Download-Fullpapers-Sekar Arum

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE SIMULASI MENGGOSOK

GIGI TEKNIK MODIFIKASI BASS DENGAN KETRAMPILAN DAN KEBERSIHAN


GIGI MULUT PADA ANAK MI AT-TAUFIQ KELAS V
(The Effect Of Health Education Using Tooth Brushing Simulation Method With Bass
Technique On Tooth Brushing Ability And Oral Hygiene Maintainance On School
Children)

Sekar Arum Novita Sari, Ferry Efendi, Praba Dian


*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp/Fax (031) 5913257. Email : snd_louphe@yahoo.co.id

ABSTRACT
Introduction: Brushing teeth is one of the effective ways to clean the teeth from leftover food
and dirt. Yet, children still have lack ability on brushing their teeth and maintaining oral hygiene.
This is caused by the lack of knowledge in brushing their teeth and maintaining oral hygiene. One of
the ways to increase the ability to brush the teeth and maintain oral hygiene by giving health
education using simulation method. Bass modification technique was proven to be effective to
maintainance oral hygiene. Nevertheless, it was not yet conducted in research design using simulation
to children. There for objective of this research was to explore the effect of health education
regarding tooth brush simulation method using bass modification technique on school children.
Method: The research used a pre-experimental design. The samples were 29 children and they were
taken using a simple random technique. The dependent variable was simulation method while the
independent variables were tooth brushing and oral hygiene. Data collection used checklist system
and observation. Data analysis used wilcoxon signed rank test. Result: The results showed that tooth
brushing ability (ρ=0.000), debris index (ρ=0.000), and oral hygiene OHIS (ρ=0.002) had significant
influence on simulation method. Calculus index (ρ=0.458) showed that there was no significant
influence on simulation method. Discussion: The conclusion was that simulation method was effective
to increase tooth brushing ability and oral hygiene maintenance on school children. The next
researcher is expected to apply true experimental design of health education to assess the ability to
brush the teeth and to maintain oral hygiene.

Keywords: tooth brushing ability, oral hygiene, simulation method

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian dilakukan setelah makan dan sebelum tidur
terpenting dalam kehidupan manusia, sehat akan mengurangi risiko masalah kesehatan
secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali gigi (Silvi et al, 2005). Menggosok gigi dapat
anak-anak, setiap orang tua menginginkan dilakukan dengan beberapa teknik diantaranya
anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara dengan metode bass. Kemampuan anak dalam
optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh menggosok gigi meningkat pada prasekolah
mereka sehat. Kesehatan yang perlu setelah dilakukan pendidikan kesehatan
diperhatikan selain kesehatan tubuh secara dengan metode bass (Gayuh, 2012).
umum, juga kesehatan gigi dan mulut (Silvia Menggosok gigi teknik bass terbukti dapat
et al, 2005). Kesehatan gigi dan mulut dapat menghilangkan plak gigi atau debris yang
mempengaruhi kesehatan tubuh secara melekat karena dapat membersihkan sela-sela
menyeluruh karena kesehatan gigi dan mulut gigi dengan efektif. Berdasarkan pengambilan
merupakan bagian integral dari kesehatan data awal di sekolah MI AT-Taufiq siswanya
tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat memiliki kebiasaan salah dalam menggosok
dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum gigi baik teknik ketrampilan dan waktunya.
(Malik, 2008). Ketrampilan mereka dalam menggosok gigi
Menggosok gigi adalah tindakan untuk sangat kurang. Pendidikan kesehatan di
menyingkirkan kotoran atau debris yang sekolah tersebut juga sudah lama tidak
melekat pada permukaan gigi yang terutama

