Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 9
KOMPOSISI NUTRISI PAKAN AYAM RAS PEDAGING MASA AKHIR (BROILER FINISHER) DARI BEBERAPA BAHAN PAKAN LOKAL (NUTRITION FOOD COMPOSITION BROILER FINISHER FROM SEVERAL LOCAL FOOD MATERIAL) Nasruddin Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan nutrisi pakan ayam yang bersumber dari bahan pakan lokal. Bahan pakan lokal yang digunakan untuk penelitian ini adalah tepung bekatul, dedak padi, ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam. Bahan pakan diformulasikan sesuai dengan rasio kecukupan nutrisi, selanjutnya dari beberapa formula tersebut dikukus, digiling dengan menggunakan gilingan ikan dan dijemur. Pelet pakan dilakukan pengujian yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar calcium, dan kadar fosfor. Pengujian terhadap pakan dari beberapa perlakuan menggunakan metoda SNI 01-3931-2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher). Hasil pengujian laboratorium terhadap pakan untuk formula pakan B dengan bahan tepung bekatul 25 g, dedak 19 g, tepung ampas tahu 12 g, tepung ikan 17 g, tepung kerang 5 g, tepung jagung 20 g, dan garam 2 g menghasilkan kadar air 7,640%, protein 22,850%, lemak 6,114%, abu 6,320%, calcium 0,914%, dan fosfor 0,817%. Untuk parameter tersebut memenuhi persyaratan SNI 01-3931-2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) Kata kunei : Bahan pakan lokal, nutrisi pakan, pakan ayam. Abstract This research aims to study the hutritional content of chicken feed is sourced from local feedstuffs. Local feed ingredients used in this study are wheat bran, rice bran, tofu waste, fish meal, shellfish flour, cornstarch and salt. Feed ingredient is formulated in accordance with nutrient adequacy ratio, then from some formula steamed, rolled with a rolling pin and dried fish. Pellet feed testing including moisture content, protein content, fat content, ash content, calcium content, and phosphorus levels. Tests on the feed from several treatment SNI 01-3931-2006 using method of feeding broiler final period (broiler finisher). Results of laboratory testing of food to feed formula B with 25 g of wheat bran, rice bran 19 g, 12g flour tofu waste, fish meal 17 9, 5 g shellfish flour, com flour 20 g, 2g salt and water content of 7,640% yield, 22,850% of protein, fat 6,114%, 6,320% ash, calcium 0,914% and 0,817% phosphorus. For these parameters meet the requirements of SNI 01-3931-2006 broiler feed the final period (broiler finisher). Keywords : Local feed ingredients, nutritional feed, chicken feed. PENDAHULUAN cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan. protein masyarakat (Mangisah, 2003). Ayam jenis ini mempunyai keunggulan karena Ayam pedaging (Broiler) saat ini telah banyak ditemakkan sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang 144 mengalami pertumbuhan yang lebih cepat untuk kurun waktu umur pemeliharaan 7 — 8 minggu dapat mencapai berat 1,8-2,0 Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 Kg. Percepatan pertumbuhan ayam pedaging sampai siap untuk dipotong dipengaruhi oleh jenis pakan/ransum yang diberikan. Leeson dan Summers (2001) menyatakan pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan pakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama konsentrat dan kelompok kedua bahan berserat. Mutu dan kualitas pakan_baik kandungan nutrisi maupun jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam sangat menentukan percepatan_pertumbuhan ayam. Pakan ayam pedaging harus mengandung unsur protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air dengan tujuan untuk menjamin pertambahan berat badan yang optimal selama masa pertumbuhan. Menurut Yunus (1991) dan Mudjiman (2000), akan yang baik adalah pakan yang mengandung semua zat-zat_makan berupa protein, lemak, air, vitamin, karbohidrat, dan energi. Zat-zat yang terkandung dalam pakan hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang, sebab keseimbangan zat-zat yang terkandung dalam pakan berpengaruh terhadap daya cera ayam (Tillman etal., 1991), Menurut persyaratan SNI 01-3931- 2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) kadar air maksimum 14,0%, protein kasar minimum 18,0%, lemak kasar maksimum 8,0%, serat kasar_maksimum 6,0%, abu maksimum 8,0%, calcium (Ca) 0,90 - 1,20%, fosfor (P) total 0,60- 1,00%, fosfor (P) tersedia minimum 0,40%, total aflatoksin maksimum 50,00 hg/Kg, energi termetabolis (ME) minimum 2900 Kkal/Kg, asam amino seperti: lisina minimum 0,09%, metionin minimum 0,30% dan Metionin + Sistin minimum 0,50%. Kebutuhan gizi ayam buras lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam ras. Ayam buras dewasa yang berumur lebih dari 22 minggu memerlukan protein 14%, calcium 3,4%, fosfor 0.34% dan energi metabolis (energi dalam pencernaan) 2400-2600 Kkalkg (Sinurat, 1991). Pembuatan pakan ayam buras’ terutama untuk meningkatkan nutrisinya sesuai dengan persyaratan SNI telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu antara lain dengan menggunaka jagung, kedele, tepung temulawak. Yunilas