachis hypogea. L). Agrinimal, 1(1): 28-32.
Marpaung A E. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Padat dan Pupuk Organik Cair Dengan
Pengurangan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Saintech, 6(4): 8-15.
Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Swadaya. Jakarta, hal.10-11.
Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Salisbury and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB. Bandung, hal. 40.
Sitompul, S. M. Dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta, hal. 24.
Sulistyowati, H. (2011). Pemberian bokasi Ampas Sagu pada Medium Aluvial Untuk
PembibitanJarak Pagar. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika. Vol. 1: 8-12.
Syahtria I., Sampoerno dan Wardati. 2016. Pengaruh Kompos Limbah Sagu Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pembibitan Utama.
Jom Faperta 2(3).
Widowati L R. 2009. Peranan Pupuk Organik terhadap Efisiensi Pemupukan dan Tingkat
Kebutuhannya untuk Tanaman Sayuran pada Tanah Inseptisols Ciherang, Bogor. J.
Tanah Trop, 14(3): 221-228.
249