1
diberikan oleh pihak puskesmas. Berdasarkan menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini
uraian diatas, dapat diambil sebuah tentu saja akan mengurangi frekuensi
kesimpulan awal bahwa efektifitas kehadiran anak ke sekolah atau
menggosok gigi teknik bass pada anak meningkatkan hari absensi anak-anak serta
sekolah di MI At-Taufiq Kelurahan mengganggu konsentrasi belajar,
Lakarsantri terhadap ketrampilan menggosok mempengaruhi nafsu belajar dan asupan gizi
gigi dan kebersihan mulut belum dapat sehingga dapat mengakibatkan gangguan
disosialisasikan. pertumbuhan yang pada gilirannya akan
Pada penelitian yang dilakukan oleh mempengaruhi status gizi anak yang
Bagian Kedokteran Gigi Anak Universitas berimplikasi pada kualitas sumber daya
Padjajaran tahun 2004 selama 6 bulan (Siagian, 2008). Kebersihan gigi dan mulut
didapatkan bahwa sikat gigi bersama secara maksimal dapat tercapai dengan baik dengan
berkesinambungan di sekolah akan cara membersihkan gigi dan mulut dari sisa
berpengaruh terhadap peningkatan higiene makanan yang tertinggal diantara gigi atau
oral murid, yang akan berdampak terhadap fissure (Dewi, 2011). Salah satu faktor yang
penurunan nilai Decay, Missing, Filling mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut
Tooth (DMF-T). Pada penelitian tersebut adalah pengetahuan menggosok gigi yang
didapatkan penurunan nilai DMF-T hingga meliputi frekuensi menggosok gigi, cara
mencapai 78,9 % dengan angka DMF-T menggosok gigi, dan bentuk sikat gigi
sebesar 5,74. Hasil serupa juga didapatkan (Faizah, Nur et al, 2007).
oleh Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia yang Upaya pemeliharaan kesehatan gigi
melaporkan penurunan nilai DMF-T setelah dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia
anak-anak diberikan pengetahuan mengenai dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang
kesehatan gigi dan mulut dan dilakukan ideal untuk melatih kemampuan motorik
kegiatan gigi bersama (Darwita, 2011). seorang anak, termasuk diantaranya
Berdasarkan pengkajian awal dalam menggosok gigi. Kemampuan menggosok
penelitian ini yang dilaksanakan di MI At- gigi secara baik dan benar merupakan faktor
Taufiq kelas V sebanyak 15 anak bersama cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan
dokter gigi di Kelurahan Lakarsantri gigi dan mulut (Riyanti, 2005). Salah satu
menunujukkan bahwa kebersihan mulut upaya dalam peningkatan kesehatan gigi dan
siswa pada kategori sedang 60 % (indeks mulut adalah dengan metode pendidikan
OHIS 1,5-1,75) dan kurang 40 % (indeks kesehatan. Menurut Angela (2005)
OHIS 2-4,6) serta menggosok gigi dengan ketrampilan menggosok gigi harus diajarkan
frekuensi 2 – 3 kali sehari dengan waktu dan ditekankan pada anak disegala umur
mandi pagi, mandi sore, dan sebelum tidur. terutama anak sekolah karena pada usia itu
Ketrampilan siswa kelas V At-Taufiq dalam mudah menerima dan menanamkan nilai-
menggosok gigi < 70. nilai dasar. Anak sekolah memerlukan
Kebersihan gigi dan mulut adalah pembelajaran untuk meningkatkan
suatu keadaan dimana gigi geligi yang berada ketrampilan menggosok gigi. Pendidikan
di dalam rongga mulut dalam keadaan yang kesehatan merupakan salah satu upaya yang
bersih, bebas dari plak, dan kotoran lain yang penting untuk menunjang kesehatan,
berada di atas permukaan gigi seperti debris, terutama pada anak yang memiliki tingkat
karang gigi, dan sisa makanan serta tidak kebersihan gigi mulut rendah dan
tercium bau busuk dalam mulut (Dewi, ketrampilan dalam menggosok gigi kurang,
2011). Kebersihan mulut sangat besar diharapkan agar dapat mengubah perilaku
pengaruhnya untuk mencegah terjadinya gigi dari yang merugikan kesehatan dan norma
berlubang atau karies, radang gusi, yang sesuai dengan kesehatan. Keunggulan
periodontitis, juga mencegah bau mulut. dari metode simulasi adalah cara terbaik
Penyakit yang sering diderita oleh anak untuk memberikan pengalaman, pengambilan
adalah karies gigi. Karies gigi menjadi hal keputusan, nilai, dan dapat digunakan kepada
yang penting dalam dunia kedokteran gigi individu, kelompok, dan masyarakat (Ross,
karena kelainan pada gigi ini dapat 1980 dalam Soeratno, 2004). Kegiatan
menyerang siapa saja tanpa memandang usia simulasi yang dilakukan secara bersama-
dan jika dibiarkan berlanjut akan merupakan sama dalam menggosok gigi teknik bass
sumber infeksi dalam mulut sehingga

