Analisis Faktor-Faktor Penentu Dalam Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat Di Kabupaten Ciamis

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 11 No.

3, April 2015: 63-79


ISSN: 1829-6327 Terakreditasi
No.: 482/AU2/P2MI-LIPI/08/2012

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DALAM PENINGKATAN KONDISI


SOSIAL EKONOMI PETANI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS

An analysis of key factors in improving the social economic condition


of private forest in Ciamis District
1) 2) 3) 4)
Budiman Achmad , Dian Diniyati , Eva Fauziyah dan/and Tri Sulistyati W
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Jl. Raya Ciamis Banjar Km 4 Desa pamalayan Ciamis 46201
Telp. 0265-771352 , Fax.0265-775866
1)
E-mail : budah59@yahoo.com; 2)dian_diniyati@yahoo.com; 3) eva_fauziyah@yahoo.com; 4)dlist23@yahoo.com

Naskah masuk : 22 April 2014; Naskah diterima : 17 Maret 2015

ABSTRACT

The research aims to identify socio-economic conditions of the farmers influencing private forest development and to
identify factors improving their socio-economic condition. The research was conducted on May to July 2010 in
Ciomas, Kalijaya and Kertaharja Villages of Ciamis District. Data were collected by interviewing sixty selected
respondents and also analysed using descriptive qualitative namely age, education, family size, resident stay, total
income and land size. The result showed that farmer were dominated by moderate and old ages with education level
of equivalent to the first and second grades of junior high school. Farmers incomes in Kalijaya and Kertaharja
were mostly from the forests, while in Ciomas was from service sectors. Their incomes in Ciomas were unequally
distributed, while in Kalijaya and Kertaharja were moderates equality distributed. Education level inproved
significantly economic conditions in Ciomas while the improved factors in Kertaharja and Kalijaya were education
level and family size.
Keywords: Private forest, socio-economic condition, farmers, income distribution

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi petani yang mempengaruhi perkembangan hutan
rakyat dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2010 di Desa Ciomas, Kalijaya dan Kertaharja, Kabupaten Ciamis.
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terhadap enam puluh responden yang dipilih secara sengaja, kemudian
ditabulasikan dan dianalisa secara diskriptif kualitatif. Faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi petani terdiri atas
umu, pendidikan, ukuran keluarga, status kependudukan, penghasilan dan kepemilikan lahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umur petani didominasi oleh umur produktif menengah dan tua (40 sampai dengan 59 tahun)
dengan tingkat pendidikan setara kelas 1 sampai dengan 2 SMP. Pendapatan petani di Desa Kalijaya dan Desa
Kertaharja mayoritas berasal dari usaha hutan rakyat, sementara itu pendapatan petani di Desa Ciomas mayoritas
berasal dari sektor jasa. Pendapatan petani di Ciomas menyebar tidak merata, sedangkan di Kalijaya dan Kertaharja
terdistribusi cukup merata. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi peningkatan kondisi sosial ekonomi
petani di Ciomas adalah tingkat pendidikan, sedangkan di Kertaharja dan Kalijaya adalah tingkat pendidikan dan
jumlah anggota keluarga.
Kata kunci: Hutan rakyat, kondisi sosial ekonomi, petani, sebaran pendapatan.

I. PENDAHULUAN dilakukan di beberapa wilayah Indonesia


dihasilkan bahwa kondisi sosial ekonomi dapat
Kondisi sosial ekonomi suatu kelompok ma- dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para
syarakat sangat penting untuk diketahui jika ke- pembuat kebija-kan yang berkaitan dengan
lompok tersebut akan ditingkatkan kondisi e- perbaikan lingkungan (Haryanti et al., 2005;
konominya melalui kegiatan pembangunan. Mairi, 2005; Dewi & Iwanuddin, 2005; Irawanti,
Berdasarkan berbagai kajian yang telah 2006; Sanudin & Bambang, 2007).

63
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

Kegiatan pembangunan hutan rakyat dipe- nya. Supriadi & Saliem (2006) menyatakan bah-
ngaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang wa kebijakan pemerintah (pusat maupun daerah)
dimiliki oleh petani sebagai pemilik dan pengelo- secara langsung maupun tidak langsung bisa me-
lanya. Faktor internal adalah faktor yang melekat mperbaiki ataupun memperlemah kondisi sosial
atau dimiliki oleh petani dan keluarganya diantar- ekonomi masyarakat. Faktor internal berkorelasi
nya: tingkat pendidikan, jumlah anggota keluar- logis dengan status sosial ekonomi dan bersifat
ga, jenis pekerjaan dan kepemilikan lahan. Se- dinamis sehingga diyakini bisa dimanipulasi un-
dangkan faktor eksternal terdiri dari berbagai ke- tuk meningkatkan kondisi sosilekonomi petani.
bijakan yang dilakukan oleh pemerintah, sarana Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini di-
dan prasarana pendukung pembangunan hutan tujukan untuk: 1) mengetahui kondisi sosial dan
rakyat. Kondisi sosial ekonomi petani merupa- ekonomi petani hutan rakyat yang dapat mem-
kan kedudukan atau posisi petani di dalam mas- pengaruhi perkembangan pembangunan hutan
yarakat berkaitan dengan faktor internal atau rakyat di Kabupaten Ciamis, dan 2) mengetahui
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah ang- faktor-faktor yang dapat meningkat-kan kondisi
gota keluarga dan pemilikan lahan. sosial ekonomi petaninya.
Hutan rakyat di Kabupaten Ciamis tersebar di
seluruh kecamatan yang dikelompokkan menjadi
3 (tiga) wilayah pengembangan, yaitu pengemba- II. METODOLOGI
ngan utara, tengah dan selatan. Wilayah pengem-
bangan utara mewakili wilayah pegunungan, pe- A. Alur Pikir Penelitian
ngembangan tengah mewakili wilayah perkotaan
Pengembangan hutan rakyat sangat dipenga-
dan pengembangan selatan mewakili daerah pan-
ruhi oleh kondisi sosial ekonomi petani pemilik-
tai. Faktor internal maupun eksternal akan mem-
pengaruhi keputusan petani dalam pengemba- nya, yang dicirikan melalui: tingkat pendidikan,
ngan hutan rakyatnya. Namun tidak semua unsur jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan dan
faktor tersebut, terutama faktor internal dimiliki kepemilikan lahan. Kondisi sosial ekonomi ini
oleh semua petani. Faktor internal akan berlainan memberikan ciri karakteristik petani sebagai
antar daerah utara, tengah dan selatan. Hal ini pengelola hutan rakyat. Karakteristik ini juga
berdampak terhadap pengembangan hutan rak- dipengaruhi oleh tempat dan lingkungan dimana
yatnya, karena disesuaikan dengan kondisi sosial petani tersebut berdomisili. Haryanti et al. (2005)
ekonomi yang berkembang di masyarakat, seper- menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
ti disampaikan oleh Haryanti et al. (2005) bahwa suatu lingkungan DAS akan berpengaruh pada
perubahan yang terjadi pada suatu lingkungan kondisi alam serta lingkungan sosial dan budaya
DAS akan berpengaruh pada kondisi alam serta masyarakatnya. Dengan demikian pola tanam
lingkungan sosial dan budaya masyarakatnya. hutan rakyat di setiap lokasi penelitian juga akan
Sebagai contoh perkembangan jumlah pendu- berlainan dan memiliki ciri yang khas, walaupun
duk, perubahan pola pemanfaatan lahan untuk pada beberapa aspek memiliki kesamaan. Salah
industri dan perumahan, kegiatan pertanian inte- satu hal yang membedakan adalah jenis tanaman
nsif, pemilihan jenis tanaman yang ditanam, serta yang dikembangkan setiap lokasinya.
berbagai interfensi kegiatan manusia terhadap Pengetahuan tentang karakteristik petani akan
lahan, mengakibatkan perubahan keadaan eko- memudahkan dalam melakukan pembinaan ter-
sistem dan mempengaruhi kondisi sosial mas- hadap petani. Kajian ini dilakukan melalui peng-
yarakatnya. amatan langsung, dan diharapkan akan membe-
Terdapat perbedaan pengelolaan hutan rakyat rikan gambaran secara mendalam tentang kondi-
di setiap wilayah pengembangan Kabupaten si sosial ekonomi petani pemilik hutan rakyat.
Ciamis, walaupun pada beberapa hal memiliki Informasi yang dihasilkan dari kajian ini diha-
kesamaan. Perbedaan tersebut salah satunya
rapkan dijadikan rujukan bagi pembuat kebija-
dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial ekonomi
kan dalam penentuan program yang melibatkan
petaninya. Oleh karena itu perumusan kebijakan
petani, agar program yang akan diluncurkan
yang berkaitan dengan pengembangan hutan
rakyat di setiap lokasi pengembangan perlu dapat memperhatikan aspek lingkungan dimana
memperhatikan kondisi sosial ekonomi petani- petani berdomisili. Alur pikir penelitian diperli-
hatkan pada Gambar 1 berikut.

