Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ISSN: 1979-9292

JURNAL IPTEKS TERAPAN


Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

TINJAUAN AKUMULASI SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGGUAN


FUNGSI GINJAL STADIUM TIGA
Muslim Suardi1,3, Raveinal2, Lisa Oktia Sari1, Lailaturrahmi3*
1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis, Padang 25163
2
Subbagian Alergi Imunologi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr. M.
Djamil, Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang 25127
3
Program Studi Farmasi, Universitas Mohammad Natsir, Bukittinggi 26136
e-mail: lailaturrahmi.rts@gmail.com

1-11-2016, Reviewed: 6-11- 2016, Accepted 4-01-2017


https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i1.509

Abstract
Ceftriaxone is a third-generation cephalosporin which are excreted mostly via the kidneys. Drugs which are
eliminated primarily by the kidneys may accumulate in patients with impaired renal function. Ceftriaxone is
widely used in DR.M.Djamil Hospital Padang. The dosage adjustment for this drug has not yet performed in the
hospital so far. This study was conducted in patients who suffered from stage 3 renal failure, received
ceftriaxone therapy, and were 20-65 years of age. Urine samples were collected from patient at 4, 4.5, 5.75, 6.5,
7.75, and 8.25 hours after drug administration. Samples were analyzed using capillary electrophoresis. The
buffer used was sodium tetraborate with pH of 9, concentration of 50 mM and pKa 9,24. The absorbance of
solutions were measured at wavelength of 241.2 nm. From the standard calibration curve of ceftriaxone, the
equation of Y = 4.455x - 2.297 (R2 = 0.995), (SD =1.40) was obtained. The elimination rate and elimination
half life were 0.046/h and 15,06 h, respectively. Du cumulative and acumulation fraction of drug were 365.10
mg and 0.33 (33%), respectively. Dmax and Dminwere 2,985 and 985 mg, respectively. The accumulation index of
the drug was 1.49. Cl. It is concluded that ceftriaxone accumulates in the patient until day 9 of drug
administration
Keywords: ceftriaxone, impaired renal function, capillary electrophoresis, drug elimination

Abstract
Ceftriaxone merupakan sefalosporin generasi ketiga yang sebagian besar diekskresikan melalui ginjal. Obat-
obatan yang utamanya dieliminasi oleh ginjal dapat terakumulasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Seftriakson digunakan secara luas di RSUP Dr. M. Penelitian ini dilakukan pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi ginjal stadium 3, menerima terapi seftriakson, dan berusia 20-65 tahun. Sampel urin
dikumpulkan dari pasien pada 4; 4,5; 5,75; 6,5; 7,75; dan 8,25 setelah pemberian obat. Sampel kemudian
dianalisis menggunakan elektroforesis kapiler. Dapar yang digunakan adalah natrium tetraborat dengan pH 9,
konsentrasi 50 mM, dan pKa 9,24. Absorban larutan diukur pada panjang gelombang 241.2 nm. Dari kurva
kalibrasi standar seftriakson, diperoleh persamaan Y = 4,455x – 2,297 (R2 = 0,995), (SD =1,40). Laju
eliminasi dan waktu paruh eliminasi adalah 0,046/jam dan 15,06 jam, masing-masingnya. Du kumulatifdan
fraksi akumulasi obat adalah 365,10 mg dan 0,33 (33%), masing-masingnya. Dmax dan Dmin adalah 2.985 dan
985 mg, masing-masingnya. Cmaxdan Cminadalah 224,43 dan 74,06 mg/L, masing-masingnya. Indeks akumulasi
seftriakson diperoleh sebesar1,49. Cl. AUC0˜ dan CpO adalah 0.612 L/jam, 3,268 mg jam/Ldan 150,37 mg/L,
masing-masingnya.Seftriakson terakumulasi pada pasien hingga hari kesembilan pemberian obat.
Kata kunci: seftriakson, gangguan fungsi ginjal, elektroforesis kapiler, eliminasi obat

KOPERTIS WILAYAH X 43
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

PENDAHULUAN ekskresi ginjal (Suryawati,1984).