2
dapat mudah dipahami oleh siswa dalam hal Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Juni
pembelajaran, sehingga pemahaman untuk sampai 9 Juni 2012 di MI At-Taufiq
meniru dan mengaplikasikannya cukup Lakarsantri Surabaya. Data yang terkumpul
tinggi. Menilai bahwa teknik bass cukup dianalisis untuk mengetahui perbedaan
fektif namun belum pernah diberikan. Oleh ketrampilan dan kebersihan gigi mulut anak
sebab itu peneliti ingin melaakukan studi sebelum dan sesudah diberikan intervensi
tentang efektivitas metode simulasi dalam pendidikan kesehatan simulasi dengan uji
ketrampilan menggosok gigi teknik Willcoxon Sign Rank Test dengan tingkat
modifikasi bass dengan ketrampilan dan kemaknaan α≤0,05.
kebersihan gigi mulut pada anak MI At-
Taufiq kelas V . HASIL
Responden saat sebelum diberikan intervensi
BAHAN DAN METODE pendidikan kesehatan simulasi diperoleh data
Penelitian menggunakan desain .Pemilihan ketrampilan 17 anak memiliki ketrampilan
sampel dilakukan dengan purposive cukup. Saat setelah diberikan intervensi 25
sampling. Penelitian ini dilakukan pada anak anak memiliki ketrampilan baik. Nilai OHIS
sekolah (usia 10-12 tahun) di MI AT-Taufiq anak sekolah sebelum dilakukan pendidikan
Lakarsantri Surabaya sebanyak 29 anak. kesehatan metode simulasi menunjukkan 1
Kriteria eksklusi yang digunakan meliputi anak memiliki nilai kurang dan 23 anak
anak yang tidak masuk sekolah saat tingkat sedang. Nilai OHIS anak sekolah
intervensi, anak yang mengalami nyeri sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
karena infeksi sakit gigi, dan anak yang tidak metode simulasi menunjukkan 15 anak
kooperatif. memiliki tingkat baik.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan
Variabel independen pada penelitian ini perbedaan yang signifikan pada responden
pendidikan kesehatan metode simulasi antara sebelum dan sesudah diberikan
sedangkan variabel dependen dalam pendidikan kesehatan simulasi . Perubahan
penelitian ini adalah ketrampilan menggosok nilai ketrampilan dan indeks OHIS
gigi dan kebersihan gigi mulut. Pengumpulan menunjukkan efektifitas pendidikan
data dilakukan dengan menggunakan lembar kesehatan metode simulasi sangat baik dalam
checklist menggsosok gigi teknik bass dan merubah perilaku seseorang. Hal ini
kebersihan gigi mulut mengginakan lembar ditunjukkan dengan uji statistik mengunakan
OHIS. Ketrampilan diukur dengan wilcoxon signed rank test adalah p=0,000,
menjumlahkan skor pada lembar observasi sehingga p≤0,05 maka H0 ditolak artinya
dengan teknik skor ya = 1 dan tidak = 0 pendidikan kesehatan dengan metode
menurut Arikunto., kemudian diubah dalam simulasi berpengaruh terhadap perubahan
bentuk persen dalam pengkategorian baik = tindakan menggosok gigi. Kebersihan gigi
76-100%, cukup = 56-75%, dan kurang = mulut menggunakkan hasil uji statistik
<56% berdasarkan Nursalama. Kebersihan wilcoxon signed rank test adalah p=0,002,
gigi mulut menurut OHI-S, baik : 0,0 – 1,2; sehingga p≤0,05 maka H0 ditolak artinya
sedang : 1,3 – 3,0; kurang : 3,1 – 6,0 (WHO, pendidikan kesehatan dengan metode
1984 dalam Eka, 2008). Pelaksanaan simulasi simulasi berpengaruh terhadap perubahan
menggunakan SAP (Satuan Acara indeks kebersihan gigi mulut.
Penyuluhan).

Tabel 5.1 Ketrampilan menggosok gigi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
metode simulasi pada tanggal 2 – 9 Juni 2012

No.Resp Sebelum Sesudah Jenis Kelamin


1 67 67 Perempuan
2 83 100 Laki-laki
3 67 100 Laki-laki
5 67 83 Laki-laki

3
6 83 100 Laki-laki
7 83 100 Perempuan
8 67 67 Perempuan
10 67 83 Laki-laki
11 83 100 Perempuan
12 67 83 Perempuan
14 67 100 Laki-laki
15 67 100 Perempuan
16 67 100 Perempuan
17 67 83 Perempuan
18 83 100 Perempuan
19 83 83 Perempuan
20 83 100 Perempuan
21 67 83 Laki-laki
22 67 83 Laki-laki
24 83 100 Perempuan
25 67 100 Perempuan
26 67 67 Laki-laki
27 67 83 Perempuan
29 67 67 Perempuan
30 83 100 Perempuan
31 83 100 Perempuan
32 67 83 Perempuan
33 83 100 Laki-laki
34 83 100 Perempuan
Mean 73,62 90,17
Std.Deviasi 8,02 12,18
Wilcoxon signed rank test p =0,000

Tabel 5. 4 Indeks indeks OHIS gigi anak MI At-Taufiq kelas V sebelum dan sesudah dilakukan
metode pendidikan kesehatan simulasi pada tanggal 2 – 9 Juni 2012

