Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

136 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 2, Juni 2010, hlm.

94-100

PENINGKATAN LITERASI SAINTIFIK SISWA SMA


MELALUI PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS
MASALAH SOSIOSAINS

Hadi Suwono, Lutfi Rizkita, & Herawati Susilo


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang
email: hadi.suwono.fmipa@um.ac.id

Abstract: The Scientific Literacy Improvement of High School Students Through Biology Teaching
based on Socioscientific Problem. The challenge of biology learning in Indonesia is to increase the scien-
tific literacy of students so that they become successful generation in the 21st century. Generation of the
21st century demanded critical of socioscientific issues and able to solve the social problem using the
knowledge of science and biology. The intervention to improve scientific literacy was conducted with so-
cioscientific problem-based learning to stimulate students to identify social problems and solving them
with a multidisciplinary approach and teamwork. This research aimed to test the hypothesis that the soci-
oscientific problem-based learning (PBMS) improve the scientific literacy of high school students compar-
ed to presentation-discussion (PD) approach. This study uses a quasi-experimental approach and nonran-
domized control group pretest-posttest design. Two classes in SMA Negeri 4 Malang selected randomly as
the sample after the test of equality. Class X-F (N=36) as an experimental class with PBMS approach and
Class X-G (N=36) as the control group by PD approach. Scientific literacy was measured using Scientific
Literacy Test, a multiple choice test with 15 items. The improvement of scientific literacy is determined
based on data of pretest and posttest. The difference of scientific literacy improvement between two ap-
proach analized by using ANACOVA. The results of the study recommend the use socioscientific prob-
lem-based learning in teaching biology to foster scientific literacy in high school students.

Keywords: scientific literacy, biology teaching, socioscientific problem-based learning

Abstrak: Peningkatan Literasi Saintifik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Masa-
lah Sosiosains. Tantangan pembelajaran Biologi di Indonesia adalah meningkatkan literasi saintifik siswa.
Peningkatan literasi saintifik dilakukan dengan intervensi pembelajaran berbasis masalah sosiosains
(PBMS) merangsang siswa mengidentifikasi permasalahan dan pemecahannya secara multidisiplin dan
kerja tim. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh PBMS terhadap peningkatan literasi saintifik siswa
SMA melalui pendekatan kuasi eksperimen dengan desain nonrandomized control group pretest-posttest.
Dua kelas di SMA Negeri 4 Malang dipilih sebagai sampel penelitian. Literasi saintifik diukur dengan
mengunakan Tes Literasi Saintifik, dan dianalisis dengan menggunakan ANAKOVA. Penelitian meng-
ungkap bahwa PBMS dapat meningkatkan literasi saintifik siswa.

Kata kunci: literasi saintifik, pembelajaran biologi, pembelajaran berbasis masalah sosiosains

Pendidikan sains saat ini diarahkan untuk memper- masalah dunia nyata melalui pemahaman tentang
siapkan siswa agar sukses hidup di abad 21. Salah sains dan teknologi yang dilandasi oleh penguasaan
satu keterampilan yang diperlukan dalam abad 21 matematika, fisika, kimia, biologi, dan lingkungan
adalah literasi saintifik (Liu, 2009). Literasi saintifik (Cardwell, 2005).
telah menjadi topik yang banyak dipelajari dan di- Literasi saintifik merupakan keterampilan hi-
muat dalam berbagai jurnal pendidikan sains (Cavas, dup abad 21. Literasi saintifik merupakan keterampil-
Cavas, Ozdem, Rannikmae, & Ertepinar, 2012). Tun- an untuk hidup di era dimana pengetahuan ilmiah
tutan penguasaan literasi saintifik bagi masyarakat di menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari (Gul-
tingkat national and international muncul karena se- tepe & Kilic, 2015). Literasi saintifik didefinisikan
mua orang wajib berpartisipasi dalam pemecahan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan

