Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL APARATUR PEMERINTAH DENGAN


MOTIVASI KERJA DAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada SKPD Pemerintah Daerah Kota Padang)

Oleh :

SILMILIAN
2008/02168

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode Maret 2013
1
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
APARATUR PEMERINTAH DENGAN MOTIVASI KERJA DAN INTERNAL LOCUS OF
CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada SKPD Pemerintah Daerah Kota Padang)

Silmilian
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email: lian_silmi@yahoo.co.id
ABSTRACT

Managerial performance is one factor that can be used to improve organizational effectiveness. In
order for these objectives to be achieved effectively it is necessary to pay attention to participation in
budgeting and greater motivation and internal locus of control in relation to decisions related to the
budget. This study aimed to examine the effect of participation in budget preparation on managerial
performance of government apparatus with motivation and internal locus of control as a moderating
variable. The population in this study was Unit (SKPD)Padang. This study used total sampling
techniques sampling. Testing this hypothesis, the author used primary data that collected by
spreading the questionnaire. Data were analyzed, using Moderated Regresion Analyisis (MRA). The
result of statistical test provided that: one hypothesis (H1) was accepted and two hypotheses (H2 ,
H3) were rejected. It is recommended that the government apparatus further enhance closer
cooperation in the preparation of the budget. For further research, preferably using data collection
method by field surveys and interviews to assess the extent of influence between variables and are
advised to consider the use of motivation and internal locus of control variable as variables moderate
the relationship of participation in budget preparation on managerial performance of government
apparatus.

Keywords: managerial performance of government apparatus, participation in budget


preparation, motivation, and internal locus of control.

ABSTRAK

Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas
organisasi. Agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif maka perlu memperhatikan partisipasi
dalam penyusunan anggaran serta adanya motivasi kerja yang tinggi dan internal locus of control
dalam hubungan keputusan yang berkaitan dengan anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparatur pemeritah
dengan motivasi kerja dan internal locus of control sebagai variabel moderating. Populasi dalam
penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Padang. Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel secara total sampling. Untuk menguji hipotesis ini penulis
menggunakan data primer dengan cara menyebar kuesioner. Setelah data dianalisis, yang
menggunakan analisis Moderated Regresion Analyisis (MRA) ditemukan satu hipotesis diterima dan
dua hipotesis ditolak. Untuk itu disarankan agar aparatur pemerintah lebih meningkatkan kerjasama
yang lebih erat dalam penyusunan anggaran. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan
metode pengumpulan data dengan cara survei lapangan dan wawancara untuk menilai sejauhmana
pengaruh antar variabel serta disarankan untuk mempertimbangkan penggunaan variabel motivasi
kerja dan internal locus of control sebagai variabel yang memoderasi hubungan partisipasi
penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparatur pemerintah.

Kata kunci: kinerja manajerial aparatur pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran,


motivasi kerja, dan internal locus of control.