No.Resp Sebelum Sesudah Jenis Kelamin


1 3,66 2,50 Perempuan
2 1,83 1,00 Laki-laki
3 1,33 1,00 Laki-laki
5 2,16 1,83 Laki-laki
6 1,49 0,96 Laki-laki
7 1,66 0,80 Perempuan
8 2,66 2,33 Perempuan
10 1,67 1,67 Laki-laki
11 1,96 0,83 Perempuan
12 2,33 1,66 Perempuan
14 1,83 1,33 Laki-laki
15 1,50 1,50 Perempuan
16 1,33 0,83 Perempuan
17 2,49 1,96 Perempuan
18 1,16 0,66 Perempuan
19 1,83 1,30 Perempuan
20 1,17 0,67 Perempuan
21 2,66 1,66 Laki-laki
22 2,16 1,49 Laki-laki
24 0,83 0,50 Perempuan

4
25 1,83 1,16 Perempuan
26 2,00 1,50 Laki-laki
27 2,33 1,66 Perempuan
29 2.33 2,16 Perempuan
30 1,50 0,67 Perempuan
31 1,33 1,00 Perempuan
32 1,66 1,16 Perempuan
33 1,16 0,99 Laki-laki
34 0,66 0,50 Perempuan
Mean 1,76 1,29
Std.Deviasi 0,63 0,54
Wilcoxon signed rank test p =0,002

PEMBAHASAN
diketahui dan disikapi. Ketrampilan
Ketrampilan menggosok gigi pada anak menggosok gigi pada anak sangat dipengaruhi
sekolah sebelum dilakukan pendidikan oleh beberapa faktor demografi seperti usia,
kesehatan metode simulasi menunjukkan 17 jenis kelamin, pengetahuan, dan pekerjaan
anak memiliki tingkat ketrampilan cukup dari orang tua (Harianti, 2003).
standar yang ditentukan yaitu dibawah 75, Usia mempengaruhi proses pendidikan
sehingga dinyatakan kurang memenuhi menggosok gigi hal ini dikuatkan dalam
standart. Mayoritas responden tidak lulus penelitian Riyanti (2005) bahwa kebersihan
pada lembar checklist nomer 4 dan 5. gigi mulut dipengaruhi oleh faktor usia. Anak
Checklist no 4 yakni memiringkan kepala sikat SD kelas 5 dan 6 kebersihan gigi mulutnya
gigi kira-kira 450 terhadap permukaan gigi sisi lebih baik daripada kelas dibawahnya. Jenis
depan sedangkan nomer 5 yaitu Menggosok kelamin mempengaruhi juga proses akhir
gigi dengan gerakan dari gusi ke gigi suatu pendidikan kesehatan menggosok gigi,
dilakukan secara berulang pada setiap gigi luar hal ini dikuatkan dalam penelitian Gayuh,
dan gigi dalam pada gigi bagian atas dan 2011 bahwa anak perempuan 75 % dinyatakan
bagian bawah. Nilai OHIS anak sekolah lulus dibanding anak laki-laki hanya 38% yang
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dinyatakan lulus, oleh karena itu anak
metode simulasi menunjukkan 1 anak perempuan lebih mudah untuk diberikan
memiliki nilai kurang dan 23 anak tingkat pendidikan. Sehingga hasil perubahan
sedang. Nilai kebersihan mayoritas responden ketrampilan menggosok gigi pada anak
tersebut dinilai kurang dari harapan. perempuan lebih baik dari pada laki-laki. Anak
Menggosok gigi merupakan kegiatan perempuan lebih terampil dalam tugas yang
motorik halus yang dapat diterapkan untuk bersifat praktis, khususnya dalam tugas
anak sehingga peran orangtua atau pendidik motorik halus dibandingkan dengan anak laki-
masih sangat besar didalam menentukan laki (Patmonodewo, 2008). Frekuensi
keberhasilan dalam melakukan pemeliharaan menggosok gigi juga mempengaruhi
kesehatan gigi anak (Riyanti, 2005). Menurut kebersihan gigi mulut anak – anak. Ini
Leighbody (1968) yang dikutip oleh Haryati, dikuatkan dengan penelitian Faizah et al, 2007
2009 mengatakan bahwa ketrampilan yang bahwa sekitar 70,2 % anak yang menggosok
dilatih melalui praktek secara berulang-ulang gigi kurang dari 2 kali sehari memiliki tingkat
akan menjadi kebiasaan atau otomatis. kebersihan gigi mulut yang kurang.
Menggosok gigi merupakan salah satu aspek Pengalaman mendapatkan pendidikan
dari psikomotor yang masih dapat dibina pada kesehatan juga mempengaruhi tingkat
anak usia sekolah melalui pendidikan kebersihan gigi mulut hal ini ditunjukkan
kesehatan. Setelah mengetahui stimulus atau dalam penelitian Riyanti (2005) bahwa
obyek, kemudian mengadakan penilaian atau dilakukan 4 kali pendidikan kesehatan lalu
pendapat terhadap apa yang diketahui, diukur tingkat kebersihan gigi mulutnya di
kemudian seseorang diharapkan mampu setiap pertemuan. Kunjungan pertama hanya
melaksanakan, mempraktikan atau memiliki dilakukan pendidikan kesehatan, kunjungan
kemampuan praktik terhadap apa yang kedua nilai rata-rata indeks plak gigi 0,281,