64
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

Petani Hutan
Rakyat

Kondisi Sosial
dan Ekonomi

Karakteristik berlainan
Berpengaruh setiap lokasinya

Keputusan dalam Terbentuk p ola


pengembangan tanam hutan
hutan rakyat rakyat di lokasi
penelitian

Gambar (Figure) 1. Alur pikir kondisi sosial ekonomi petani hutan rakyat di Kabupaten Ciamis (Flow of
thinking of socio-economic condition of community forest farmer in Ciamis District)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian berupa data yang sudah disajikan dalam laporan-
laporan instansi yang terkait dengan kegiatan
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Bulan
penelitian, diantaranya adalah laporan dari Dinas
Mei s/d Juli 2010 di Desa Ciomas Kecamatan
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis,
Panjalu, Desa Kalijaya Kecamatan Banjarsari Kantor Desa, dan Laporan Badan Pusat Statistik
dan Desa Kertaharja Kecamatan Cimerak, Ka- Kabupaten Ciamis.
bupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
D. Analisa Data
C. Metode Pengambilan Contoh
Data primer dan sekunder yang telah ter-
Lokasi penelitian sebanyak tiga desa dipilih kumpul selanjutnya ditabulasikan dan dikelom-
secara sengaja yang merupakan perwakilan wil- pokkan sesuai dengan tujuan penelitian, kemu-
ayah pembangunan di Kabupaten Ciamis, ya-itu dian dianalisis menggunakan Metode Analisis
Desa Ciomas Kecamatan Panjalu mewakili wil- Kesejahteraan: meliputi Analisis Gender, Ana-
ayah pengembangan Ciamis bagian utara, De-sa lisis Pendapatan Rumah Tangga, Analisis Koefi-
Kalijaya Kecamatan Banjarsari mewakili wil- sien Gini, dan Analisis Garis Kemiskinan, yang
ayah pengembangan Ciamis bagian tengah, dan secara kualitatif dan kuantitatif menggambarkan
Desa Kertaharja Kecamatan Cimerak me-wakili kondisi sosial dan ekonomi responden petani hu-
wilayah pengembangan Ciamis bagian se-latan. tan rakyat di tiga wilayah pengembangan. Se-
Responden pada penelitian ini adalah petani dangkan untuk mengetahui faktor-faktor penentu
hutan rakyat yang tergabung dalam kelompok dalam peningkatkan kondisi sosial ekonomi
tani, dipilih secara sengaja (purposived). Jumlah dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
Responden setiap desa dipilih sebanyak 20 orang Kriteria koefisien Gini (KG) yang digunakan
sehingga total responden 60 orang. seperti yang tercantum dalam Badan Litbang
Data yang diperlukan dalam kegiatan pe- Kehutanan dan Perkebunan (2000), yaitu:
nelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. KG < 0,4 : tingkat ketimpangan rendah
Data primer dikumpulkan secara langsung dari KG 0,4 0,5 : tingkat ketimpangan moderat
nara sumber yaitu petani hutan rakyat dengan KG > 0,5 : tngkat ketimpangan tinggi.
cara wawancara menggunakan kuisioner yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder

65
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

III. HASIL DAN PEMBAHASAN rakyat. Menurut Fatati (2001) dalam Saniet et al.
(2010) bahwa semakin muda umur seseorang
A. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Petani maka semakin mudah menerima perubahan dari
terhadap Perkembangan Hutan Rakyat luar karena petani selalu ingin mencoba sesuatu
Petani hutan rakyat yang tergabung dalam ke- yang baru sebagai upaya meningkatkan penge-
lompok tani memiliki kondisi sosial dan ekonomi tahuan dan keterampilan dalam diver-sifikasi
tersendiri, yang mencirikan karakter petaninya usahanya. Jadi pada umur produktif ini biasanya
sehingga dapat dibedakan antara petani yang petani dapat menghasilkan inovasiinovasi baru
tinggal di wilayah utara, tengah dan selatan. Per- serta mau menerima teknologi sehingga dapat
bedaan karakter ini juga didukung oleh kondisi meningkatkan pengembangan hutan rakyat di
lingkungan dimana petani tersebut tinggal. Kon- wilayahnya. Data umur responden diperlihatkan
disi sosial dan ekonomi yang akan dibahas meli- oleh Gambar 2 di bawah ini.
puti: umur, jenis kelamin, pendidikan, sifat ke- Responden di Desa Kertaharja dan Kalijaya
pendudukan yang ditentukan oleh lama tinggal di seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Sementara
desa, jumlah tanggungan keluarga, jenis peker- itu di Desa Ciomas ada tiga orang responden yang
jaan serta status di desa, seperti diuraikan berikut berjenis kelamin perempuan yang termasuk pada
ini. kelompok umur produktif. Kondisi jenis kelamin
responden seperti disajikan oleh Tabel 1. Adanya
1. Umur responden responden perempuan menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil olahan data diketahui bidang usaha hutan rakyat juga menarik bagi
bahwa responden termasuk dalam golongan perempuan. Komoditas kapulaga dan jasa ter-
umur produktif yaitu antara umur 20–59 tahun. golong pada bidang usaha dimana perempuan
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan mampu berpartisipasi. Ada banyak alasan yang
hutan rakyat di seluruh lokasi penelitian di- dikemukakan oleh responden perempuan dalam
lakukan oleh petani yang tergolong umur pro- keterlibatannya di hutan rakyat, diantaranya
duktif usia menengah dan tua, hal ini sejalan bahwa suami sudah meninggal dan tidak ada lagi
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh tenaga kerja yang dapat mengurus usaha hutan
Susilowati & Suhaeti, (2012). Umur yang ma-sih rakyat yang dimilikinya, tidak ada lagi usaha
produktif ini menunjukkan bahwa secara fisik lainnya yang dapat dilakukan, serta hasil eko-
sangat potensial untuk pengembangan hutan nomi dari hutan rakyat dapat memenuhi ke-

Gambar (Figure) 2. Rata-rata umur responden petani di lokasi penelitian (The average of respondent ages
at research locations)

66
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

Tabel (Table) 1. Kondisi jenis kelamin responden (Gender condition of respondents)


Desa (Village) Ciomas Desa (Village) Kalijaya Desa (Village) Kertaharja
Kelompok
umur (Thn) Jenis kelamin (Gender) Jenis kelamin (Gender) Jenis Kelamin(Gender)
(Age group Laki-
(Year) Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Laki
(Female) (Male) (Female) (Male) (Female)
(Male)
20 –29 0 0 0 0 2 0
30 –39 2 0 3 0 3 0
40 –49 6 0 10 0 8 0
50 –59 6 3 6 0 4 0
60 –69 2 0 1 0 3 0
70 up 1 0 0 0 0 0
Total 17 3 20 0 20
Sumber: diolah dari data primer, 2010 (Sources: processed from the primary data, 2010)

butuhan keluarga. yang berpendidikan rendah, kenyataannya petani


2. Pendidikan responden yang berpendidikan sarjana mau berusaha dibi-
Responden di lokasi penelitian pernah me- dang hutan rakyat. Ketertarikan reponden yang
ngenyam pendidikan formal. Rata-rata respon- berpendidikan tinggi pada pengelolaan hutan
den bersekolah selama 7–8 tahun atau setara de- rakyat lebih disebabkan karena faktor mobilitas.
ngan SMP kelas 1 atau 2. Hal ini menunjukkan Pada usia tua, responden lebih memilih pekerjaan
bahwa seluruh responden mampu membaca dan yang mudah dijangkau dan tidak membutuhkan
menulis huruf latin. Tingkat pendidikan res- tenaga besar, yaitu mengelola hutan rakyat. Lebih
ponden tertinggi ada di Desa Kalijaya yaitu se- jauh diketahui bahwa responden yang tergolong
lama 18 tahun atau setara dengan sarjana. Ting- produktif usia muda sampai menengah (berkisar
kat pendidikan yang tinggi ini dimiliki oleh 20– 49 tahun) memiliki tingkat pendidikan rata-
responden pada kelompok umur 60–69 tahun. rata 8 tahun (setara SMP kelas 2), dan justru pada
Kondisi ini menunjukkan bahwa pekerjaan di usia ini jumlah responden di seluruh lokasi pene-
hutan rakyat tidak hanya diminati oleh petani litian paling banyak. Kondisi tingkat pendidikan

