Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

GAMBARAN HISTOPATOLOGIK LAMBUNG TIKUS WISTAR

SETELAH DIINDUKSI DENGAN ASPIRIN

Poppy M. Lintong
Lily L. Loho
Herman Anggran

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: magda_plin@yahoo.com

Abstract: Aspirin is one of the non-steroid-anti-inflammatory drugs. Its pharmacodynamic


effects are as an analgesic, antipyretic, anti-inflammatory, anti-thrombotic, and uricosuric
agent. The side effects of aspirin are on the respiratory tract, the gastrointestinal tract, blood,
metabolic processes, endocrine functions, pregnancy, hypersensitivity, and drug interaction.
The purpose of this study was to evaluate the macroscopic and microscopic features of wistar
rat stomachs after the administration of aspirin. This was an experimental study, using nine
wistar rats divided into three groups equally. Group I, the control group, was given a food
pellet only. Group II was given the pellet, added with aspirin 21 mg daily for 10 days. Group I
and Group II were terminated on day 11. Group III was given the pellet, added with aspirin 21
mg/day for 10 days, and was terminated on day 14. All the wistar rat stomachs were examined
macroscopically and microscopically. The results showed that the control group had a
macroscopically normal stomach architecture, and the mucosa layers and rugae were intact
and looked pinkish white. The groups treated with aspirin still showed normal stomach
architecture, and the mucosa layers and rugae were intact but looked more palid than that of
the control group. Microscopically, the stomach walls of the control group were normal, but
groups treated with aspirin for 10 days revealed edema of the lamina propria, dilatation of
capillaries; and predominantly neutrophilic infiltration in the lamina propria. Ceasing of
aspirin administration showed a resolution of the inflammatory process, marked by
diminished infiltration of PMN cells and tisuue edema. Conclusion: Aspirin treatment of 21
mg a day for 10 days revealed histopathologically acute gastritis of the wistar rat stomach
walls. The inflammatory reaction was diminished after the cessation of aspirin.
Keywords: aspirin, histopathology, stomach.

Abstrak: Aspirin tergolong obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang secara


farmakodinamika mempunyai efek analgesik, anti-piretik, anti-inflamasi, anti-trombotik, dan
urikosurik, namun mempunyai efek samping pada saluran cerna terutama lambung. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran histopatologik (makroskopik dan mikroskopik)
lambung tikus Wistar setelah pemberian aspirin. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan
menggunakan sampel sembilan ekor tikus Wistar yang dibagi atas tiga kelompok. Kelompok I
(kontrol) terdiri dari tiga ekor tikus yang diberi pelet biasa dan air minum. Kelompok II terdiri
dari tiga ekor tikus yang diberi pelet biasa, air minum, dan aspirin dosis 21 mg/hari selama 10
hari. Pada hari ke-11 kelompok I dan II diterminasi. Kelompok III terdiri dari tiga ekor tikus
yang diberikan pelet biasa, air minum, dan aspirin dosis 21 mg/hari selama 10 hari, kemudian
aspirin dihentikan dan tikus diterminasi pada hari ke-14. Setelah diterminasi, kelompok I-III
diotopsi, diambil organ lambungnya, kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologik. Hasil
penelitian memperlihatkan makroskopik mukosa lambung tampak lebih pucat sedangkan
mikroskopik menunjukkan tanda-tanda radang akut. Penghentian pemberian aspirin diikuti
dengan resolusi reaksi inflamasi yang ditandai oleh penurunan infiltrasi sel-sel radang PMN
dan edema jaringan. Sinpulan: Pemberian aspirin 21 mg/hari selama 10 hari mengakibatkan

38
Lintong, Loho, Anggran;Gambaran Histopatologik Lambung Tikus.... 39

terjadinya gambaran histopatologik gastritis akut pada lambung tikus Wistar. Reaksi inflamasi
menurun setelah penghentian pemberian aspirin.
Kata kunci: aspirin, histopatologi, lambung.