5
kunjungan ketiga nilai indeks rata-rata plak Usia juga mempengaruhi tingkat ketrampilan
0,196 dan kunjungan keempat sebesar 0,144. responden dalam penelitian ini. Usia
Ketrampilan menggosok gigi juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang sehingga
mempengaruhi kebersihan dan kesehatan gigi mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
mulut (Ghofur, 2012). Kebersihan gigi mulut pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
dapat diukur dengan OHIS. OHIS adalah cara akan semakin berkembang pula daya tangkap
sederhana untuk memudahkan penelitian untuk dan pola pikirnya. Hasil penelitian ini
menilai skor debris dan skor calculus kepada ditunjukkan 5 responden yang memiliki usia
enan permukaan gigi tertentu (Eka, 2008). 10 tahun ketrampilan pretest dan posttest
Kurangnya kebersihan gigi dan mulut tidak mengalami perubahan. Jenis kelamin
memungkinkan terjadinya penimbunan plak tidak berpengaruh pada penelitian ini. Hal ini
dan sisa-sisa makanan. Kebersihan gigi mulut bertolak belakang dengan penelitian
yang maksimal dapat tercapai dengan baik sebelumnya yang menyatakan jenis kelamin
dengan cara membersihkan gigi mulut dari sisa mempengaruhi proses pendidikan kesehatan.
makanan yang tertinggal diantara gigi atau Ketrampilan menggosok gigi pada anak
fissure. Oral hygiene yang baik perempuan lebih baik dari pada laki-laki. Anak
menggambarkan kesehatan umum yang baik perempuan lebih terampil dalam tugas yang
pula, sebaliknya kesehatan jika buruk bersifat praktis, khususnya dalam tugas
menggambarkan kesehatan yang buruk pula mororik halus dibandingkan dengan anak laki-
(Silvia et al, 2005). Tujuan penggunaan OHIS laki. Hasil penelitian ini jenis kelamin tidak
adalah mengembangkan suatu teknik berpengaruh karena jumlah responden
pengukuran yang dapat dipergunakan untuk perempuan lebih banyak daripada laki-laki
mempelajari penyakit periodontal dan sehingga efektivitas pendidikan kesehatan
calculus, menilai hasil dari cara menggosok terhadap ketrampilan berdasarkan jenis
gigi dari masyarakat, serta menilai kegiatan kelamin belum dapat diketahui. Data
efek segera dan jangkan panjang dari progam demografi juga menunjukan sebagian besar
pendidikan kesehatan gigi (Tjahja dan responden perempuan memiliki usia lebih
Lannywati, 2010). muda daripada usia responden laki-laki. Hal
Ketrampilan dan kebersihan gigi mulut ini membuat kemampuan daya tangkap
responden kurang memenuhi standar yang responden laki-laki lebih baik dari responden
diharapkan karena mereka belum pernah perempuan. Kesadaran menggosok gigi pada
mendapatkan pendidikan kesehatan penelitian ini berpengaruh pada hasil
menggosok gigi sebelumnya. Pendidikan kebersihan gigi mulut responden. Responden
kesehatan merupakan pendidikan yang tidak yang tidak menggosok gigi dalam
lepas dari proses belajar karena proses belajar kesehariannya memiliki nilai OHIS yang
itu ada dalam rangka mencapai tujuan buruk dibandingkan dengan responden yang
pendidikan. Sebelum terjadi perubahan menggosok gigi 2 kali sehari. Menyikat gigi
perilaku, seseorang akan mempunyai persepsi paling baik dilakukan 2 kali sehari karena
terhadap apa yang akan dijalaninya sehingga proses pembentukkan plak terjadi 24-48 jam,
menimbulkan persepsi yang berhubungan apabila responden melakukan menyikat gigi
dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh secara teratur terjadi proses pembersihan
dari informasi, sehingga bila informasi yang secara mekanis. Hal ini mengakibatkan hanya
diterima kurang jelas, hasil pembelajaran yang tersisa plak gigi yang belum matang dan akan
didapat juga tidak optimal. Informasi yang berdampak pada nilai kebersihan gigi mulut.
diperoleh oleh responden mempengaruhi Ketrampilan menggosok gigi pada anak
pengetahuan responden yang semula cukup sekolah sesudah dilakukan pendidikan
akan berubah dengan sendirinya menjadi baik. kesehatan metode simulasi menunjukkan 25
Pengetahuan seseorang terhadap obyek anak memiliki tingkat ketrampilan baik dari
mempunyai intensitas atau tingkat yang standart yang ditentukan yaitu diatas 75,
berbeda-beda. Proses pembelajaran yang tidak sehingga dinyatakan memenuhi standart. Nilai
optimal akan mempengaruhi persepsi OHIS anak sekolah sebelum dilakukan
seseorang sehingga perubahan untuk pendidikan kesehatan metode simulasi
berperilaku hidup sehat akan sulit didapatkan. menunjukkan 15 anak memiliki tingkat baik.
Persepsi proses informasi juga berhubungan Menurut Notoatmodjo (2003) setelah
dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. orang mengetahui stimulus atau objek,