Seftriakson merupakan antibiotik
Dalam menentukan dosis obat golongan sefalosporin generasi ketiga.
suatu individu, seringkali perlu diberikan Sefalosporin termasuk golongan
perhatian khusus sehubungan dengan antibiotik betalaktam. Aktivitas
kemampuan tubuh individu untuk antimikroba sefalosporin ialah dengan
mengeliminasi obat yang diberikan. Hal menghambat sintesa dinding sel mikroba,
ini dapat ditemukan pada individu yang dihambat ialah reaksi
dengan usia lanjut, bayi, kelainan fungsi transpeptidase tahap ketiga dalam
alat-alat eliminasi, atau karena terjadi rangkaian reaksi pembentukan dinding
interaksi dengan obat lain sehingga sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman
eliminasinya terhambat. Untuk gram positif maupun gram negatif tetapi
mengetahui kemampuan tubuh spektrum antimikroba berbeda untuk
mengeliminasi obat tertentu, pengukuran masing-masing derivatnya. Antibiotik ini
parameter-parameter kinetika eliminasi diekskresikan diginjal sebanyak 33-67%
dapat digunakan. Pengukuran parameter- dan sisanya dimetabolisme di hati dan
parameter ini meliputi kecepatan dikeluarkan bersama feses (Deddy,
eliminasi (ke), waktu paruh biologis (t1/2) 2011).
dan klirens tubuh total (Cl) yang Penggunaan seftriakson di rumah
memerlukan pengambilan sampel darah sakit sebagai terapi banyak digunakan,
secara serial selama waktu tertentu hal ini juga telah dibuktikan oleh hasil
(Suryawati,1984). penelitian yang dilakukan Wulan Lestari
Untuk obat-obat yang mengalami pada tahun 2011 yang mendapatkan
eliminasi dengan cara ekskresi melalui persentase penggunaan seftriakson di
ginjal, dengan mengukur nilai klirens RSUP DR.M.DJAMIL Padang yaitu
ginjal kita mendapatkan gambaran (31,43%). Penggunaan seftriakson
kemampuan tubuh untuk mengeliminasi sebagai terapi diberikan 1x sehari dengan
obat tersebut. Klirens ginjal suatu obat dosis pemberian sebanyak 1x2 gram di
didefinisikan sebagai volume darah yang injeksikan intravena (IV Bolus). Dari
dapat dibersihkan dari obat tersebut oleh hasil observasi yang dilakukan di bangsal
ginjal per satuan waktu, sehingga penyakit dalam RSUP DR.M.DJAMIL
sebenarnya nilai klirens ginjal ini Padang pada umumnya pasien yang
merupakan suatu ukuran yang dirawat memperoleh terapi seftriakson.
menggambarkan kemampuan ginjal Pemberian seftriakson ini tanpa
untuk membersihkan obat dari tubuh. dilakukan penghitungan dosis
Klirens ginjal merupakan hasil dari sebelumnya.
proses-proses filtrasi glomeruler dan Obat-obat yang eliminasinya
sekresi maupun reabsorpsi di sepanjang terutama melalui ekskresi ginjal akan
tubuli renis (Suryawati,1984). terakumulasi dengan adanya gangguan
Klirens ginjal dapat diukur fungsi ginjal dan dapat menimbulkan
dengan menggunakan data urin. Banyak efek toksik bila aturan dosisnya tidak
manfaat yang dapat diambil dari disesuaikan (Shofa,2008). Penelitian ini
pengukuran kadar obat dalam urin. dilakukan pada pasien gangguan fungsi
Manfaat yang sangat besar dalam ginjal stadium tiga. Parameter yang
hubungannya dengan terapi obat untuk diamati yaitu melihat nilai serum
mengetahui kemampuan tubuh kreatinin dari pasien yang dihitung
mengeliminasi obat yang diberikan, bila menggunakan rumus Cockroft and Gault,
obat tersebut dieliminasi terutama dengan dimana akan didapatkan nilai laju filtrasi

