Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324888817

DETERMINAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI


INDONESIA DI KAWASAN PEDESAAN

Thesis · January 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.14278.98881

CITATIONS READS

0 963

1 author:

Anik Susma Wardani


Airlangga University
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Anik Susma Wardani on 02 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

DETERMINAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI


INDONESIA DI KAWASAN PEDESAAN
Anik Susma Wardani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga


Jl. Airlangga 4-6 Surabaya
Telp : 0315033642
Email: aniksusmawardani@gmail.com

Abstract
The low nutritional status of Indonesia especially in agricultural households in rural areas due
to lack of availability and accessibility to food. The purpose of this study is to analyze the
influence of the sex of households’ head, households’ size, age of households’head, mother
education, households’ income, access to credit, raskin, family planning program, health
insurance, drinking water resource, and sanitation to food and nutrition security of
Indonesian farm households in rural areas. This research used logit regression analysis and
secondary data of Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) in 2014 conducted by
Badan Pusat Statistik Indonesia. The results indicate that the sex of households’ head, age of
households’ head, households’ size, mother education, income, access to credit, raskin,
unconditional cash transfer, health insurance, drinking water resource and sanitation
simultaneously affect the food security and nutrition of Indonesian farm households in rural
areas. Partially all of the variables have an effect on food and nutrient endurance except for
family planning program, resource of drinking water and health insurance.

Key words: Food Security and Nutrition, Farm Households, Rural Areas, Logit regression.

1. Pendahuluan
Indonesia telah mencapai tujuan pembangunan millennium (Millenium Development
Goals) yang pertama yakni mengurangi separuh persentase orang yang hidup dalam
kelaparan dan kemiskinan ekstrim. Namun, tujuan pembangunan nasional dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional/ RPJMN 2015-2019 masalah gizi dan stunting
menjadi prioritas utama. Ketahanan gizi Indonesia masih jauh tertinggal dan kurang
mengalami kemajuan terutama masalah meningkatnya kasus obesitas, rendahya angka

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 1


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

kecukupan gizi dan masalah balita pendek. Permasalahan malnutrisi masih menjadi
penghambat potensi Indonesia (Dewan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian & World
Food Programme, 2015).
Menurut Von Braun (2014) kekurangan kalori dan gizi serta penurunan berat badan
adalah indikator jangka menengah dalam mengukur ketahanan pangan dan gizi. Di Indonesia
dalam pengukuran standar status gizi menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasar
rerata konsumsi energi dari kalori dan protein per kapita sehari sesuai tabel angka kecukupan
gizi oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun 2013 sebagaimana
yang ditetapkan dari hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2010 . Rata-rata konsumsi
kalori masyarakat baik di daerah perkotaan maupun pedesaan masih dibawah standar
kecukupan yang ditentukan oleh Pemerintah dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 75 Tahun 2013 sebesar 2.150 kkal. Berdasar data dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan bahwa sebanyak 52,52 persen dari jumlah
penduduk tidak memenuhi ambang batas internasional untuk gizi, yaitu 2.000 kkal per hari
pada tahun 2013 (BPS, 2014). Perkembangan tingkat asupan kalori harian Indonesia tiap
tahunnya mengalami fluktuasi yang ditunjukkan dalam Gambar 1.1 dibawah ini.

Rata-Rata Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari

2 100.00 2 038.17
2 050.00
2 000.00 1 952.01
1 925.61
Nilai kkal

1 950.00 2 014.91
1 876.32
1 900.00 1 927.63 1 900.16 1 828.65
1 850.00
1 800.00 1 852.49
1 750.00
1 700.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017


Gambar 1.1
Konsumsi Kalori Per Kapita Harian Masyarakat Indonesia Tahun 2007-2015