Aspirin tergolong obat anti-inflamasi non- obat yang heterogen secara kimia tetapi
steroid (AINS) yang banyak dikonsumsi obat-obat ini mempunyai banyak persa-
masyarakat untuk mengobati penyakit maan dalam efek pengobatan dan efek
rematik.1-3 Selain sebagai anti-inflamasi, samping yang ditimbulkannya.1-3 AINS di-
aspirin merupakan agen anti-trombotik golongkan atas dua golongan besar yaitu
yang banyak dipergunakan pada penyakit golongan asam karboksilat dan asam
jantung koroner (PJK) untuk mencegah enolat. Asam karboksilat terdiri dari asam
terjadinya agregasi trombosit.4 Penggunaan asetat, derivat asam salisilat, derivat asam
aspirin lebih sering ditujukan untuk menga- propianat, dan derivat asam mefenamat.
tasi rasa nyeri, meskipun aspirin juga meru- Asam enolat terdiri dari derivat pirazolon
pakan antipiretik yang efektif.1 Food Drugs dan derivat oksikam. Aspirin tergolong
Administration (FDA) telah menyetujui derivat asam salisilat.3
penggunaan aspirin dosis 325 mg/hari un- Pemakaian aspirin jangka panjang
tuk pencegahan primer pada infark miokard sering ditemukan pada masyarakat karena
dan menganjurkan agar penggunaan obat obat ini mudah diperoleh tanpa meng-
ini dilakukan secara hati-hati oleh masya- gunakan resep. Aspirin tergolong salisilat
rakat umum. Obat ini sebaiknya digunakan yang terpenting dan menjadi populer pada
bila telah diresepkan oleh dokter, dan di- tahun 1899 ketika sifat anti-inflamasinya
pakai sebagai tambahan untuk mengurangi diperkenalkan.1 Aspirin (asetosal, acetyl-
risiko kejadian vaskuler sekunder antara salicylic acid, ASA) merupakan obat anti-
lain infark miokard akut (IMA).4 inflamasi yang efektif, lebih efektif sebagai
Efek samping aspirin dosis biasa dapat analgesia, dan cepat diserap oleh mukosa
menyebabkan gangguan lambung. Dosis lambung dan usus halus bagian atas.
rata-rata sebagai anti inflamasi 3,2-4 g Golongan ini mempunyai waktu paruh 15
setiap hari, sedangkan pada anak-anak 50- menit dan dihidrolisis dengan cepat men-
75 mg/kg BB/hari. Efek samping aspirin jadi asam asetik dan salisilat oleh esterase
dapat dikurangi dengan menelan aspirin dalam darah dan jaringan. Salisilat dalam
bersama dengan makanan diikuti segelas darah berikatan dengan albumin dan ikatan-
air atau antasida.1 Gangguan lambung yang nya dapat menjadi jenuh, sedangkan bagian
dapat terjadi akibat aspirin ialah gastritis yang tidak berikatan dapat bertambah jika
dan gastropati.5-7 Studi eksperimental dan konsentrasi obat bertambah. Salisilat men-
epidemiologik telah membuktikan adanya jadi jenuh bila dosis obat lebih dari 600 mg,
peningkatan kejadian ulkus lambung pada sehingga penambahan dosis akan mening-
pasien yang memakai aspirin dosis tinggi.8 katkan konsentrasi salisilat yang tidak ber-
Gastritis yang terjadi akibat aspirin dise- imbang. Bilamana dosis aspirin meningkat,
babkan karena iritasi mukosa lambung oleh waktu paruh eliminasi salisilat meningkat
tablet aspirin yang tidak larut dengan sem- dari 3-5 jam (untuk dosis 600 mg/hari)
purna, penyerapan oleh lambung, atau ada- menjadi 12-16 jam (untuk dosis lebih besar
nya hambatan produksi prostaglandin.1 dari 3,6 gr/hari). Alkalinisasi urin mening-
katkan laju pengeluaran salisilat bebas dan
konyugatnya yang larut dalam air.1,2
ANTI-INFLAMASI NON-STEROID
Secara farmakodinamika aspirin mem-
(AINS)
punyai efek analgesik, antipiretik, anti
Obat-obat anti-inflamasi non-steroid inflamasi, anti platelet, dan efek urikosurik.
(AINS; NSAIDs, nonsteroidal anti-inflam- Efek analgesik disebabkan oleh aksi pada
matory drugs) terdiri dari beberapa golongan bagian sistim saraf pusat, mungkin pada
40 Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 38-45