2
I. PENDAHULUAN supervises, pengaturan staf, negosiasi dan
Organisasi pemerintah daerah merupakan representasi (Mahoney et al, 1963 dalam
lembaga yang menjalankan roda pemerintah Sumarno, 2005). Sistem pengukuran kinerja
yang sumber legitimasinya berasal dari diharapkan dapat mempengaruhi hasil kerja dari
masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang pemimpin organisasi yang dalam hal ini adalah
diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara kinerja manajerial. Seseorang yang memegang
pemerintah harus diimbangi dengan kinerja yang posisi manajerial diharapkan mampu
baik, sehingga pelayanan dapat ditingkatkan menghasilkan suatu kinerja manajerial yang
secara efektif dan menyentuh pada masyarakat. tinggi.
Hal ini semakin diperkuat dengan adanya Salah satu alat yang digunakan
pemberlakuan sistem desentralisasi pada tata manajemen dalam melakukan perencanaan dan
pemerintahan dalam era otonomi daerah. pengendalian jangka pendek dalam organisasi
Kebijakan otonomi daerah pada dasarnya adalah anggaran. Anggaran merupakan
diarahkan untuk mendorong peningkatan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
kapasitas pemerintah daerah dalam memberikan hendak dicapai selama periode waktu tertentu
pelayanan kepada masyarakat secara lebih efektif yang dinyatakan dalam ukuran finansial,
dan efisien. Kedekatan organisasi pemerintah sedangkan penganggaran adalah proses atau
pada level daerah diharapkan lebih mampu metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.
menerima aspirasi riil masyarakat tentang Penganggaran dalam organisasi sektor publik
pelayanan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, merupakan tahapan yang cukup rumit dan
diharapkan ada input yang diperoleh dalam mengandung nuansa politik yang tinggi.
rangka perencanaan pembangunan sehingga Menurut Mardiasmo (2002:61),
tidak ada kesenjangan antara perencanaan penganggaran sektor publik terkait dengan proses
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
baik program dan anggaran dengan kebutuhan program dan aktivitas dalam satuan moneter.
riil masyarakat. Dan menurut Indra (2006:163), sistem
Menurut Indra (2006) kinerja adalah penganggaran berfungsi sebagai alat untuk
gambaran pencapaian pelaksanaan suatu mengalokasikan sumber daya dalam bentuk
kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam barang dan jasa yang ada ke dalam masyarakat.
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi Pada organisasi sektor publik, anggaran dapat
organisasi. Secara umum, kinerja merupakan digunakan untuk menilai kinerja para pimpinan
prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam SKPD, sehingga anggaran mampu
periode tertentu. Ukuran kinerja suatu organisasi mempengaruhi perilaku dan kinerja manajerial.
sangat penting, guna evaluasi dan perencanaan Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya
masa depan. Beberapa jenis informasi yang dan menentukan bidang-bidang masalah dalam
digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam organisasi dengan membandingkan hasil kinerja
rangka menjamin bahwa pekerjaan yang manajerial yang telah di anggarkan secara
dilakukan telah dilakukan secara efektif dan periodik.
efisien. Dengan demikian mengukur kinerja tidak Agar suatu anggaran tepat sasaran dan
hanya informasi finansial tetapi juga informasi sesuai dengan tujuan maka diperlukan kerjasama
nonfinansial. yang baik antara bawahan dan atasan dalam
Kinerja manajerial adalah kecakapan penyusunan anggaran. Karena proses
manajer atau pemimpin suatu organisasi dalam penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan manajerial penting dan kompleks, adanya kemungkinan
antara lain perencanaan, investigasi, koordinaasi, akan menimbulkan dampak fungsional dan
1
disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggaran dengan kinerja manajerial mengingat
anggota organisasi (Dedi, 2007). Untuk keterlibatan manajer atau individu suatu
mencegah dampak disfungsional anggaran organisasi dalam proses penyusunan anggaran
tersebut, kontribusi terbesar dari kegiatan tidak dapat dipisahkan dari sikap terhadap situasi
penganggaran terjadi jika semua pihak kerja dan perilaku individu khususnya manajer
diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam atau pemimpin yang ditampilkan melalui sikap
penyusunan anggaran. Partisipasi adalah suatu dan keyakinan di dalam visi mereka dalam
proses pengambilan keputusan bersama oleh dua organisasi.
bagian atau lebih dimana keputusan tersebut Motivasi menurut Robbins (2007) adalah
akan memiliki dampak masa depan. Partisipasi proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah
anggaran pada sektor publik terjadi ketika antara laku manusia berdasarkan pengetahuan apa yang
pihak eksekutif yaitu pemerintah daerah, membuat orang bergerak. Salah satu fungsi
legislatif yaitu DPRD, dan masyarakat bekerja anggaran adalah sebagai alat untuk memotivasi
sama dalam pembuatan anggaran. Namun dalam para pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas
penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada atau mencapai tujuan. Dan dalam konteks
partisipasi yang dilakukan oleh pemerintah partisipasi penyusunan anggaran sebagai suatu
daerah dan pengaruhnya terhadap kinerja mekanisme dalam pertukaran informasi, dapat
manajerial aparatur pemerintah itu sendiri. memungkinkan karyawan dan pimpinan untuk
Masalah-masalah yang berkaitan dengan memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang
hubungan partisipasi penyusunan anggaran dan pekerjaan mereka. Sehingga hal itu akan sangat
kinerja manajerial aparatur pemerintah membantu para karyawan dan pimpinan yang
merupakan masalah yang banyak diperdebatkan, memiliki motivasi tinggi untuk memperbaiki
bukti empiris memberikan hasil yang bervariasi kinerja, sebaliknya karyawan dan pimpinan yang
dan tidak konsisten. Dalam beberapa kasus pada memiliki motivasi yang kurang tidak akan
organisasi pemerintah menunjukkan hasil memperbaiki kinerja mereka.
penelitian terdapat pengaruh positif dan Selain motivasi kerja, Locus Of Control
signifikan mengenai partisipasi penyusunan diduga dapat menjadi variabel pemoderasi di
anggaran terhadap kinerja manajerial aparatur dalam penelitian ini dikarenakan pada dasarnya
pemerintah, sebagai contoh Brownell (1982), kinerja seorang manajerial ditentukan oleh
Indriantoro (1993) dalam Sumarno (2005), dan kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal dari
Arifah (2007) dalam Septi (2010) yang dalam individu yang disebut dengan faktor
menemukan bahwa terdapat hubungan positif individual dan kondisi yang berasal dari luar
dan signifikan antara partisipasi dalam individu yang disebut faktor situasional. Dan di
penyusunan anggaran dan kinerja aparatur dalam salah satu faktor individual tersebut
pemerintah. Sedangkan Kenis (1979) dalam terdapat locus of control (Alter 1992 dalam Reza
Sumarno (2005) menemukan bahwa partisipasi 2008). Locus of control adalah keyakinan bahwa
penyusunan anggaran tidak berpengaruh secara seorang individu dapat atau tidak dapat
signifikan terhadap kinerja manajerial. mengendalikan kejadian yang mempengaruhi
Ketidakkonsistenan hasil penelitian antar mereka. Locus of control di bagi menjadi dua
peneliti ditengahi dengan digunakannya teori yaitu eksternal locus of control dan internal
kontingensi. Faktor kontingensi yang akan locus of control. Dalam internal locus of control,
digunakan adalah motivasi kerja dan internal individu meyakini bahwa mereka memegang
locus of control. Kedua faktor tersebut diukur kendali atas peristiwa-peristiwa atau segala
mampu berperan sebagai variabel moderating sesuatu yang terjadi pada mereka. Seseorang
dalam hubungan antara partisipasi penyusunan dengan internal locus of control akan menjadi
2
lebih aktif dan mampu memilih informasi yang II. LANDASAN TEORITIS DAN
dia butuhkan. Dengan kemampuannya sendiri dia PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dapat membuat keputusan dan bertanggung A. Kajian Teori
jawab atas keputusan tersebut, apakah itu baik 1. Kinerja Manajerial Aparatur Pemerintah
atau buruk. Dalam hal yang berkaitan dengan Kinerja adalah gambaran pencapaian
tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pelaksanaan suatu kegiatan/ program/
yang dapat meningkatkan keefektivan hubungan kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
antara partisipasi penyusunan anggaran dan tujuan, misi dan visi organisasi. Dalam situasi
kinerja manajerial melalui pendekatan partisipatif, seseorang akan meningkatkan kinerja
kontingensi, maka penulis tertarik untuk fokus bila berada pada posisi yang lebih tinggi (Milani,
pada variabel moderating yang hanya akan 1975 dalam Mila, 2005). Menurut Mahoney et
memberikan pengaruh dalam hal memperkuat al, 1963 dalam Sumarno, 2005, kinerja
hubungan antara partisipasi penyusunan manajerial adalah kecakapan manajer atau
anggaran dan kinerja manajerial, untuk itu pemimpin suatu organisasi dalam melaksanakan
penulis memilih untuk mengobservasi internal kegiatan-kegiatan manajerial antara perencanaan,
locus of control saja tanpa mempertimbangkan investigasi, koordinaasi, supervises, pengaturan
eksternal locus of control karena menurut staf, negosiasi dan representasi. Kinerja sektor
penelitian-penelitian sebelumnya, internal locus publik bersifat multidimensional, sehingga tidak
of controllah yang dapat memperkuat hubungan ada indikator tunggal yang dapat digunakan
antara kedua variabel tersebut. untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.
Penelitian ini akan memodifikasi dan Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat
menindak lanjuti penelitian Septi (2010) dengan output yang dihasilkan sektor publik lebih
menambahkan internal locus of control sebagai banyak bersifat intangible output, maka ukuran
variabel moderating. Penelitian ini akan menguji finansial saja tidak cukup untuk mengukur
pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran kinerja sektor publik. Oleh karena itu perlu
terhadap kinerja manajerial dengan motivasi dikembangkan ukuran kinerja nonfinansial
kerja dan internal locus of control sebagai (Mardiasmo, 2009).
variabel moderating. Sehingga penelitian ini Menurut Indra (2006) indikator pengukuran
akan diberi judul “Pengaruh Partisipasi kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
Manajerial Aparatur Pemerintah dengan sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, 5
Motivasi Kerja dan Internal Locus of Control komponen yang ada di dalam indikator
sebagai Variabel Moderating”. pengukuran kinerja dalam hal ini kinerja
pimpinan dalam pelaksanaan program di SKPD,
Tujuan Penelitian yaitu:
Untuk mengetahui bukti secara empiris 1. Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang
mengenai: dibutuhkan agar palaksanaan kegiatan dapat
1. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran berjalan untuk menghasilkan keluaran.
terhadap kinerja manajerial. 2. Keluaran (outputs) adalah sesuatu yang
2. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran diharapkan langsung dicapai dari suatu
terhadap kinerja manajerial dengan motivasi kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau
kerja sebagai variabel moderating. nonfisik.
3. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran 3. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang
terhadap kinerja manajerial dengan internal mencerminkan berfungsinya keluaran
locus of control sebagai variabel moderating.
3
kegiatan pada jangka menengah (efek penggunaannya harus berorientasi pada
langsung). kinerja yang baik (efektif, efisien dan
4. Manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait ekonomi).
dengan tujuan akhir dari pelaksanaan Penyusunan, pelaksanaan dan
kegiatan. pertanggungjawaban anggaran daerah harus
5. Dampak (impacts) adalah pengaruh yang dilakukan berdasarkan prinsip transparansi
ditimbulkan baik positif maupun negatif dengan memberikan akses yang seluas-luaasnya
terhadap setiap tingkatan indikator kepada masyarakat untuk memperoleh informasi
berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan
Menurut Mardiasmo (2009), value for belanja daerah (APBD).
money (ekonomis, efisien, dan efektifitas)
merupakan inti pengukuran kinerja pada 2. Partisisipasi Penyusunan Anggaran
organisasi pemerintah. Untuk lebih jelasnya, Anggaran merupakan kata benda, yaitu
Dedi (2008:22) mengemukakan ekonomi, hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas
efisiensi dan efektifitas sebagai berikut: perencanaan, yang menunjukkan suatu proses,
1. Economy (Spending Less) sejak dari tahap persiapan yang diperlukan,
Ekonomi umumnya mengacu pada kegiatan penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data