Berdasarkan data konsumsi kalori, Indonesia masih tergolong rendah dalam konsumsi
kalori harian. Berbalik dengan kondisi produksi tanaman pangan pokok yaitu komoditas
serealia dan umbi-umbian di Indonesia terus meningkat selama sepuluh tahun terakhir dari
tahun 2004 hingga 2015 yang ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 2


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

Produksi Tanaman Pangan Pokok Indonesia Tahun


2004-2015

80000000
70000000
60000000
Jumlah (Ton)

50000000
40000000
30000000
20000000
10000000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017

Gambar 1.2
Produksi Tanaman Pangan Pokok Indonesia Tahun 2004-2015

Menurut data Badan Pusat Statistik, produksi padi meningkat sebesar 3,2 persen,
jagung sebesar 6,1 persen, ubi kayu sebesar 2,4 persen dan ubi jalar sebesar 2,7 persen per
tahun. Komoditas ini menyediakan hampir 50 persen dari asupan kebutuhan energi per hari
pada rata-rata konsumsi pangan orang Indonesia. Berdasarkan data diatas, produksi
komoditas tanaman pangan di sektor pertanian sebagai penyedia ketersediaan kalori bagi
masyarakat berbanding terbalik dengan tingkat konsumsi kalori masyarakat Indonesia
sehingga memunculkan permasalahan faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan pangan
dan gizi rumah tangga dari segi rata- rata konsumsi kalori per kapita harian rumah tangga.
Permasalahan ketahanan pangan dan gizi diatas yang mempunyai banyak dimensi dan
bersifat kompleks utamanya pada level rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah
seperti di kawasan pedesaan dan rumah tangga petani (FAO, IFAD and WFP, 2015).
Jangkauan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antar variabel sosio ekonomi dan
lingkungan terhadap ketahanan pangan dan gizi rumah tangga petani miskin di kawasan
pedesaan Indonesia.

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 3


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

2. Landasan Teori
Definisi Ketahanan Pangan dan Gizi

IFPRI telah menggunakan istilah "Ketahanan Pangan dan Gizi" sejak pertengahan
1990an. UNICEF dan FAO mengembangkan definisi istilahnya bahwa ketahanan pangan dan
gizi dicapai bila makanan yang memadai (dari aspek kuantitas, kualitas, keamanan,
pendapatan, sosial dan budaya) tersedia dan mudah diakses dan dimanfaatkan secara
memuaskan dan dimanfaatkan oleh semua individu setiap saat untuk menjalani kehidupan
yang sehat dan aktif. sedangkan UNICEF (2008) mendefinisikan bahwa keamanan pangan
dan gizi ada saat semua orang memiliki fisik sosial dan ekonomi. Menurut FAO / AGN
(2011), akses terhadap makanan dengan kuantitas dan kualitas yang cukup dalam hal variasi
keragaman kandungan gizi dan keamanan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
preferensi makanan mereka untuk kehidupan yang aktif dan sehat ditambah dengan
lingkungan, sanitasi kesehatan, pendidikan dan perawatan yang memadai (CFS, 2012).

Kerangka Konseptual Ketahanan Pangan dan Gizi


Ketahanan pangan dan gizi dalam rumah tangga merupakan lingkup tingkat observasi
mikro. Definisi ketahanan pangan dan gizi juga dijelaskan oleh Pieters (2013) yang
mencerminkan dua pilar yaitu: (1) status ketahanan makanan dan gizi dan (2) stabilitas status
makanan dan gizi. Dalam kerangka konseptual, ketersediaan pangan, akses makanan dan
pemanfaatan makanan menentukan keadaan disebut sebagai status makanan dan gizi
seseorang atau rumah tangga yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
Gambar kerangka konsep ketahanan pangan dan gizi dibawah ini menyajikan
kerangka kerja untuk analisis pendorong utama ketahanan pangan dan gizi di tingkat mikro
yang membedakan antara dua pilar utama diatas ialah status dan stabilitas. Harus ditekankan
bahwa hubungan antara status makanan dan gizi dan stabilitas status makanan dan gizi tidak
linier dan bahwa kedua kategori dan dimensinya sangat saling terkait.
Menurut FAO (2006) dalam Pieters (2013) Ketersediaan pangan dapat digambarkan
sebagai sejauh mana makanan berada dalam jangkauan rumah tangga (misalnya di toko-toko
lokal dan pasar), baik dari segi cukup kuantitas dan kualitas. Ketersediaan pangan pada
tingkat mikro sangat berhubungan dengan ketersediaan pangan yang ditentukan oleh produksi
pangan domestik, makanan impor dan bantuan pangan secara keseluruhan. Akses pangan
tingkat rumah tangga dianggap tercapai ketika sebuah rumah tangga memiliki kesempatan
untuk mendapatkan makanan cukup kuantitas dan kualitas untuk memastikan aman dan