136
Suwono, dkk., Peningkatan Literasi Saintifik … 137

sains untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena merupakan tujuan dalam pendidikan sains di Indo-
alam dalam rangka mengatasi permasalahan alam nesia. Untuk meningkatkan gerakan literasi di seko-
melalui metode ilmiah (DeBoer, 2000; OECD, lah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Re-
2014). Kemampuan literasi saintifik merupakan ke- publik Indonesia memunculkan “Gerakan Literasi
mampuan berpikir secara ilmiah dan kritis dan meng- Sekolah” yang bertujuan membangun budaya lite-
gunakan pengetahuan ilmiah untuk mengembangkan rasi bagi semua siswa (Kementerian Pendidikan dan
keterampilan membuat keputusan (Holbrook & Ran- Kebudayaan Republik Indonesia, 2016). Namun, lite-
nikmae, 2007). Individu yang berliterasi saintifik rasi saintifik masih belum menjadi fokus dalam ge-
mahir menggunakan konsep sains dalam membuat rakan literasi tersebut.
keputusan sehari-hari melalui keterampilan proses; Pembelajaran biologi mengupayakan terben-
dan memahami hubungan antara sains, teknologi tuknya subyek didik sebagai manusia yang memiliki
dan masyarakat; perkembangan sosial dan ekonomi modal literasi sains, yaitu manusia yang membuka
serta menghasilkan produk-produk ilmiah yang ber- kepekaan diri, mencermati, menyaring, mengaplika-
manfaat (Laugksch, 2000; OECD, 2014). sikan, serta turut serta berkontribusi bagi perkem-
Literasi saintifik memandang pentingnya kete- bangan sains dan teknologi untuk peningkatan kese-
rampilan berpikir dan bertindak yang melibatkan jahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Rendahnya
penguasaan berpikir dan menggunakan cara berpikir literasi sains siswa Indonesia salah satunya disebab-
saintifik dalam mengenal dan menyikapi isu-isu so- kan oleh proses pembelajaran yang terjadi di kelas
sial. Literasi saintifik berkembang sejalan dengan yang kurang melibatkan proses sains dan kurang
pengembangan life skills (Rychen & Salganik, 2003) membelajarkan berpikir tingkat tinggi. Solusi untuk
yaitu perlunya keterampilan bernalar dan berpikir meningkatkan literasi saintifik siswa adalah penerap-
ilmiah dalam konteks sosial dan menekankan bahwa an strategi pembelajaran yang mengembangkan kete-
literasi saintifik diperuntukan bagi semua orang, bu- rampilan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan ma-
kan hanya kepada mereka yang memilih berkarir da- salah melalui pendekatan multidisiplin (Nbina &
lam bidang sains dan teknologi. Obomanu, 2010).
Istilah literasi saintifik telah banyak diperbin- Pembelajaran yang melatih kemampuan pem-
cangkan dalam diskusi pendidikan di Indonesia. Ha- ecahan masalah adalah Problem-Based Learning
sil penilaian literasi saintifik oleh PISA 2012 me- atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). PBM
nempatkan siswa Indonesia dalam urutan 64 dari 65 membantu siswa menjadi pebelajar mandiri (Arends,
negara yang berpartisipasi dalam asesmen tersebut 2012). Siswa akan membuat hubungan yang kuat
(OECD, 2014). Hasil asesmen literasi saintifik oleh antara konsep dan fakta yang dipelajari sehingga
TIMSS (Trends in International Mathematics and siswa aktif bekerja untuk mencari informasi, tidak
Science Study) pada 2011 juga menempatkan Indo- hanya sebagai pebelajar pasif yang hanya menerima
nesia berada di peringkat ke 40 dari 42 negara yang informasi.
berpartisipasi (Martin, Mullis, Foy, & Stanco, 2011). Dalam beberapa tahun ini PBM banyak digu-
Berdasarkan hasil penilaian tersebut maka perlu me- nakan dalam pembelajaran biologi di sekolah mene-
nempatkan literasi saintifik menjadi tujuan pendidik- ngah untuk membantu penguasaan keterampilan ge-
an sains yang penting. nerik yang diperlukan di abad 21, yaitu bekerja secara
Rendahnya literasi saintifik siswa di Indonesia kooperatif, bekerja ilmiah, berpikir kritis, berkomu-
disebabkan oleh proses belajar mengajar yang masih nikasi ilmiah, belajar mandiri, mensintesis temuan-
berorientasi pada penguasaan konsep sains melalui temuan untuk memecahkan masalah (Lewinsohn
proses presentasi-diskusi. Dalam pembelajaran bio- dkk., 2014; Dolmans & Wilkerson, 2011). Redshaw
logi di Indonesia ditemukan bahwa guru cenderung & Frampton (2014) merekomendasikan PBM seba-
menjelaskan dan memberikan informasi tentang kon- gai pendekatan pembelajaran yang baik untuk me-
sep biologi secara verbal dan tidak mengajak siswa maksimalkan hasil belajar di pelajaran sains.
melakukan observasi. Guru cenderung menjelaskan PBM adalah pembelajaran yang menghdapkan
topik, memberikan beberapa pertanyaan, latihan so- siswa dengan masalah autentik dan bermakna yang
al, dan pembahasan (Osman & Vebrianto, 2013). mendorong siswa melakukan investigasi dan inkuiri
Kurikulum berbasis kompetensi pembelajaran sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan
sains bertujuan memberikan pengalaman belajar un- berpikir tingkat tinggi dan belajar bagaimana belajar
tuk memahami konsep sains, keterampilan proses (Arends, 2012). Melalui PBM siswa mendapatkan
sains, dan memecahkan masalah sehari-hari (Pera- pengalaman menggunakan pengetahuannya untuk
turan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor memecahkan masalah dunia nyata, serta merefleksi-
69/2013). Hal ini menunjukkan literasi saintifik kan temuan yang dipelajari dan efektivitas strategi
138 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 136 -144