yang bersumber dari kegiatan pengadaan dan informasi yang perlu dan akhirnya tahap
sumber daya dalam jumlah dan mutu yang pengawasan (Adisaputro, 2003). Anggaran
tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya memiliki fungsi yang sama dengan tujuan
serendah mungkin. organisasi yaitu sebagai perencanaan,
2. Efficiency (Spending Well) pengkoordinasian dan sebagai fungsi
Indikator efisiensi menggambarkan hubungan pengendalian. Untuk itu anggaran dapat
antara masukan sumber daya oleh suatu unit mengontrol aktivitas unit kerja organisasi sesuai
kerja seperti staf, upah, biaya administrasi dengan apa yang dianggarakan.
dengan pelayanan. Menurut Freeman (2003) dalam Dedi
3. Effectiveness (Spending Wisely) (2008), anggaran adalah sebuah proses yang
Efektivitas merupakan hubungan antara dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk
outcomes dengan outputs. Dapat juga mengalokasikan sumber daya yang dimiliki pada
dikatakan bahwa pengertian efektivitas kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the
mengarah pada hubungan antara output process of allocating resources to unlimited
dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas demands). Anthony dan Govindarajan (2005)
dapat diartikan pula sebagai keberhasilan mengemukakan bahwa anggaran merupakan alat
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan penting untuk perencanaan dan pengendalian
sebelumnya. jangka pendek yang efektif dalam organisasi.
Mardiasmo (2009), pengukuran kinerja Dengan adanya gambaran kondisi satu unit
sebagai sarana untuk dapat memenuhi tuntutan kerja organisasi, manajemen dapat memikirkan
dan akuntabilitas publik, maka diperlukan langkah apa yang hendak dilakukannya dalam
adanya paradigma baru dalam manajemen menyusun anggaran agar terwujud visi dan misi
keuangan daerah, sebagai berikut: organisasi.Menurut Dedi (2008:43), subproses
1) Anggaran pendapatan dan belanja daerah dalam penyusunan anggaran pendapatan dan
(APBD) harus berorientasi pada kepentingan belanja daerah (APBD) sebagai berikut:
dan kesejahteraan publik. 1) Penyusunan kebijakan umum APBD.
2) Anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) merupakan dana publik yang
4
Proses penyusunan kebijakan umum APBD organisasi dalam mencapai tujuan dan kerjasama
merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk menentukan satu rencana. Partisipasi
dari proses perencanaan. anggaran sektor publik menunjukkan pada
2) Penyusunan prioritas dan plafon anggaran luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah
sementara. dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh
PPAS merupakan dokumen yang berisi unit kerjanya dan pengaruh pusat
seluruh program kerja yang akan dijalankan pertanggungjawaban anggaran mereka.
tiap urusan pada tahun anggaran, dimana Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi
program kerja tersebut diberi prioritas sesuai ketika antara pihak eksekutif, legislatif, dan
dengan visi, misi, dan strategi pemda. masyarakat bekerja sama dalam pembuatan
3) Penyiapan surat edaran kepala daerah tentang anggaran. Anggaran dibuat oleh kepala daerah
pedoman penyusunan RKA SKPD. melalui usulan dari unit-unit kerja yang
Surat edaran tentang pedoman penyusunan disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan
RKA SKPD merupakan dokumen yang kepada kepala daerah, dan setelah itu bersama-
sangat penting bagi SKPD sebelum sama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat
menyusun RKA. sesuai dengan Peraturan daerah yang berlaku.
4) Penyusunan rencana kerja dan anggaran Proses anggaran daerah disusun berdasarkan
SKPD. pendekatan kinerja dalam Permendagri memuat
RKA SKPD adalah dokumen perencanaan Pedoman Penyusunan Rancangan APBD yang
dan penganggaran yang berisi rencana dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif
pendapatan, rencana belanja program dan bersama-sama unit organisasi perangkat daerah
kegiatan SKPD, serta rencana pembiayaan (unit kerja).
sebagai dasar penyusunan APBD. Dengan adanya partisipasi anggaran
5) Penyiapan rancangan peraturan daerah diharapkan kinerja para aparatur pemerintah
APBD. dapat meningkat. Hal ini didasarkan pada
Dokumen sumber utama dalam penyiapan pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar
Raperda APBD adalah RKA SKPD. yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka
6) Evaluasi rancangan peraturan daerah APBD. para pimpinan organisasi pemerintahan akan
Kepala daerah menyampaikan Raperda bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar
tentang APBD yang telah disetujui bersama yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung
DPRD dan rancangan peraturan Kepala jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut
daerah tentang penjabaran APBD kepada serta terlibat dalam penyusunannya (Milani,
Gubernur untuk dievaluasi. 1997 dalam Darlis 2002).
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan
keputusan bersama oleh dua atau lebih yang 3. Motivasi Kerja
mempunyai dampak masa depan bagi pihak yang Motivasi menurut Winardi (2004:1)
membuat keputusan tersebut, Mulyadi (2001) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang
dalam Nanda (2010). Partisipasi pimpinan dalam berarti “menggerakkan” (to move). Selanjutnya
proses penyusunan anggaran merupakan proses Winardi (2001:1) mengungkapkan motivasi
dimana pimpinan dinilai kinerjanya, serta adalah hasil dari sejumlah proses yang bersifat
keterlibatan pimpinan dalam mengkondisikan internal atau eksternal bagi seorang individu,
anggotanya. yang menyebabakan timbulnya sikap entusiasme
Dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan
penyusunan anggaran sebagai suatu proses dalam tertentu.
organisasi yang melibatkan para anggota
5
Menurut Robbins (1996:198) motivasi 4. Kebutuhan perasaan untuk maju dan tidak
diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan gagal.
tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan 5. Kebutuhan ikut serta.
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan 6. Tersedianya prasarana, iklim organisasi atau
untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. iklim kerja atau suasana kerja yang baik,
Sedangkan Hasibuan (2006:143) dalam Sri adanya kesempatan untuk promosi dan
(2009) mengartikan motivasi adalah pemberian penempatan, pembinaan dari fungsi
daya penggerak yang menciptakan gairah kerja pimpinan.
seseorang agar mereka mau bekerja sama, Kemudian ditambahkan lagi oleh Poter dan
bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala Miles dalam Wahjosumidjo (1994:193) di mana
daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Dari faktor utama yang mempengaruhi motivasi
beberapa teori tersebut di atas, maka dapat adalah:
disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan 1. Ciri-ciri pribadi seseorang.
pendorong semangat seseorang untuk mau 2. Tingkat dan jenis pekerjaan.
melakukan dan menggunakan segenap 3. Lingkungan kerja.
kemampuan yang ada pada dirinya guna Wahjosamidjo (1998:44) mengemukakan
pencapaian tujuan dari organisasi yang bahwa tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. dapat dilihat dari indikator-indikator di bawah
Dari definisi di atas dapat dilihat motivasi ini:
dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri 1. Ketekunan, sama halnya dengan
pribadi seseorang, ditandai dengan timbulnya kesungguhan dalam bekerja bahwa setiap
perasaan yang mengarah tingkah laku dan individu dalam bekerja hendaknya dapat
adanya reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. melaksanakan tugas dan tanggungjawab
Menurut Danim (2004:14) banyak faktor dengan baik.
yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang di 2. Kegairahan kerja, adalah kemauan dan
antaranya iklim kerja, kepemimpinan, insentif kesenangan yang mendalam terhadap
dan persaingan positif. Beberapa faktor yang pekerjaan. Kegairahan kerja dapat dirasakan
mempengaruhi motivasi kerja menurut Danim apabila didukung oleh kondisi-kondisi kerja
(2004:15), yaitu: yang menyenangkan.
1. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh 3. Semangat kerja, adalah sikap individu dan
seorang pemimpin dalam memberikan arahan kelompok terhadap situasi pekerjaan dan
dan dorongan kepada bawahannya. kerelaan bekerjasama.
2. Sikap kerja pegawai yang terlihat dari cara 4. Disiplin kerja, suatu kepatuhan terhadap
pegawai tersebut dalam bekerja. aturan-aturan, norma-norma, hukum, tata
3. Iklim kerja atau suasana kerja yang ada tertib, dan lainnya.
dalam sebuah organisasi. 5. Tanggungjawab, adalah kesanggupan
Sedangkan menurut Mc. Clellend dalam karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya
Hasibuan (2001:99) dalam Sri (2009) bahwa ada dengan baik dan tepat waktu.
beberapa hal yang dapat mempengaruhi
pembentukan motivasi seseorang, yaitu: 4. Internal Locus Of Control
1. Adanya kesempatan untuk berprestasi Menurut Robbins (2007:136) tempat
tinggi. kendali (locus of control) adalah suatu sifat
2. Perasaan diterima oleh orang lain di kepribadian yang mengukur derajat sampai
lingkungan kerja. seberapa yakin bahwa mereka mampu
3. Kebutuhan perasaan dihormati. mengendalikan nasib mereka sendiri. Locus of
6
control adalah keyakinan bahwa seorang Para pimpinan yang berorientasi internal
individu dapat atau tidak dapat mengendalikan menampakkan keyakinan yang lebih besar
kejadian yang mempengaruhi mereka. terhadap kemampuan mereka untuk
Dalam hal pembelajaran sosial, Rotter mempengaruhi lingkungan, lebih mampu dalam
(1966) dalam Nanda (2010) menyatakan bahwa menghadapi situasi yang penuh tekanan, lebih
individu menerima kekuatan yang berbeda pada banyak mengandalkan cara pemberian pengaruh
beberapa kondisi. Sifat-sifat locus of control yang terbuka dan supportif, menekankan strategi
terdiri dari: organisasi yang lebih beresiko dan inovatif serta
a) Bersifat internal, di mana orang-orang menghasilkan kinerja kelompok dan organisasi
berpendapat bahwa mereka mengendalikan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan
nasib mereka sendiri. pimpinan yang berorientasi eksternal (Anderson,
b) Bersifat eksternal, di mana orang-orang 1997 dalam Nanda, 2010).
yakin bahwa kehidupan mereka Menurut Robbins (2007), elemen yang
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar. dapat dijadikan indikator untuk internal locus of
Hyatt dan Prawitt (2001) telah memberikan control adalah sebagai berikut :
beberapa bukti bahwa internal locus of control 1) Kepercayaan diri
berhubungan dengan peningkatan kinerja. Jika karyawan tidak percaya pada kemampuan
Internal locus of control memiliki tingkatan yang dirinya sendiri maka karyawan tersebut
lebih tinggi dibanding eksternal locus of control memiliki external locus of control, dan
dalam sebuah lingkungan organisasi dalam sebaliknya jika karyawan percaya akan
memberikan kinerja yang lebih memuaskan. kemampuan diri sendiri maka karyawan
Dalam internal locus of control, individu tersebut memiliki internal locus of control.
meyakini bahwa mereka memegang kendali atas 2) Usaha/kerja keras
peristiwa-peristiwa atau segala sesuatu yang Jika karyawan tidak bekerja dengan sekuat
terjadi pada mereka. Fisher (1996) menyatakan tenaga, maka karyawan tersebut memiliki
bahwa internal locus of control ditentukan external locus of control, dan jika mereka
dengan pandangan peristiwa baik atau buruk bekerja dengan sekuat tenaga maka karyawan
yang terjadi diakibatkan oleh tindakan seseorang, tersebut memiliki internal locus of control.
oleh karena itu terjadinya suatu peristiwa berada 3) Kepercayaan akan adanya takdir
dalam kendali seseorang. Jika karyawan memiliki kepercyaan akan
Dengan demikian seseorang yang adanya takdir yang menentukan dan
mempunyai internal locus of control memiliki mengiringi setiap aktivitasnya, maka
tingkat keyakinan yang lebih kuat. Seseorang karyawan tersebut memiliki external locus of
dengan internal locus of control akan menjadi control, dan jika mereka tidak memiliki
lebih aktif dan mampu memilih informasi yang kepercayaan bahwa takdir dapat menentukan
dia butuhkan. Dengan kemampuannya sendiri dia semua aktivitasnya maka karyawan tersebut
dapat membuat keputusan dan bertanggung memiliki internal locus of control.
jawab atas keputusan tersebut, apakah itu baik
atau buruk. Individu dengan internal locus of B. Pengembangan Hipotesis
control yang tinggi, memiliki pengendalian diri 1. Hubungan Partisipasi Penyusunan
yang lebih baik, cenderung lebih menunjukkan Anggaran dan Kinerja Manajerial
perilaku politik, dan lebih memiliki Aparatur Pemerintah.
kemungkinan untuk mencoba mempengaruhi Penyusunan anggaran dimaksudkan bukan
orang lain dibandingkan dengan individu dengan hanya untuk menyajikan informasi mengenai
external locus of control. rencana keuangan yang berisi tentang biaya-