Tabel (Table) 2. Komposisi tingkat pendidikan responden (Level composition of respondent education)

Desa (Village) Ciomas Desa (Village) Kalijaya Desa (Village) Kertaharja


Kelompok Jumlah
Umur Jumlah Lama Jumlah Lama Jumlah Lama responden
(Thn) responden pendidikan responden pendidikan responden pendidikan tiap klas
(Age (org) (thn) (org) (thn) (org) (thn) Umur
Group (Total of (Long of (Total of (Long of (Total of (Long of (Total of
(Year) respondents education respondents education respondents education respondents
(person) (year) (person) (year) (person) (year) each age clas
20–29 0 0 0 0 2 9 2
30–39 2 9 3 6 3 8 8
40–49 6 7 10 9 8 7 24
50–59 9 5 6 8 4 6 19
60–69 2 9 1 18 3 6 6
70 up 1 2 0 0 0 0 1
Jumlah 20 20 20 60
Sumber: diolah dari data primer 2010 (Sources: processed from the primary data, 2010)

67
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

responden diperlihatkan oleh Tabel 2 berikut ini. pendapatan supaya bisa memenuhi kebutuhan
Kelimpahan jumlah tenaga kerja usia ekonomi responden dan keluarga. Usaha yang
produktif muda (kelompok umur 40–49 tahun) memberikan pendapatan paling besar dan diha-
menunjukkan bahwa ada jaminan bahwa hutan silkan secara rutin biasanya akan menjadi pe-
rakyat akan dikelola oleh tenaga kerja yang masih kerjaan utama responden, sedangkan sumber
kuat secara fisik. Selain itu ketersediaan tenaga pendapatan yang lainnya dijadikan sebagai pe-
kerja yang berpendidikan setara sarjana bisa me- kerjaan sampingan.
njadi sumber rujukan bagi tenaga usia muda. Dari hasil wawancara diketahui bahwa
Berdasarkan kondisi tersebut, perkembangan hu- responden memiliki pekerjaan utama dan sam-
tan rakyat menjadi lebih baik peluangnya besar. pingan. Pekerjaan utama sebagian besar res-
ponden adalah sebagai petani baik itu petani di
3. Jenis Pekerjaan Responden
lahan tegalan maupun di sawah. Secara lebih
Tujuan utama dari berbagai usaha yang di-
rinci, jenis pekerjaan yang dilakukan responden
lakukan responden adalah untuk menghasilkan
seperti diperlihatkan Tabel 3.
Keseluruhan responden di lokasi penelitian bahwa petani terus berusaha disegala cabang
tidak hanya mengandalkan penghasilan dari usaha dan tidak hanya terpaku pada pekerjaan
lahan pertanian saja yang terlihat dari beragam- yang umum dilakukan oleh petani di desa.
nya jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampi- Dengan demikian, petani di Desa Kalijaya dan
ngan responden. Akan tetapi sebagian besar res- Ciomas dapat digolongkan sebagai petani yang
ponden beranggapan bahwa bertani menjadi pe- kreatif, karena tidak hanya mengan-dalkan
kerjaan utama yaitu sebanyak 12 di Desa Ciomas, penghasilan dari pertanian saja tetapi juga dari
13 orang di Desa Kalijaya dan 15 orang di Desa usaha lainnya. Beragamnya pe-kerjaan pe-tani di
Kertaharja. Dari sebanyak 20 orang res-ponden, Ciomas dan Kalijaya menye-babkan eko-nomi
yang mengaku bahwa bertani hanyalah pekerjaan respoden semakin kuat. Dam-paknya ada-lah
sampingan adalah sebanyak 8 orang di Desa potensi modal untuk pengem-bangan hutan
Ciomas, 7 orang di Desa Kalijaya dan 5 orang di rakyat juga semakin besar.
Desa Kertaharja. Jenis pekerjaan respon-den Jenis pekerjaan yang paling sedikit dilakukan
yang paling beragam terdapat di Desa Kalijaya oleh responden adalah di Desa Kertaharja yaitu 5
dan Ciomas yaitu 8 jenis. Hal ini menunjukkan jenis pekerjaan. Petani di desa ini lebih senang

Tabel (Tabel) 3. Jenis pekerjaan responden di lokasi penelitian (Kind of respondent jobs at research
locations)
Desa Desa Desa
No Uraian (Village) (Village) (Village)
(No) Ciomas Kalijaya Kertaharja
(Discription)
PU PS PU PS PU PS
1 PNS/Pensiunan (Government pensioner) 0 0 2 0 0 0
2 Dagang (Trader) 3 1 0 3 3 1
3 Supir (Driver) 1 0 0 0 0 0
4 Aparat Desa (Village officer) 1 0 1 0 1 0
5 Peternak (Breeder) 1 2 0 0 0 0
6 Montir/bengkel (Mechanic) 1 0 2 0 0 0
7 Pekerja kontrak (Contract worker) 1 0 1 0 0 0
8 Petani (Farmer) 12 8 13 7 15 5
9 Penggilingan padi (Paddy grinder) 0 0 1 0 0 0
10 Buruh (Labour) 0 0 0 2 1 8
11 Wiraswasta (Businessmen) 0 1 0 0 0 0
12 Guru Agama (Religion teacher) 0 0 0 0 0 1
Note : PU= Pekerjaan utama (Main job), PS = Pekerjaan sampingan (Side job)
SumberSources: diolah dari data primer 2010 (Processed from the primary data, 2010)

68
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

menekuni pekerjaan-pekerjaan yang sudah iana & Ratina (2006) yang menyatakan bahwa
terbiasa dilakukan yaitu bertani dan jarang yang dengan tidak ada tanggungan anak balita akan
mencoba usaha lain. Hal ini disebabkan sebagian memudahkan istri untuk keluar dari sektor
besar petani di Desa Kertaharja telah memiliki domestik (rumah tangga) untuk terlibat pada
pekerjaan sebagai pengrajin gula kelapa. sektor produktif yaitu mencari nafkah.
Rata-rata responden termasuk pada umur
4. Jumlah tanggungan keluarga responden
produktif, yang secara umum masih mempunyai
Jumlah tanggungan keluarga merupakan indi-
banyak tanggungan keluarga. Hasil analisa data
kator untuk melihat banyaknya anggota keluarga
menunjukkan bahwa di setiap lokasi penelitian,
yang berada dalam lingkungan keluarga dan
pada usia produktif ini tanggungan keluarga ber-
menjadi tanggungan responden (Pujianto, 2008).
kisar antara 3–4 orang yang meliputi istri, anak,
Banyak tidaknya jumlah tanggungan keluarga
dan sanak saudara yang masih dibiayai oleh kepa-
terutama tanggungan keluarga yang masih balita,
la keluarga. Jumlah tanggungan keluarga terba-
akan memperlihatkan kemungkinan-kemungki-
nyak ada enam orang yang dimiliki oleh satu res-
nan keterlibatan anggota keluarga terutama istri
ponden di Desa Ciomas dan dua responden di
dalam pengelolaan hutan rakyat maupun kegiat-
Desa Kertaharja sebagaimana diperlihatkan oleh
an non-domestik lainnya. Seperti pendapat El-

Gambar (Figure) 3. Jumlah tanggungan keluarga responden di lokasi penelitian (The number of depen-
dent family of respondent in research location)