yang digunakan sehingga siswa bertanggungjawab dan investigasi, menganalisis, serta mencari solusi
terhadap belajarnya sendiri (Hmelo-Silver, 2004). terhadap masalah sosiosains yang terjadi di masyara-
PBM memiliki lima fase belajar, yaitu Orientasi sis- kat. Penerapan pembelajaran PBMS dapat melatih
wa pada pembelajaran, mengorganisasi siswa belajar, siswa untuk peka terhadap kondisi di sekitarnya serta
investigasi kelompok, mengembangkan dan mem- dapat mengaitkan teori atau konsep yang diperoleh
presentasikan temuan, dan menganalisis dan meng- di sekolah dengan kondisi sosial masyarakat di seki-
evaluasi proses pemecahan masalah (Arends, 2012). tarnya. Kemampuan siswa dalam mengaitkan teori
Di awal pembelajaran berbasis masalah, yaitu orien- sains dengan masalah sosial yang terjadi di masyara-
tasi siswa pada masalah, permasalahan yang riel dan kat dapat melatih siswa untuk mencari solusi peme-
kompleks digunakan untuk memicu pemikiran anali- cahan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
tik siswa dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan Isu sosiosains dalam biologi, misalnya konser-
untuk memecahkan masalah (Carrió, Larramona, vasi, pemanfaatan keanekaragaman hayati secara
Baños, & Pérez, 2011). Merumuskan pertanyaan men- berkelanjutan, dan dampak manusia terhadap ekosis-
jadi fokus penting dalam PBM karena pertanyaan tem lokal dan global merupakan isu yang kompleks,
membimbing siswa melakukan pemecahan masalah kontroversial, dan merupakan masalah dunia nyata
melalui eksperimen dan investigasi (Hung dkk., 2014). yang memerlukan pemecahan secara multidisiplin
PBM merupakan pembelajaran yang menggu-
melibatkan pendekatan sosial, ekonomi, ekologi, eti-
nakan masalah yang autentik untuk dipecahkan. Per-
ka, oleh sebab itu dapat menjadi landasan pendidikan
masalahan autentik yang efektif digunakan dalam
literasi sains (Paraskeva-Hadjichambi, Hadjicham-
pembelajaran adalah masalah sosial masyarakat yang
bis, & Korfiatis, 2015). PBM dengan isu sosiosains
berkaitan dengan sains (sosiosains). Isu sosiosains
menjadi penting dalam pendidikan sains karena me- dapat menumbuhkan kesadaran siswa terhadap pe-
nempati peran sentral dalam peningkatan literasi sains lestarian lingkungan (Hadzigeorgiou & Skoumios,
(Merghli dkk., 2009). Isu sosiosains menyediakan 2013). Dalam perpektif internasional reformasi pen-
situasi belajar kontekstual yang berpeluang bagi didikan sains, literasi saintifik dan pemecahan masa-
pengembangan keterampilan ilmiah argumentatif, lah sosiosains merupakan capaian pembelajaran yang
eksplorasi isu-isu moral, pengembangan penalaran penting (Vieira & Tenreiro-Vieira, 2014).
moral (moral reasoning), dan kemampuan reflective Intervensi pembelajaran dengan model PBM
judgment (Zeidler & Nichols, 2009) sehingga siswa berbasis isu sosiosains mengembangkan pengalaman
mampu membuat keputusan atas persoalan yang ada berpikir, menulis dan berbicara, sehingga siswa mam-
pada lingkungan sosialnya secara ilmiah dan bernilai pu menggunakan kemampuan berpikirnya, meman-
sosial. faatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk terlibat
PBM menggunakan masalah sosiosains seba- dalam isu-isu sosiosains (Vieira & Tenreiro-Vieira,
gai landasan pemecahan masalah disebut sebagai 2014). Dengan demikian, PBMS meningkatkan lite-
pembelajaran berbasis masalah sosiosains (PBMS). rasi saintifik dalam kerangka apresiasi terhadap hak-
Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui investi- ikat sains, pengembangan keterampilan sosiosains,
gasi lapangan maupun eksperimen di laboratorium. dan kesadaran nilai (Anghelache, 2004).
Masalah dipecahkan melalui pengumpulan bukti- Pembenaran yang paling kuat untuk menem-
bukti, analisis, dan sintesis temuan. Melalui investi- patkan kegiatan sosiosains sebagai tujuan utama da-
gation siswa dapat memperoleh pengetahuan me- lam pembelajaran sains adalah bahwa sosiosains
lalui pengalaman (Odom & Bell, 2011). Investigasi mengaktifkan siswa untuk membuat keputusan pada
membantu perkembangan berpikir kritis dan berar- isu-isu kehidupan nyata yang dilandasi oleh sains
gumentasi, literasi saintifik, pemahaman proses sains, (Nielsen, 2012). Gerakan sosiosains berfokus pada
dan pemahaman pengetahuan sains (Hopkins & Smith, pemberdayaan siswa untuk mempertimbangkan ba-
2011). gaimana masalah berbasis sains mencerminkan prin-
Definisi literasi saintifik saat ini cenderung dia- sip-prinsip moral dan unsur-unsur kebajikan dalam
rahkan pada penguasaan pemecahan masalah sains kehidupan siswa, serta dunia fisik dan sosial di seki-
untuk pengambilan keputusan isu-isu sosiosains. Hal tar siswa (Zeidler, Sadler, Simmons, & Howes, 2005).
ini merupakan pengakuan bahwa literasi saintifik Penerapan isu sosiosains mengembangkan siswa
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ber- menghargai hakikat sains dan penerapan sains dalam
partisipasi aktif dalam masalah-masalah dunia (Ang- kehidupan sehari-hari (Bodzin, Klein, & Starlin,
helache, 2004). PBMS memungkinkan terjadinya 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara sekolah menengah atas yang aktif dalam pembelajar-
aktif dalam membaca, menulis, melakukan eksperimen an yang dikaitkan dengan isu sosiosains memiliki
Suwono, dkk., Peningkatan Literasi Saintifik … 139