7
biaya dan pendapatan untuk pusat 2. Hubungan Motivasi Kerja, Partisipasi
pertanggungjawaban di dalam suatu organisasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja
bisnis, tetapi juga merupakan suatu alat Manajerial Aparatur Pemerintah.
pengendalian, komunikasi dan evaluasi kerja, Teori cognitive dissonance dikemukakan
Kenis (1979) dalam Dian (2006). Partisipasi oleh Festinger (1957) dalam Zitri (2004)
dalam penyusunan anggaran merupakan menyatakan bahwa karyawan yang memiliki
keterlibatan antara atasan dan bawahan dalam motivasi lebih baik (tinggi) akan memperbaiki
menentukan proses penggunaan sumber daya kesalahan atau rasa kekhawatiran psikologinya
pada kegiatan dan operasi perusahaan (Eker, jika kinerjanya rendah (di bawah tingkat
2007 dalam Arisha, 2011). pengharapan). Untuk mengurangi kekhawatiran
Menurut Brownell (1982) dalam Nanda tersebut, mereka mencoba secara sukarela
2010, partisipasi penyusunan anggaran adalah dengan memperbaiki kinerja mereka.
tingkat keterlibatan dan pengaruh seseorang Penelitian Dian (2006), menjelaskan
dalam proses penyusunan anggaran. Adanya bahwa motivasi seseorang berbeda-beda.
partisipasi anggaran, akan meningkatkan Motivasi yang berbeda mencerminkan kinerja
tanggungjawab serta kinerja dari atasan level yang berbeda. Motivasi eksternal secara umum
bawah dan menengah. Bawahan dapat berkinerja lebih baik ketika pengendalian
menyampaikan ide-ide kreatif yang dimilikinya dipaksakan atas mereka. Menurut Amstrong
kepada pimpinan/atasan, yang mana ide tersebut (1990) dalam Nanda (2010), partisipasi adalah
mempunyai tujuan untuk mencapai tujuan keterlibatan pemimpin dan pekerja secara
organisasi. Dari adanya keikutsertaaan para bersama-sama dalam membuat keputusan
karyawan dalam penentuan anggaran, maka akan mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan
didapatkan keputusan yang lebih realistis bersama.
sehingga tercipta kesesuaian tujuan oganisasi Sehingga dalam konteks partisipasi
yang lebih besar (Nor dalam Octavia, 2009). penyusunan anggaran sebagai suatu mekanisme
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti pertukaran informasi dalam proses kerja sama
menduga bahwa dengan adanya partisipasi tersebut, dapat memungkinkan karyawan dan
penyusunan anggaran, kinerja manajerial pimpinan untuk memperoleh pengertian yang
khususnya pada organisasi publik akan lebih jelas tentang pekerjaan mereka masing-
meningkat karena komunikasi antara bawahan masing, di mana hal itu akan sangat membantu
dengan atasan dalam membuat keputusan para karyawan dan pimpinan yang memiliki
bersama menimbulkan motivasi dalam bekerja. motivasi tinggi untuk memperbaiki kinerja,
Serta dengan adanya partisipasi tersebut, para sebaliknya karyawan dan pimpinan yang
manajer publik akan memiliki komitmen yang memiliki motivasi yang kurang tidak akan
lebih untuk bertanggungjawab atas setiap memperbaiki kinerja mereka. Karyawan dan
keputusan yang telah ditetapkan secara pimpinan yang memiliki motivasi yang rendah
partisipatif. Sehingga manajer publik akan kurang menyukai memperbaiki kinerja mereka
termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Maka melalui partisipasi penyusunan anggaran.
diusulkan hipotesis sebagai berikut: Dalam meningkatkan kinerja manajerial
H1 : Partisipasi Penyusunan Anggaran aparatur pemerintah dan pengaruhnya terhadap
berpengaruh signifikan positif terhadap partisipasi penyusunan anggaran tersebut akan
Kinerja Manajerial Aparatur lebih diperkuat oleh motivasi. Berdasarkan
Pemerintah. penjelasan di atas, maka diusulkan hipotesis
sebagai berikut:

