Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

PERILAKU KOLOM BAJA PROFIL SIKU TERSUSUN EMPAT

DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS

Lilis Indriani, ST, MT,


E-mail: indrianililis@yahoo.com

Abstract
At the design standard longitudinal section don’t demand rules as pressure axial, so some longitudinal section
can bunch become one by connection plate until shape built up column. It give large area, built up column
can restrain load and stiffness more great than column singular. Purpose research is know influence
configuration profile built up to capacity column built up, know behavior built up column to force pressure
axial ultimate, know influence increment variation space couple plate to stiffness column, know pattern stress
strain built up column to force pressure axial, pound coefficient factor length buckling (K ) result influence
increment variation space couple plate to capacity built up column.
Analysis built up column, use model built up column long 1000 mm (L) with couple plate result
experimental (Basuki,2007) and variation with Finite Element Analysis (FEA) used ANSYS Ed.9.0 by
element SOLID45 for spacing couple plate 1000 mm, spacing variation couple plate 500 mm, 500 mm;
spacing variation couple plate 333,33 mm, 333,33 mm, 333,333 mm; spacing variation couple plate 200 mm,
300 mm, 500 mm; spacing variation couple plate 308 mm, 308 mm, 384 mm and variation cross section
column. Steel stress yield f y = 322,02 MPa and Modulus Elastisitas E = 228404,9 MPa.
Find result from Finite Element Analysis: column model A shape box four profile angel with inersia moment
1.063.333,33 mm4 to column model B shape box four profile angel up side down with inersia moment
930.523,6 mm4, ratio inersia moment 1,143 will increase load critical 0,865%, load yield 0,219%, load
ultimate 0,701% and stiffness 1,962% model A than model B. Column with used four couple plate distance
uniform will load critical increase 13,636%, load yield increase 0,291%, load ultimate down 0,319% and
stiffness increase 5,686% from column with used four couple plate distance not uniform. Stress softening
column used two couple plate to strain more 0,200 and stress softening column used more two couple plate
distance not uniform to strain less 0,200. Coefficient factor length buckling for load yield 0,629. L model A
and 0,630. L model B, coefficient factor length buckling for load ultimite 0,521. L model A and 0,522. L
model B.