kemampuan literasi saintifik yang lebih tinggi (Bal- tabel 1,666) yang menunjukkan bahwa tidak ada
gopal & Wallace, 2013). perbedaan skor kemampuan awal kedua kelas terse-
Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis bah- but. Secara acak dipilih kelas X-F sebagai kelompok
wa siswa yang belajar melalui pembelajaran berbasis eksperimen (diberi pembelajaran PBMS) dan siswa
masalah sosiosains memiliki literasi saintifik yang pada kelas X-G sebagai kelompok kontrol (Pembe-
lebih tinggi dibanding siswa yang belajar melalu lajaran PD).
pembelajaran presentasi-diskusi. Manfaat dari pene- Pembelajaran PBMS dan PD diterapkan selama
litian ini adalah memberikan rekomendasi pengguna- 12 minggu. Topik pembelajaran pada kedua strategi
an isu-isu sosiosains sebagai konteks masalah dalam tersebut adalah Fungi, Plantae, dan Ekosistem. Pem-
penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam belajaran presentasi-diskusi dilakukan dengan tahap-
pembelajaran biologi di sekolah menengah atas. an penjelasan topik, menjawab pertanyaan dalam
lembar kerja, presentasi hasil pekerjaan siswa, dan
METODE diskusi. Pembelajaran berbasis masalah dengan isu
sosiosains menggunakan tahapan/fase belajar meng-
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi-- acu pada Arends (2012), orientasi siswa pada masa-
eksperimen dengan desain nonrandomized control lah biologi dengan konteks sosial, organisasi siswa
group pretest-posttest design (Creswell, 2012). Pene- dalam pemecahan msalah, investigasi kelompok, me-
litian bertujuan untuk menganalisis pengaruh PBMS ngembangkan dan mempresentasikan temuan, dan
terhadap peningkatan literasi saintifik siswa SMA di analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Kota Malang, Indonesia. Variabel bebas dalam pe- Literasi sains diukur menggunakan tes literasi
nelitian ini adalah model pembelajaran PBMS dan sains, tes pilihan ganda yang terdiri dari 15 butir soal.
presentasi-diskusi (PD). Variabel bebas dalam pene- Indikator utama dalam literasi sains mengacu pada
litian ini adalah literasi saintifik. (Gormally, Brickman, & Lut, 2012) seperti tercan-
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sis- tum dalam Tabel 1. Validitas dan reliabilitas tes di-
wa Kelas X SMAN 4 Malang yang terdiri dari 7 ke- tentukan berdasarkan hasil uji coba pada 36 siswa
las. Berdasarkan hasil uji kesetaraan menggunakan Kelas XI-F SMA Negeri 4 Malang. Hasil uji relia-
tes kognitif dengan soal Ujian Nasional IPA SMP te- bilitas dengan Cronbach’s Alpha menunjukkan hasil
lah dipilih dua kelas yang setara, yaitu kelas X-F sebesar 0,698 yang berarti reliabilitas soal literasi da-
(N=36) dan siswa kelas X-G (N=36). Hasil uji kese- lam kategori tinggi. Soal literasi sains juga telah diuji
taraan menunjukkan bahwa kelas F memiliki skor validitasnya menggunakan uji Pearson Correlation
rata-rata 77,5 dan Kelas X-G memiliki skor rata-rata yang menunjukkan semua butir soal literasi valid
77,9. Hasil uji t pada rata-rata skor kedua kelas (Tabel 1).
menghasilkan nilai t hitung 0,819 (lebih kecil dari t

Tabel 1. Analisis Validitas Butir Soal Literasi Saintifik


Pearson
No. Indikator No. Soal
Correlation
1. Mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid (misalnya pendapat/teori untuk mendukung 1 0,478**
hipotesis) 2 0,415*
2. Melakukan penelusuran literatur yang efektif (misalnya mengevaluasi validitas sumber dan mem- 3 0,346*
bedakan diantara tipe sumber-sumber tersebut) 4 0,397*
3. Memahami elemen-elemen desain penelitian dan dampaknya terhadap temuan/kesimpulan 5 0,444**
6 0,414*
7 0,450**
10 0,428*
11 0,549**
4. Membuat grafik secara tepat dari data 13 0,466**
15 0,426*
5. Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar (misalnya
8 0,492**
menghitung rata-rata, probabilitas, persentase, frekuensi)
6. Memahami dan menginterpretasikan statistik dasar (menginterpretasi kesalahan, memahami kebu-
14 0,407**
tuhan untuk analisis statistik)
7. Melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif 9 0,492**
12 0,505**
Catatan: *) butir soal valid
140 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 136 -144

Tabel 2. Uji Normalitas Data Tes Literasi Saintifik Menggunakan “One-Sample Kolmogorov-
Smirnov”
Parameter Tes literasi awal Tes literasi akhir
N 64 64
Normal Parametersa,b Mean 45,00 58,59
Std. Deviation 10,579 12,945
Most Extreme Differences Absolute 0,200 0,168
Positive 0,128 0,102
Negative -0,200 -0,168
Test Statistic 0,200 0,168*)
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000c 0,000c
*) data terdistibusi normal.