Gambar 3. nya sudah tinggal di desa lebih dari 35 tahun, wa-


Tenaga kerja yang terlibat pada pengelolaan laupun awalnya sebagian bukan merupakan pen-
hutan rakyat utamanya adalah anggota keluarga, duduk asli yang lahir di desa. Namun karena su-
sehingga sering disebut sebagai manajemen ke- dah lama menetap di desa sehingga sudah merasa
luarga. Oleh karena itu banyaknya tanggungan menjadi penduduk asli desa. Untuk melihat status
keluarga petani juga bisa dipandang sebagai aset responden di desa dapat dilihat pada Tabel 4.
yang berpotensi memperlancar kegiatan usaha Penduduk yang paling lama tinggal di desa yaitu
hutan rakyat. Semakin besar anggota keluarga responden di Desa Ciomas dengan rata-rata
cenderung semakin mudah masalah pengelolaan tinggal di desa selama 49 tahun, sedangkan yang
hutan rakyat bisa dipecahkan. paling sebentar tinggal di desa adalah petani yang
berada di Desa Kertaharja rata-rata selama 35
5. Lama tinggal di desa
tahun. Sementara itu petani responden di Desa
Petani yang menjadi responden pada umum-
Kalijaya rata-rata telah tinggal di desa selama 40

69
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

Tabel (Table) 4. Status Responden di desa (Status of respondent in the village)


Desa (Village) Ciomas Desa (Village) Kalijaya Desa (Village) Kertaharja
Kelompok Lama di Status Lama di Status Status
umur (Tahun) Lama di
Desa (Tahun) Penduduk Desa(Tahun) Penduduk Desa(Tahun) Penduduk
(Age group (Resident (Resident (Resident (Resident (Resident
(Year) (Resident
Status status) status) status) status(Years) status)
(Years) As Pd (Years) As Pd As Pd
20 –29 0 0 0 0 0 0 28 2 0
30 –39 32 2 0 35 3 0 26 2 1
40 –49 43 6 0 39 8 2 38 4 4
50 –59 46 8 1 40 5 1 42 2 2
60 –69 61 2 0 60 1 0 31 0 3
70 up 70 1 0 0 00 0 0 0
Rata-rata 49 40 35
Keterangan : As = asli (indigeneous), Pd=pendatang (migrant)
Sumber; Diolah dari data primer 2010 (Sources: processed from the primary data, 2010)

tahun. data pada Tabel 3 diketahui bahwa usaha yang


Penduduk pendatang terbanyak berada di Desa dilakukan oleh responden berasal dari beberapa
Kertaharja karena desa ini pada awalnya meru- sumber. Pendapatan responden merupakan hasil
pakan areal perkebunan kelapa yang pengemba- dari seluruh usaha yang dilakukan oleh
ngannya memerlukan banyak tenaga kerja se- responden selama satu tahun.
hingga pengelola perkebunan mendatangkan Pendapatan yang dihasilkan oleh petani
tenaga kerja dari luar desa yang umumnya ber- menggambarkan tingkat kemampuan petani
asal dari Kabupaten Kebumen. Tenaga kerja ini untuk berdaya beli sehingga dapat memenuhi
diperlukan untuk memanen nira kelapa dan me- kebutuhan hidupnya. Seperti dikemukakan oleh
ngolahnya menjadi gula merah. Lama-kelamaan Khususiyah et al. (2010) bahwa pendapatan
tenaga kerja tersebut akhirnya menetap di Desa rumah tangga petani dapat mencerminkan
Kertaharja walaupun perkebunan sudah tidak keadaan ekonomi rumah tangganya. Tinggi
berkembang lagi. Desa Kertaharja merupakan rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga
desa yang berada di wilayah pembangunan Cia- dapat digunakan sebagai salah satu indikator
mis bagian selatan yaitu wilayah dataran rendah tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan suatu
(pantai), penduduknya lebih terbuka, lebih dina- rumah tangga.
mis, dan desa ini berbatasan dengan wilayah Sumber pendapatan responden dikelompok-
Propinsi Jawa Tengah sehingga memudahkan kan menjadi 6 yaitu pendapatan yang berasal dari
penduduk untuk melakukan migrasi antar desa. hutan rakyat, jasa, hasil dari keluarga (usaha
Desa yang paling sedikit pendatangnya adalah istri/suami, kiriman dari anak, pemberian orang
Desa Ciomas yakni hanya 1 orang. Desa ini ber- tua), pendapatan dari sawah, hasil dari hewan
ada di wilayah pembangunan Ciamis bagian uta- ternak dan pendapatan dari kolam ikan.
ra yaitu wilayah pegunungan sehingga pendu- Dari hasil perhitungan diketahui bahwa
duknya cenderung sebagai petani yang sifatnya sumber pendapatan yang paling besar dihasilkan
lebih statis. dari hutan rakyat dan jasa. Hasil hutan rakyat
Umur pendatang rata-rata lebih dari 30 tahun, yang besar ini sangat wajar karena umumnya
tergolong pada umur yang produktif dan sudah responden mengaku pekerjaan utamanya sebagai
dewasa. Alasan utama petani mau melakukan petani sehingga pendapatan yang terbesar adalah
migrasi diantaranya mengikuti orang tua, pendapatan yang berbasis lahan hutan rakyat,
mengikuti suami, mengikuti saudara dan mencari berupa hasil kayu dan hasil hutan bukan kayu
pekerjaan yang lebih baik. seperti tanaman perkebunan dan tanaman
semusim. Selain itu berdasarkan data Tabel 8
6. Tingkat Pendapatan dan Pengeluaran
diketahui bahwa lahan untuk usaha hutan rakyat
Responden
menempati urutan paling luas dibandingkan
Tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh
lahan untuk sawah. Hal ini berhubungan dengan
usaha yang dilakukan oleh petani. Berdasarkan

70
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat Di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

kondisi biofisik yang hanya memungkinkan hutan rakyat. Seluruh responden menganggap
penggunaanya untuk hutan rakyat dibandingkan bahwa pekerjaan sebagai petani merupakan pe-
sawah. Kondisi ini sangat mendukung bagi usaha kerjaan yang diminati oleh seluruh responden baik

Tabel (Table) 5. Pendapatan rata-rata responden (Average income of respondents)


Desa (village) Ciomas Desa (village) Desa (village)
Kalijaya Kertaharja
Rata-rata % Rata-rata % Rata-rata %
No Sumber Pendapatan pendapatan pendapatan pendapatan
(no) (Sources of income) (Rp/thn) (Rp/thn) (Rp/thn)
(Average (Average (Average
income income income
(Rp/year)) (Rp/year)) (Rp/year))
1 Hutan Rakyat (private 7.493.232 35,72 11.180.002 35,08 8.956.809 42,81
forest)
2 Jasa(service) 9.334.000 44,49 10.160.450 31,88 7.414.000 35,43
3 Keluarga(family) 1.178.000 5,60 6.430.100 20,17 2.599.500 12,42
4 Sawah(paddy field) 783.750 3,74 2.316.500 7,27 1.333.300 6,37
5 Hewan ternak(cattle) 1.848.000 8,81 215.000 0,67 601.500 2,87
6 Kolam Ikan(fish pool) 343.600 1,64 1.571.475 4,93 18.750 0,09
Total(total) 20.980.582 100 31.873.527 100 20.923.859 100
Sumber (Resources): Achmad dan Ris, (2014)