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 4


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

bergizi. Pemanfaatan pangan merujuk kepada asupan makanan individu dan / kemampuannya
untuk menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dimakan. Oleh karena itu,
pemanfaatan pangan berhubungan tidak hanya untuk jumlah makanan yang dimakan, tetapi
juga untuk kualitas diet. Untuk alasan ini, kalori dan mikronutrien muncul di kotak
pemanfaatan pangan pada Gambar 2.1. Secara khusus, makanan yang dikonsumsi oleh
seorang individu harus cukup kuantitas dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan subsistensi
tidak semata-mata, tetapi juga kebutuhan energi untuk kegiatan sehari-hari, terutama generasi
pendapatan (UN World Food Program, 2007).

Food and Nutrition Security

Status Stability

Gender

Food Access Food Utilization


Food
Availabi Calor Micro- Calor Vulnerability Resilience
Micro-
lity ie nutrient ie nutrient

Individual Household
Household Resources
Resources Health Status
Access
Access to saving,
credit and
credit and insurance
Education insurance to to markets
markets

Risk Coping Strategis


Sumber: Pieters, 2013

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Ketahanan Pangan dan Gizi di Tingkat Individu dan
Rumah Tangga

Kondisi Ketahanan Pangan dan Gizi Rumah Tangga Petani Indonesia di Kawasan
Pedesaan
Kondisi ketahanan pangan dan gizi di desa dan kota tentunya berbeda. Di seluruh
dunia, negara berkembang sebagian besar masyarakat miskin dan sebagian besar orang yang
kelaparan tinggal di daerah pedesaan, dimana mereka adalah keluarga petani dan smallholder
di sektor pertanian (FAO,WFP & IFAD, 2015). Di negara berkembang, kawasan pedesaan