bagian hipotalamus. Pada dosis toksik saluran cerna lebih besar.2 Semua obat anti-
aspirin menimbulkan gejala sakit kepala. inflamasi termasuk aspirin berpotensi besar
Dosis analgesik bervariasi antara 300-1000 menyebabkan kerusakan pada saluran
mg dalam 3-4 kali pemberian/hari.2 Efek cerna. Obat-obat dengan keasaman rendah
antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh seperti salisilat dapat masuk ke dalam sel
pada penderita demam melalui kerjanya dengan konsentrasi tinggi karena pada pH
pada daerah termoreseptor hipotalamus dan intrasel bentuk ionisasi obat lebih banyak
pusat pengatur suhu. Penurunan suhu tubuh dan tidak dapat segera didifusikan keluar
pada penderita demam disebabkan karena dari dalam sel. Kadar salisilat intrasel yang
efek sekunder vasodilatasi dari aspirin ter- tinggi menyokong terjadinya erosi mukosa
utama di daerah kulit dan bertambahnya lambung. Penghambatan sintesis prosta-
pengeluaran keringat.1,2 glandin oleh salisilat turut menyokong ter-
Efek anti-inflamasi aspirin sebagai jadinya kerusakan epitel mukosa saluran
penghambat non-selektif kedua isoform cerna. Prostaglandin terutama PGI2 dan
cyclo-oxygenase (COX). Salisilat jauh lebih PGE2, berfungsi sebagai penyekat pada
kurang efektif dalam menghambat kedua mukosa lambung dengan cara meningkat-
isoform dibandingkan golongan COX kan aliran darah serta pembentukan mukus
lainnya.1 Salisilat dosis besar (5-8 g/hari) dan sodium bikarbonat sehingga mengu-
digunakan untuk pengobatan penyakit reu- rangi pelepasan HCl dan enzim-enzim pen-
matik dan inflamasi lainnya. Peningkatan cernaan).1-3
Nyeri epigastrium, mual dan muntah
permeabilitas kapiler selama proses radang
yang ditimbulkan oleh konsumsi obat as-
atau inflamasi dikurangi oleh salisilat yang
pirin menunjukkan adanya radang pada
mencegah pembentukan edema, eksudasi
lambung (gastritis akut). Pada kasus-kasus
seluler, dan nyeri. Kemampuan untuk
berat gastritis akut dapat menjadi gastritis
menghambat respons imun seluler tampak-
erosif, ulserasi yang disertai perdarahan,
nya menyokong efek terapeutiknya.2 Efek hematemesis, melena, atau perdarahan
anti-agregasi trombosit dari aspirin digu- hebat.8
nakan untuk mencegah trombosis. Aspirin Gastritis yang disebabkan karena obat
dosis rendah kira-kira 80 mg sehari me- disebut gastritis diinduksi obat,5 (chemical
nyebabkan sedikit perpanjangan waktu per- gastritis,6 chemical/reactive gastropathy7,9).
darahan dan efek ini menjadi dua kali lebih Keadaan gastritis yang berlangsung lama
besar bila pemberiannya dilanjutkan selama oleh obat-obat anti inflamasi dapat juga
seminggu. Hal ini disebabkan efek karena menyebabkan gastritis hemoragik;9 bila
penghambatan trombosit oleh COX bersifat terjadi akut disebut acute errosive gastro-
ireversibel; oleh karena itu efek anti- pathy.10 Selain disebabkan oleh obat, gas-
trombotik dari aspirin berlangsung 8-10 tritis juga dapat disebabkan oleh hal-hal
hari (sesuai usia trombosit).1,4 lain seperti uremia, iskemia, syok, bahan
Efek-efek samping aspirin mencakup korosif, radiasi, makanan tertentu, sepsis,
saluran napas, saluran cerna, darah, proses trauma, infeksi tertentu, alkoholisme, dan
metabolik, fungsi endokrin, kehamilan, luka bakar hebat.5
hipersensitivitas, dan interaksi obat.2 Efek
samping aspirin pada saluran cerna yang
Gambaran histopatologik gastritis yang
tersering ialah nyeri epigastrium, mual,
diinduksi obat/kemikal (gastropati reaktif)
muntah, dan hampir selalu ada perdarahan
mikroskopik. Kekambuhan gejala ulkus Gambaran makroskopik lambung pada
peptikum dan perdarahan saluran cerna da- pasien dengan pemakaian aspirin jangka
pat terjadi pada pasien yang menggunakan panjang dapat memperlihatkan mukosa
salisilat jangka panjang. Pasien dengan lambung normal, kongestif, erosi, atau
nyeri epigastrium akibat gastritis yang dise- ulserasi.7
babkan oleh alkohol tidak boleh diberikan Pemakaian obat-obat anti inflamasi
salisilat karena risiko terjadi perdarahan seperti aspirin ataupun bahan kimia jangka
Lintong, Loho, Anggran;Gambaran Histopatologik Lambung Tikus.... 41