KOPERTIS WILAYAH X 44
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

glomerulus pasien. Pada pasien gangguan khususnya di Sumatera Barat belum ada
fungsi ginjal stadium tiga laju filtrasi dilakukan.
glomerulusnya berkisar antara 30-59 Penelitian ini bertujuan untuk
mL/menit. mengetahui jumlah obat yang
Metode umum untuk analisis diekskresikan di dalam sampel urin satu
antibiotik sefalosporin termasuk teknik pasien gangguan fungsi ginjal stadium
mikrobiologi (Dolnýk,et.al,1982) dan tiga yang memperoleh terapi seftriakson.
kromatografi cair kinerja tinggi Selain itu untuk mengetahui kecepatan
(Samanidou,et.al,2004). Elektroforesis elimanasi seftriakson pada satu pasien
kapiler (CE) berkembang pesat dan telah gangguan fungsi ginjal stadium tiga,
terbukti menjadi teknik yang kuat untuk untuk mengetahui terjadinya akumulasi
analisis produk farmasi dan di bidang dosis seftriakson yang diberikan pada
analisis biomedis. satu pasien gangguan fungsi ginjal
Dalam dekade terakhir ini, stadium tiga dan untuk mengetahui
elektroforesis kapiler secara luas telah pengaruh kondisi satu pasien terhadap
digunakan dan menunjukkan teknik laju eliminasi seftriakson.
pemisahan yang cepat dan tepat. Karena
itu, elektroforesis kapiler merupakan METODE PENELITIAN
teknik yang ideal untuk analisis
multikomponen. Elektroforesis kapiler Alat dan bahan
lebih menguntungkan daripada HPLC Alat: Alat yang digunakan
dalam hal konsumsi pelarut, volume adalahelektroforesis kapiler (Agilent
sampel kecil dan analisis waktu lebih 7100, panjang kapiler 56 cm, diameter
pendek (Vera.et.al,2010). Akan tetapi kapiler 75 mikrometer dengan detektor
teknik ini memiliki masalah terhadap UV) vial, gelas ukur, beaker glas, pipet
hasil jika volume injeksi yang digunakan mikro, corong, masker, sarung tangan,
terlalu kecil (Nollet, 2004). botol penampung urin, kertas saring
Penelitian tentang kadar obat whatmann 0,2 µ, kertas perkamen, kertas
didalam urin telah dilakukan oleh pH, kertas saring, tissue, spatel , neraca
A.R.Solangi dkk pada tahun 2007 dalam analitik, spektrofotometri UV dan Speed
jurnal nya yang berjudul Quantitative 0,1µ .
analysis of eight cephalosporin Bahan: Bahan yang digunakan
antibiotics in pharmaceutical products adalahseftriakson murni, aquabidestilata,
and urine by capillary zone natrium tetraborat, natrium hidroksida
electrophoresis, ia meneliti tentang kadar dan urin pasien.
obat sefuroksim dan sefridin dalam urin
menggunakan elektroforesis kapiler,. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Penelitian tentang kadar seftriakson Kriteria Inklusi: Satu pasien pria
dalam urin telah dilakukan oleh Hanwen dewasayang berumur 20–65 tahun,
Sun dan Yanli Zuo dalam penelitiannya memiliki gangguan fungsi ginjal stadium
yang berjudul Effective Separation and tiga yang memperoleh terapi seftriakson
Simultaneous Detection of Ceftriaxone di instalasi rawat inap bangsal penyakit
Sodium and Levofloxacin in Human dalam RSUP Dr. M Djamil Padang dan
Urine by Capillary Zone Electrophoresis. mempunyai data nilai klirens kreatinin.
Dalam penellitian ini yang dijadikan Kriteria Eksklusi: Satu pasien pria
sampel adalah urin pasien di rumah sakit dewasayang tidak berumur 20–65 tahun,
Habey,China. Namun penelitian tentang tidak memiliki gangguan fungsi ginjal
seftriakson dalam urin dinegara Indonesia stadium tiga, tidak memperoleh terapi