Keyword: Steel Column, Built Up Column Profile Angel, Couple Plate

PENDAHULUAN
Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan
elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai PERUMUSAN MASALAH
kekakuan kecil lebih mudah mengalami tekuk Bentuk dan ukuran profil standar (rolled
dibandingkan dengan elemen yang mempunyai section) adalah terbatas, dikarenakan adanya
kekakuan besar. Untuk menghindari kegagalan pertimbangan ekonomis dan faktor kesulitan
akibat tekuk pada kolom, maka luas tampang dalam proses manufakturnya. Saat tampang
tekan dan bentuk dari tampang harus dipilih standar sudah tidak mencukupi persyaratan
secara benar. Momen inersia menjadi salah satu sebagai batang tekan yang diinginkan, maka
pertimbangan yang penting dalam pemilihan beberapa tampang dapat dirangkai menjadi satu
tampang, maka nilai momen inersia dapat agar didapat suatu bentuk tampang yang
ditingkatkan dengan menyebarkan luas tampang diinginkan dengan dihubungkan oleh pelat
dalam batas-batas praktis sejauh mungkin dari sehingga membentuk kolom batang tersusun.
sumbunya. Salah satu alternatif untuk Berdasarkan uraian diatas maka perlu
meningkatkan momen inersia adalah dengan dibuat sebuah permodelan untuk dapat
membuat penampang bentukkan yang dikenal mengetahui perilaku dan kekuatan dari kolom
dengan kolom batang tersusun. Selain batang tersusun dengan menggunakan analisis
memberikan luasan yang lebih besar, kolom metode elemen hingga dengan bantuan software
tersusun juga dapat menahan beban dan kekakuan ANSYS ED Version 9.0.
lebih besar dibandingkan dengan kolom tunggal.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 9
ANALISIS KOMPONEN STRUKTUR
TUJUAN PENELITIAN TERSUSUN YANG TIDAK MEMPUNYAI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: SUMBU BAHAN
a. Mengetahui pengaruh konfigurasi profil Berdasarkan SNI-03-1729-2002, analisis
tersusun terhadap kapasitas kolom baja profil komponen struktur tersusun yang tidak
siku tersusun. mempunyai sumbu bahan adalah sebagai berikut:
b. Mengetahui perilaku kolom baja profil siku a. Komponen struktur tersusun dari beberapa
tersusun terhadap gaya aksial tekan ultimit. elemen yang disatukan pada seluruh
c. Mengetahui pengaruh penambahan variasi panjangnya boleh dihitung sebagai komponen
jarak pelat kopel terhadap kekakuan kolom struktur tunggal.
baja profil siku tersusun. b. Suatu komponen yang mengalami gaya tekan
d. Mengetahui pola stress-strain kolom baja konsentris akibat beban terfaktor, N u , harus
profil siku tersusun terhadap gaya aksial
tekan. memenuhi persyaratan sebagai berikut:
e. Mendapatkan koefisien faktor panjang tekuk N u  N u (1)
akibat pengaruh variasi jarak antara pelat Dimana:
kopel terhadap kapasitas kolom baja profil  = Faktor reduksi kekuatan (Tabel 6.4-2
siku tersusun. SNI 03-1729-2002)
N n = Kuat tekan nominal komponen
BATASAN MASALAH
struktur (N)
Pada penelitian ini dilakukan pembatasan
Daya dukung nominal komponen struktur :
yaitu:
a. Kolom batang tersusun yang dibahas terdiri fy
N n = Ag . f cr = Ag . (2)
dari empat profil siku L 20 x 20 x 2 mm dan 
pelat kopel 30 x 3 mm fy
b. Variasi jarak pengaku adalah 1000 mm, 500 f cr = (3)
mm, 333,3 mm, variasi jarak 200 mm, 300 
mm, 500 mm dan variasi jarak 308 mm, 308 Dimana:
mm, 385 mm. Ag = Luas penampang tersusun (mm²)
c. Kolom dibuat dengan ukuran yang sama, f y = Tegangan leleh baja (MPa)
yaitu kolom batang tersusun persegi dengan
ukuran b = 100 mm, h = 100 mm dan L =  = Koefisien tekuk
1000 mm
d. Peraturan konstruksi mengacu pada Standar c. Kelangsingan ideal dari komponen struktur
Nasional Indonesia (SNI 03-1729-2002). tersusun yang tidak mempunyai sumbu bahan
terhadap sumbu x dan sumbu y dihitung
e. Mutu baja yang digunakan f y = 322,02 MPa
sebagai berikut:
dan E = 228404,9 MPa.
f. Beban yang bekerja adalah beban aksial tekan ix = 2x  m l2 (4)
sentris. 2
g. Tumpuan ujung kolom dianggap sebagai iy =
sendi sendi. Kekuatan kolom mengasumsikan
ujung sendi di mana tidak ada kekangan m 2
2y  l (5)
rotasional momen.(Charles G. Salmon, 1992). 2
h. Kekuatan las pada sambungan pelat pengaku Ll
dianggap mampu menahan beban yang l = (6)
bekerja. rmin
i. Momen pada kolom tidak dibahas, karena
kekangan momen pada ujung – ujung batang Lkx
benar – benar ada sehingga menyebabkan x = (7)
titik momen nol dan bergerak menjauhi ujung rx
– ujung yang ditahan. Lky
y = (8)
ry