panjang dapat menyebabkan perubahan- yang episodik. Gastropati reaktif umunya


perubahan mikroskopik mukosa lambung. terjadi 10-45% pada pemakai NSAIDs
Gambaran mikroskopik klasik pada gastro- jangka panjang, tetapi tidak terdapat hu-
pati reaktif ialah hiperemia dan edema bungan antara gambaran mukosa dan gejala
mukosa lambung, erosi superfisial, hiper- dispepsia.7
plasia foveolar, dan perubahan-perubahan
regeneratif.7 Walaupun jarang dilakukan, Mekanisme cedera
biopsi endoskopik dapat memperlihatkan
hiperplasia foveolar, edema, hiperemia, Refluks duodenogastrik (disertai se-
perdarahan segar fokal, nekrosis fokal pada kresi alkalin pankreatikoduodenal seperti
sel-sel foveolar dan permukaan mukosa.10 asam, garam empedu, dan lycolecithin)
Gambaran gastritis akut juga dapat terlihat menyebabkan gangguan pada penyekat
pada pemakaian obat AINS. Secara histo- mukosa lambung dan merusak epitel per-
logik, gastritis akut kadang sulit diiden- mukaan secara langsung. Hilangnya penye-
tifikasi sebab edema dan kongesti pem- kat mukosa menyebabkan difusi balik ion
buluh darah lamina propria hanya ringan. hidrogen yang mengakibatkan cedera se-
Permukaan epitel tetap utuh meskipun kunder. Cedera permukaan mukosa lam-
terdapat sel-sel radang polimorfonuklear bung menyebabkan terjadinya pelepasan
(PMN) tersebar di antara sel-sel epitel, atau sel-sel epitel permukaan dan respons pem-
dalam kelenjar-kelenjar mukosa.8 buluh darah berupa peningkatan permea-
bilitas dan pelepasan mediator histamin
Patogenesis gastropati reaktif/kemikal yang menimbulkan edema dan hiperemi
mukosa lambung. Cedera berulang dapat
Perubahan histopatologik gastropati menyebabkan pelepasan agen proinflamasi
kemikal tidak memperlihatkan gambaran seperti platelet derived growth factor
yang khas. Melalui endoskopi dan peme- (PDGF), yang merangsang proliferasi otot
riksaan histopatologik dapat dilihat peru- polos dan fibroblas pada lapisan muskularis
bahan dari gastropati kemikal, adanya ge- mukosa yang meluas sampai ke lapisan
jala refluks alkalin pasca gastrektomi mukosa. Cedera sel epitel terjadi setelah
parsial, dan refluks empedu duodenogastrik mukosa lambung terpapar dengan AINS
sebagai tanda dari sindrom dismotilitas dan oleh karena berkurangnya sintesis pros-
pemakaian AINS.7 taglandin yang berperan penting sebagai
Pasien dengan refluks alkalin pasca sitoprotektif mukosa lambung. Selain itu,
gastrektomi ditandai oleh nyeri seperti rasa prostaglandin berefek mempertahankan
terbakar di daerah tengah epigastrium yang aliran darah mukosa melalui peningkatan
tidak berespon terhadap pemberian anta- sekresi mukus dan ion bikarbonat, serta
sida, dan menjadi lebih parah bila makan meningkatkan pertahanan sel-sel epitel
atau berbaring. Muntah, anemia, dan penu- terhadap cedera sitotoksik. AINS meng-
runan berat badan dapat terjadi. Refluks induksi terjadinya cedera mukosa lambung;
empedu dapat dikonfirmasi dengan peme- sebagian dapat dicegah dengan pemberian
riksaan endoskopi dan tanda-tanda pato- analog prostaglandin (seperti misoprostol)
logik yang menyokong diagnosis, dan diko- dan menekan sekresi asam lambung dengan
reksi dengan pembedahan. Refluks empedu pemberian proton pump inhibitors (PPIs).
duodenogastrik sekunder terhadap dismo- Inhibitor COX-2 (AINS generasi kedua
tilitas gastroduodenal jarang ditemukan atau AINS selektif) telah dilaporkan dapat
pada pasien yang tidak dioperasi.7 ditoleransi lebih baik oleh mukosa lam-
Pemakaian AINS yang sering dapat bung,7
menyebabkan timbulnya gejala nyeri lam- Cedera mukosa lambung dapat terjadi
bung. Sekitar 10% kasus nyeri lambung per akibat pemakaian aspirin dalam waktu pen-
tahun akan berkembang menjadi gastritis dek (akut) atau menahun (kronik). Bebe-
erosif atau ulserasi, dan 1-2% kasus per rapa jam setelah aspirin dikonsumsi sudah
tahun akan mengalami perdarahan lambung dapat terjadi perdarahan subepitelial,
42 Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 38-45