KOPERTIS WILAYAH X 45
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

seftriakson di instalasi rawat inap bangsal volume dari urin kemudian diukur.
penyakit dalam RSUP Dr. M Djamil Kemudian urin disimpan dalam
Padang dan tidak mempunyai data nilai refrigerator sebelum dianalisis. Sampel
klirens kreatinin. urin disaring menggunakan kertas saring
Prosedur Kerja dan 1 mL urin ditambahkan aquadest
Pengukuran Panjang Gelombang sampai 5 mL. Sampel yang telah
SerapanMaksimum disiapkan, dianalisis dengan
Larutan induk disiapkan dengan elektroforesis kapiler. Prosedur analisis
konsentrasi 100 µg/mL. Panjang yang dilakukan sama dengan cara
gelombang maksimum seftriakson diukur pengujian larutan standar seftriakson.
dengan menggunakan spektrofotometer Analisis Data
UV pada rentang 200 – 400 nm.Panjang Hasil penelitian di analisis dengan
gelombang serapan maksimum menggunakan persamaan regresi dari
seftriakson yang diukur dengan kurva kalibrasi larutan standar. Laju
menggunakan spektrofotometer UV eliminasi diperoleh dari persamaan
adalah 241,2 nm. regresi logaritma antara Jumlah urin
Pembuatan Larutan Buffer dibagi waktu (Du/t) dengan waktu (t) titik
Buffer yang digunakan adalah buffer tengah pengumpulan sampel. Parameter
Natrium tetraborat pH 9 dengan farmakokinetik lain seperti fraksi obat,
konsentrasi 50 mM dengan pKa 9,24. nilai Dmaks, Dmin, Cmaks , Cmin, nilai R, Cp,
Buffer di buat dengan melarutkan 0,3092 Cl, AUC˜ dapat dihitung menggunakan
natrium tetra borat dalam 80 ml aqua rumus.
biddest kemudian di tambahkan NaOH
hingga pH buffer 9, cukupkan hingga 100 HASIL DAN PEMBAHASAN
mL dengan menambahkan
aquabidestilata. Dari nilai perhitungan standar kurva
Pengujian Larutan Standar kalibrasi seftriakson sebanyak lima
Larutan induk standar dibuat dari konsentrasi yaitu 2, 5, 8, 10 dan 14
seftriakson murni. Larutan standar µg/mL, diperoleh persamaan Y = 4,455x
seftriakson disiapkan dengan melarutkan – 2,297 dengan nilai R2 = 0,995 dan
50 mg seftriakson murni dalam 50 mL waktu migrasi seftriakson yang dianalisis
aquadest. Kemudian dari Iarutan induk dengan menggunakan elektroforesis
diencerkan menjadi beberapa konsentrasi kapiler adalah 9 menit. Berdasarkan hasil
yaitu 2, 5, 8, 10, dan 14 µg/mL . Sebelum Perhitungan dari kurva kalibrasi
diinjeksikan kapiler dibilas dengan air 0,5 seftriakson diperoleh nilai SD (standar
menit, natrium hidroksida selama 2 Deviasi) 1,40, LOD (limit ofdetection)
menit, air 0,5 menit dan buffer 2 menit. 0,94 µg/mL dan LOQ ( limit of
Sampel diinjeksikan dengan metode quantitation) 3,14 µg/mL.
hidrodinamik selama 4 detik dengan Setelah dilakukan pengumpulan sampel
tekanan 0,5 Psi, kemudian ditambahkan urin pasien selama 8,25 jam sebanyak 6
buffer Na tetraborat (pH 9) 50 mmol, titik pengumpulan urin diperoleh dengan
dengan potensial 30 KV dan dideteksi Ke (kecepatan eliminasi) 0,046/jam serta
dengan UV pada panjang gelombang t1/2 eliminasi 15,06 jam.
241,2 nm. Laju ekskresi seftriakson melalui
Pengujian Sampel ginjal (Ke) adalah 0,02/jam dan laju
Pengumpulan urin dilakukan tiap selang ekskresi non ginjal dari seftriakson
waktu tertentu (urin sewaktu). Urin adalah 0,026/jam. Dari hasil perhitungan,
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan didapatkan nilai Du kumulatif seftriakson

KOPERTIS WILAYAH X 46
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

yaitu 365,10 mg. Jumlah fraksi dosis mengekskresikan obat juga mulai
obat Seftriakson yaitu 0,33 (33 %) berkurang sehingga akan mempengaruhi
dengan nilai Dmaks 2.985 mg serta Dmin kemampuan ginjal untuk mengeliminasi
985 mg, Cmaks 224,43 mg/L, Cmin 74,06 obat.
mg/L dan indeks untuk pengukuran Nilai klirens kreatinin pasien yaitu
akumulasi obat (R) obat adalah 1,49. 49,35% (tabel 1), angka ini menunjukkan
Selain itu, parameter bahwa hanya sekitar 49,35% fungsi laju
farmakokinetika lainnya juga dihitung filtrasi glomerulus dari ginjal untuk
menggunakan rumus berdasarkan mengeksresikan obat. Perubahan dalam
literatur antara lain Cl, AUC˜, dan Cp o laju filtrasi glomerulus dapat
adalah nilai klirens (Cl) = 0,612 L/jam menggambarkan perubahan fungsi ginjal.
dan perhitungan nilai AUC 3.268 mgjam/ Ginjal merupakan organ yang penting
L dan konsentrasi plasma (Cpo) 150,37 dalam pengaturan kadar cairan tubuh,
mg/ L. keseimbangan elektrolit dan
Hasil penelitian didapatkan pembuangan–pembuangan metabolit sisa
jumlah obat kumulatif sampel urin (Du) obat dari tubuh. Kerusakan atau
setelah 8,25 jam pengambilan sampel degenerasi fungsi ginjal akan mempunyai
yang dianalisis dengan menggunakan alat pengaruh pada farmakokinetika obat.
elektroforesis kapiler adalah 365,10 mg Bila laju filtrasi glomerulus terganggu
dengan kecepatan eliminasi (Ke) atau menurun akan menyebabkan
0,046/jam serta t1/2 eliminasi 15,06 jam. akumulasi cairan dan produk– produk
Jika dibandingkan dengan literatur, nitrogen darah dalam tubuh yang
pasien yang memiliki nilai gangguan berlebihan. Pada umumnya suatu
fungsi ginjal pada stadium tiga penurunan filtrasi glomerulus akan
seharusnya memiliki nilai Ke 0,07/jam. mengakibatkan perpanjangan waktu
Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian eliminasi dari obat yang digunakan (
yang dilakukan oleh R.Wise dan N Shargel, 2004).
Wright menunjukkan t1/2 eliminasi yang Nilai klirens kreatinin pasien
didapatkan yaitu 9,7 jam. Sementara itu dapat dihitung dengan rumus berikut:
literarur lain juga menunjukkan bahwa
pada pasien gagal ginjal stadium tiga 140 − 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
memiliki nilai kecepatan eliminasi yaitu = 𝑚𝑚𝑜𝑙
0,05/jam dengan t½ 12,4 jam (Rochepin, 72. 𝐾𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 ( )
𝐿
2011).