8
H2 : Partisipasi Penyusunan Anggaran Pemerintah, pengaruh tersebut akan
berpengaruh signifikan positif semakin kuat ketika Locus Of Control
terhadap Kinerja Manajerial Aparatur bersifat Internal.
Pemerintah, pengaruh tersebut akan
semakin kuat ketika Motivasi Kerja Kerangka Pemikiran
tinggi. Kerangka konseptual dimaksud sebagai
3. Hubungan Internal Locus Of Control, konsep untuk menjelaskan, mengungkapkan dan
Partisipasi Penyusunan Anggaran dan menunjukan keterkaitan antar variabel yang akan
Kinerja Manajerial Aparatur Pemerintah. diteliti yaitu pengaruh partisipasi penyusunan
Locus of control juga diidentifikasi anggaran terhadap kinerja manajerial aparatur
sebagai faktor penguat dalam hubungan antara pemerintah dengan motivasi kerja dan internal
partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan locus of control sebagai variabel moderating.
kinerja manajerial. Partisipasi dalam penyusunan Partisipasi anggaran melibatkan semua pihak
anggaran dihubungkan dengan sumber control yang berkepentingan dalam proses
karena pada saat muncul, partisipasi dalam penyusunannya, sehingga mereka termotivasi
penyusunan anggaran mengizinkan pemimpin untuk mencapai kinerja sesuai dengan kriteria
mempengaruhi penyusunan tujuan kinerja, dan anggaran yang ditetapkan dalam anggaran.
itulah yang menciptakan internal locus of Agar organisasi sektor publik dapat
control. mengoptimalkan sistem manajemen
Menurut Howell dan Avolio (1993) keuangannya, maka diperlukan adanya perbaikan
dalam Nanda (2010) yang mendapati bahwa kinerja khususnya kinerja manajerial aparatur
internal locus of control secara signifikan dan pemerintah. Motivasi mencerminkan kinerja
positif mempengaruhi kinerja, dimungkinkan karyawan dan pemimpin pada khususnya dalam
bahwa salah satu cara pemimpin organisasi publik. Manajer yang memiliki
transformasional meningkatkan kinerja internal locus of control menunjukkan
manajerial adalah dengan menekankan strategi pemahaman yang lebih baik dan memanfaatkan
yang kreatif dan menyertakan resiko. Brownell informasi dengan lebih baik dalam situasi
(1981, 1982) dalam Nanda (2010) menjelaskan pengambilan keputusan yang kompleks.
bahwa manajer dengan orientasi internal bekerja Dengan internal locus of control yang
lebih baik dengan adanya partisipasi dalam tinggi, dimungkinkan seorang pimpinan atau
penyusunan anggaran tetapi manajer dengan manajer akan meningkatkan kinerja manajerial
orientasi external bekerja lebih baik tanpa dengan strategi yang kreatif dan menyertakan
adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran. resiko. Maka partisipasi anggaran akan sangat
Pengaruh moderating locus of control berfungsi dengan baik apabila pemimpin
dalam kinerja dan partisipasi penyusunan memiliki internal locus of control yang tinggi
anggaran diteliti oleh Kren pada tahun 1992 sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi
terhadap pegawai lulusan bisnis dan kinerja manajerial. Untuk lebih
mengindikasikan bahwa locus of control menyederhanakan kerangka pemikiran tersebut,
menghubungkan kinerja manajerial maka dibuatlah kerangka konseptual seperti yang
mempengaruhi partisipasi dalam penyusunan terlihat pada gambar:
anggaran. Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Partisipasi Penyusunan Anggaran
berpengaruh signifikan positif
terhadap Kinerja Manajerial Aparatur
9
Gambar 1 dianggap mampu untuk menggambarkan kinerja
Kerangka Konseptual manajerial dari tiap instansi secara keseluruhan,
di mana menurut Pasal 1 Angka 5 Perpres No. 54
Internal Locus Of Tahun 2010 yang dimaksud sebagai pengguna
Control (X3) anggaran merupakan pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat
Partisipasi Kinerja Manajerial
Penyusunan daerah atau pejabat yang disamakan pada
Aparatur Pemerintah
Anggaran
(Y) institusi lain pengguna APBN/APBD.
(X1)
Kuasa pengguna anggaran/barang dipegang
oleh pejabat struktural tertinggi dalam SKPD
Motivasi Kerja yang memegang jabatan tertinggi yang secara
(X2) tegas ada dalam struktur organisasi di mana salah
satunya dipegang oleh kepala SKPD dan kepala
bidang sehingga bertanggung jawab dalam
III. METODE PENELITIAN
mengambil kebijakan-kebijakan pada unit
A. Jenis Penelitian kerjanya masing-masing.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Data yang digunakan dalam penelitian ini
kausatif. Penelitian kausatif merupakan tipe adalah data primer yang diperoleh secara
penelitian dengan karakteristik masalah berupa langsung dari instansi pemerintah daerah dengan
hubungan sebab akibat dengan dua variabel atau menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk
lebih. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk kuesioner. Teknik analisis yang digunakan
melihat pengaruh suatu variabel terhadap adalah Moderated Regresion Analisys (MRA).
variabel lain. Dalam hal ini menjelaskan dan
menggambarkan serta memperlihatkan pengaruh C. Uji Asumsi Klasik
partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja 1. Uji Normalitas
manajerial aparatur pemerintah dengan motivasi Pengujian ini dimaksudkan untuk
kerja dan internal locus of control sebagai memeriksa apakah data residual terdistribusi
variabel moderating. normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan
metode Kalmogrof-smirnov dengan kriteria
B. Populasi dan Sampel pengujian a 0,05 sebagai berikut :
Populasi adalah keseluruhan subjek Jika sig ≥ a berarti data sampel yang diambil
penelitian ketika seseorang ingin meneliti semua terdistribusi normal
elemen yang ada dalam wilayah penelitiannya Jika sig ≤ a berarti data sampel yang diambil
(Arikuntoro, 2002). Populasi dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal
adalah seluruh SKPD yang ada di Kota Padang 2. Uji Multikolinearitas
yaitu terdapat 45 SKPD. Asumsi ini menyatakan bahwa antara
Menurut Arikuntoro (2002), sampel adalah variabel independen terjadi gejala korelasi atau
sebagian atau perwakilan populasi yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan. Pengujian
dengan menggunakan cara tertentu. Penelitian ini Multikolinearitas akan menggunakan Variance
menggunakan metode total sampling Inflation factor (VIF) dengan kriteria yaitu:
dikarenakan populasinya kurang dari 100 subjek. 1) Jika angka tolerance diatas 0,10 dan VIF >
Responden penelitian ini adalah kepala SKPD 10 dikatakan terdapat gejala multikolinearitas
dan manajer level menengah SKPD, yaitu kepala
bidang selaku kuasa pengguna anggaran pada 45
SKPD di Pemerintah Daerah Kota Padang yang
10
2) Jika angka tolerance diatas angka 0,10 dan t-Test =
VIF < 10 dikatakan tidak terdapat gejala
multikolineraitas. Keterangan :
3. Uji Heterokedastisitas βi = Koefisien Regresi
Uji heterokedastisitas bertujuan unutk Sβi = Standar error atas koefisien
menguji apakah dalam suatu model regresi regresi varibel
terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari Dengan kriteria pengujian:
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam 1) Jika t hitung > t tabel, atau tingkat
pengamatan ini heterokedastisitas yang signifikansi < α = 0,05 atau tingkat
digunakan adalah Glejser-Test. signifikansi > α = 0,05 dan koefisien regresi
(β) positif maka hipotesis diterima.
D. Teknik Analisis Data 2) Jika t hitung < t tabel atau tingkat signifikansi
Uji Koefisien Determinasi bertujuan untuk > α = 0,05 dan koefisien regresi (β) negatif
mengukur seberapa jauh kemampuan model maka hipotesis ditolak.
dalam menerangkan variasi variabel independen.
Dalam penelitian ini alat uji yang digunakan IV. HASIL PENELITIAN DAN
adalah Moderated Regresion Analysis (MRA). PEMBAHASAN
Pengujian ini berguna untuk mengetahui Jumlah populasi penelitian ini adalah 45
pengaruh variabel independen terhadap variabel Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
dependen. Persamaan analisis berganda adalah: terdiri dari Dinas, Kantor, Badan, Kecamatan dan
Inspektorat Daerah. Setiap sampel masing-
KM =  +β1 X + β2 X + β3 X + β4 X .X +β5 masing terdiri dari beberapa responden yang
1 2 3 1 3
X .X + e jumlahnya tergantung kepada struktur organisasi
2 3
di masing-masing SKPD di mana responden
Keterangan: untuk penelitian ini terdiri dari kepala SKPD
Y = Kinerja Manajerial Aparatur dan manajer level menengah SKPD, yaitu kepala
Pemerintah bidang selaku kuasa pengguna anggaran pada 45
X = Partisipasi Penyusunan Anggaran SKPD di Pemerintah Daerah Kota Padang.
1 Sebagian besar SKPD memiliki kabid sejumlah 5
X = Motivasi Kerja orang, sehingga jumlah responden secara total
2
X = Internal Locus Of Control mencapai 270 orang.
3
Dari kuesioner yang dibagikan, ada 8
X .X = Interaksi antara Partisipasi Penyusunan
1 3 SKPD yang menolak untuk menerima kuesioner,
Anggaran dengan Motivasi Kerja sehingga kuesioner yang tersebar sebanyak 37
X .X = Interaksi antara Partisipasi Penyusunan SKPD atau 222 responden. SKPD yang menolak
2 3
Anggaran dengan Internal Locus Of diberikan kuesioner yaitu Dinas Pendidikan,
Control Dinas Kesehatan, Kantor Ketahanan Pangan,
e = Standar Error Kecamatan Koto Tangah, Sekretariat DPRD,
β β β β β = Koefisien Regresi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, RSUD, dan
1 2 3 4 5
Badan Pertanahan. Satuan Kerja Perangkat
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh dari Daerah (SKPD) tersebut menolak diberikan
masing-masing variabel secara individu (parsial) kuesioner dengan alasan memiliki banyak
terhadap variabel tidak bebas. Untuk melihat kesibukan. Jumlah responden yang
nilai signifikansi masing-masing parameter yang mengembalikan kuesioner adalah 181 responden
diestimasi, maka digunakan t-Test dengan rumus: dan semuanya mengisi dengan lengkap.
11
Kuesioner diantarkan langsung kepada masing- Uji Validitas dan Reliabilitas
masing responden. Rentang waktu penyebaran Untuk melihat validitas dari masing-
dan pengumpulan kuesioner adalah tanggal 14 masing item kuesioner, digunakan Corrected
Juni 2012 s/d 6 Juli 2012. Gambaran penyebaran Item-Total Colleration. Berdasarkan hasil
dan pengembalian kuesioner dapat dilihat dalam pengolahan data didapatkan bahwa nilai
Tabel 1 berikut: Corrected Item-Total Colleration untuk masing-
Tabel 1 masing item variabel X1, X2, X3 semuanya di atas
Tingkat Pengembalian Kuesioner rtabel, dimana rtabel untuk N = 181 adalah 0,1226,
Keterangan Jumlah
maka dapat dikatakan bahwa semua item
Jumlah kuesioner 222
Kuisoner kuesioner dapat dinyatakan valid. Berikut adalah
Jumlah kuesioner 181
yang disebar hasil pengujiannya:
Jumlah kuesioner 181 Tabel 3
yang kembali
Respon rate 81,53% Nilai Corrected Item-Total Correlation Terkecil
yang dapat diolah
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Nilai Corrected Item-
Berdasarkan data yang diisi oleh Instrumen Variabel
Total Correlation terkecil
responden yang terdapat pada kuesioner Kinerja Manajerial Aparatur
0,306
penelitian, dapat diketahui karakteristik Pemerintah (Y)
responden SKPD Kota Padang yang mengisi Partisipasi Penyusunan
0,223
Anggaran (X1)
kuesioner penelitian. Adapun karakteristik Motivasi Kerja (X2)
0,222
responden yang disajikan yaitu jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan lama bekerja. Internal Locus Of Control (X3)
0,268
Sumber: Pengolahan data statistik SPSS versi 16 (2012)
Statistik Deskriptif
Sebelum dilakukan pengujian data secara Untuk uji reliabilitas instrumen, semakin
statistik dengan lebih lanjut, terlebih dahulu dekat koefisien keandalan, maka akan semakin
dilakukan pendeskripsian terhadap variabel baik. Keandalan konsistensi antar item atau
penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi koefisien dapat dilihat pada tabel Cronbach’s
variabel independen adalah partisipasi Alpha. Data ini menunjukkan nilai yang berada
penyusunan anggaran. Motivasi kerja dan pada kisaran di atas 0,6. Dengan demikian semua
internal locus of control sebagai variabel instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel.
moderating. Sedangkan variabel dependen adalah Maka dengan demikian penelitian ini dapat
kinerja manajerial aparatur pemerintah. Dapat dilanjutkan. Untuk hasilnya dapat dilihat dalam
dilihat pada tabel berikut: tabel di bawah ini:
Tabel 2: Tabel 4
Descriptive Statistics Nilai Cronbach’s Alpha
Nilai Cronbach’s
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Instrumen Variabel
Alpha
Kinerja Manajerial Aparatur Pemerintah
KM_Y 181 19.00 45.00 38.1823 3.46489 0,758
(Y)
Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) 0,637
PA_X1 181 18.00 34.00 27.3149 3.24983