itu sebagai pekerjaan utama ataupun sampingan. karena itu biasanya sumber-sumber tersebut
Berdasarkan data dari Tabel 5 diketahui bah- ditekuni petani hanya untuk memenuhi kebutuh-
wa pendapatan paling besar berasal dari hutan an sendiri dan sangat jarang dikomersialkan,
rakyat terdapat di Desa Kalijaya (Rp 11.180.002/ seperti usaha padi sawah, kolam ikan, ternak dan
tahun) dan Kertaharja (Rp 8.956.809/tahun). usaha dari keluarga.
Pendapatan paling besar berasal dari jasa terjadi Pendapatan petani mencerminkan daya beli
di Desa Ciomas (Rp 9.334.000/tahun). Perbeda- petani yang juga dapat diketahui melalui
an pendapatan ini disebabkan terutama oleh pendekatan pola konsumsinya. Tabel 6
perbedaan rata-rata luas kepemilikan lahan memperlihatkan tingkat pengeluaran responden
petani, juga karena adanya perbedaan harga kayu petani bersama keluarganya. Dari hasil
yang berkaitan dengan aksesibilitas. Topografi perhitungan diketahui bahwa pengeluaran untuk
Desa Kalijaya dan Desa Kertaharja relatif lebih pangan yang paling dominan untuk seluruh
landai dibandingkan dengan Desa Ciomas lokasi penelitian, yaitu berkisar antara 50-60%.
sehingga kayunya dihargai relatif lebih mahal Pengeluaran kedua untuk pendidikan yaitu
karena biaya pemanenan pohon lebih murah. berkisar antara 12-24%. Petani sudah
Selain itu industri pengolahan kayu lebih memperhatikan kondisi pendidikan anak-
berminat membeli kayu dari daerah selatan anaknya, sehingga pengeluaran pendidikan lebih
karena dari segi mutu juga lebih tinggi yakni utama dibandingkan dengan pengeluaran untuk
relatif lebih lurus, mulus dan kurang sandang, papan, kesehatan dan lain-lain. Bagi
mengandung mata kayu. Postur pohon sengon bangsa yang ingin maju dan berhasil dalam
menjadi lebih lurus dan minim percabangan pembangunan, pendidikan merupakan
karena anakan sengon berusaha mencapai tajuk kebutuhan yang sama seperti kebutuhan sehari-
tanaman kelapa untuk mendapatkan cahaya hari seperti perumahan, sandang, dan pangan
sehingga pertumbuhan tingginya lebih cepat. (Tanjung, 2012). Pengeluaran untuk sandang
Sumber pendapatan yang lain, memberikan tidak menjadi perhatian bagi sebagian responden
kontribusi namun kecil dan tidak rutin. Oleh karena adakalanya sandang sering diberi oleh

71
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

Tabel (Table) 6. Rata-rata pengeluran responden petani per tahun (The average of budged spending by
respondent per annum)
Desa (Village) Ciomas Desa (Village) Kalijaya Desa (Village) Kertaharja
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
pengeluaran pengeluaran pengeluaran
Jenis Pengeluaran
(Rp/thn) (%) (Rp/thn) (%) (Rp/thn) (%)
(Kind of spending)
(Average (Average (Average
expenditure expenditure expenditure
(Rp/year) (Rp/year (Rp/year
Pangan (Food) 7.713.255 55 7.997.456 50 8.855.275 60
Pendidikan (Education) 3.399.400 24,2 3.236.000 20 2.421.175 16
Sandang (Clothing) 1.017.500 7,3 1.046.500 7 1.091.200 7
Papan (House) 748.275 5,3 785.950 5 444.875 3
Kesehatan (Health) 284.000 2,1 743.250 5 395.850 3
Lain-lain (Others) 863.000 6,1 2.146.250 13 1.658.500 11
Total (Total) 14.125.430 100 15.955.406 100 14.866.875 100
Sumber: diolah data primer 2010 (Sources: analized from the primary data, 2010)

saudara ataupun anak. penelitian. Dari hasil perhitungan menunjukkan


Dari hasil pengurangan antara pendapatan bahwa nilai koefisien gini (KG) bagi petani di
dan pengeluaran responden akan diketahui Ciomas adalah 0,56 dan termasuk dalam kategori
apakah terdapat surplus atau defisit pendapatan. ketimpangan tinggi karena KG>0,5. Hal ini
Jika pendapatannya positif berarti terdapat menunjukkan bahwa pendapatan petani hutan
surplus pendapatan sehingga menunjukkan rakyat di Ciomas tidak merata yaitu ada
bawah petani sudah mampu memenuhi seluruh perbedaan pendapatan yang besar antara petani
kebutuhannya dengan hasil pendapatan dari hutan rakyat yang kaya dan petani hutan rakyat
usaha yang dilakukannya. Untuk melihat tingkat yang miskin. Distribusi pendapatan yang tidak
surplus pendapatan petani dapat dilihat pada merata ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
Tabel 7. diantarnya kepemilikan lahan yang tidak merata
Berdasarkan hasil pengurangan pendapatan sehingga terdapat perbedaan hasil dari usaha
dan pengeluaran diketahui bahwa di seluruh yang berbasis lahan. Kontribusi pendapatan
lokasi penelitian, petaninya mampu memenuhi responden tertinggi di Desa Ciomas adalah dari
kebutuhan atau surplus (pendapatannya positif). sektor jasa yaitu sebesar 44,49% bersumber dari
Berdasarkan rata-rata total pendapatan yang usaha dagang, bengkel dan supir, namun diduga
dihasilkan oleh responden, selanjutnya dianalisis tidak semua penduduk mempunyai peluang
mengenai distribusi pendapatan responden untuk bekerja di sektor tersebut. Selain itu tingkat
sehingga diketahui tingkat pemerataan pendidikan yang rata-rata masih rendah akan
pendapatan petani hutan rakyat di seluruh lokasi berdampak terhadap penerimaan informasi dan

Tabel (Table) 7. Besaran surplus pendapatan petani (The amount of income surplus of farmers).
Total Rata-rata Total Rata - rata Surplus pendapatan
No Desa pendapatan(Total of pengeluaran (Total of (Total of average
(No) (Village) average income) average spending) saving)(IDR/year)
(IDR/year) (IDR/year)
1 Ciomas 20.980.582 14.125.430 6.855.152
2 Kalijaya 31.873.527 15.955.406 15.918.121
3 Kertaharja 24.536.559 14.866.875 9.669.684
Sumber: diolah dari data primer 2010 (Resources: analized from the primary data, 2010)

72
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

peluang berusaha yang sempit, seperti Rp 1.600.000/thn. Apabila dibandingkan dengan


disampaikan oleh Sudaryanto et al. (1981) bahwa tingkat pendapatan rata-rata responden sebesar
tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap Rp 31.873.527/tahun, maka petani di Desa
tingkat upah, bagi kelompok rumah tangga petani Kalijaya berada jauh di atas garis kemiskinan
yang kurang pendidikan, lebih terbatas menurut kriteria Sajogyo (1988).
kesempatannya untuk bekerja di sektor-sektor Harga Beras di Desa Kertaharja Rp 5.000
yang memberikan upah lebih tinggi. maka tingkat pendapatan yang termasuk pada
Nilai KG di Desa Kalijaya adalah 0,47 dan garis kemiskinan sebesar Rp 1.600.000/tahun.
Desa Kertaharja sebesar 0.46836 yang termasuk Selanjutnya jika dibandingkan dengan tingkat
pada kriteria KG 0,4–0,5 yaitu tingkat ketim- pendapatan rata-rata petani di Desa Kertaharja
pangan sedang dimana distribusi pendapatan berjumlah Rp 24.536.559/tahun, maka responden
responden petani hutan rakyat hampir mendekati di Desa Kertaharja ini sudah berada jauh di atas
merata. garis kemiskinan.
Selanjutnya dilakukan analisis garis kemis-
7. Penguasaan lahan dan pola tanam hutan
kinan responden berdasarkan Sajogyo (1988)
rakyat
dalam Simanjuntak (2007) yang menyatakan
Kesejahteraan petani dapat ditingkatkan salah
bahwa garis kemiskinan adalah besarnya
satunya melalui penguasaan lahan oleh petani
pendapatan perkapita yang setara dengan nilai
sebagaimana dikemukakan oleh Susilowati dan
tukar 320 kg beras/kapita/tahun. Jika harga beras
Maulana (2012). Rata-rata luas penguasaan lahan
di Desa Ciomas adalah Rp 6.000 berarti tingkat
di ketiga lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 8
pendapatan Rp 1.920.000/tahun termasuk
berikut ini. Sebagian besar lahan yang
miskin. Jika dibandingkan dengan hasil
diusahakan adalah lahan hutan rakyat yang
perhitungan pendapatan di Desa Ciomas rata-rata
ditanami campuran antara tanaman kayu dengan
sebesar Rp 20.980.582/tahun, berarti bahwa
jenis lainnya seperti sengon, mahoni, afrika,
petani di Desa Ciomas sudah berada jauh di atas
manglid, kapulaga, pisang, kelapa dan singkong,
garis kemiskinan.
dengan rata-rata penguasaan lahan setiap
Harga beras di Desa Kalijaya adalah Rp
petaninya adalah 0,7737 ha (Desa Ciomas), 2,078
5.000/kg maka jumlah pendapatan yang
ha (Desa Kalijaya) dan 0,7271 ha (Desa
termasuk pada selang garis kemiskinan adalah