Kecepatan eliminasi yang didapatkan 140 − 56 55


= = 49,35
berbeda dengan hasil dari literatur dapat (72)(1,3)
disebabkan karena kecepatan eliminasi
darisuatu obat juga dapat dipengaruhi Seftriakson memiliki ikatan protein
oleh kemampuan tubuh untuk plasma sebesar 80-95% .Obat – obat
mengekskresi obat. Seftriakson yang mengikat protein, lebih tertahan
diekskresikan di ginjal sebesar 33–67% dalam plasma karena obat – obat yang
dalam bentuk utuh melalui filtrasi terikat protein tidak dapat berdifusi ke
glomerulus, selebihnya di ekskresikan di dalam jaringan dan obat yang terikat
hati ditemukan di feses dalam bentuk protein dieliminasikan pada laju yang
obat dan komponen yang tidak aktif. lebih lambat. Obat yang terikat protein
Apabila ginjal bermasalah maka memiliki laju eliminasi yang lebih lambat
kemampuan ginjal untuk karena hanya sedikit obat bebas yang

KOPERTIS WILAYAH X 47
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

tersedia untuk filtrasi glomerulus dalam Failure, 2007):


ekskresi lewat ginjal. Karena itu
mengakibatkan konsentrasi plasma Kelas Gejala
menjadi lebih tinggi dan volume I Tanpagejala(Tidak ada
distribusi (VD) nya menjadi berkurang (Nor pembatasan: latihan fisik
(Shargel,2004). Namun pada pasien ini mal) biasa
tidak terjadi perubahan volume distribusi, semestinya tidak
karena terjadinya kenaikan pada AUC menyebabkan
(Area Under Curve) yaitu 3.268 mgjam/ kelelahan,dispneaataupalpit
L dan perubahan tetapan eliminasi yaitu asi).
0,046 /jam. Shargel (2004) menyatakan II Gejalamunculpadaaktivitas
volume distribusi tidak akan berubah (Ring ringan(Keterbatasansedikit
kecuali kalau kenaikan AUC tidak an) aktivitasfisik:nyamansaatist
disertai dengan perubahan tetapan laju irahattapikegiatanbiasadapa
eliminasi. Hal ini sesuai dengan literatur t menyebabkan
yang mengatakan bahwa volume kelelahan,palpitasi atau
distribusi untuk pasien gangguan fungsi dispnea).
ginjal stadium tiga adalah 13,3 L. III Gejalamuncul pada
Sedangkan tetapan laju eliminasi pasien (Seda aktivitas
gangguan fungsi ginjal stadium tiga ng) berat(Ditandai
menurut literatur adalah 0,05 (Rochepin, pembatasan
2011). aktivitasfisik:nyamansaatist
Berdasarkan literatur, seftriakson irahattapisedikitaktivitasbia
mengikuti Farmakokinetika non linier sadapatmenimbulkangejala.
(Joynt et.al, 2000). Obat yang IV Gejala muncul pada
mengikutifarmakokinetika non linier (Bera saatistirahat (Tidak
apabila terjadi kenaikan dosis atau t) dapatmelaksanakan setiap
pengobatan yang kronik dapat aktivitasfisik tanpa
menyebabkan penyimpangan pada profil ketidaknyamanan:gejala
farmakokinetika karena itu obat – obat gagal
yang mengikuti farmakokinetika jantung yang hadir bahkan
nonlinier disebut juga farmakokinetika saat
yang bergantung dosis. istirahat dengan
peningkatan
Faktor lain yang dapat ketidak nyamanan dengan
mempengaruhi kecepatan eliminasi aktivitas fisik).
seftriakson adalah penyakit yang diderita
oleh pasien. Pada data pasien (Tabel 2), Gagal jantung kronis dapat dikaitkan
pasien didiagnosa menderita gagal dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri
jantung (Cardiac Heart Failure/ CHF), (LVSD) atau disfungsi diastolik
bronkopneumonia dan hipertensi Stage 1. ventrikel kiri (LVDD). Hal ini dapat
Berdasarkan diagnosis pada (tabel 3). terus melibatkan disfungsi ventrikel
dituliskan bahwa pasien menderita gagal kanan (RVD) dalam tahap akhir.
jantung kelas II. Menurut New York Disfungsi sistolik ventrikel kiri berarti
HeartAssociation Classification of ventrikel kiri tidak cukup baik untuk
Congestive Heart Failure membagi kelas memompa keluar pasokan darah
gagal jantungini menjadi empat kelas beroksigensekitar perifer kontrak
yaitu (Management of Chronic Heart sirkulasi. Disfungsi ventrikel kiri