Motivasi Kerja (X2) 0,696


MK_X2 181 21.00 40.00 31.2155 3.63975

Internal Locus Of Control (X3) 0,756


LC_X3 181 24.00 55.00 42.4365 5.15349
Sumber: Pengolahan data statistik SPSS versi 16 (2012)
Valid N (listwise) 181

Sumber: Pengolahan data statistik SPSS versi 16 (2012)

12
Hasil Uji Asumsi Klasik Tabel 6:
Uji Normalitas Uji Multikoleniaritas
Dari hasil olahan data pada tabel 5 berikut,
Collinearity Statistics
hasil uji normalitas menunjukkan level signifikan
masing-masing variabel lebih besar dari α (α = Model Tolerance VIF
0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan data
1 (Constant)
dari ke empat variabel penelitian terdistribusi
normal sehingga layak dipakai untuk moderated PA_X1 .808 1.237
regresion analysis (MRA).
MK_X2 .777 1.287
Tabel 5
LC_X3 .787 1.271
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a. Dependent
Unstandardized
Variable: KM_Y
Residual

N 181
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi adanya gejala
Normal Parametersa Mean .0000000
heterokedastisitas digunakan uji Glejser. Apabila
Std. nilai sig > 0,05 maka data tersebut bebas dari
3.23654489
Deviation
heterokedastisitas. Variabel kinerja manajerial
SKPD, partisipasi dalam penyusunan anggaran,
Most Extreme Differences Absolute .054
kejelasan sasaran anggaran, dan desentralisasi
Positive .033 memiliki nilai sig > 0,05 sehingga dapat
Negative -.054
disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari
gejala heterokedastisitas dan layak digunakan
Kolmogorov-Smirnov Z .728 dalam moderated regresion analysis. Hasil
Asymp. Sig. (2-tailed) .664 pengolahannya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
a. Test distribution is Normal.

Tabel 7
Coefficientsa
Uji Multikolinearitas
Model regresi yang dinyatakan bebas dari Unstandardized Standardized
multikolinearitas apabila nilai VIF < 10 dan Coefficients Coefficients
Tolerance> 0,10. Berdasarkan pengolahan data,
Model B Std. Error Beta T Sig.
dapat dilihat hasil perhitungan nilai VIF dan
Tolerance. Masing-masing variabel bebas 1 (Constant) 1.171 1.720 .680 .497
tersebut memiliki nilai VIF < 10 dan nilai
Tolerance> 0,10 sehingga dapat disimpulkan PA_X1 .015 .053 .023 .278 .781

bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas MK_X2 .008 .049 .014 .164 .870
antar variabel bebas dan model ini layak
digunakan dalam moderated regresion analysis, LC_X3 .015 .034 .038 .448 .655

di mana hal ini ditunjukkan dalam tabel berikut: a. Dependent Variable:AbsUt

13
Uji F (F test) Tabel 9
Uji F dilakukan untuk menguji apakah Coefficientsa
secara serentak variabel independen mampu
Unstandardized Standardized
menjelaskan variabel dependen secara baik atau
Coefficients Coefficients
untuk menguji apakah model yang digunakan
telah fix atau tidak. Berdasarkan tabel 8 nilai sig Model B Std. Error Beta t Sig.
0,000 menunjukkan bahwa variabel independen
secara bersama-sama mampu menjelaskan 1 (Constant) -10.291 18.700 -.550 .583

variasi variabel dependen, berarti model fix PA_X1 1.907 .708 1.788 2.693 .008
digunakan untuk uji t statistik yang menguji
variabel independen secara parsial terhadap MK_X2 2.178 .553 2.288 3.941 .000

variabel dependen. LC_X3 -.675 .389 -1.004 -1.735 .085


Nilai Ftabel pada level signifikansi 0,05
adalah 2,66. Hasil pengolahan SPSS moderat1 -.078 .020 -3.698 -3.825 .000

menunjukkan nilai Fhitung = 8,466 yang signifikan moderat2 .021 .014 1.363 1.443 .151
pada level 0,000. Jadi Fhitung > F tabel yaitu 8,466
> 2,66 (sig. 0,000 < 0,050). Hal ini menunjukkan a. Dependent Variable:

bahwa partisipasi penyusunan anggaran, motivasi KM_Y

kerja, internal locus of control serta interaksi


partisipasi penyusunan anggaran dengan Angka yang dihasilkan dari pengujian
motivasi kerja, dan interaksi partisipasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
penyusunan anggaran dengan internal locus of a. Nilai konstanta sebesar -10,291 mengindikasi
control secara bersama-sama berpengaruh bahwa jika variabel independen yaitu
terhadap kinerja manajerial aparatur pemerintah. partisipasi penyusunan anggaran, serta
variabel moderating yakni motivasi kerja dan
Tabel 8 internal locus of control tidak ada maka nilai
ANOVAb
kinerja manajerial aparatur pemerintah adalah
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. sebesar konstanta -10,291.
b. Koefisien partisipasi penyusunan anggaran
1 Regression 420.917 5 84.183 8.466 .000a
sebesar 1,907 mengindikasikan bahwa setiap
Residual 1740.066 175 9.943 peningkatan peran partisipasi penyusunan
anggaran satu satuan akan mengakibatkan
Total 2160.983 180
kenaikan kinerja manajerial aparatur
a. Predictors: (Constant), moderat2, MK_X2, LC_X3, PA_X1, moderat1
b. Dependent Variable: KM_Y
pemerintah sebesar 1,907 satuan. Nilai
koefisien β dari variabel partisipasi
Hasil Penelitian penyusunan anggaran bernilai positif yaitu
1,907.
Dari pengolahan data statistik yang c. Koefisien motivasi kerja sebesar 2,178
ditunjukkan pada tabel 9 di bawah ini, dengan mengindikasikan bahwa setiap peningkatan
menggunakan model analisis (MRA) moderated peran motivasi kerja satu satuan akan
regresion analysis diperoleh persamaan sebagai mengakibatkan kenaikan kinerja manajerial
berikut berikut : aparatur pemerintah sebesar 2,178 satuan.
Y = -10,291 + 1,907X1 + 2,178X2 -0,675X3 - Nilai koefisien β dari variabel motivasi kerja
0,078(X1.X3)+ 0,021(X2.X3)+e positif yaitu 2,178.