Tabel (Table) 8. Rataan pengusaan lahan responden di lokasi penelitian (The average of land managed by
respondent in research location)
Lokasi Penelitian(Research Sites)
Jenis Lahan Desa Ciomas Desa Kalijaya Desa Kertaharja
(Kind of Land) (Ciomas Village) (Kalijaya Village) (Kertaharja Village)
Luas % Luas % Luas %
(ha) (ha) (ha)
Hutan rakyat (Private forest) 0,7737 82,07 2,078 89,33 0,7271 76,02
Sawah(Paddy field) 0,0746 7,91 0,162 6,95 0,1190 12,44
Pekarangan dan Rumah 0,0539 5,73 0,073 3,12 0,1091 11,41
(Garden andhouse)
Kolam Ikan (Fish pool) 0,0405 4,29 0,014 0,61 0,0012 0,13
Total (total) 0,9427 100 2,327 100 0,9564 100
Sumber:Resources: Diolah dari data primer 2010 ( Analized from the primary data, 2010)

Kertaharja). & Ris (2014) berikut ini:


Pola tanam hutan rakyat yang dilakukan oleh 1. Wilayah Pembangunan Ciamis Utara,
responden di setiap wilayah pengembangan Ka- teridentifikasi tiga pola agroforestri hutan
bupaten Ciamis seperti dilaporkan oleh Achmad rakyat, seperti tercantum pada Tabel 9 berikut

73
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

Tabel (Table) 9. Hutan rakyat pola agroforestri di Desa Ciomas (Ciamis Utara) (Agroforestry pattern of
private forest in Ciomas Village (North Ciamis))
No. Pola Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman obat Tanaman
(Pattern) kayu perkebunan buah (Medicinal pangan
(Timber (Plantation (Fruit crops) plants) (Food
plants) crops) crops)
1 Tanaman penghasil sengon, Kelapa Pisang Kapulaga -
kayu+ tanaman mahoni,
perkebunan + tanaman afrika,
penghasil buah + tanaman manglid
obat
2 Tanaman penghasil sengon, Kelapa Pisang Kapulaga Singkong
kayu+ tanaman mahoni,
perkebunan + tanaman afrika
penghasil buah + tanaman
obat+ tanaman pangan
3 Tanaman penghasil kayu sengon, - Pisang Kapulaga -
+ tanaman penghasil buah mahoni
+ tanaman obat
Sumber (Sources): Achmad and Ris (2014)

ini: yang terserang karat tumor.


Tanaman pohon yang menjadi ciri khas hutan 2. Wilayah Pembangunan Ciamis Tengah,
rakyat di wilayah ini adalah sengon, mahoni dan teridentifikasi jenis tanaman penyusun hutan
manglid yang dipadukan dengan tanaman rakyatnya lebih beragam. Di wilayah ini
pangan seperti singkong, tanaman buah seperti dijumpai pohon jati walaupun jumlahnya
pisang dan tanaman bawah berupa tanaman obat tidak banyak. Tanaman Penyusun hutan
yaitu kapulaga. Manglid merupakan jenis pohon
yang diharapkan dapat mengganti posisi sengon

Tabel (Table) 10. Hutan rakyat pola agroforestri di Desa Kalijaya (Ciamis Tengah) (Agroforestry pattern
of private forest in Kalijaya Village (Central Ciamis))
No. Pola Tanaman kayu Tanaman Tanaman Tanaman
(No) (Pattern) (Timber plants) perkebunan buah (Fruit obat
(Plantation crops) (Medicinal
crops) plants)
1 Tanaman penghasil kayu + Sengon, Kelapa, Pisang, Kapulaga
tanaman perkebunan + tanaman mahoni, tisuk coklat mangga
penghasil buah + tanaman obat
2 Tanaman penghasil kayu + Sengon, Kelapa, Pisang, -
tanaman perkebunan + tanaman mahoni coklat mangga
penghasil buah
3 Tanaman penghasil kayu + Sengon, - Pisang, -
tanaman penghasil buah mahoni mangga
4 Tanaman penghasil kayu + Sengon, Kelapa - Kapulaga
tanaman perkebunan + tanaman mahoni coklat
obat
5 Tanaman penghasil kayu + Sengon, - - Kapulaga
tanaman obat mahoni
Sumber (sources) : Achmad dan Ris, (2014)

74
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

rakyatnya seperti disajikan oleh Tabel 10. sedangkan tanaman obat yaitu kapulaga.
Pohon sengon, mahoni serta tisuk merupakan 3. Tanaman bawah seperti tanaman obat di
jenis dominan yang banyak terdapat di hutan wilayah Ciamis selatan belum dieksplorasi
rakyat di Desa Kalijaya. Tanaman kebun yang secara maksimal, kalaupun ada tanaman
banyak dijumpai yaitu kelapa dan coklat, bawah biasanya hanya beberapa rumpun saja.
tanaman buah didominasi pisang dan mangga, Adapun pola tanam hutan rakyat di wilayah

Tabel (Table) 11. Hutan rakyat pola agroforestry Di Desa Kertaharja (Ciamis Selatan) (Agroforestry
pattern of private forest in Kertaharja Village (South Ciamis)
No. Pola Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
(Pattern) kayu perkebun buah obat pangan
(Timberplants) an(Planta (Fruit (Medicin (Food
tion crops) alplants) crops)
crops)
1 Tanaman penghasil kayu + tanaman sengon, kelapa pisang - singkong
perkebunan + tanaman penghasil mahoni
buah + tanaman pangan
2 Tanaman penghasil kayu + tanaman sengon, kelapa, pisang, - -
perkebunan + tanaman penghasil mahoni, jati, cengkeh, petai
buah ganitri, huru kopi
3 Tanaman penghasil kayu + tanaman sengon, kelapa pisang kapulaga -
perkebunan + tanaman penghasil mahoni, jati,
buah + tanaman obat huru, ganitri
4 Tanaman penghasil kayu + tanaman sengon, - pisang - -
penghasil buah mahoni,
akasia
5 Tanaman penghasil kayu + tanaman sengon, cengkeh petai kapulaga, singkong
perkebunan + tanaman penghasil mahoni, jati, merica
buah + tanaman obat+tanaman akasia
pangan
Sumber (Sources) : Achmad and Ris (2014)

ini diperlihatkan oleh Tabel 11. servasi menyebabkan pola tanam yang dikem-
Jenis dan jumlah pohon yang dikembangkan bangkan tidak banyak variasinya. Hal ini dise-
di wilayah Selatan sudah mulai banyak seperti: babkan petani lebih fokus mengembangkan sek-
jati, huru, ganitri dan akasia. Namun demikian, di tor jasa (wisata ziarah di Danau Panjalu). Sedang-
wilayah ini sengon dan mahoni masih merupakan kan pola tanam di Desa Kalijaya dan Desa Ker-
tanaman primadona. Tanaman lainnya yang men- taharja lebih variatif yang menandakan bahwa
jadi ciri dari wilayah selatan adalah melimpahnya petani di kedua desa ini lebih terbuka dalam
tanaman kelapa, karena responden dari wilayah menerima teknologi dari luar khususnya silvi-
ini mayoritas merupakan bekas penggarap kultur. Oleh karena itu, peluang perkembangan
perkebunan kelapa. Kelapa yang ada di Desa hutan di Desa Kalijaya dan Kertaharja lebih besar
Kertaharja dimanfaatkan secara komersial yaitu dibandingkan di Desa Ciomas.
untuk pembuatan gula kelapa. Hasil dari
penjualan gula kelapa cukup besar dan dapat me- B. Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Pe-
menuhi kebutuhan sehari-hari petani serta mem- ningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Petani
berikan kontribusi yang besar terhadap total pen-
dapatan responden dari hutan rakyat. Berbeda Ekonomi petani sangat dinamis karena
dengan Desa Ciomas dan Desa Kalijaya, meski- dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut :
pun ada kelapa tetapi hanya diperuntukkan bagi 1) umur petani: secara fisik petani usia muda
kebutuhan rumah tangga. cenderung lebih produktif dalam mengelola
Status Desa Ciomas sebagai kawasan kon- hutan rakyat dibandingkan petani yang