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 10
Dimana : Untuk  c  1,2 maka   1,252c
Ll = spasi antar pelat kopel pada arah
komponen struktur tekan, mm ANALISIS BEBAN KRITIS KOLOM
Lky = panjang tekuk komponen struktur TERSUSUN
tersusun pada arah tegak lurus Besarnya beban kritis yang dapat dipikul oleh
sumbu y-y, dengan kolom tersusun adalah sebagai berikut:
memperhatikan pengekang lateral
yang ada dari kondisi jepitan  2 .E.I
ujung-ujung komponen struktur,
mm Pe ( LK ) 2
Pkritis  
Lkx = panjang tekuk komponen struktur P  2 .E.I  L1.a 1,56.L1 L1
2
1 e 1   
tersusun pada arah tegak lurus Pd  2.E.t.b 3 E.b.a.t 24.E.I
sumbu x-x, dengan ( LK ) 2  y
memperhatikan pengekang lateral .(10)
yang ada, dari kondisi jepitan Dimana:
ujung-ujung komponen struktur, Pkritis = Beban kritis pada batang (N)
mm
rx = jari-jari girasi komponen struktur
E = Modulus Elastisitas Baja (N/mm²)
I = Inersia gabungan penampang batang
tersusun terhadap sumbu x-x, mm (mm4)
ry = jari-jari girasi komponen struktur L = Panjang batang (mm)
tersusun terhadap sumbu y-y, mm K = Faktor tekuk batang
rmin = jari-jari girasi elemen komponen L1 = Jarak antar kopel terpanjang (mm)
struktur terhadap sumbu yang a = Jarak antara sumbu penampang batang
memberikan nilai yang terkecil
(mm)
(sumbu l  l ), mm
t = Lebar pelat kopel (mm)
m = konstanta
b = Tebal pelat kopel (mm)
Iy = Inersia gabungan pelat kopel (mm4)
d. Kekuatan Nominal batang tekan tersusun
selanjutnya dapat dihitung dengan Persamaan
(2) dan (3), dengan nilai parameter ANALISIS DEFLEKSI LELEH
kelangsingan (  c ), koefisien tekuk (  )
Besarnya nilai defleksi pada kolom akibat beban
leleh ditentukan berdasarkan perbandingan antara
dihitung berdasarkan persamaan-persamaan beban leleh dengan modolus elastisitas bahan dan
berikut : luas penampang serta faktor panjang tekuk kolom.
Nilai defleksi dapat ditentukan dengan
1 fy Persamaan:
c  iy (9)
Py x K x Ln
 E Y  (11)
Dimana: Atotal profil xE
iy = Angka kelangsingan Dimana :
c = Faktor angka kelangsingan Py = Beban leleh (N)
E = Modulus elastisitas baja K = Panjang faktor tekuk ditentukan
(MPa) berdasarkan perletakan kolom.
fy = Tegangan leleh baja (MPa) Ln = Jarak bersih antara pelat kopel
(mm)
Untuk  c  0,25 maka   1 Atotal profil = Luas total profil (mm²)
Untuk 0,25 <  c <1,2 maka E = Modolus Elastisitas (N/mm²)
1,43
 Finite Element Analysis Menggunakan ANSYS
1,6  0,67 c

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 11
Pada penelitian ini model kolom baja profil siku
tersusun menggunakan analisis model elemen
hingga dengan bantuan program komputasi
ANSYS Ed.9.0. Dalam program ANSYS, model
elemen hingga dibuat menggunakan graphical
user interface (GUI).
1. Model Baja
Model baja pada model kolom baja profil siku
tersusun menggunakan elemen model elemen
bricknode8 SOLID45 dari struktur yang padat.
2. Model Tumpuan
Model tumpuan kolom baja profil siku dalam
penelitian ini sifat regangan dan tegangan sama
dengan model baja.

METODE PENELITIAN
1. Perancangan Model
Analisis model kolom baja profil siku tersusun
menggunakan analisis elemen hingga dengan Gambar 2. Konfigurasi Model Profil
bantuan komputasi ANSYS. Model baja Siku Tersusun (mm)
menggunakan material bricknode8 SOLID45. a. Kurva tegangan regangan baja untuk baja
Langkah pertama yang dilakukan adalah paduan rendah berkekuatan tinggi yang
memodelkan Kolom baja profil siku tersusun memiliki tegangan leleh antara 275 MPa
empat dengan data input yang sesuai dengan sampai dengan 480 MPa dapat dilihat pada
hasil uji eksperimental terdahulu. Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Tegangan Regangan


Mutu Baja f y =322,02 Mpa
Gambar 1. Profil Siku L.20.20.2 b. Nilai beban pada FEM diperoleh dari hasil
konversi beban terpusat eksperimental
menjadi beban merata dengan luas pelat
tumpuan sebagai pembagi. Sebagai contoh
untuk model LA2 beban terpusat
eksperimental adalah 55000 N, dengan
ukuran pelat 100 mm x 100 mm, maka beban
merata menjadi 5,5 N/mm 2 demikian untuk
model selanjutnya.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 12
2. Jumlah Model 5) LA5 jarak 308 mm ; 308 mm dan 384
Jumlah model ditentukan berdasarkan variasi mm
bentuk penampang dan jarak antara kopel, b. Model B
adapun jumlah model analisis elemen hingga Bentuk penampang B dapat dilihat seperti
menggunakan ANSYS adalah: gambar 4
a. Model A
Bentuk penampang A dapat dilihat seperti
gambar 3