14
d. Koefisien internal locus of control sebesar - Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
0,675 mengindikasikan bahwa setiap partisipasi yang dilakukan oleh aparatur
peningkatan internal locus of control satu satuan pemerintah dalam proses penyusunan anggaran
akan mengakibatkan penurunan kinerja akan meningkatkan kinerja manajerial. Menurut
manajerial aparatur pemerintah sebesar 0,675 Amstrong (1990) partisipasi adalah keterlibatan
satuan. Nilai koefisien β dari variabel internal pemimpin dan pekerja secara bersama-sama
locus of control bernilai negatif yaitu -0,675. dalam membuat keputusan mengenai hal-hal
e. Koefisien Moderat (X1.X3) sebesar -0,078 yang menyangkut kepentingan bersama.
mengindikasi bahwa setiap peningkatan Partisipasi pimpinan dalam proses penyusunan
interaksi partisipasi penyusunan anggaran anggaran merupakan proses dimana pimpinan
dengan motivasi kerja satu satuan akan dinilai kinerjanya, serta keterlibatan pimpinan
mengakibatkan penurunan kinerja manajerial dalam mengkondisikan anggotanya.
aparatur pemerintah sebesar 0,078. Nilai Sejalan dengan teori yang dikemukan
koefisien β dari variabel partisipasi oleh Milani (1975) dalam Darlis (2002), bahwa
penyusunan anggaran dan motivasi kerja dengan adanya partisipasi penyusunan anggaran
bernilai negatif yaitu -0,078. diharapkan kinerja para aparatur pemerintah
f. Koefisien Moderat (X2.X3) sebesar 0,021 dapat meningkat. Hal ini didasarkan pada
mengindikasi bahwa setiap peningkatan pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar
interaksi partisipasi penyusunan anggaran yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka
dengan internal locus of control satu satuan akan para pimpinan organisasi pemerintahan akan
mengakibatkan peningkatan kinerja bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar
manajerial aparatur pemerintah sebesar 0,021. yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung
Nilai koefisien β dari variabel partisipasi jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut
penyusunan anggaran dan internal locus of serta terlibat dalam penyusunannya.
control bernilai positif yaitu 0,021. Hasil penelitian ini mendukung beberapa
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
Uji t dilakukan untuk mengetahui partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
seberapa besar pengaruh variabel independent positif dan signifikan terhadap kinerja
terhadap variabel dependen secara parsial. manajerial, misalnya penelitian Ulupi (2005),
Patokan yang digunakan adalah dengan yang melakukan penelitian mengenai pengaruh
membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan partisipasi anggaran, persepsi keadilan
dengan alpha 0,05 atau dengan membandingkan distributif, keadilan prosedural dan goal
thitung dengan ttabel. commitment terhadap kinerja dinas membuktikan
partisipasi berpengaruh terhadap kinerja. Hasil
Pembahasan yang positif dan signifikan menunjukkan
1. Pengaruh Partisipasi Penyusunan partisipasi dalam penyusunan anggaran di
Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
Aparatur Pemerintah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Berdasarkan analisis statistik dalam kinerja.
penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis pertama Penelitian ini juga konsisten dengan
(H1) diterima dan disimpulkan bahwa partisipasi penelitian Bambang dan Osmad (2007) yang
penyusunan anggaran berpengaruh signifikan menguji tentang pengaruh partisipasi penyusunan
positif terhadap kinerja manajerial aparatur anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah
pemerintah. daerah dengan budaya organisasi dan komitmen
organisasi sebagai variabel moderating pada
15
Pemerintah Kota dan Kabupaten Semarang yang motivasi para karyawan akan tanggung jawab
menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan masing-masing.
anggaran memiliki pengaruh yang signifikan Selain itu motivasi kerja diduga tidak
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. dapat berkembang dengan baik pada organisasi
Jadi, kinerja manajerial aparatur pemerintahan khusunya pada SKPD Kota
pemerintah diharapkan dapat meningkat dengan Padang, di mana hal ini bertolak belakang
adanya partisipasi yang tinggi dari setiap manajer dengan motivasi kerja yang dapat berkembang
publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah baik di sektor swasta, dikarenakan sistem dan
(SKPD) Kota Padang. Berdasarkan hal ini juga iklim kerja antara kedua organisasi tersebut
diharapkan tercapainya sasaran/target yang telah sangat berbeda, seperti hampir tidak berlakunya
ditetapkan sebelumnya, dan diperoleh realisasi sistem reward and punishment pada organisasi
anggaran yang lebih baik karena adanya pemerintahan yang mengakibatkan motivasi
tanggung jawab moril dari pelaksana anggaran kerja tidak dapat berkembang dengan baik dan
untuk mencapai dan meningkatkan kinerjanya. tidak dapat mendukung hubungan partisipasi
penyusunan anggaran terhadap kinerja
2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap manajerial.
Hubungan Partisipasi Penyusunan Sehingga dapat disimpulkan motivasi
Anggaran dengan Kinerja Manajerial tidak dapat dijadikan variabel pemoderasi
Aparatur Pemerintah pengaruh partisipasi penyusunan anggaran
Berdasarkan analisis statistik dalam terhadap kinerja manajerial. Dan sangat
penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis kedua dimungkinkan adanya variabel lain yang dapat
(H2) ditolak dan disimpulkan bahwa motivasi memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan
kerja berpengaruh signifikan dan negatif anggaran terhadap kinerja manajerial.
terhadap hubungan partisipasi penyusunan
anggaran dengan kinerja manajerial aparatur 3. Pengaruh Internal Locus Of Control
pemerintah. terhadap Hubungan Partisipasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan Penyusunan Anggaran dengan Kinerja
penelitian Septi (2010) yang meneliti tentang Manajerial Aparatur Pemerintah.
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran Berdasarkan analisis statistik dalam
terhadap kinerja pemerintah daerah dengan penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis ketiga
motivasi sebagai variabel pemoderasi dan (H3) ditolak dan disimpulkan bahwa internal
terbukti bahwa motivasi tidak dapat memperkuat locus of control tidak berpengaruh signifikan
hubungan partisipasi penyusunan anggaran terhadap hubungan partisipasi penyusunan
terhadap kinerja pemerintah daerah. anggaran dengan kinerja aparat pemerintah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah.
motivasi yang diberikan oleh unit kerja Hasil penelitian ini konsisten dengan
organisasi sangat tinggi, tetapi hal ini bertolak penelitian Aldino (2010) yang menyatakan
belakang dengan fenomena yang terjadi pada bahwa locus of control tidak bisa berfungsi
saat ini. Unit kerja organisasi belum mampu sebagai variabel pemoderasi antara hubungan
untuk meningkatkan motivasi yang ada dari partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja
dalam diri karyawan maupun yang diberikan manajerial. Namun tidak sesuai dengan konsep
oleh orang lain, dengan melihat kondisi kerja di yang dikemukakan oleh Anderson (1997) dalam
setiap unit kerja organisasi yang kurang nyaman Nanda (2010) yang menyatakan bahwa, para
dan tidak kondusif mengakibatkan kurangnya manajer yang berorientasi internal menampakkan
keyakinan yang lebih besar terhadap kemampuan
16
mereka untuk mempengaruhi lingkungan, lebih memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan
mampu dalam menghadapi situasi yang penuh anggaran terhadap kinerja manajerial.
tekanan, lebih banyak mengandalkan cara Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
pemberian pengaruh yang terbuka dan supportif, bahwa penelitian ini tidak konsisten dengan teori
menekankan strategi perusahaan yang lebih yang dikemukakan, di mana internal locus of
beresiko dan inovatif serta mengahasilkan kinerja control tidak dapat memperkuat hubungan
kelompok/perusahaan yang lebih tinggi daripada partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
yang dilakukan manajer yang berorientasi manajerial aparatur pemerintah pada SKPD
eksternal. Pemerintah Kota Padang.
Selain itu, hasil penelitian ini juga tidak
konsisten dengan penelitian Nanda (2010) yang V. PENUTUP
menjelaskan bahwa adanya internal locus of A. Kesimpulan
control, menyebabkan organisasi menunjukkan Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pemahaman yang lebih baik dan memanfaatkan seberapa besar Pengaruh Partisipasi
informasi secara efektif dalam situasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
pengambilan keputusan yang kompleks. Dengan Manajerial Aparatur Pemerintah dengan
adanya internal locus of control yang tinggi, Motivasi Kerja dan Internal Locus Of Control
partisipasi anggaran akan semakin efektif. Hal ini sebagai Variabel Moderating. Berdasarkan
disebabkan karena dengan internal locus of hasil temuan penelitian dan pengujian
control seorang pimpinan/manajer akan hipotesis yang telah diajukan dapat
meningkatkan kinerja manajerial dengan strategi disimpulkan bahwa :
yang kreatif dan menyertakan resiko. 1. Partisipasi penyusunan anggaran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berpengaruh signifikan positif terhadap
kombinasi kesesuaian antara internal locus of Kinerja manajerial aparatur pemerintah.
control dan partisipasi penyusunan anggaran 2. Partisipasi penyusunan anggaran tidak
terhadap kinerja manajerial bukanlah merupakan berpengaruh signifikan positif terhadap
kesesuaian yang terbaik, khususnya bila Kinerja manajerial aparatur pemerintah
diterapkan pada organisasi pemerintahan. Diduga dengan Motivasi kerja sebagai variabel
hal ini disebabkan oleh berkembangnya external moderating.
locus of control dari pada locus of control yang 3. Partisipasi penyusunan anggaran tidak
bersifat internal pada SKPD Kota Padang. Dan berpengaruh signifikan positif terhadap
dapat disimpulkan bahwa pada organisasi Kinerja manajerial aparatur pemerintah
pemerintahan khususnya pada SKPD Kota dengan Internal locus of control sebagai
Padang, seorang manajer publik dengan internal variabel moderating.
locus of control tidak selalu dapat meningkatkan B. Saran
kinerjanya melalui partisipasi penyusunan Berdasarkan pembahasan dan
anggaran. Hal ini disebabkan oleh situasi kerja kesimpulan yang diuraikan di atas, maka
yang tidak menuntut seorang manajer publik penulis mencoba untuk memberikan saran-
untuk memiliki sifat pengendalian diri yang saran sebagai berikut :
tinggi dan memiliki strategi yang kreatif dengan 1. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa
menyertakan resiko mengingat organisasi partisipasi penyusunan anggaran
pemerintahan berbeda dengan organisasi swasta berpengaruh terhadap kinerja manajerial
yang memiliki situasi penuh tekanan dan resiko aparatur pemerintah. Untuk lebih
dalam kegiatan operasionalnya. Dan meningkatkan kinerja, diharapkan agar
dimungkinkan ada variabel lain yang dapat aparatur pemerintah lebih meningkatkan
17
kerjasama yang lebih erat dalam buku 2. Terjemahan Kurniawan
penyusunan anggaran. Hal ini patutnya Tjakrawala. Jakarta: Salemba Empat.
tidak hanya sekedar syarat, namun harus
direalisasikan agar seiring dengan Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
peningkatan kinerja. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya Rineka Cipta.
menggunakan metode pengumpulan data
dengan cara survei lapangan dan Arisha Hayu Pramesthiningtyas. 2011. Pengaruh
wawancara untuk menilai sejauhmana Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja
pengaruh antar variabel. Manajerial, melalui Komitmen
3. Pada penelitian ini, variabel Motivasi Organisasi dan Motivasi Sebagai
Kerja dan Internal Locus of Control secara Variabel Intervening. Semarang: Skripsi
interaksi tidak dapat memoderasi Program S-1. Universitas Diponegoro
hubungan partisipasi penyusunan (tidak dipublikasikan).
anggaran dengan kinerja manajerial
aparatur pemerintah. Oleh karena itu, Bambang Sardjito dan Osman Muthaher. 2007.
disarankan untuk mempertimbangkan Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap
penggunaan variabel motivasi kerja dan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
internal locus of control sebagai variabel Budaya Organisasi dan Komitmen
yang memoderasi hubungan partisipasi Organisasi Sebagai Variabel Moderating.
penyusunan anggaran dengan kinerja Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas
manajerial aparatur pemerintah. Peneliti Makasar, 26-28 Juli 2007.
menyarankan untuk mengganti variabel
tersebut dengan variabel moderasi lainnya Budi Ilahi. Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim
seperti budaya organisasi, komitmen Kerja terhadap Motivasi Kerja Pegawai:
organisasi dan struktur organisasi. Studi Empiris Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
DAFTAR PUSTAKA Sumatera Barat. Skripsi Program S-1.
Universitas Negeri Padang (tidak
Adisaputro, Gunawan, dkk.1994. Anggaran dipublikasikan).
Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi,
Apriwadi. 2008. Pengaruh Locus Of Control, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.
Budaya Peternalistik dan Kapasitas Jakarta: PT Rhineka Cipta.
Individu terhadap Budgetary Slack dan
Kefektifan Penganggaran Partisipatif Darlis Edfan.2002. Analisis Pengaruh Komitmen
dalam Peningkatan Kinerja Manajerial. Organisasi dan Ketidakpastian
Padang: Skripsi Program S-1. Universitas Lingkungan terhadap Hubungan antara
Bung Hatta (tidak dipublikasikan). Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan
Anggaran. Jurnal Riset Akuntansi
Amstrong, M.1990. Seri Pedoman Manajemen Indonesia. Vol.5, No.85-101
“Manajemen Sumber Daya”. Jakarta.
Deddi Noerdiawan. 2007. Akuntansi
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.
2005. Sistem Pengendalian Manajemen
18
Dian Yevita. 2006. Pengaruh Kualitas Pelayanan Ngatemin. 2009. Pengaruh Komitmen Organisasi
Publik, Motivasi dan Komitmen terhadap dan Locus of Control Terhadap Hubungan
Kinerja dalam Mewujudkan Good antara Partisipasi Penyususnan Anggaran
Governance. Skripsi Program S-1. dan Kinerja Manajerial. Tesis. Universitas
Universitas Bung Hatta (tidak Diponegoro.
dipublikasikan).
Pilipus Ramandei. 2009. Pengaruh Karakteristik
Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik Sasaran Anggaran dan Sistem
Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Pengendalian Intern terhadap Kinerja
Mananjerial Aparat Pemerintah Daerah.
Lucyanda, Jurica. 2001. Hubungan antara Tesis. Universitas Diponegoro.
Penganggaran Partisipatif dengan Kinerja
Manajerial : Peran Locus Of Control Rezi Novia Riska. 2011. Pengaruh Partisipasi
sebagai Variabel Moderating dan Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
Motivasi sebagai Variabel Intervening. Manajerial dengan Motivasi Kerja sebagi
Tesis Program Pasca Sarjana Magister Variabel Moderating. Padang: Skripsi
Sains. Universitas Gajah Mada (tidak Program S-1. Universitas Negeri Padang
dipublikasikan). (tidak dipublikasikan).