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 5


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

hubungan antara kepemilikan lahan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan dan gizi
karena lahan merupakan tingkat ketergantungan pada asset yang mereka miliki. Kepemilikan
tanah memungkinkan rumah tangga untuk menghasilkan pendapatan guna mendanai
konsumsi saat ini dan kegiatan investasi kelancaran konsumsi masa depan (karena lahan
dapat dijadikan agunan untuk mengakses keuangan di pasar kredit) (Rammohan & Pritchard,
2014).
Permasalahan lahan pertanian juga dijelaskan oleh Akinsanmi & Doppler (2005),
menurutnya rumah tangga pedesaan terus menghadapi kondisi ekonomi yang buruk yang
berdampak pada standar hidup dan situasi pangan yang suram. Pemanfaatan lahan untuk
produktivitas pertanian telah menurun terutama di mana peningkatan penggunaan populasi
dan non-pertanian bersaing untuk penggunaan lahan. Hal ini selanjutnya menciptakan
kesenjangan dalam ketersediaan sumber daya di antara rumah tangga miskin. Dampak dari
hal ini dalam jangka panjang adalah situasi pangan. Masyarakat akan lebih banyak
meninggalkan sektor pertanian sebagai mata pencahariannya dan bekerja diluar sektor
pertanian. (Babatunde, 2007).
Adepoju & Adejare (2013) menjelaskan masalah kerawanan pangan terutama pada
rumah tangga petani di pedesaan dikarenakan beberapa hal seperti setelah memanen sebagian
besar rumah tangga pedesaan menggunakan hasil produksi makanan mereka sendiri untuk
dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut. Ketahanan pangan terjadi karena tersedianya
makanan yang cukup untuk mereka melalui produksi sendiri. Namun karena kurangnya
fasilitas pengolahan, penyimpanan yang memadai dan fakta bahwa ketika mereka memiliki
kebutuhan mendesak, kebanyakan dari mereka akhirnya menjual produk pertanian dengan
harga rendah selama periode panen. Sering kali mereka sangat bergantung pada pasar untuk
membeli bahan makanan karena mereka tidak memiliki cukup persediaan sepanjang tahun.
Hal ini menyebabkan ketersediaan makanan yang tidak konsisten berdampak terhadap
kerawanan pangan selama periode tersebut.
Struktur pekerjaan ekonomi masyarakat pedesaan menunjukkan kelangsungan hidup
sektor pertanian dalam menciptakan lapangan kerja. Penghasilan rendah yang diamati di
pedesaan memiliki banyak implikasi untuk standar kehidupan masyarakat pedesaan.
Pertama, terbatasnya akses terhadap makanan dan gizi sehingga meningkatkan kerentanan
mereka terhadap penyakit. Kedua, kemampuan mereka untuk saving dan investasi sangat
berkurang sehingga mengarah pada lingkaran setan kemiskinan. Mengingat ukuran keluarga
di pedesaan yang besar jelas bahwa masyarakat pedesaan terbatas akan akses terhadap

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 6


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

makanan. Kemampuan mereka untuk mengakses makanan bergizi bahkan hampir tidak
masuk akal karena secara finansial mereka terbatas.

Penduduk pedesaan terutama mereka yang bergantung pada pertanian sebagai milik
mereka akan mengalami penurunan sarana kehidupan, produktivitas dan hasil pertanian yang
akan berdampak negatif terhadap pendapatan rumah tangga mereka; mengurangi akses
rumah tangga terhadap makanan dan mengakibatkan penurunan secara keseluruhan terhadap
standar kehidupan rumah tangga. Pendapatan yang rendah juga memberi batasan akses
terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi rumah tangga (Ikelegbe & Edokpa,
2013).

3. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan statistik inferensial yang dilakukan
melalui metode regresi logit. Model regresi logit digunakan untuk model regresi respons
kualitatif yakni model dimana variabel dependennya bersifat dummy. Regresi logit digunakan
dengan tujuan untuk menemukan probabilitas dari sebuah kejadian dalam hal ini status rumah
tangga berpeluang tahan dan rawan pangan serta gizinya (Gujarati,2012:221). Model yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
𝒑𝒊
Li = ln (𝟏−𝑷𝒊) β0 + β1 Gender + β2 Size + β3 Age + β4 Educ + β5 Logincome + β6 Credit +

β7 Pkh + β8 Raskin + β9 Health + β10 Water + β11 Sanitasi + ε……………..……(3.1)


dimana,
Li : Status Ketahanan Pangan dan Gizi, diukur dengan:
Food Security (Z) Index yakni membandingkan asupan
kalori harian per kapita dengan asupan kalori yang
direkomendasikan berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2013 status gizi
(AKG) diukur dengan standar kecukupan rata-rata konsumsi
kalori sebesar 2.150 kkal kemudian membaginya dalam dua
kategori [D=1, rumah tangga tahan pangan apabila asupan
kalori harian lebih dari 2.150 kkal sedangkan D=0, rumah
tangga rawan pangan apabila asupan kalori harian kurang dari
2.150 kkal]. Indikator tersebut mengacu pada jurnal penelitian
Babatunde (2007):