Gambar 4. Bentuk Penampang B


Variasi jarak dari bentuk penampang B
adalah:
1) LB1 jarak 1000 mm
Gambar 3. Bentuk Penampang A 2) LB2 jarak 500mm ;500mm
Variasi jarak dari bentuk penampang A 3) LB3 jarak 333,33 mm ; 333,33 mm
adalah: dan 333,33 mm
1) LA1 jarak 1000 mm 4) LB4 jarak 200 mm ; 300 mm dan 500
2) LA2 jarak 500mm ;500mm mm
3) LA3 jarak 333,33 mm ; 333,33 mm 5) LB5 jarak 308 mm ; 308 mm dan 384
dan 333,33 mm mm
4) LA4 jarak 200 mm ; 300 mm dan 500
mm

Pembagian jarak pelat kopel dapat dilihat pada Gambar 5.

LA1;LB1 LA2;LB2 LA3;LB3 LA4;LB4 LA5;LB5


Gambar 5. Pembagian Jarak Pelat Kopel

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 13
3. Bagan Alir Penelitian

Mulai Mesh attribute: SOLID45

Element type: SOLID45 Mesh: SOLID45

Real constant: SOLID45 Loads: SOLID45

Analysis type: solution and Rumus


control Koefisien Panjang Tekuk Kolom
Material model: SOLID45

ModelingcreateKeypoint A
(sesuai dengan model eksperimental)
A
B

ModelingcreateAreas
ArbitraryThrough KPs
Time at end of loadstep
Automatic time stepping
ModelingoperateExtrude Number of substep
AreasBy XYZ Offset Max no. Of substep
Min no. Of substep

Modelingoperatebooleansglue
Define loads: apply
B
Volume: Pick all

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 14
Plotting grafik
Pressure: Displacement:
On area On Area
Validasi Beban Leleh dan
Beban Ultimit dengan
Hasil Perhitungan
Tidak Manual
Solving: current LS

Ya

Tidak Validasi
Beban Kritis Kesimpulan
B
dengan
eksperimental
Selesai
Ya
B
Hasil analisis model elemen hingga yang 1. Mendifinisikan persamaan L1 dengan
sudah diolah akan dilakukan validasi model. menggunakan Persamaan 6.
Validasi model dengan membandingkan hasil
analisis model menggunakan ANSYS dengan
2. Membuat persamaan kelangsingan arah
hasil eksperimental dengan tingkat kesalahan sumbu y-y dengan menggunakan Persamaan
validasi maksimal 10% dari analisis tersebut. Jika 7.
tingkat kesalahan validasi lebih dari 10%, maka 3. Membuat persamaan kelangsingan ideal
perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap dengan menggunakan Persamaan 4.
input data ke program komputasi ANSYS. 4. Membuat persamaan faktor angka
Sedangkan validasi antara hasil analisis model kelangsingan kolom  c dengan
menggunakan ANSYS dengan perhitungan menggunakan Persamaan 9.
manual adalah kurang dari 20%. Jika hasil
5. Menentukan nilai koefisien tekuk ( )
tersebut telah tervalidasi semua, maka dapat
digunakan mengambil kesimpulan dari model berdasarkan nilai beban hasil FEM
tersebut dan dilanjutkan dengan pembuatan model 6. Diperoleh matrik dari tiga persamaan untuk
dengan variasi yang telah ditetapkan dalam model LA3, model LA4 dan model LA5.
batasan penelitian. Tetapi apabila hasil tersebut 7. Didapat nilai koefisien panjang faktor tekuk
tidak tervalidasi, maka dibuatlah sebuah (K )
persamaan koefisien panjang faktor tekuk (K ) , 8. Validasi nilai beban hasil FEM dan hasil
sehingga hasil perhitungan manual tervalidasi perhitungan manual, jika tervalidasi maka
terhadap hasil FEM. Adapun langkah pembuatan nilai koefisien panjang faktor tekuk.
persamaan (curve fitting) adalah sebagai berikut:

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DARWAN ALI, VOL 1 EDISI JANUARI 2012 – APRIL 2012 Page 15
HASIL DAN KESIMPULAN
1. Validasi
Validasi terhadap hasil eksperimental hanya untuk tiga model kolom baja profil siku tersusun yaitu
model LA2, LA3 dan LA4. Sedangkan validasi hasil FEM dengan hasil perhitungan manual
dibandingkan untuk semua model.