sedangkan pemakaian teratur lebih dari 24 Kedokteran Unsrat Manado selama empat
jam dapat menyebabkan gastritis erosif. bulan, dengan menggunakan sembilan ekor
Pemakaian aspirin jangka panjang meng- tikus berusia 6-8 minggu, dan diberi makan
akibatkan cedera mukosa yang lebih kurang seperti konsentrat makanan ayam dalam
dibandingkan dengan pemakaian akut, bentuk pelet.
karena mukosa lambung telah beradaptasi Sembilan ekor tikus wistar dibagi atas
dan menjadi lebih resisten terhadap aspirin. tiga kelompok, masing-masing kelompok
Respons adaptif juga dapat mencakup ter- terdiri dari tiga ekor tikus. Kelompok I
jadinya penurunan infiltrasi sel-sel radang untuk kontrol negatif; kelompok II diberi-
netrofil dan proliferasi epitel yang luas. kan aspirin 150 mg/kgBB selama 10 hari;
Aspirin menginduksi kerusakan mukosa kelompok III diberikan aspirin 150
lambung melalui efek toksiknya yang me- mg/kgBB selama 10 hari. Kelompok I dan
nurunkan pertahanan mukosa lambung. II diterminasi pada hari ke-11, sedangkan
Secara fisikokimiawi aspirin diserap de- kelompok III pada hari ke14. Setelah ter-
ngan cepat dan terakumulasi pada mukosa minasi, dilakukan pengamatan lambung
sehingga menyebabkan penyekat mukosa tikus secara makroskopik dan mikroskopik.
lambung rusak. Kandungan salisilat dalam Aspirin yang digunakan ialah aspilet de-
aspirin akan tertahan pada sel epitel ngan kandungan asam asetil salisilat 80 mg.
mukosa lambung, diperantarai oleh proses
yang tergantung ATPase yang mengakibat-
kan peningkatan permeabilitas membran HASIL PENELITIAN
sel dan terjadinya pembengkakan sel serta Gambaran makroskopik
kematian sel.5
Pengamatan secara makroskopik ke-
lompok I, II, dan III, meliputi warna, kon-
METODE PENELITIAN sistensi, dan ukuran lambung (Tabel 1,
Penelitian ini dilakukan dengan meng- Gambar 1). Pada kelompok kontrol mukosa
gunakan metode eksperimental laboratorik lambung tampak lebih kemerahan, sedang-
pada hewan coba tikus wistar. Penelitian ini kan rugae masih utuh. Pada tikus perlakuan
dilaksanakan di Laboratorium Riset yang diberikan aspirin rugae masih utuh
Biomedik dan Patologi Anatomi Fakultas tetapi warnanya lebih pucat.

Tabel 1. Pengamatan makroskopik lambung tikus Wistar.