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 7


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

Zi = Yi / R ............................……………….………...…(3.2)
Dimana,
Zi : status ketahanan pangan dan gizi rumah tangga,
dimana nilai Y=1 jika rumah tangga tersebut tahan
pangan dan 0 rawan pangan
Zi = 1 jika Yi lebih besar atau sama dengan R
Zi = 0 jika Yi kurang dari R
Yi : konsumsi kalori per kapita harian dalam rumah
tangga
R : asupan kalori harian yang direkomendasikan (2.150
kkal)

Gender : Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga


Size : Ukuran Rumah Tangga
Age : Umur Kepala Rumah Tangga
Educ : Pendidikan Ibu
Logincome : Pendapatan Rumah Tangga
Credit : Akses Kredit
Pkh : Program Keluarga Harapan
Raskin : Bantuan Pangan (RASKIN)
Health : Jaminan Kesehatan
Water : Sumber Air Minum
Sanitasi : Sanitasi
β 1-11 : Koefisien Regresi
ε : error term

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan cross section.
Data bersumber dari data Riset SUSENAS (Survey Sensus Ekonomi Nasional) 2014 yang
dikumpulkan melalui survei rumah tangga oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) tahun
2014. Pengumpulan data dan variabel SUSENAS 2014 dalam penelitian ini dilakukan dengan
mempelajari kuisoner beserta buku petunjuk dan proxy letak variabel beserta lokasi studi
penelitian yang dibutuhkan. Setelah data dan variabel ditemukan,dilakukan filterisasi yakni
dengan menghilangkan semua data kecuali variabel berikut : asupan kalori harian per kapita,

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 8


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

klasifikasi rumah tangga di kawasan pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, pendapatan
rumah tangga, umur kepala rumah tangga, pendidikan ibu, akses kredit, ukuran rumah
tangga, dan bantuan pangan (raskin).

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil Statistik Ketahanan Pangan dan Gizi Rumah Tangga Petani Indonesia

Berikut ini adalah rangkuman statistik komponen variabel ketahanan pangan dan gizi
berdasarkan variabel independennya yang ditunjukkan dalam Tabel 4.1. Pada tabel tersebut
menunjukkan statistik deskriptif dari variabel penelitian dengan jumlah observasi 9.158
rumah tangga petani Indonesia di kawasan pedesaan.

Tabel 4.1
Deskripsi Komponen Ketahanan Pangan & Gizi berdasarkan Variabel Independen

Std.
Variabel Mean Min Max
Dev.
Ketahanan Pangan & Gizi 0.213 0.409 0 1
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga
0.867 0.340 0 1
(Dummy)
Ukuran Rumah Tangga 4 2 1 9
Umur Kepala Rumah Tangga 44 10 19 64
Pendidikan Ibu (Dummy) 0.090 0.286 0 1
Pendapatan Rumah Tangga 435,149 191,320 30,000 710,000
Akses Kredit (Dummy) 0.889 0.315 0 1
Program Keluarga Harapan (Dummy) 0.113 0.317 0 1
Raskin (Dummy) 0.706 0.456 0 1
Jaminan Kesehatan (Dummy) 0.616 0.486 0 1
Sumber Air Minum (Dummy) 0.692 0.462 0 1
Sanitasi Toilet (Dummy) 0.215 0.411 0 1
Sumber: SUSENAS 2014, diolah.

Dari tabel hasil peneliatan diatas dapat diketahui bahwa hanya 21% rumah tangga
petani Indonesia mengalami ketahanan pangan dan gizinya dan 79% mengalami kerawanan
pangan dan gizi, jenis kelamin kepala rumah tangga dengan nilai mean 0,867 dan standard
deviasi 0,340 yang menandakan bahwa 86% kepala rumah tangga petani Indonesia berjenis
kelamin laki - laki. Selanjutnya, ukuran rumah tangga nilai mean 4 dan standard deviasi 2
dengan ukuran rumah tangga terkecil terdiri dari 1 orang dan terbanyak terdiri dari 9 orang