Tabel 1.Validasi Nilai Beban Kritis dan Defleksi Kritis pada Model Hasil FEM Terhadap Hasil
Eksperimental dan Perhitungan Manual

Validasi Beban Kritis dan Defleksi Kritis


Perhitungan
FEM Eksperimental
No Model Manual
Pcr  cr Pcr  cr
Pcr (KN)  cr (mm)
(KN) (mm) (KN) (mm)
1 LA1 28,000 0,157 28,825 0,158 N/A N/A
2 LA2 65,000 0,364 53,903 0,366 55,000 3,400
3 LA3 77,000 0,463 75,594 0,464 75,000 1,340
4 LA4 61,000 0,367 53,903 0,366 45,000 1,750
5 LA5 72,000 0,433 67,368 0,430 N/A N/A
6 LB1 28,000 0,155 28,336 0,157 N/A N/A
7 LB2 65,000 0,352 52,668 0,351 N/A N/A
8 LB3 76,000 0,410 73,349 0,410 N/A N/A
9 LB4 60,000 0,322 52,668 0,351 N/A N/A
10 LB5 71,000 0,383 65,545 0,382 N/A N/A

Gambar 6. Validasi Nilai Beban Kritis dan Defleksi Kritis pada Model Hasil FEM Terhadap Hasil
Eksperimental dan Perhitungan Manual

2. Perilaku momen inersia model B. Rekapitulasi


Model A mempunyai luas penampang 308 perilaku batang kolom profil siku pada
mm² dengan nilai momen inersia semua model adalah:
1.0633.333,333 mm4 sedangkan model B
mempunyai luas penampang 308 mm² a. Model LA1
dengan nilai momen inersia 930.523,6 mm4. Kolom baja profil siku dengan dua
Jadi rasio perbandingan nilai momen inersia pelat kopel akan mengalami tekuk
model A sebesar 1,143 terhadap nilai lateral ke arah x 46,470 mm dan arah y
47,290 mm. Nilai Beban ultimit sebesar kolom dengan nilai regangan
393,940 KN dan deformasi ultimit maksimum 0,208.
sebesar 190,802 mm. Tegangan ultimit
terjadi pada batang kolom dengan nilai
regangan maksimum 0,231.

Gambar 9. Hasil ANSYS model LA3


d. Model LA4
Kolom baja profil siku dengan empat
pelat kopel dengan jarak yang variasi
akan tertekuk lateral ke arah x 11,812
Gambar 7. Hasil ANSYS model LA1
b. Model LA2 mm dan arah y 11,812 mm. Nilai
Beban ultimit sebesar 379,780 KN dan
Kolom baja profil siku dengan tiga
pelat kopel akan mengalami tekuk defleksi ultimit sebesar 156,486 mm.
Tegangan ultimit terjadi pada batang
lateral ke arah x 12,874 mm dan arah y
12,875 mm. Nilai Beban ultimit sebesar kolom dengan nilai regangan
maksimum 0,191.
387,300 KN dan deformasi ultimit
sebesar 168,743 mm. Tegangan ultimit
terjadi pada batang kolom dengan nilai
regangan maksimum 0,214.