Perlakuan Kelompok Warna Konsistensi Ukuran (mm)
I.1 putih kemerahan lunak 2x1x0,8
Kontrol negatif I.2 putih kemerahan lunak 2,1x1,1x0,8
I.3 putih kemerahan lunak 2,2x1,3x0,8

Aspirin 21 mg/hari II.1 putih pucat lunak 2,3x1,3x0,9


selama 10 hari II.2 putih pucat lunak 2,1x1,0x0,9
Terminasi hari ke-11 II.3 putih pucat lunak 2,2x1,3x0,8

Aspirin 21mg/hari III.1 putih pucat lunak 1,8x1,5x0,6


selama 10 hari III.2 putih pucat lunak 2,0x1,2x0,9
Terminasi hari ke-14 III.3 putih pucat lunak 2,2x1,3x0.9g
Lintong, Loho, Anggran;Gambaran Histopatologik Lambung Tikus.... 43

Gambaran mikroskopik
Gambaran mikroskopik lambung tikus
Wistar kelompok I
Ketiga ekor tikus memperlihatkan din-
ding lambung dilapisi mukosa dengan sel-
sel epitel permukaan selapis torak. Di bawah
epitel tampak kelenjar-kelenjar mukosa, sel
parietal, sel chief, dan sel neuroendokrin. A B
Lapisan muskularis dan serosa masih utuh
serta tidak terlihat sel-sel radang. Gambar 1. Foto makroskopik lambung wistar
yang dipotong memanjang. A, Kelompok
kontrol. B, Kelompok dengan pemberian
Gambaran mikroskopik lambung tikus aspirin.
Wistar kelompok II:
Ketiga ekor tikus memperlihatkan gam-
baran yang sama yaitu dinding lambung di-
lapisi mukosa dengan sel-sel epitel permu-
kaan selapis torak, kelenjar-kelenjar mu-
kosa masih utuh, lamina propria edema dan
pembuluh darah kapiler melebar, serta ter-
dapat infiltrasi sel-sel radang PMN pada
mukosa dan submukosa lambung. Diagno-
sis histopatologik ialah suatu gastritis akut,
yang disebut juga gastritis kemikal atau
gastropati reaktif akibat aspirin (Gambar 2).

Gambaran mikroskopik lambung tikus Gambar 2. Mikroskopik lambung wistar


Wistar kelompok III: kelompok II dengan perlakuan pemberian
aspirin 21mg selama 10 hari. Tampak infiltrasi
Ketiga ekor tikus memperlihatkan din- sel radang PMN (anak panah) dan edema pada
ding lambung dilapisi mukosa dengan sel- daerah lamina propria mukosa dan submukosa
sel epitel permukaan selapis torak, lambung, serta pelebaran pembuluh darah
kelenjar-kelenjar mukosa utuh, lamina kapiler (pembesaran 200x).
propria edema disertai infiltrasi sel-sel ra-
dang PMN pada mukosa dan submukosa
lambung yang lebih kurang dibandingkan
dengan tikus kelompok II. Diagnosis histo-
patologik masih menunjukkan gambaran
gastritis akut meskipun infiltrasi sel-sel
radang PMN sudah berkurang dibanding-
kan dengan kelompok II (Gambar 3).

BAHASAN
Cedera akut pada mukosa lambung
dapat disebabkan oleh banyak faktor dan
memberikan gambaran histopatologik yang Gambar 3. Gambaran mikroskopik lambung
berbeda-beda.5 Tujuan penelitian ini untuk wistar kelompok III. Pada daerah mukosa
melihat efek pemberian aspirin terhadap bagian bawah dan sebagian submukosa tampak
gambaran histopatologik lambung tikus sedikit sel radang PMN (panah) sedangkan
wistar. Pada penelitian ini telah terbukti struktur kelenjar masih baik (pembesaran 400 x).
adanya perubahan makroskopik maupun
44 Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 38-45