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 9


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

tiap keluarga. Pendidikan ibu memiliki nilai mean 0,090 ibu di rumah tangga petani dengan
nilai standard deviasi 0,286 artinya bahwa 9% saja ibu di rumah tangga petani yang
berpendidikan tinggi sedangkan masih banyak ibu yang memiliki pendidikan rendah.
Sementara nilai pendapatan rumah tangga terendah dengan nominal Rp.30.000,- dan tertinggi
Rp.710.000,- dengan nilai mean 435.149 dan standard deviasi 191.320. Umur kepala rumah
tangga memiliki nilai mean 44 dan standard deviasi 10 dengan umur kepala rumah tangga
termuda berusia 19 tahun dan tertua berusia 64 tahun. Untuk akses terhadap kredit, nilai mean
0,889 dan standard deviasi 0.315 artinya 88% rumah tangga petani pernah memperoleh
fasilitas pembiayaan kredit usahanya ataupun memenuhi kebuthan sahri – hari dari berbagai
pihak.
Penerima program keluarga harapan, nilai mean 0,113 dengan standar deviasi 0,317
yang menandakan bahwa hanya 11% rumah tangga petani yang pernah menjadi peserta
program keluarga harapan berbeda dengan penerima atau pembeli raskin memiliki nilai mean
0,706 rumah tangga petani dengan standard deviasi 0.456 artinya banyak rumah tanga petani
yang mengkosumsi makanan pokoknya dari raskin sebesar 70%. Rumah tangga yang
memiliki jaminan kesehatan dengan nilai mean 0,616 dan standard deviasi 0,486 artinya 61%
rumah tangga petani memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah sedangkan rumah tangga
dengan sumber air minum yang layak nilai mean 0,692 menandakan 69% rumah tangga
petani memiliki sumber air minum layak dan standar deviasi 0,462 dan sanitasi layak dengan
nilai mean 0,215 dan standard deviasi 0,411 menandakan bahwa sarana sanitasi layak di
rumah tangga petani Indonesia masih rendah, hanya 21% saja yang memiliki sarana sanitasi
layak.

Hasil Estimasi Regresi Logistik Ketahanan Pangan dan Gizi Rumah Tangga Petani
Indonesia

Berdasarkan teknik analisis yang telah dilakukan berikut pada Tabel 4.2 hasil
estimasi ketahanan pangan dan gizi rumah tangga petani dengan menggunakan regresi
logistik. Berikut ditampilkan nilai koefisien logistik, odds ratio, marginal effect, uji goodness
of fit, konstanta, jumlah observasi, tingkat signifikansi variabel independen dan standard
error dengan variabel independen jenis kelamin kepala rumah tangga, pendapatan rumah
tangga, akses kredit, umur kepala rumah tangga, ukuran rumah tangga, pendidikan ibu,
program keluarga harapan, raskin, jaminan kesehatan, sumber air minum dan sanitasi.
Adapun persamaan regresi model logit yang didapatkan dari hasil regresi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 10
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

𝒑𝒊
Li = ln (𝟏−𝑷𝒊) = - 1,297 – 0,14 Gender - 0,627 Size + 0,027 Age + 0,374 Educ + 0,101

Logincome + 0,182 Credit + 0,066 Pkh – 0,249 Raskin – 0,043 Health +


0,090Water + 0,203 Sanitasi + ε ..........................…….................… (4.1)

Tabel 4.2
Hasil Estimasi Koefisien Model Regresi Logit Ketahanan Pangan & Gizi Rumah
Tangga Petani Pedesaan di Indonesia