75
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

usianya lebih tua. dimiliki petani. Oleh karena itu pendapatan


2) Tingkat pendidikan: semakin tinggi tingkat total petani diduga mempengaruhi perkem-
pendidikan petani, semakin tinggi daya bangan hutan rakyat,
kreativitas dan inovasinya dalam mengem- 6) Penguasaan lahan: upaya peningkatan pen-
bangkan hutan rakyat. dapatan petani disiasati salah satunya dengan
3) Jumlah tanggungan keluarga: sebagai bisnis memperluas lahan garapan
berbasis keluarga, kegiatan pada pengemba- Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
ngan hutan rakyat dipengaruhi oleh banyak- garis kemiskinan Sajogyo (1988) dalam
nya anggota keluarga, Simanjuntak (2007) diketahui bahwa petani
4) Lama tinggal di desa: semakin lama petani hutan rakyat di semua lokasi penelitian
tinggal di desa, semakin besar peluang mene- dihasilkan kondisi petaninya berada di atas garis
mukan teknologi pengembangan hutan rakyat kemiskin, selanjutnya untuk mengetahui faktor
yang sesuai di daerah itu, apa saja yang dapat meningkatkan kondisi sosial
5) Total pendapatan: pengembangan hutan ekonomi petani dihitung dengan menggunakan
rakyat dipengaruhi oleh besarnya modal yang uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%

Tabel (Table) 12. Hasil Uji Chi-Square Faktor-faktor Penentu yang Mempengaruhi Peningkatan
Ekonomi Petani Hutan Rakyat Di Kabupaten Ciamis. (Chi-Square Test of key factors
influencing the farmer's economic improvement in Ciamis District).
Desa Ciomas Desa Kalijaya Desa Kertaharja
(Ciomas Village) (Kalijaya Village) (Kertaharja Village)
Chi- Chi- Chi- Chi- Chi- Chi-
No Faktor (Factors)
Square Square Square Square Square Square
hitung Tabel hitung Tabel hitung Tabel
(Count) (Table) (Count) (Table) (Count) (Table)
1 Umur 10,800* 22,362 3,800 22,362 2,100 26,296
2 Tingkat Pendidikan 12,500 9,488 35,300* 12,592 31,500* 9,488
3 Jumlah tanggungan 5,000 9,488 16,000* 9,488 12,400 11,070
keluarga
4 Lama tinggal di desa 7,000 23,685 4,000 24,996 5,500 23,685
5 Total Pendapatan 0,000 30,144 0,000 30,144 0,000 30,144
6 Pengusaan lahan 0,900 28,869 0,000 30,144 0,000 30,144
Sumber: Diolah dari data primer 2010 (Sources: Analized from the primary data, 2010)
Keterangan : *=berhubungan nyata (remarks :(significantly correlated)

(alpha 0,05), seperti diperlihatkan oleh Tabel 12. tangga petani.


Tingkat pendidikan petani di Desa Ciomas Kondisi berbeda ditunjukkan oleh petani di
bukan menjadi faktor penentu terhadap Desa Kalijaya dan Desa Kertaharja dimana
peningkatan ekonomi petani dengan hasil uji pendapatan utama yang mempengaruhi kondisi
Chi-square tidak nyata pada tingat kepercayaan sosial-ekonomi petani berasal dari pengelolaan
95%. Hal ini disebabkan pendapatan utama yang hutan rakyat. Tinggi rendahnya tingkat pendidi-
mempengaruhi kondisi ekonomi petani bukan kan petani mempengaruhi pendapatan petani dari
dari pengelolaan hutan, tetapi dari jasa hutan mengelola hutan rakyat sebagai pengaruh dari
seperti berjualan cidera mata, jasa ojeg, usaha tinggi rendahnya kemampuan mengadopsi
warung yang tidak membutuhkan skill tertentu teknologi dan mengolah informasi terkait dengan
(Tabel 5). Untuk jenis pekerjaan seperti itu, ting- pengelolaan hutan rakyat. Hal senada dilaporkan
kat kematangan petani (umur) dalam mena- oleh Hamid et al. (2011) bahwa ada hubungan
warkan suatu produk lebih berpengaruh, sehing- nyata antara pendidikan dengan kondisi sosial
ga umur petani di Desa Ciomas menjadi faktor ekonomi pasca berakhirnya HPH PT. Siak Raya
penentu peningkatan kondisi ekonomi rumah Timber di Desa Segati Kecamatan Langgam

76
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat Di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. namun distribusinya masih timpang.


Pengelolaan hutan rakyat juga tergantung Tingkat ketimpangan tinggi terjadi di Desa
pada banyaknya tenaga kerja yang tersedia yang Ciomas dengan nilai koefisien gini sebesar
biasanya berasal dari anggota keluarga. Petani 0,56, sedangkan tingkat ketimpangan
Desa Kalijaya telah memutuskan untuk sedang terjadi di Desa Kalijaya dan
meningkatkan pendapatan dari perluasan lahan Kertaharja dengan nilai koefisien gini
hutan meskipun sebagian melalui sewa. Hal ini berturut-turut 0,47 dan 0,47. Berdasarkan
berarti semakin membutuhkan banyak tenaga perhitungan garis kemiskinan Sajogyo,
kerja. Oleh karena itu, jumlah tanggungan kesejahteraan petani di lokasi penelitian
keluarga menjadi faktor penentu bagi sudah berada di atas garis kemiskinan,
peningkatan kondisi sosial-ekonomi di Desa dengan pendapatan perkapita sebesar Rp
Kalijaya. Kondisi ini tidak berlaku bagi sektor 20.980.582/tahun (Desa Ciomas), Rp
jasa, sehingga kondisi sosial ekonomi petani di 31.873.527/tahun (Desa Kalijaya), dan Rp
Desa Ciomas tidak ditentukan oleh faktor jumlah 24.536.559/tahun (Desa Kertaharja).
tanggungan keluarga. Hal ini mirip dengan yang e. Rata-rata penguasaan lahan: Penguasaan
terjadi di Desa Kertaharja dimana karena faktor lahan oleh petani di Desa Ciomas rata-rata
geografis, sebagian anggota keluarga sering seluas 0,94 ha, di Desa Kalijaya seluas
melakukan migrasi ke desa-desa di Kabupaten 2,33 ha, dan di Desa Kertaharja seluas 0,96
Cilacap (Jawa Tengah) untuk keperluan lain ha. Mayoritas lahan dipergunakan untuk
sehingga banyaknya anggota keluarga tidak usaha hutan rakyat masing-masing 0,7737
mempengaruhi kondisi ekonomi petani hutan ha (82,07%) untuk Desa Ciomas, 2,078 ha
rakyat di desa ini. (89,33%) untuk Desa Kalijaya dan 0,7271
ha (76,02 %) untuk Desa Kertaharja.
f. Pola tanam hutan rakyat: Pola tanam di
IV. KESIMPULAN DAN SARAN seluruh lokasi penelitian memiliki ke-
samaan yaitu campuran antara tanaman
A. Kesimpulan kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman
pangan, tanaman buah dan tanaman obat.
1. Kondisi sosial ekonomi petani hutan rakyat
Perbedaan terletak pada jenis tanaman
yang dapat mempengaruhi perkembangan
penyusun pola tanam tersebut. Terdapat
pembangunan hutan rakyat di Kabupaten
beberapa jenis tanaman yang dominan di
Ciamis adalah :
suatu daerah tetapi tidak dikembangkan di
a. Usia produktif petani: Petani di tiga lokasi
daerah lain.
penelitian mayoritas tergolong pada usia
2. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
produktif menengah dan tua yaitu antara
kondisi sosial ekonomi petani hutan rakyat di
40– 59 tahun.
Kabupaten Ciamis adalah :
b. Tingkat pendidikan: Rata-rata tingkat
a. Umur petani untuk Desa Ciomas
pendidikan petani hanya setara SMP kelas
b. Tingkat pendidikan petani dan jumlah
1–2 (atau lama pendidikan 7–8 tahun).
tanggungan keluarga untuk Desa Kalijaya
c. Sumber dan kontribusi pendapatan :
c. Tingkat pendidikan petani untuk Desa
Sumber pendapatan keluarga petani
Kertaharja.
bervariasi yaitu dari usaha hutan rakyat,
jasa, keluarga, sawah, hewan ternak dan
B. Saran
kolam ikan. Kegiatan hutan rakyat
memberikan kontribusi paling besar bagi Untuk meningkatan kualitas pembangunan
keluarga petani hutan rakyat di Desa hutan rakyat, perlu ditingkatkan kondisi sosial
Kalijaya dan Kertaharja, masing-masing ekonomi petaninya, terutama pendidikan.
sebesar Rp 11.180.002/tahun (35,08%) Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis di-
dan Rp 8.956.809/tahun (42,81%). sarankan bisa mempercepat perbaikan kondisi
Sedangkan di Desa Ciomas, pendapatan sosial ekonomi petani dengan memprioritaskan
keluarga terbesar diperoleh dari sektor jasa revitalisasi sarana dan prasarana produksi di
yaitu Rp 9.334.000/tahun (44,49%), Kabupaten Ciamis meliputi hal-hal: perbaikan
sementara pendapatan dari hutan rakyat di jalan, akses terhadap informasi usaha tani dan
desa ini sebesar Rp 7.493.232/tahun sumber permodalan, penyediaan dan perluasan
(35,72%). pasar, dan penguatan kelembagaan.
d. Distribusi pendapatan: Surplus pendapatan
petani didapati di seluruh lokasi penelitian,