et al., (2005) telah melakukan penelitian untuk menguji pemberian tepung temulawak dalam pakan terhadap kualitas karkas (warna, tesktur, dan pH) ayam broiler umur 6 minggu. Selanjutnya Yunilas et al., (2005) melaporkan, pemberian tepung temulawak sampai level 4% dalam pakan tidak. berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna daging, tekstur daging dan pH daging. Bahan pakan lokal seperti bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan jagung dan tepung kerang berpotensi bila digunakan sebagai bahan_ untuk campuran pembuatan pakan ternak ayam pedaging. Indonesia sebagai negara agraris setiap tahun mampu menghasilkan 47 juta ton padi, dari jumiah ini dapat dihasilkan 32 juta ton beras per tahun (Ukun, 2002). Bekatul sebagai hasil samping penggilingan padi berasal dari lapisan luar karyopis beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi. Meskipun bekatul tersedia melimpah di Indonesia, namun pemanfaatan untuk konsumsi manusia masih terbatas. Nilai gizi bekatul sangat baik, diantaranya mengandung vitamin B, vitamin E, asam leak esensial, serat Pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat (Ardiansyah, 2004), Bekatul mengandung gizi yang baik yaitu asam amino lisin yang lebih tinggi, protein, sumber asam lemak tak jenuh, dan serat. Kandungan nutrien bekatul terdiri dari air 15%, protein kasar 14,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,7%, serat kasar 7,4% , lemak kasar 7,4%, abu 7,0%, protein dapat dicerna 10,8% dan martabat pati (MP) = 70% (Lubis, 1992). Menurut Santosa (1995) bekatul mengandung BK 85%, PK 14%, TDN 87,6%, calcium 0,1% dan fosfor 0,8%. Di samping zat gizi, bekatul juga mengandung komponen bioaktif seperti antioksidan tokofero! (vitamin E), tokotrienol, oryzanol, dan pangamic acid Dinamika Penelitian BIPA Yol. 21 No. 38 Tahun 2010 145 acid (vitamin B15) (Ardiansyah, 2004). Menurut Ukun (2002), 100 gram bekatul mengandung minyak 22,13 gram. Lebih dari 90% asam lemak utama yang terdapat dalam minyak bekatul adalah asam linoleat dan asam oleat serta asam palmitat (Puslittan Bogor, 2000) Kandungan serat untuk 100 gram bekatul antara 7-11 gram, disamping mengandung serat yang tinggi bekatul mempunyai kelemahan yaitu baunya yang langu dan wama yang kurang menarik. Adanya kelemahan ini bila dimanfaatkan untuk produk pangan sangat mempengaruhi sifat organoleptik dan penerimanya (Anonim, 2010). Berdasarkan uraian diatas tentang sifat fisika kimia bekatul sebagai salah satu bahan pakan lokal, maka penelitian (i bertujuan untuk =memformulasikan bekatul dengan bahan pakan lokal lainnya seperti tepung ampas tahu, tepung kerang dan bahan pakan lainnya sebagai bahan campuran untuk pembuatan pakan ayam pedaging. METODA PENELITIAN A. Bahan Bahan yang digunakan untuk Penelitian ini terdiri dari: tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan tepung kerang, tepung jagung, dan garam. B. Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain: bleander, neraca, baskom plastik, kukusan dan gilingan ikan. C. Metoda Penelitian Prosedur Penelitian Tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan tepung kerang, tepung jagung dan garam sesuai formula (Tabel 1) dengan basis 100% campuran dilakukan proses pencampuran sampai homogen, setelah homogen_dikukus dengan alat kukusan selama 30 menit. Hasil kukusan dibuat pelet pakan dengan menggunakan gilingan ikan. Pelet pakan dikeringkan dengan cara _menjemur sampai kadar air maksimum 7,00%. 146 Untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan dari masing-masing perlakuan dilakukan pengujian laboratorium yang mengacu pada beberapa parameter SNI 01-3931-2006 yang meliputi kandungan air, protein, lemak, abu, calcium dan fosfor. ‘Tabel 1. Formula Pakan Tey Deak par Topona— Beauty “Toha “kan o oe a Bo 8 2 ow (Seasons era eal BD & m8 — 0 6 a5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis laboratorium kandungan nutrisi pakan dari_masing- masing formula perlakuan (Tabel 1) diperlihatkan pada Tabel 2. Data dari hasil_pengujian terhadap pakan menunjukkan masing-masing perlakuan kandungan nutrisinya_mempunyai perbedaan cukup signifikan terutama untuk analisis protein, lemak, abu dan calcium. Tabel 2. Hasil Analisis Pakan Rode hi Fists Tarak Ras Caldas Faso 6) mw A Tera —Twsis A728 6716 0985 oa B. Teo 72850 61's 6220 oot Oat? © 7701 tops 724 Saat 1590 O80 D734 tar G47 Gate tee 020 E7309 107076246 625 1303 0.300 A.Air Air merupakan bahan pakan utama yang tidak dapat diabaikan, tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar- benar termasuk kebutuhan utama (Haryanti, 2009). Hasil analisis kadar air pakan dari masing-masing formula pakan berdasarkan dari hasil uji laboratorium menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Kadar air yang terkandung dalam pakan dipengaruhi oleh sejumlah air yang masuk kedalam molekul-molekul bahan pada saat bahan pakan diuapkan sebelum dicetak. Air yang terkandung dalam pakan adalah air yang Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010

You might also like