6
kemudian mengadakan penilaian atau mengurangi debris yang ada pada gigi. Metode
pendapat terhadap apa yang diketahuinya, modifikasi bass ini terbukti efektif dapat
proses selanjutnya diharapkan dia akan mengurangi debris yang ada pada gigi
mampu melakukan atau mempraktikkan apa responden. Metode ini membentuk sudut 45˚
yang diketahuinya. Pemberian pengalaman terhadap sumbu panjang gigi dan mengarah ke
yang bersumber dari pengetahuan, maka sulkus gingitiva. Sikat diusahakan masuk ke
diharapkan praktik atau tindakan yang sudah sulkus dan diputar secara perlahan dalam
diadopsi telah terpelihara. Menurut putaran kecil tanpa menggerakkan ujung sikat
Notoadmodjo (2007) dalam Nursalam, 2008. dari daerah servik. Dengan cara ini, daerah
Menggosok gigi dengan pasta gigi merupakan gingitiva dari gigi dan kantong dapat
salah satu metode yang paling efektif untuk dibersihkan. Daerah lingual arah vertikal. Cara
meningkatkan kebersihan gigi mulut (Lestari, penyikatan ini bertujuan untuk pemijatan gusi,
2005). Menggosok gigi dapat digunakan supaya kotoran dapat keluar dan pembersihan
sebagai salah satu cara membersihkan plak sela-sela gigi. Salah satu upaya pencegahan
gigi dari rongga mulut. Kebersihan mulut yang bisa dilakukan agar kebersihan gigi
sangat besar pengaruhnya untuk mencegah mulut tetap terjaga dengan rajin berkumur
terjadinya gigi berlubang, radang gusi, dan setiap kali selesai makan, dengan selalu
mencegah terjadinya bau mulut. Kebersihan berkumur setelah makan baik dengan obat
gigi dan mulut dilihat dari dua pengukuran kumur atau hanya dengan air putih biasa akan
yaitu indeks debris dan indeks calculus mengurangi debris atau sisa makanan yang
(Tarigan, 1999). berselip di antara gigi, jika tidak ada makanan
Peneliti mempraktikkan langkah- yang terselip atau menempel pada gigi maka
langkah menggosok gigi yang benar disertai akan mengurangi terbentuknya plak pada gigi
keterangan-keterangan yaitu ada 6 langkah di sehingga dengan sendirinya dapat mengurangi
ikuti oleh anak didik secara langsung. Oleh risiko karies gigi.
karena itu metode simulasi dapat diserap oleh Perubahan nilai ketrampilan dan indeks
anak-anak dan ketrampilan anak dalam OHIS menunjukkan efektifitas pendidikan
menggosok gigi meningkat setelah diberikan kesehatan metode simulasi sangat baik dalam
pendidikan kesehatan. Namun tidak semua merubah perilaku seseorang. Hal ini
responden mengalami peningkatan, terdapat 5 ditunjukkan dengan uji statistik mengunakan
responden yang memiliki nilai tetap. wilcoxon signed rank test adalah p=0,000,
Kemungkinan hal ini dapat disebabkan karena sehingga p≤0,05 maka H0 ditolak artinya
anak masih sering mengalami kesulitan pendidikan kesehatan dengan metode simulasi
apabila harus memfokuskan pandangannya berpengaruh terhadap perubahan tindakan
terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan. menggosok gigi. Kebersihan gigi mulut
Selain itu, pada soal no. 4 dan no. 5 yaitu menggunakkan hasil uji statistik wilcoxon
kemampuan memiringkan kepala sikat gigi 45o signed rank test adalah p=0,002, sehingga
dan kemampuan menggosok gigi dengan p≤0,05 maka H0 ditolak artinya pendidikan
gerakan dari gusi ke gigi, didapatkan sebagian kesehatan dengan metode simulasi
besar responden belum dapat melakukan. berpengaruh terhadap perubahan indeks
Menggosok gigi merupakan perkembangan kebersihan gigi mulut.
motorik halus yang seharusnya anak mampu Pendidikan kesehatan merupakan usaha
melakukannya. Hal ini perlahan dapat diatasi atau kegiatan untuk membantu individu,
dengan berlatih secara rutin. kelompok, dan masyarakat dalam
Latihan menggosok gigi dapat meningkatkan kemampuan baik pengetahuan,
dilakukan didepan cermin sehingga anak bisa sikap, maupun ketrampilan untuk mencapai
memandang dirinya sendiri saat menggosok hidup sehat secara optimal (Notoatmodjo,
gigi (Maulani dan Enterprise, 2005). Latihan 2003). Metode simulasi menurut Soeratno
ini dapat mendorong anak untuk mengetahui (2008) merupakan suatu bentuk dari metode
bagian mana yang kurang bersih dan langkah- pemberian yang diatur sedemikian rupa
langkah apa yang salah, sehingga anak dapat sehingga terjadi proses belajar yang dilakukan
terdorong membersihkan bagian-bagian yang oleh kelompok atau masyarakat. Menurut
masih kotor dengan lebih teliti dan dapat Budiharjo, 1996 dalam Soeratno (2004)
memperbaiki langkah-langkah yang salah. mengatakan bahwa dengan adanya simulasi
Menggosok gigi dengan tepat dapat yang tertata dapat mempengaruhi proses