Data hasil tes awal dan tes akhir literasi saintifik Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjuk-
setiap mahasiswa ditransformasi dalam bentuk skor kan bahwa Ho yang menyebutkan bahwa “tidak ada
dengan kisaran 0-100. Data dianalisis menggunakan pengaruh strategi PBMS terhadap literasi sains” di-
uji analisis kovarian (ANAKOVA) untuk menge- tolak dan hipotesis penelitian diterima, artinya ada
tahui perbedaan peningkatan hasil tes antara kelas pengaruh strategi pembelajaran PBMS terhadap lite-
PBMS dan kelas PD. Sebelum dilakukan uji ANA- rasi saintifik. Rata-rata skor terkoreksi literasi saintifik
KOVA terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas terdapat pada Tabel 5.
dan normalitas menggunakan Levene’s test of error Selisih rata-rata terkoreksi literasi saintifik ke-
variances. Analisis statistik menggunakan SPSS las eksperimen lebih tinggi 16,34 bila dibandingkan
17.0 for Windows. kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan strategi PBMS
memberikan peningkatan literasi saintifik lebih baik
dibandingkan dengan kelas PD sebesar 77,81%. Ber-
HASIL DAN PEMBAHASAN
dasarkan analisis jawaban siswa tiap indikator me-
Hasil nunjukkan sebesar 94% siswa menjawab benar pada
indikator memecahkan masalah menggunakan kete-
Hasil uji normalitas dan homogenitas data lite- rampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar (misal-
rasi sains secara berurutan menunjukkan signifikansi nya menghitung rerata, probabilitas, persentase, dan
sebesar 0,168 (Tabel 2) dan 0,163 (Tabel 3). Nilai frekuensi sebesar. Sebesar 86% siswa menjawab be-
signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa nar pada indikator melakukan penelusuran literatur
data literasi sains berdistribusi normal dan homogen. yang efektif (misalnya mengevaluasi validitas sum-
Hal ini menunjukkan bahwa data literasi sains telah ber dan membedakan diantara tipe sumber-sumber).
memenuhi syarat untuk uji hipotesis menggunakan Sebesar 70% siswa menjawab soal pada indikator
ANAKOVA. memahami elemen-elemen desain penelitian dan ba-
gaimana dampaknya terhadap temuan/kesimpulan.
Tabel 3. Uji Homogenitas Data Tes Literasi Siswa menjawab benar sebesar 53% pada indikator
Saintifik dengan Levene's Test of mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid (misal-
Equality of Error Variances nya pendapat/teori untuk mendukung hipotesis) dan
melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesim-
Std.
Perlakuan Mean
Deviation
N pulan berdasarkan data kuantitatif. Pada indikator
Eksperimen (PBMS) 66,69 9,348 32
membuat grafik secara tepat dari data siswa menja-
Kontrol (PD) 50,50 10,860 32 wab benar sebesar 50% dan hanya 13% siswa men-
Total 58,59 12,945 64 jawab benar pada indikator memahami dan meng-
interpretasikan statistik dasar.
F df1 df2 Sig. Peningkatan literasi saintifik didukung oleh ha-
1,995 1 62 0,163 sil angket tanggapan siswa tentang pembelajaran
yang menyatakan bahwa sebesar 56,3% dan 31,3%
Hasil uji ANAKOVA ditunjukkan dalam Tabel siswa setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan identi-
4. Hasil uji ANAKOVA literasi saintifik menunjuk- fikasi masalah sosial sains menarik. Sebanyak 37,5%
kan signifikansi p (0,000) < α (0,050), yang berarti siswa sangat setuju bahwa kegiatan membedakan
secara signifikan PBMS meningkatkan literasi sain- fakta sains dan pendapat dari informasi bermanfaat.
tifik siswa SMA. Persentase siswa menganggap perlu menentukan va-
Suwono, dkk., Peningkatan Literasi Saintifik … 141

Tabel 4. Hasil uji ANAKOVA pengaruh perlakuan terhadap literasi sains


Type III Sum Partial Eta
Source df Mean Square F Signifikansi
of Squares Squared
Corrected Model 4444,769a 2 2222,384 22,178 0,000 0,421
Intercept 8268,035 1 8268,035 82,509 0,000 0,575
Pretes Literasi 252,206 1 252,206 2,517 0,118 0,040
Perlakuan 4266,204 1 4266,204 42,574 0,000 0,411
Error 6112,669 61 100,208
Total 230284,000 64
Corrected Total 10557,437 63
a. R Squared = ,421 (Adjusted R Squared = ,402)

Tabel 5. Rata-Rata Skor Literasi Sains Terkoreksi


Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Strategi Selisih Peningkatan (%)
tes awal tes akhir terkoreksi
Kontrol 45,41 50,50 5,09 50,42 11,03
Eksperimen 44,59 66,68 22,09 66,76 49,72