77
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.12 No.1, April 2015, 63 - 79

DAFTAR PUSTAKA Khususiyah, N., Buana, Y. & Suyanto. (2010). Hutan


Kemasyarakatan (HKm): Upaya me-
Achmad, B. & Diniyati, D. (2012). Luas unit usaha ningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
agroforestry dan populasi pohon sengon pendapatan petani miskin di sekitar hutan.
(Falcataria moluccana) pada Hutan Rakyat di Brief No. 06 Policy Analysis Unit Juni 2010.
Kabupaten Ciamis. Hlm 390-395. Prosiding. World Agroforestry Centre. Bogor
Seminar Nasional Agroforestri III. Mairi, K. (2005). Studi sosial budaya masyarakat Adat
Pembaharuan Agroforestri Indonesia: Benteng Toraja dalam rangka pelestarian sumber daya
Terakhir Kelestarian, Ketahanan Pangan, hutan (Socio-Cultural study of Toraja Custume
Kesehatan dan Kemakmuran. Kerjasama Balai Society in relation with sustainability of forest
Penelitian Teknologi Agroforestry, Fakultas resources). Jurnal Penelitian Sosial dan
Kehutanan dan Kebun Pendidikan Penelitian Ekonomi Kehutanan,. 2 (3): 245 - 258.
dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM dan
Indonesia Networks for Agroforestry Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. (2000).
Education (INAFE). Pedoman survei sosial ekonomi kehutanan
Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Achmad, B. & Ris. H.P. (2014). Peluang adopsi system Kehutanan dan Perkebunan. Badan Litbang
agroforestry dan kontribusi ekonomi pada Kehutanan dan Perkebunan. Departemen
berbagai pola tanam Hutan Rakyat di Kehutanan dan Perkebunan.
Kabupaten Ciamis. Jurnal Bumi Lestari Vol 14
No.1. Pujianto, E. (2008). Analisis penyerapan dan curahan
tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan
Dewi, I.N. & Iwanuddin. (2005). Kajian sosial domba (Studi kasus Di Desa Cibunian
ekonomi budaya dan persepsi masyarakat Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg
sekitar Danau Tempe (Socio economic cultural Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor.
Study and perception of community around The Skripsi.Tidak diterbitkan. Program Studi
tempe take). Jurnal Penelitian Sosial Dan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas
Ekonomi Kehutanan.Volume 2 Nomor 3, Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
September Tahun 2005. Hlm. 245 - 258. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Budaya Tanjung, D.R. (2012). Pendidikan untuk
Dan Ekonomi Kahutanan.Badan Penelitian Kesejahteraan. Akses tanggal 6 November
dan Pengembangan Kehutanan. Departemen 2012.http://dodirtanjung.blogspot.com/2009/0
Kehutanan. Bogor 2/pendidikan-berkualitas-adalah-solusi.html.
Diakses pada tanggal 6 November 2012.
Eliana, N. & Ratina R. (2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi curahan waktu kerja wanita Sani, Arsad, La Ode Santosa, K. A. & Ngadiyono, N.
pada PT Agricinal Kelurahan Bentuas (2010). Curahan Tenaga Kerja Keluarga
Kecamatan Palaran Kota SamarindaAkses Transmigran dan Lokal pada Pemeliharaan
tanggal 1Oktober 2012 dari:.Http://isjd. Sapi Potong di Kabupaten Konawe Selatan,
pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4207814.pdf. Sulawesi Tenggara. Buletin Peternakan, Vol.
34 (3): 194-201.
Hamid, R., Zulkarnaini & Saam. Z. (2011). Analisis
sosial ekonomi masyarakat desa hutan pasca Sanudin & Antoko, B.S. (2007). Kajian Sosial
kegiatan HPH PT. Siak Raya Timber Di Ekonomi Masyarakat di DAS Asahan,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Akses Sumatera Utara. (The Study on Socio-
tanggal 27 Februari 2014,dari:http://ejo Economic of Communities in Asahan
urnal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/.../351/3 Watershed, North Sumatra). Jurnal Penelitian
45. Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 4 (4): 355–
365.
Haryanti, N., Paimin & Sukresno. (2005). Kondisis
osial masyarakat Sub DAS Merawu dan Sub
DAS Batang Bungo (Social condition of
community at Merawu and Batang Bengo Sub
Watersheds). Jurnal Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan.Volume 2 Nomor 3. Hlm
231 - 244.
Irawanti, S. (2006). Kajian sosial ekonomi dan
kelembagaan Taman Nasional Bantimurung-
Bulusaraung di Sulawesi Selatan. Info Sosial
Ekonomi. 6 (1) : 39 - 57.

78
Analisis Faktor-Faktor Penentu dalam Peningkatan Kondisi
Sosial Ekonomi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Budiman Achmad, Dian Diniyati, Eva Fauziyah dan Tri Sulistyati W

Simanjuntak, T. (2007). Analisis curahan tenaga Susilowati, S.H & Suhaeti, R.N.(2012). Dinamika
kerja dan pendapatan petani dafed pada Ekonomi Pedesaan di Jawa Barat. Akses
usahatani padi sawah. (Studi Kasus : Desa tanggal 28 Juni 2012,dari:Http://pus
Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, taka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr241025.
Kabupaten Simalungun). Skripsi.Tidak pdf.
diterbitkan. Departemen Sosial Ekonomi
Susilowati, S.H. & Maulana, M.(2012). Luas Lahan
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas
Usahatani dan Kesejahteraan Petani:
Sumatera Utara. Medan.
Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi
Sudaryanto, T., Saliem, H.P. & Pasaribu, S. (1981). Kebijakan Reforma Agraria. Akses tanggal 5
Pola penggunaan tenaga kerja di pedesaan: November 2012,dari:http://pse.
studi kasus di empat Desa Kabupaten Kudus litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=co
dan Klaten, Jawa Tengah. Pusat Penelitian m_content&task=view&id=849&Itemid=60.
Agro Ekonomi. Badan Penelitian dan Pe-
Wahyono, T. (2002). 36 Jam Belajar Komputer.
ngembangan Pertanian. Departemen
Analisis Data Statistik dengan SPSS 14. Hlm.
Pertanian.
201 - 207.Jakarta: PT. Elex Media Kom
Supriadi, H. & Saliem, P.H. (2006). Kondisi sosial putindo.
ekonomi dan implikasi kebijakan terhadap
upaya pengembangan pertanian di Lahan
Kering Marginal. Akses tanggal 24 September
2012, dari:Http://ntb.litbang.deptan.go.
id/ind/2006/SP/kondisisosial.doc.

79

You might also like