Hasil Regresi
Variabel Notasi Marginal
Koefisien Odds Ratio
Effect
-1.297 ** -
Konstanta _cons 0.273
(0.598)
Jenis Kelamin Rumah Tangga gender -0.140 0.869 0.867
(0.077) *
Ukuran Rumah Tangga size -0.627 *** 0.534 4.455
(0.024)
Umur Kepala Rumah Tangga age 0.027 1.027 43.918
(0.008) ***
Pendidikan Ibu educ 0.374 1.454 0.090
(0.098) ***
Pendapatan Rumah Tangga logincome 0.101 1.106 12.832
(0.046) **
Akses Kredit credit 0.182 1.200 0.889
(0.095) **
0.066
Program Keluarga Harapan pkh 1.068 0.113
(0.107)
Bantuan Raskin raskin -0.249 *** 0.780 0.706
(0.063)
Jaminan Kesehatan health -0.043 0.958 0.616
(0.058)
Sumber Air Minum water 0.090 1.094 0.692
(0.063)
0.203 ***
Sanitasi Toilet sanitasi 1.225 0.215
(0.066)
N= 9.158
P-Value 0,000
LR2 1399.520
AIC 0.885
Pseudo R2 0.1476
Sumber: SUSENAS 2014, diolah.
Keterangan: ***, **, * masing – masing signifikan di tingkat 1%, 5%, 10 %
Angka dalam kurung adalah standard error.

Menurut hasil regresi logit,variabel jenis kelamin kepala rumah tangga, ukuran rumah
tangga, umur kepala rumah tangga, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, akses kredit,
raskin, program keluarga harapan, jamkesmas, air minum dan sanitasi secara simultan atau
bersama – sama berpengaruh terhadap status ketahanan pangan dan gizi rumah tangga petani
Indonesia sedangkan secara parsial, variabel jenis kelamin kepala rumah tangga, ukuran

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 11


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

rumah tangga, umur kepala rumah tangga, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, akses
kredit, raskin dan sanitasi berpengaruh terhadap status ketahanan pangan dan gizi rumah
tangga petani Indonesia. Namun tidak terjadi pada variabel program keluarga harapan,
sumber air minum dan jamkesmas yang secara parsial tidak berpengaruh terhadap status
ketahanan pangan dan gizi rumah tangga petani Indonesia dengan menggunakan pendekatan
konsumsi kalori per kapita harian.
Hasil estimasi logit, nilai pseduo R2 menunjukkan bahwa uji ketepatan model
menunjukkan sebesar 14,76% variabel penjelas mampu menjelaskan variabel terikat dalam
hal ini ketahanan pangan dan gizi.

5. Simpulan dan Saran

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis model dan pembahasan penelitian diatas didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Ukuran Rumah Tangga, Umur Kepala
Rumah Tangga, Pendidikan Ibu, Pendapatan Rumah Tangga, Akses Kredit, Raskin,
Program Keluarga Harapan, Jaminan Kesehatan, Sumber Air Minum dan Sanitasi
berpengaruh terhadap ketahanan dan gizi rumah tangga petani Indonesia di
kawasan pedesaan secara simultan.
2. Secara parsial, jenis kelamin kepala rumah tangga, ukuran rumah tangga, umur
kepala rumah tangga, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, akses kredit,
raskin dan sanitasi berpengaruh terhadap ketahanan dan gizi rumah tangga petani
Indonesia di kawasan pedesaan Sedangkan untuk program keluarga harapan,
jaminan kesehatan dan sumber air minum tidak berpengaruh terhadap ketahanan
pangan dan gizi.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan penelitian diatas, berikut didapatkan saran
terkait penelitian selanjutnya dan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah sebagai berikut:
1. Penelitian Ketahanan Pangan dan Gizi pada tingkat rumah tangga petani selanjutnya
diharapkan dapat diukur dengan indikator ketahanan pangan dan gizi yang mampu
mencerminkan status gizi secara optimal dengan melibatkan keempat aspek ketahanan
pangan dan gizi lainnya.