liditas dari sumber bacaan adalah 62,5%. Persentase biologi menunjukkan bahwa siswa yang belajar de-
siswa dapat menghubungkan data hasil eksperimen ngan PBL mengalami peningkatan dalam menggu-
dengan teori dan dapat menghubungkan materi yang nakan dan mengorganisasi informasi, membangun
dipelajari dengan masalah sosial sains adalah 21,9% pengetahuan, dan merumuskan kesimpulan yang le-
dan 40,6%. Sebanyak 93,7% siswa selalu aktif ber- bih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradi-
partisipasi atau ikut serta dalam membuat produk sional (Sungur, Tekkaya, & Geban, 2006).
dan 84,4% siswa bisa mengkomunikasikan informa- PBM dapat dikombinasikan dengan berbagai
si terkait dengan masalah sosial sains dan pemecah- metode untuk meningkatkan hasil belajar pada tuju-
annya. Persentase selalu dapat menyebutkan keku- an tertentu, misanya penguasaan pengetahuan faktu-
rangan terhadap proses pemecahan masalah yang al, keterampilan belajar mandiri, keterampilan sosial,
dilakukan adalah 40,6% siswa, dan 50% siswa me- dan meningkatkan motivasi (Kinnunen & Malmi,
lakukan tindak lanjut terhadap proses pemecahan 2005). Isu sosiosains dapat dijadikan masalah yang
masalah yang dilakukan. memungkinkan siswa untuk berpikir kritis mengenai
isu-isu yang dihadapi siswa sehari-hari (Zeidler &
Pembahasan Nichols, 2009). Konsep sosiosains berpotensi menye-
diakan ruang belajar pemecahan masalah dan pelu-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBMS ang pemerolehan konten sains. Hasil penelitian yang
berpengaruh signifikan meningkatkan literasi saintifik. dilakukan oleh Subiantoro (2011) menunjukkan
Indikator literasi saintifik yang mengalami pening- pembelajaran pada materi ekosistem berbasis sosio-
katan yaitu mengidentifikasi pendapat ilmiah yang
sains memberi pengaruh yang lebih baik terhadap
valid; melakukan penelusuran literatur yang efektif;
perubahan atau peningkatan kemampuan reflective
membuat grafik secara tepat dari data; membaca dan
judgment dibanding dengan pembelajaran yang bi-
menginterpretasi data yang tergambarkan dalam gra-
fik; memecahkan masalah menggunakan keterampil- asa diterapkan guru.
an kuantitatif termasuk statistik dasar; menginterpre- Sosiosains disarankan berfungsi sebagai waha-
tasikan statistik dasar; melakukan inferensi, prediksi; na pembelajaran untuk menumbuhkan literasi sain-
dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuanti- tifik (Zeidler, 2009). Konsep sosiosains mengarahkan
tatif. siswa membiasakan diri dengan ilmu pengetahuan
Pendidikan sains bertujuan untuk menyiapkan dalam tindakan, artinya mengaplikasikan ilmu penge-
warganegara yang berliterasi saintifik melalui pem- tahuan dalam setiap tindakan yang dilakukan (Zeid-
belajaran yang dimulai dengan masalah (De Moraes ler & Nichols, 2009). Pembelajaran sains khususnya
& Castellar, 2010). PBM adalah pembelajaran yang biologi, diharapkan lebih memfokuskan siswa dalam
dimulai dari masalah yang autentik, pada awalnya membuat keputusan tentang bagaimana sains ber-
digunakan di pembelajaran medis, saat ini telah di- dampak pada kehidupan dan menggunakan penge-
kembangkan dalam pembelajaran sains (Kinnunen tahuan sains untuk memecahkan masalah sosial (Gor-
& Malmi, 2005). Hasi penelitian di pembelajaran mally, Brickman, Hallar, & Armstrong, 2009).
142 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 136 -144

Pembelajaran berbasis masalah sosiosains me- rangka kerja sains, membuat penjelasan tentang sains
rupakan strategi pembelajaran yang membantu sis- berdasarkan bukti atau fakta dan menjelaskan situasi
wa untuk mengembangkan keaktifan dalam kegiatan sains dengan kritis dan dapat membuat keputusan
penyelidikan masalah-masalah sosial yang terjadi di berdasarkan pada pengetahuan (OECD, 2014). PBMS
masyarakat. Pemberian masalah sosial sains dalam membantu siswa memahami dan membuat keputus-
pembelajaran akan mengembangkan kemampuan an tentang alam dan membuat perubahan melalui
pemecahan masalah (Savin & Major, 2004). Sosio- aktivitas manusia (AAAS, 1999).
sains menarik bagi siswa untuk mengetahui masalah Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
sosial dan pemecahannya menggunakan sains de- PBMS meningkatkan literasi saintifik siswa diban-
ngan sains, sehingga menumbuhkan minat dan mo- dingkan dengan strategi belajar tradisional. Penelitian
tivasi belajar siswa. ini memiliki kelemahan karena hanya menggunakan
PBMS melatih siswa untuk mencari sumber sampel yang terbatas. Namun demikian, penelitian
atau literatur tentang topik masalah yang diangkat, ini memberikan kerangka kerja menggunakan PBM
kemudian siswa menganalisis fakta-fakta dari berba- dengan isu sosiosains untuk menumbuhkan literasi
gai sumber. Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan saintifik siswa sekolah menengah atas. Tantangan
siswa membuat pertanyaan. Siswa membuat perta- yang muncul dalam pembelajaran dengan PBMS
nyaan serta mencari informasi dan semua siswa mem- adalah guru harus kreatif menemukan masalah-ma-
punyai kesempatan yang sama untuk berkontribusi salah sosiosains ayng menjadi wahana dalam belajar
pada investigasi dan penyampaian ide (Arends, pemecahan masalah.
2012). Siswa mempunyai tanggung jawab membuat
pertanyaan dan mencari informasi yang mereka butuh- SIMPULAN
kan untuk pemecahan masalah (Levin, 2001; Arends,
2012). Langkah ini akan melatih siswa untuk mela- Literasi saintifik merupakan tujuan penting da-
kukan penelusuran literatur yang efektif, mengiden- lam pembelajaran biologi di sekolah menengah atas.
tifikasi pendapat ilmiah yang valid, serta mengevalu- Penelitian ini memberikan bukti ekperimen bahwa
asi informasi sains yang bermanfaat dan yang tidak PBMS meningkatkan literasi saintifik siswa sekolah
bermanfaat, ketiga komponen ini merupakan bagian menengah atas dibandingkan dengan pembelajaran
dari literasi sains (Gormally dkk, 2012). Pembelaja- PD. PBMS merupakan strategi yang dapat dipertim-
ran dengan PBMS membelajarkan siswa membuat bangkan digunakan sebagai salah satu strategi dalam
penjelasan ilmiah dan solusi. Tahap ini melatih ke- menumbuhkan literasi saintifik.
mampuan siswa dalam memahami konsep dan ke-