mikroskopik dari lambung tikus Wistar permukaan tetap utuh dan tidak tampak
yang diberikan perlakuan aspirin diban- erosi.
dingkan tikus kontrol. Aspirin dapat menimbulkan cedera
Secara makroskopik baik lambung mukosa lambung yang disebut sebagai
tikus kontrol maupun yang diberi pelakuan gastropati kemikal (reaktif).5,7 Secara
aspirin tidak memperlihatkan perubahan fisikokimia, aspirin diserap dengan cepat,
arsitektur, rugae masih terlihat baik, tidak terakumulasi dalam mukosa, dan menye-
tampak ulserasi, namun lambung tikus babkan penyekat mukosa lambung rusak.
yang diberikan aspirin tampak lebih pucat Kandungan salisilat dalam aspirin akan
dibandingkan tikus kontrol. Terjadinya hal tertahan dalam sel epitel lambung diper-
ini mungkin karena efek aspirin yang antarai oleh proses yang tergantung
mengakibatkan cedera mukosa lambung ATPase yang mengakibatkan peningkatan
dan mengganggu aliran darah mukosa kare- permeabilitas membran sel, pembengkakan
na penghambatan sintesis prostaglandin;5,7 sel, dan kematian sel.5 Hilangnya penyekat
hal ini dapat menyebabkan iskemia sehing- mukosa menyebabkan difusi balik ion
ga lambung terlihat lebih pucat. hidrogen sehingga terjadi cedera sekunder.
Secara mikroskopik mukosa lambung Cedera pada permukaan mukosa lambung
tikus kontrol maupun tikus perlakuan ma- menyebabkan terjadinya pelepasan sel-sel
sih ditutupi sel-sel epitel torak, tidak tam- epitel permukaan dan respons pembuluh
pak erosi maupun ulserasi. Pada tikus darah sehingga terjadi peningkatan permea-
perlakuan kelompok II (aspirin dosis 21 bilitas dan pelepasan mediator histamin
mg/hari selama 10 hari) mikroskopik yang menimbulkan edema dan hiperemia
menunjukkan gambaran gastritis akut tanpa mukosa lambung. Cedera berulang dapat
erosi, ulserasi, maupun perdarahan, serta menyebabkan pelepasan agen proinflamasi
tanda-tanda gastritis akut seperti edema seperti platelet derived growth factor
pada lamina propria, pelebaran pembuluh (PDGF), yang merangsang proliferasi otot
darah kapiler, dan banyak infiltrasi sel-sel polos dan fibroblas. Cedera sel epitel ter-
radang PMN pada mukosa dan submu- jadi setelah mukosa lambung terpapar
kosa; hal ini sesuai dengan acuan pustaka.5-7,9 dengan AINS yang disebabkan karena ber-
Dosis aspirin yang diberikan pada tikus kurangnya sintesis prostaglandin. Prosta-
perlakuan 21 mg/hari yaitu sesuai dengan glandin merupakan agen yang sangat pen-
dosis 150 mg/kgBB/hari yang sudah me- ting karena bersifat sitoprotektif terhadap
lewati dosis terapeutik karena dosis aspirin mukosa lambung, mempertahankan aliran
sebagai antipiretik dan analgetik pada anak- darah mukosa melalui peningkatan sekresi
anak 50-75 mg/kgBB/hari.1-3 Konsumsi mukus dan ion bikarbonat, dan mening-
aspirin pada orang tertentu setelah beberapa katkan pertahanan sel epitel terhadap cede-
jam dapat menimbulkan perdarahan sub- ra sitotoksik.7
epitelial, dan bila lebih dari 24 jam dapat Pada tikus perlakuan kelompok III
menyebabkan gastritis erosif.5 Pada pene- yang diberikan aspirin dengan dosis yang
litian ini telah terbukti bahwa aspirin dosis sama selama 10 hari kemudian dihentikan
tinggi dapat menimbulkan cedera akut pada dan diterminasi pada hari ke-14 ternyata
mukosa lambung. Pemberian aspirin sela- infiltrasi sel radang PMN dan edema ber-
ma 10 hari berturut-turut telah mengakibat- kurang dibandingkan dengan tikus perlaku-
kan cedera akut terhadap mukosa lambung an kelompok II. Pemakaian aspirin jangka
dan memperlihatkan gambaran gastritis panjang lebih kurang mengakibatkan ke-
akut secara mikroskopik dalam gradasi rusakan karena mukosa lambung telah ber-
ringan karena tidak disertai erosi dan adaptasi dan resisten terhadap aspirin. Res-
ulserasi. Pada penelitian ini terlihat banyak pons adaptif ini mencakup adanya penurun-
sel-sel radang PMN tersebar dalam mukosa an infiltrasi sel-sel radang PMN dan
dan submukosa, edema, dan pembuluh proliferasi sel-sel epitel yang meluas.5 Pada
darah kapiler melebar, tetapi sel-sel epitel penelitian ini pemberian aspirin dihentikan
Lintong, Loho, Anggran;Gambaran Histopatologik Lambung Tikus.... 45