KOPERTIS WILAYAH X 48
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

diastolik berarti ventrikel kiri gagal meningkat maka produksi angiostensin2


untuk mengisi dengan benar karena akan banyak, hormon aldosteron juga
kekakuan ventrikel kiri atau aliran di akan meningkat, urin tertahan dan akan
katup mitral yang rusak. Hasilnya menyebabkan cairan menumpuk. Pada
adalah pasokan yang tidak memadai dari pasien ini juga terjadi vasokonstriksi
darah beroksigen ke sirkulasi sehingga menyebabkan alirandarah dari
perifer(Management of Chronic Heart dan menuju jantung tidak dapat terjadi
Failure, 2007). secara normal.
Vasokonstriksi pembuluh darah
Tabel 3. Diagnosa Pasien akan menyebabkan aliran darah menjadi
tidak normal sehingga tekanan darah
N menjadi tinggi dan dapat menyebabkan
o Diagnosa terjadinya hipertensi sesuai dengan
1 dignosa pada Tabel 3. Ginjal memiliki
. CHF FC II LVH RVH irama sinus pembuluh darah kecil yang berfungsi
HHD untuk menyaring darah, apabila
2 pembuluh darah ini rusak dapat
. BP menyebabkan aliran darah akan
3 menghentikan pembuangan limbah serta
. HF Stage 1 ex essensial cairan ekstra dari tubuh karena
berkurangnya kemampuan nefron
menyaring darah. Keadaan tersebut
Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan kelebihan cairan dan
secara luas dan juga menurunnya klirens natrium yang ada dalam aliran darah,
hepatik dapat menyebabkan perubahan kelebihan cairan ini memberikan tekanan
farmakokinetika karena terjadi ekstra pada dinding pembuluh darah
peningkatan angka ekstraksi hepatik. sehingga tekanan darah menjadi tinggi.
Pada pasien CHF juga terjadi penurunan Selain itu adanya kerusakan pada bagian
bioavaibilitas obat karena menurunkan ginjal tertentu terutama bagian
aliran darah ke saluran gastrointestinal korteks/lapisan luar, akan merangsang
dan terkumpulnya cairan edema pada produksi hormon renin yang akan
saluran gastrointestinal sehingga menstimulasi terjadinya peningkatan
absorbsi molekul obat menjadi sulit tekanan darah dan hipertensi. Tekanan
(Bauer, 2008). Kedaan ini dapat darah yang berlebih inilah yang menjadi
berpengaruh perubahan waktu paruh penyebab gangguan fungsi ginjal. Pada
eliminasi (t ½) obat. pasien gangguan fungsi ginjal laju filtrasi
Berkurangnya laju eliminasi pasien glomerulusnya berkurang, sehingga
mengakibatkan menurunnya klirens obat menyebabkan laju eliminasi akan
menjadi lebih lambat yaitu menjadi menjadi lebih lambat.
0,612L/jam, jika dibandingkan dengan
literatur pasien gagal ginjal stadium tiga Kecepatan eliminasi seftriakson juga
memiliki nilai klirens 0,742 L/jam. Hal dipengaruhi oleh adanya interaksi obat –
ini dapat terjadi sebagai akibat obat yang digunakan pasien.
menurunnya aliran darah ginjal karena Berdasarkan (Tabel 4) dapat
menurunnya curah jantung pada disimpulkan bahwa tidak ada obat –
penderita CHF sehingga menyebabkan obat yang digunakan pasien yang dapat
terjadinya umpan balik negatif (ginjal berinteraksi dengan seftriakson.
menghasilkan renin). Apabila renin Seftriakson dapat berinteraksi dengan