DAFTAR RUJUKAN

American Association for the Advancement of Science learning approach in the teaching of biology: a
(AAAS). 1999. Science Literacy for All in the 21st comparison with lecture-based learning. Journal of
Century. (online) (http://www.project2061.org), Biological Education, 45(4), 229–235. http://
diakses tanggal 25 September 2015. doi.org/10.1080/00219266.2010.546011.
Arends, R. I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Cavas, B., Cavas, P., Ozdem, Y., Rannikmae, M., & Er-
New York: McGraw-Hill Companies, Inc. tepinar, H. 2012. Research trends in science educa-
Anghelache, R. 2004. The Meaning of Scientific Docu- tion from the education from the perspective of
ments. New Developments in Electronic Publish- journal of baltic science education: A content
ing, 4(May), 5–7. analysis from 2002 to 2011. Journal of Baltic Sci-
Bodzin, A. M., Klein, B. S., & Starlin, W. 2010. The In- ence Education, 11(1), 94–102.
clusion of Environmental Education in Science Creswell, J. W. 2012. Educational research: Planning,
Teacher Education. conducting, and evaluating quantitative and quali-
Cardwell, V. B. 2005. Literacy: What Level for Food, tative research. Educational Research (Vol. 4).
Land, Natural Resources, and Environment? Jour- http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
nal of Natural Resources and Life Sciences Educa- De Moraes jevilhena@yahoo.com.br, J. V., & Castellar
tion, 34, 112–117. Retrieved from http://lib- smvc@usp.br, S. M. V. 2010. Scientific Literacy,
proxy.temple.edu/login?url=http://search. ebsco- Problem Based Learning and Citizenship: a Sug-
host.com/login.aspx?direct=true&db=eric&AN=E gestion for Geography Studies Teaching. Prob-
J756054&site=ehost-live&scope=site\nhttp:// lems of Education in the 21st Century, 19, 119–
www.jnrlse.org/view/2005/e05-0014k.pdf. 127. Retrieved from http://search.ebscohost.com/
Carrió, M., Larramona, P., Baños, J. E., & Pérez, J. 2011. login.aspx?direct=true&Auth Type=ip,url,cook-
The effectiveness of the hybrid problem-based
Suwono, dkk., Peningkatan Literasi Saintifik … 143

ie,uid&db=eue&AN=49760815&site=ehost- Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebuda-