7
belajar dan memperoleh pengetahuan yang memperoleh penghargaan atas usahanya.
dapat mengubah sikap serta perilaku. Menurut Siswa memiliki keinginan besar untuk bisa
Notoadmodjo (2007) suatu sikap belum melakukan proses pendidikan kesehatan
otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk menggosok gigi dengan baik sehingga dapat
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan memenuhi standar yang ditetapkan dalam
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau tahapan menggosok gigi teknik bass dan
situasi yang memungkinkan antara lain kebersihan gigi mulut. Responden juga dapat
fasilitas dan faktor dukungan (support). diberikan tugas dan aktivitas yang dapat
Tingkatan tindakan terdiri dari persepsi, diselesaikan, mempelajari peraturan, dan
respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. kerjasama untuk mencapai tujuan pada proses
Persepsi anak tentang menggosok gigi yang pendidikan kesehatan simulasi ini.
bersumber pada informasi yang terdapat pada Perkembangan emosi anak tahap ini adalah
metode simulasi membuat anak menilai apa rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba hal
yang diyakininya. Anak akan yang baru, sehingga dengan adanya metode
mengaplikasikannya dalam sebuah tindakan simulasi anak memperhatikan proses
(practice) yang kemudian akan diadopsi oleh pendidikan menggosok gigi dengan seksama.
anak. Keunggulan dari metode ini adalah
Metode simulasi terjadi interaksi dua perhatian responden dapat dipusatkan kepada
arah yaitu antara pendidik dan anak didik, hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik
sehingga anak dapat konsentrasi dan perhatian dan mencoba mempraktikkan secara langsung
anak tidak teralih karena pendidik dapat proses pendidikan yang telah diberikan
menguasai lingkungan didik, dengan sehingga hal yang penting itu dapat diamati
dirangsangnya stimulus anak sekolah untuk secara teliti. Disamping itu dengan mencoba
aktif mengamati, memperhatikan, dan secara mandiri siswa pun lebih lebih mudah
mempraktikkan cara menggosok gigi yang memahami dan menghafalkan proses belajar
benar secara langsung maka ketrampilan anak mengajar. Pendidikan simulasi ini dapat
meningkat. Anak usia sekolah perkembangan mengurangi kesalahan-kesalahan bila
kognitif pada tahap operasional konkrit artinya dibandingkan dengan hanya membaca atau
aktivitas mental yang difokuskan pada objek- mendengarkan, karena murid mendapatkan
objek peristiwa nyata (Wong, 2003). gambaran yang jelas dari hasil pengamatan,
Kecenderungan belajar anak usia sekolah beberapa persoalan yang menimbulkan
dasar pada tahap ini salah satunya memiliki pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas
ciri yaitu konkrit. Konkrit mengandung makna waktu proses pendidikan kesehatan
proses belajar beranjak dari hal-hal yang berlangsung. Kelemahan metode ini yaitu
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, memerlukan ketrampilan dari pendidik secara
dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik khusus, karena tanpa ditunjang hal itu,
penekanan pada pemanfaatan lingkungan pelaksanaan simulasi tidak akan efektif dan
sebagai sumber belajar. Pemanfaatan peserta didik tidak dapat melihat atau
lingkungan akan menghasilkan proses dan mengamati keseluruhan proses yang
hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, dipraktikkan. Menggosok gigi merupakan
sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan salah satu aspek dari psikomotor yang masih
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dapat dibina pada anak sekolah melalui
alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, pendidikan kesehatan. Pada masa anak
lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat sekolah, ketrampilan menggosok gigi harus
dipertanggungjawabkan. Metode simulasi diajarkan dan ditekankan karena pada anak
yang memberikan kesempatan anak mencoba mudah menerima dan mudah untuk
secara terpimpin dan mandiri membuat anak menanamkan nilai-nilai dasar, diarahkan serta
lebih memiliki makna terhadap proses dibentuk sikap dan perilakunya terutama
pendidikan kesehatan menggosok gigi yang psikomotornya. Dengan diberikan pendidikan
diberikan, sehingga mereka lebih mengingat kesehatan dengan metode simulasi diharapkan
proses yang telah diajarkan. Perkembangan anak sekolah terampil dalam menggosok gigi
psikososial pada responden memasuki tahap sehingga dapat mencegah berbagai penyakit
industry vs inferiority (Wong, 2003). Siswa yang berkaitan dengan gigi.
pada tahap ini memperoleh kesenangan
terhadap penyelesaian tugasnya dan