Gambar 10. Hasil ANSYS model LA4


e. Model LA5
Gambar 8. Hasil ANSYS model LA2 Kolom baja profil siku dengan empat
c. Model LA3 pelat kopel dengan jarak yang hampir
Kolom baja profil siku dengan empat seragam akan tertekuk lateral ke arah x
pelat kopel dengan jarak yang seragam 9,725 mm dan arah y 9,725 mm. Nilai
akan tertekuk lateral ke arah x 9,129 Beban ultimit sebesar 385,780 KN dan
mm dan arah y 9,492 mm. Nilai Beban defleksi ultimit sebesar 165,052 mm.
ultimit sebesar 384,550 KN dan Tegangan ultimit terjadi pada batang
defleksi ultimit sebesar 163,272 mm. kolom dengan nilai regangan
Tegangan ultimit terjadi pada batang maksimum 0,208.
Gambar 11. Hasil ANSYS model LA5
f. Model LB1
Kolom baja profil siku dengan dua Gambar 13. Hasil ANSYS model LB2
pelat kopel akan mengalami tekuk h. Model LB3
lateral ke arah x 24,270 mm dan arah y Kolom baja profil siku dengan empat
43,235 mm. Nilai Beban ultimit sebesar pelat kopel dengan jarak yang seragam
392,540 KN dan deformasi ultimit akan tertekuk lateral ke arah x 4,631
sebesar 187,380 mm. Tegangan ultimit mm dan arah y 4,631 mm. Nilai Beban
terjadi pada batang kolom dengan nilai ultimit sebesar 382,550 KN dan
regangan maksimum 0,224. defleksi ultimit sebesar 159,109 mm.
Tegangan ultimit terjadi pada batang
kolom dengan nilai regangan
maksimum 0,199.

Gambar 12. Hasil ANSYS model LB1


g. Model LB2
Kolom baja profil siku dengan tiga
pelat kopel akan mengalami tekuk
lateral ke arah x 7,097 mm dan arah y
13,746 mm. Nilai Beban ultimit sebesar
385,100 KN dan defleksi ultimit Gambar 14. Hasil ANSYS model LB3
sebesar 166,496 mm. Tegangan ultimit i. Model LB4
terjadi pada batang kolom dengan nilai Kolom baja profil siku dengan empat
regangan maksimum 0,214. pelat kopel dengan jarak yang variasi
akan tertekuk lateral ke arah x 6,450
mm dan arah y 11,973 mm. Nilai
Beban ultimit sebesar 376,020 KN dan
defleksi ultimit sebesar 150,016 mm.
Tegangan ultimit terjadi pada batang
kolom dengan nilai regangan
maksimum 0,176.
Beban ultimit sebesar 381,650 KN dan
defleksi ultimit sebesar 157,679 mm.
Tegangan ultimit terjadi pada batang
kolom dengan nilai regangan
maksimum 0,185.