live&scope=site. yaan.
DeBoer, G. E. 2000. Scientific literacy: Another look at its Kinnunen, P., & Malmi, L. 2005. Problems in Problem-
historical and contemporary meanings and its rela- Based Learning–Experiences, Analysis and Les-
tionship to science education reform. Journal of sons Learned on an Introductory Programming
Research in Science Teaching, 37(6), 582–601. Course. Informatics in Education-An International
http://doi.org/10.1002/1098-2736(200008)37: Journal, 4(2), 193–214. Retrieved from http://
6<582::AID-TEA5>3.0.CO;2-L. www.ceeol.com/aspx/issuedetails.aspx?issueid=31
Dolmans, D. H. J. M., & Wilkerson, L. 2011. Reflection a3afb2-d1d0-4c59-9692-0b5fb5be23a1&arti-
on studies on the learning process in problem- cleId=49c3dfc7-475b-4e17-b39b-6ca554648471.
based learning. Advances in Health Sciences Educa- Laugksch, R. 2000. Scientific literacy: A conceptual over-
tion, 16(4), 437–441. http://doi.org/10.1007/s10459- view. Science Education, 84(1), 71–94. http://
011-9319-y. doi.org/10.1002/(SICI)1098-237X(200001)84:
Gormally, C., Brickman, P., Hallar, B., & Armstrong, N. 1<71::AID-SCE6>3.0. CO;2-C.
2012. Effects of Inquiry-based Learning on Stu- Levin, B. B. 2012. Energizing Teacher Education and
dents’ Science Literacy Skills and Confidence. In- Professional Development with Problem-Based
ternational Journal of Scholarship of Teaching Learning. USA: Association for Supervision and
and Learning, 3(2), 1–22. Curriculum Development.
Gormally, C., Brickman, P., & Lut, M. 2012. Developing Lewinsohn, T. M., Attayde, J. L., Fonseca, C. R., Ganade,
a test of scientific literacy skills (TOSLS): Measur- G., Jorge, L. R., Kollmann, J., Weisser, W.W.
ing undergraduates’ evaluation of scientific infor- 2014. Ecological literacy and beyond: Problem-
mation and arguments. CBE Life Sciences Educa- based learning for future professionals. Ambio,
tion, 11(4), 364–377. http://doi.org/10.1187/cbe.12- 154–162. http://doi.org/10.1007/s13280-014-0539-2.
03-0026. Literacy, S., Balgopal, M., & Wallace, A. 2013. Writing-
Gultepe, N., & Kilic, Z. 2015. Effect of scientific argu- to-Learn, Writing-to-Communicate, &amp; Scien-
mentation on the development of scientific process tific Literacy. The American Biology Teacher,
skills in the context of teaching chemistry. Interna- 75(3), 170–175. http://doi.org/10.1525/abt.2013.
tional Journal of Environmental and Science Edu- 75.3.5.
cation, 10(1), 111–132. http://doi.org/10.12973/ Liu, X. 2009. Beyond science literacy: Science and the
ijese.2015.234a. public. International Journal of Environmental
Hadzigeorgiou, Y., & Skoumios, M. 2013. The develop- and Science Education, 4(3), 301–311.
ment of environmental awareness through school Martin, M. O., Mullis, I. V. S., Foy, P., & Stanco, G. M.
science : Problems and possibilities. International 2011. Results in Science. Chestnut Hill, MA:
Journal of Environmental & Science Education, TIMSS & PIRLS International Study Center, Bos-
8(3), 405–426. http://doi.org/10.12973/ ijese.2013. ton College.
212a. Nbina, J.B & B.J. Obomanu. 2010. The Meaning of Sci-
Hmelo-Silver, C. E. 2004. Problem-Based Learning: What entific Literacy: A Model of Relevance in Science
and how do students learn? Educational Psycholo- Education. Academic Leadership Journal, 8 (4).
gy Review, 16(3), 235–266. http://doi.org/ 10.1023/ Nielsen, J. A. 2012. Science in discussions: An analysis of
B: EDPR.0000034022.16470.f3. the use of science content in socioscientific discus-
Holbrook, J., & Rannikmae, M. 2007. The Nature of Sci- sions. Science Education, 96(3), 428–456. http://
ence Education for Enhancing Scientific Literacy. doi.org/ 10.1002/sce.21001.
International Journal of Science Education, 29 Odom, A. L., & Bell, C. V. 2011. Distinguishing among
(11), 1347–1362. http://doi.org/10.1080/0950069- declarative, descriptive and causal questions to
0601007549. guide field investigations and student assessment.
Hopkins, J. M., & Smith, R. J. 2011. An Inquiry-based Journal of Biological Education, 45(4), 222–228.
Field & Laboratory Investigation of Leaf Decay: http://doi.org/10.1080/00219266.2010.549495.
A Critical Aquatic Ecosystem Function. The OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus. Programme
American Biology Teacher, 73(9), 542–546. for International Student Assessment, 1–44. http://
http://doi.org/10.1525/abt.2011.73.9.7. doi.org/10.1787/9789264208070-en.
Hung, P.-H., Hwang, G.-J., Lee, Y.-H., Wu, T.-H., Vogel, Osman, K., & Vebrianto, R. 2013. Fostering science pro-
B., Milrad, M., & Johansson, E. 2014. A Problem- cess skills and improving achievement through the
based Ubiquitous Learning Approach to Improv- use of multiple media. Journal of Baltic Science
ing the Questioning Abilities of Elementary Education, 12(2), 191–204.
School Students. Educational Technology & Soci- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
ety, 17(4), 316–334. 69/2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Ku-
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indo- rikulum Sekolah menengah Atas/Madrasah Aliyah.
nesia. 2016. Desain Induk Literasi Sekolah. Jakar- Paraskeva-Hadjichambi, D., Hadjichambis, A. C., &
ta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Korfiatis, K. 2015. How Students’ values are inter-
144 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 136 -144

twined with decisions in a socio-scientific issue. Sungur, S., Tekkaya, C., & Geban, Ö. 2006. Improving
International Journal of Environmental and Sci- achievement through problem-based learning.
ence Education, 10(3), 493–513. http://doi.org/ Journal of Biological Education, 40(4), 155–160.
10.12973/ijese.2015.256a. http://doi.org/ 10.1080/00219266.2006.9656037.
Rychen, D.S. & Salganik, L.H. 2003. Key competencies Vieira, R. M., & Tenreiro-Vieira, C. 2014. Fostering Sci-
for a successful life and a well functioning society. entific Literacy and Critical Thinking in Elemen-
Cambridge, MA: Hogrefe & Huber. tary Science Education. International Journal of
Redshaw, C. H., & Frampton, I. 2014. Optimising inter- Science and Mathematics Education, 659–680.
disciplinary problem-based learning in postgradu- http://doi.org/10.1007/s10763-014-9605-2.
ate environmental and science education: Recom- Zeidler, D. L. 2009. Advancing Reflective Judgment
mendations from a case study. International Jour- through Socioscientific Issues. Journal of Re-
nal of Environmental and Science Education, 9(1), search in Science Teaching, 46 (1): 74-101.
97–110. http://doi.org/10.12973/ijese.2014.205a. Zeidler, D. L., & Nichols, B. H. 2009. Socioscientific is-
Savin, B., M., dan Major, C.H. 2004. Foundations of sues: Theory and practice. Journal of Elementary
Problem-based Learning. New York: MPG Books Science Education, 21(2), 49–58. http://doi.org/
Ltd, Bodmin, Cornwall. 10.1007/BF03173684.
Subiantoro, A. W. 2011. Socio-scientific Issues and Its Zeidler, D. L., Sadler, T. D., Simmons, M. L., & Howes,
Potency on Biology Instruction for Character Edu- E. V. 2005. Beyond STS: A research-based
cation in Indonesia. Proceeding of The 4th Inter- framework for socioscientific issues education.
national Conference on Science and Mathematics Science Education, 89(3), 357–377. http://doi.org/
Education. Malaysia: SEAMEO RECSAM. 10.1002/sce.20048.

You might also like