8
SIMPULAN DAN SARAN Gayuh. 2012. Efektivitas Metode Demonstrasi
Simpulan dan Audio Visual Terhadap
Ketrampilan menggosok gigi kategori cukup Ketrampilan Menggosok Gigi Teknik
dan kebersihan gigi mulut kategori sedang Bass pada Anak Prasekolah. Skripsi
pada sebagian besar anak sebelum dilakukan Universitas Airlangga. Tidak
pendidikan kesehatan simulasi menggosok gigi dipublikasikan
teknik modifikasi bass. Ketrampilan
menggosok gigi dan kebersihan gigi mulut Malik. 2008. Kesehatan Gigi dan Mulut:
kategori baik pada sebagian besar anak setelah Laporan kesehatan Badan
dilakukan pendidikan kesehatan simulasi Pengembangan Sistem Informasi dan
menggosok gigi teknik modifikasi bass. Telematika Daerah (Bapesitelda)
Pendidikan kesehatan simulasi dapat Provinsi Jawa Barat. Departemen
meningkatkan ketrampilan menggosok gigi Ortodonti Universitas Padjajaran :
dan kebersihan gigi mulut anak MI At-Taufiq Bandung
kelas V.
Saran Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
Sebaiknya upaya kesehatan ketrampilan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta :
kebersihan gigi mulut dengan metode simulasi Jakarta
diadakan secara rutin di sekolah.
Perawat kesehatan komunitas dapat Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
menerapkan metode simulasi dalam Metodologi Penelitian Ilmu
ketrampilan dan kebersihan gigi mulut yang Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
diterapkan pada anak sekolah.
Penelitian berikutnya memperhatikan sampel Riyanti, Eriska. 2005. Hubungan Pendidikan
yang homogenitas serta mengunakan desain Penyikatan Gigi Dengan Tingkat
true experimental. Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa-Siswi
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
DAFTAR PUSTAKA Imam Bukhari. Skripsi Universitas
Padjadjaran Bandung. Tidak
Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer Pada dipublikasikan
Anak Yang Berisiko Karies Tinggi.
Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.). Vol. 38, no. Siagian, Albiner. 2008. Hubungan Kebiasaan
3, hal. 32 Makan dan Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dengan Karies Gigi Pada Anak SD
Darwita, Risqa Rina. 2011. Efektivitas Progam 060935 di Jalan Pintu AIR II Simpang
Sikat Gigi Bersama Terhadap Risiko G udang Kota Medan Tahun 2008. Info
Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar. Kesehatan Masyarakat. Vol. XII, no. 2
J Indon Med Assoc. Vol.61, no.5 hal 109-118

Dewi, Sekar Arum. 2011. Hubungan Pola Silvia, et al. 2005. Hubungan Frekuensi
Pemberian Makan dan Kebersihan Menyikat Gigi Dengan Tingkat
Mulut Dengan Indeks Keparahan Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa
Karies Anak PAUD Yang Positif Karies. Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan
Skripsi Universitas Airlangga. Tidak Palaran Kota Madya Samarinda Profinsi
dipublikasikan. Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi.
(Dent. J.). Vol.38, no. 2 hal 88
Eka, Doni Putra. 2008. Hubungan Antara
Karakteristik Demografi (Umur, Jenis Soeratno. 2004. Pengaruh penerimaan
Kelamin), Kebersihan Gusi dan Mulut, Simulasi Terhadap Perubahan Perilaku
dan Pola Makan Dengan Kejadian Anggota Kelompok Yasinan Dalam
Karies Pada Anak Umur 6 – 12 Tahun. Upaya Pencegahan PenyakitMalaria
Tesis Universitas Airlangga. Tidak DiwilayahPantai Popoh Kabupaten
dipublikasikan. Tulungagung. Tesis Universitas
Airlangga. Tidak dipublikasikan.

9
10

You might also like