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 12


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

2. Rekomendasi pengambilan kebijakan:


a. Mengalokasikan dana raskin untuk peningkatan fasilitas akses kredit usaha pertanian
bagi penduduk petani di kawasan pedesaan agar produksi dan pendapatan mereka
meningkat sehingga mampu meningkat ketahanan pangan dan gizi. Kredit usaha lebih
memberikan pengaruh positif dibandingkan pengaruh raskin yang negatif.
b. Peningkatan jumlah penerima, layanan/ fasilitas dan sosialisasi program keluarga
harapan dan jaminan kesehatan agar mudah dijangkau, tepat sasaran dan serta mampu
dipahami oleh rumah tangga petani miskin sehingga mampu meningkatkan ketahanan
pangan dan gizinya.
c. Peran wanita dalam rumah tangga terutama untuk peningkatan ketahanan pangan dan gizi
para anggota rumah tangga juga sangat penting. Pendidikan terhadap kaum wanita lebih
baik ditingkatkan terutama wajib belajar pendidikan dasar.
d. Peningkatan sarana untuk akses air bersih dan sanitasi serta sosialisasi hidup sehat juga
perlu di tingkatkan dari sisi kesehatan agar kesehatan terjaga, aktivitas tidak terganggu
dan ketahanan pangan dan gizi meningkat.

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 13


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Anik Susma Wardani Jurnal Ekonomi, Januari 2018

Daftar Referensi

Adepoju & Adejare.2013. Food Insecurity Status Of Rural Households During The Post
Planting Season In Nigeria. International Conference of the African Association of
Agricultural Economists, September 22-25, 2013, Hammamet, Tunisia.
Akinsami, A and W,Doppler. 2005. Socio-economics and food security of farming families in
south east Nigeria. Paper presented at Tropetag 2005, Conference on International
Agricultural Research and Development. University of Hohenheim, Stuttgart:Germany.
CFS. 2012. Coming to terms with terminology: Food security, Nutrition security, Food
security and nutrition, Food and nutrition security, Committee on World Food Security
(CFS), Thirty-ninth Session, Rome, 15-20 October 2012. (Online), (
http://www.fao.org/docrep/meeting/026/MD776E.pdf., diaskses Agustus 2017).
Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian dan World Food Programme (WFP).
(2015). Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2015 Summary Version .
Jakarta : Kementan.
FAO, IFAD and WFP. 2015. The State of Food Insecurity in the World 2015.Meeting the
2015 international hunger targets: taking stock of uneven progress.Rome : FAO.
Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Dasar-dasar Ekonometrika. Terjemahan
oleh Eugenia Mardanugraha dkk. 2012. Jakarta: Salemba Empat.
Ikelegbe, OO & DA Edokpa.2013. Agricultural Production, Food And Nutrition Security In
Rural Benin, Nigeria. African Journal of Food Agriculture Nutrition and Development
Vol 13 No. 5 ISSN 16845374:Published by African Scholarly Science Communication
Trust .
Pieters, H, et al. 2013. Conceptual framework for the analysis of the determinants of food and
nutrition security. FOODSECURE Working paper no. 13 September 2013. Belgium :
Centre for Institutions and Economic Performance & Department of Economics, KU
Leuven.
R.O. Babatunde , O.A. Omotesho and O.S. Sholotan . 2007. Socio-Economics Characteristics
and Food Security Status of Farming Households in Kwara State, North-Central Nigeria
. Pakistan Journal of Nutrition, 6: 49-58.
Rammohan, A and Pritchard Bill. 2014. The Role of Landholding as a Determinant of Food
and Nutrition Insecurity in Rural Myanmar. World Development Vol. 64, pp. 597–608,
2014, 0305-750X: Elsevier.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun
2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta :
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Jakarta : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Statistik, B. P. 2016. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi. Biro
Pusat Statistik. Jakarta.
Von Braun, Joachim. 2014. Food and Nutrition Security The Concept and its Realization.
Vatican city: Center for Development Research (ZEF) Bonn University.

Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi 14


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

View publication stats

You might also like