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Rezsa, Primanda. 2008. Pengaruh Budaya
Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Organisasi, Locus of control dan
penerapan Sistem Informasi Terhadap
Mila Mumpuni. 2005. Pengaruh Struktur Kinerja Aparat Unit-unit Pelayanan
Organisasional dan Locus Of Control Publik. Surakarta: Skripssi Program S-1.
Terhadap Hubungan antara Penganggaran Universitas Muhammadiyah (tidak
Partisipatif dengan Kinerja Manajerial dipublikasikan).
pada Organisasi Sektor Publik.
Semarang; Tesis Program Pasca Sarjana Rivai, Veithzal. 2004. Kiat Kepemimpinan
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi. dalam Abad Ke 21. Jakarta: PT Raja
Universitas Diponegoro (tidak Grafindo Persada.
dipublikasikan).
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi.
Mulyadi. Dan Jhony. 2001. Sistem Perencanaan Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang.
dan Pengendalian Manajemen.
Yogyakarta: Aditya Media. Rohman, A. 2009. Akuntansi Sektor Publik
Telaah dari Dimensi : Pengelolaan
Nanda Hapsari. 2010. Pengaruh Partisipasi Keuangan Daerah, Good Governance,
Penyususnan Anggaran terhadap Kinerja Pengendalian, Pengawasan dan
Manajerial dengan Komitmen Organisasi Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah.
dan Locus Of Control sebagai Variabel Semarang: Badan Penerbit Universitas
Moderating. Semarang; Skripsi Program Diponegoro.
S-1. Universitas Diponegoro (tidak
dipublikasikan). Septi Mardiana. 2010. Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
Aparatur Pemerintah dengan Motivasi
19
sebagai Pemoderasi. Padang; Skripsi Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian untuk
Program S-1. Universitas Negeri Padang Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
(tidak dipublikasikan).
Wahjosoemidjo. 1994. Kepemimpinan dan
Soetrisno. 2010. Pengaruh Partisipasi, Motivasi Motivasi Kerja. Jakarta: Ghalia
dan Pelimpahan Wewenang dalam Indonesia.
Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial. Semarang: Tesis Program Winardi. 2004. Motivasi dan Pemotivasian
Pasca Sarjana Magister Akuntansi dalam Manajemen. Jakarta: PT Grafindo
Fakultas Ekonomi. Universitas Persada.
Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional.


Yogyakarta: PT. Andi.

Sri Tirta Nurtuti. 2009. Pengaruh Motivasi dari


Pimpinan terhadap Kinerja Pegawai
Kantor Camat Kecamatan IV Jurai
Kabupaten Pesisir Selatan. Padang:
Skripsi Program S-1. Universitas Negeri
Padang (tidak dipublikasikan).

Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian


Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: PT. Alfabeta.

Sumarno. 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi


dan Gaya Kepemimpinan terhadap
Hubungan antara Partisipasi Anggaran
dan Kinerja Manajerial: Studi Empiris
Pada Kantor Cabang Perbankan
Indonesia Di Jakarta. Symposium
Nasional Akuntansi VII. Solo, 15-16
September 2005.

Ulupui, I.G.K. 2005 Pengaruh Partisipasi


Anggaran, Persepsi Keadilan Distributif,
Keadilan Prosedural, dan Goal
Commitment terhadap Kinerja Dinas.
Tesis Program Pasca Sarjana Magister
Sains. Universitas Gajah Mada (tidak
dipublikasikan).

20

You might also like