KOPERTIS WILAYAH X 49
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

probenesid yang dapat meningkatkan glukoronat dan konjugasi sulfat.


efek nefrotoksik, dan juga interaksi Obat lain yang digunakan sebagai
seftriakson dengan obat–obat diuretika terapi pada pasien yaitu ambroxol.
kuat seperti furosemid. Selain itu Ambroxol dapat berinteraksi dengan
kombinasi seftriakson dengan verapamil obat– obat untuk sindroma bronchitis
juga dapat mengakibatkan kenaikan (glikosida jantung, kortikosterida,
toksisitas verapamil. Penggunaan bronkapasmolitik, diuretik dan
Seftriakson bersama Na-diklofenak antibiotik). Walaupun ambroxol
jugadapat meningkatkan klirens memiliki efek diuretik, tapi efeknya
seftriakson (Stockley,I.V,1996). sangat lemah sehingga dapat
disimpulkan tidak ada interaksi antara
Tabel 4. Obat-obat yang digunakan seftriakson dengan ambroxol
pasien (Stockley,I.V,1996).

N
o Tabel 5. Parameter Farmakokinetika
. Obat yang diamati pada pasien.
1
. Injeksi seftriakson 1 x 2g Parameter Nilai
2 Farmakokinetika
. Azitromisin 1 x 500 mg Nilai Akumulasi
3 (f) 0,33
. Ambroxol 3 x 1 Hari terjadi Hari ke
4 akumulasi sembilan
. PCT 3 X1 Dmaks (mg) 2.985
5 Dmin (mg) 985
. Balance Cairan Indeks akumulasi 1,49
6 Cmaks (mg/L) 224,43
. Ist/DJ II RG II Cmin (mg/L) 74,06
7 Klirens Obat
. IV FD D5% 12 J/L (L/jam) 0,612
Nilai AUC (mg
jam/L) 3.268
Obat–obatan lain yang diberikan Konsentrasi
selain seftriakson. Pasien juga diberikan Plasma 150,37
terapi antibiotik azitromisin, walaupun (mg/L)
azitromisin diekskresikan di ginjal dan
memiliki waktu paruh 68 jam obat ini Fraksi dosis obat seftriakson yang
tidak berinteraksi dengan seftriakson. didapatkan adalah 0,33. Ini berarti pada
Azitromisin berinteraksi dengan obat – saat akhir pemberian dosis (sebelum
obat seperti karbamazepin, simetidin, pemberian dosis berikutnya) jumlah obat
metil prednisolon, teofilin, zidovudin , yang tinggal dalam tubuh adalah 33%
obat – obat anastesi,obat asma, serta dari jumlah obat yang ada dari dosis
antasid. Penggunaan Parasetamol juga sebelumnya. Berdasarkan perhitungan
tidak berinteraksi dengan seftriakson yang didapatkan dari fraksi jumlah
walaupun hasil metabolit parasetamol kumulatif obat juga didapatkan data
ini diekskresikan di urin yaitu asam jumlah obat maksimum dan jumlah obat

KOPERTIS WILAYAH X 50
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

minimum dari seftriakson. Dengan


menganggap nilai F pemberian IV yaitu
1 dengan nilai Dmaks 2.985 mg serta Dmin
985 mg serta indeks akumulasi dari obat
yaitu 1,49. Pada perhitungan jumlah
fraksi obat yang tinggal dalam tubuh
disimpulkan setelah sembilan hari
pemberian obat jumlah obat yang tinggal
pada hari berikutnya akan sama. Jadi jika
pemberian obat dihentikan maka jumlah
obat yang terakumulasi dalam tubuh
akan sama dengan obat yang tersisa pada
hari kesembilan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan


bahwa akumulasi seftriakson pada pasien
gangguan fungsi ginjal stadium tiga
terjadi sampai hari kesembilan pemberian
obat dengan jumlah obat maksimal
(Dmaks) adalah 2.985 mg sementara itu
pemberian seftriakson diberikan selama
tujuh hari, dari perhitungan yang
didapatkan pada hari ketujuh pemberian
obat, nilai Dmaks nya yaitu 2.983 mg.
Dalam penelitian ini, belum dapat
disimpulkan apakah seftriakson mencapai
kadar toksik atau tidak karena belum ada
data yang menyatakan nilai Minimum
ToxicityConcentration (MTC) dari
seftriakson.