pada hari ke-11 dan tikus hanya diberi pelet Terapi (Edisi 5). Jakarta: Balai Penerbit
sampai diterminasi hari ke-14. Berkurang- FKUI, 2007; p. 230-5.
nya sel-sel radang dan edema disebabkan 4. Zeehnder JL. Obat-obat yang digunakan
karena mukosa lambung tidak terpapar lagi pada gangguan-gangguan pembekuan
dengan aspirin, dan reaksi radang pada mu- darah. In: Nirmala WK, Yesdelita N,
Susanto D, Dany F, editors. Farmako-
kosa lambung mulai mengalami resolusi; logi Dasar dan Klinik [Diterjemahkan
mungkin juga karena terjadinya respons dari: Katzung BG, editor. Basic &
adaptif seperti yang telah disebutkan di Clinical Pharmacology (Tenth Edition)].
atas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2007; p. 555-74.
5. Fenoglio-Preiser CM, Noffdinger AE,
SIMPULAN
Stemmermann GN, Lantz PE,
Pemberian aspirin dengan dosis 21 Isaacson PG. Gastrointestinal Patho-
mg/hari selama 10 hari pada tikus wistar logy An Atlas and Text (Third Edition).
memperihatkan gambaran histopatologik Philadelphia: Lippincott Williams &
suatu gastritis akut. Penghentian pemberian Wilkins Wolter Kluwer, 2008; p.155-61.
aspirin diikuti dengan resolusi reaksi infla- 6. Mills SA, Contos MJ, Goel R. The
stomach. In: Silverberg SG, editor.
masi yang ditandai oleh penurunan infiltra-
Silverberg’s Principles and Practice of
si sel-sel radang PMN dan edema jaringan. Surgical Pathology and Cytopathology
Vol. 2 (Fourth Edition). New York:
DAFTAR PUSTAKA Churchill Livingstone Elsevier, 2006.
P. 1321-1338.
1. Furst DE, Ulrich RW. Obat-obat anti- 7. Genta RM. Inflammatory disorders of the
inflamasi non-steroid, obat-obat anti- stomach. In: Robert D Odze, John R
reumatik pemodifikasi-penyakit, anal- Goldblum, James W Crawford, editors.
gesik nonopioid dan obat-obat untuk Surgical Pathology of the GI Tract,
pirai. In: Nirmala WK, Yesdelita N, Liver, Biliary Tract, Pancreas Vol. 1.
Susanto D, Dany F, editors. Farmako- Philadelphia: Saunders Elsevier, 2004;
logi Dasar dan Klinik [Diterjemahkan p.143-176.
dari: Katzung BG, editor. Basic & 8. Turner JR. The Gastrointestinal Tract. In:
Clinical Pharmacology (Tenth Edition)]. Kumar V, Abbas AK, Fausto N,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Aster JC. Robbins and Cotran Pa-
EGC, 2007; p. 589-609.
thologic Basis of Disease (Eight
2. Kadar D. Anti-inflammatory analgesics. In:
Kalant H, Grant DM, Mitchell J. Edition). Philadelphia: Saunders
Principal of Medical Pharmacology. Elsevier, 2010; p.774-6.
Toronto: Elsevier, 2007; p. 364-81. 9. Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical
3. Wilmana FP, Gan S. Analgesik-antipiretik Pathology Vol. 1 (Tenth Edition).
analgesik anti-inflamasi nonsteroid dan Edinburgh: Elsevier Mosby, 2011.
obat gangguan sendi lainnya. In: 10. Chandrasoma P, Taylor CR. Concise
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Pathology (Third Edition). Stamford
Elysabeth, editors. Farmakologi dan Connecticut: Appleton & Lange, 1998.

You might also like