Gambar 15. Hasil ANSYS model LB4


j. Model LB5
Kolom baja profil siku dengan empat
pelat kopel dengan jarak yang hampir
seragam akan tertekuk lateral ke arah x
5,354 mm dan arah y 9,762 mm. Nilai Gambar 16. Hasil ANSYS model LB5
3. Kesimpulan untuk perhitungan analitis beban ultimit maka
Berdasarkan analisis model menggunakan besarnyanilai
perhitungan manual dan analisis model FEM L1  (0,46384 La  0,58895 Lb  0,50927 Lc )
menggunakan ANSYS pada kolom baja profil pada model penampang kolom A dan
siku tersusun dengan pelat kopel, maka dapat
L1  (0,48963La  0,54340Lb  0,52852Lc )
disimpulkan hasil analisis berdasarkan tujuan
pada penelitian ini sebagai berikut: pada model penampang kolom B. Besarnya
a. Perbandingan kolom model A yang berbentuk nilai K terhadap panjang kolom untuk
kotak empat profil siku dengan momen perhitungan beban leleh adalah 0,629. L
inersia 1.063.333,33 mm4 terhadap kolom untuk model A dan 0,630. L untuk model B.
model B yang berbentuk kotak empat profil Sedangkan nilai K terhadap panjang kolom
siku terbalik dengan momen inersia untuk perhitungan beban ultimit adalah 0,521.
930.523,6 mm4 dimana rasio momen inersia
1,143 akan meningkatkan beban kritis
L untuk model A dan 0,522. L untuk model
B.
0,865%, beban leleh 0,219%, beban ultimit
0,701% dan kekakuan 1,962% model A
SARAN
terhadap model B.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam
b. Kolom model A dengan empat pelat kopel
penelitian ini, beberapa saran yang dapat
dan jarak yang seragam akan mengalami
diusulkan, sebagai berkut:
kenaikan beban kritis sebesar 13,636%,
1. Penggunaan pelat kopel sebaiknya hanya
kenaikan beban leleh sebesar 0,291%,
untuk kondisi elastis atau kapasitas beban
penurunan beban ultimit sebesar 0,319%
leleh, karena kolom dengan pelat kopel tidak
(terhadap model LA5) dan kenaikan
mampu meregang secara maksimal sampai
kekakuan sebesar 5,686% dibandingkan
tegangan ultimit.
dengan jarak yang tidak seragam.
2. Dalam penggunaan pelat kopel pada kolom
c. Kolom dengan empat pelat kopel dan jarak
harus diperhatiakan sambungan antara pelat
yang seragam akan mengalami kenaikan
kopel dengan profil terutama pada kopel
kekakuan sebesar 5,686% dibandingkan
bagian tengah kolom, karena tegangan pada
dengan jarak yang tidak seragam.
daerah ini akan sama dengan tegangan pada
d. Kurva tegangan regangan untuk
profil kolom.
kolom dengan dua pelat kopel akan
3. Untuk menghindari terjadinya tekuk lateral
mengalami perlemahan tegangan pada
yang tidak seragam pada kolom, sebaiknya
regangan lebih dari 0,200. Sedangkan kurva
jarak pelat kopel diseragamkan.
tegangan regangan untuk kolom dengan pelat
4. Penggunaan sambungan las pada pelat kopel
kopel lebih dari dua dan jarak antara pelat
harus diperhatikan karena sangat berpengaruh
kopel yang tidak seragam cendrung
terhadap kapasitas dari kolom baja tersusun
mengalami perlemahan tegangan pada
regangan kurang dari 0,200. Hal ini
DAFTAR REFERENSI
disebabkan deformasi ultimit yang terjadi
1. Achmad Basuki, (2007). Kekakuan Kolom
lebih kecil pada kolom yang menggunakan
Baja Tersusun Empat Profil Siku Dengan
pelat kopel lebih dari dua.
Variasi Pelat Kopel . Media Teknik
e. Kolom baja profil siku tersusun
Sipil/Januari 2007.
yang menggunakan pelat kopel lebih dari tiga
2. Agus Setiawan, (2008). Perencanaan
dengan jarak yang bervariasi dalam
Struktur Baja dengan Metode LRFD.
perhitungan analisis tidak hanya batang
Erlangga. Jakarta
terpanjang yang memberikan pengaruh
3. Badan Standarisasi Nasional, (2000), Tata
terhadap kapasitas beban leleh maupun beban
Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
ultimit. Untuk perhitungan analitis beban
Bangunan Gedung (SNI-03-1729-2002),
leleh maka besarnya nilai
Bandung.
L1  (0,63923Lc  0,59964Lb  0,64599Lc ) 4. Atin Sudarsono, (2005) Studi Parametik
pada model penampang kolom A dan Daktilitas Balok – Kolom Baja
L1  (0,63003La  0,62212 Lb  0,63584 Lc ) Berpenampang I,
pada model penampang kolom B, sedangkan www/digilib.itb.ac.id/gdl.phd
5. Duggal, S.K (1993), Design of Steel 10. Rene Amon, Bruce Knobloch, Atanu
Structure, Tata Mc Graw-Hill Publishing Mazumder, (2000). Perencanaan Konstruksi
Company Limited, New Delhi. Baja Untuk Insinyur dan Arsitek Jilid 1.
6. Salmon,C.G, John E. Johnson, (1992). Pradnya Paramita. Jakarta
Struktur Baja Desain dan Perilaku. 11. Rudy Gunawan,Ir (1987), Tabel Profil
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kontruksi Baja, Kanisius, Yogyakarta
7. Sanci Barus, Ir, (2008), Analisa 12. University of Alberta, (2002), ANSYS
Perbandingan Tekuk Kolom Dengan Tutorial Buckling, www.mece.ualberta.ca/
Menggunakan Profil Baja Tersusun Dan 13. Tutorials/ansys/cl/clt/buckling/print.html
Komposit , USU Repository © 2008. 14. Y.Nakasone, S.Yoshimoto, (2006),
8. Sindur P.Mangkoesubroto (2007), Bahan Engineering Analysis With ANSYS
Kuliah Struktur Baja, www.icfee.info Software, Departement of Mechanical
9. S.R Satish Kumar, Prof, Design of Steel Engineering Tokyo University of Science,
Structure, Indian Institute of Tecnology Tokyo, Japan.an Institute
Madras.

You might also like