KOPERTIS WILAYAH X 51
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Seftriakson

Kurva Kalibrasi Seftriakson

70.00
60.00 60.60
)(mAU*s

50.00
40.00 40.71

.04 y = 4.4554x - 2.2978


30.00
Kurva

R² = 0.9954
20.00
18.62
10.00
Area dibawah

7.30
0.00

0 5 10 15
Konsentrasi µg/mL
Lua
s

Gambar 2. Kurva Kecepatan Eliminasi Seftriakson

Kurva Kecepatan Eliminasi Seftriakson

KOPERTIS WILAYAH X 52
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

1.7

1.68 1.68
u Log

1.66
D /t (mg)

1.64 1.64

1.62 1.62
1.6 1.60
1.59
1.58
1.56
1.55

1.54
0 2 4 6 8 10
t titik tengah (jam)

KESIMPULAN w Hill.
Deddy,S.P. 2011.
Perubahan fungsi organ tubuh seperti MonografiSeftriakson
gangguan fungsi ginjal dan jantung (Sefalosporin Generasi
akan berpengaruh pada parameter ketiga).Riau: FK UNRI.
farmakokinetika seperti kecepatan Joynt.2000.The Pharmakokinetics of
eliminasi, waktu paruh eliminasi, dan Once Daily Dosing of
klirens obat. Penurunan laju eliminasi Ceftriaxone in Critically ill
ini dapat dipengaruhi oleh penyakit Patients.J.Of Antymicrobial, 47.
pasien yang mengalami gagal jantung Management of Chronic Heart
dan hipertensi sehingga ekskresi obat Failure.2007. Edinburgh :
menjadi lambat. Dari hasil penelitian, Scottish Intercollegiate
dapat disimpulkan bahwa akumulasi Guidelines Network.
seftriakson pada pasien ini terjadi McEvoy, Gerald.2008. AHFSDrugs
sampai hari kesembilan pemberian obat Information. USA:American
dengan jumlah obat maksimal (Dmaks) Society of health system
adalah 2.985 mg. pharmacists.
Nollet, 2004. Analisa Rhodamin B dan
DAFTAR PUSTAKA Metanil Yellow dalam Minuman
Jajanan Anak SD di Kecamatan
Bauer,L. 2006. Clinical Laweyan Kotamadya Surakarta
Pharmakokinetics Metode Kromatografi Lapis
Handbook.Washington:McGra Tipis. Skripsi. Surakarta:

KOPERTIS WILAYAH X 53
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V11.i1 (43-54) E-ISSN: 2460-5611

Universitas Muhamadiyah. Papadoyannis. 2004. J.


Purnama,A.2012. Pengaruh Chromatogr. B, 809, 175
Penggunaan Kemoterapi
Cisplatin – Docetaxel dan
Cisplatin 5FU terhadap klirens
kreatinin pasien kanker
nasofaring di RS kanker
Dharmais Jakarta.
Padang:Skripsi fakulta farmasi
Universitas Andalas.
R.Wise, Wright.1985. The
Pharmakokinetics of
Cefotaxime and Ceftriaxone in
Renal and Hepatic
Dysfunction.Munchen :
Medichine VerlagGmbH
Munchen.
Rochepin.2011. CeftriaxoneSodium.
USA :Hoffmann – La Roche
Inc.
Shargel, L, Andrew, BC.
1988.Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Klinik Edisi 2
Terjemahan. Airlangga
UniversityPress.
Shargel, L., Andrew, B.C., Sussanna,
Wu. 2004. Apllied
Biopharmaceutics
andBiopharmakokinetics fifth
edition. Appleton Century
Croft.
Stockley,I.V.1996. DrugsInteraction.
Singapore : University
PressCambridge.
Suryawati,S.1984. PengukuranKlirens
Ginjal Obat.
Yogyakarta:Universitas Gajah
Mada Press.

Vera-Candioti L, Olivieri,
A.C.,Goicoechea, H.C.. 2010.
Development of anovel strategy
for preconcentration
ofantibiotic residues in milk and
their quantitation by capillary
electrophoresis. Talanta, 82:
213-221.
V.F. Samanidou,A.S. Ioannou & I.N.

KOPERTIS WILAYAH X 54

You might also like