Professional Documents
Culture Documents
The Comparison Of Waringin Sheep Progesterone Level During Estrous Cycle Induced By Pgf2Α And Combination Of Pgf2Α And Gnrh
The Comparison Of Waringin Sheep Progesterone Level During Estrous Cycle Induced By Pgf2Α And Combination Of Pgf2Α And Gnrh
The Comparison Of Waringin Sheep Progesterone Level During Estrous Cycle Induced By Pgf2Α And Combination Of Pgf2Α And Gnrh
The Comparison of Waringin Sheep Progesterone Level during Estrous Cycle Induced by PGF2α and
Combination of PGF2α and GnRH
Yezi Gita Rahayu, Tongku Nizwan Siregar, Gholib, Cut Nila Thasmi, Herrialfian, Razali Daud,
Zuhrawati, Hamdan, Rasmaidar
ABSTRACT
This study aimed to compare the progesterone concentrations in Waringin sheep estrus cycle which
induced by PGF2α or the combination of PGF2α and GnRH. This study used six Waringin sheep those
were divided into twice groups, K1 and K2. K1(n=3) were injected by 7.5 mg PGF2α intramuscularly for
10 days, while K2 (n = 3) were injected by PGF2α and GnRH. On the first day K2 were injected by 7.5 mg
PGF2α, then followed by injection 50 µg of GnRH on day 8th and re-injected by 7.5 mg PGF2α on day
15th. On day 18th, sample was re-injected using 50 µg GnRH. Waringin sheep those showed estrus
symptoms were detected visually and with signs showed by sheep stud. Blood samples were taken on the
7th, 14th, and 21st day after the peak heat. The measurement of progesterone concentration was conducted
by enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). The results showed those the concentrations of
progesterone on day 7th, 14th, and 21st on K1 vs K2 were 1.324±1.079, 7.607±8.922, and 5.220±1.653 vs
4.705±3.369, 4.184±5.512, and 1.797±0.898 ng/mL (P>0,05), respectively. In conclusion, the
concentration of progesterone of Waringin sheep after inducing with PGF2α or combination PGF2α and
GnRH at different cycle periode did not show differences.
101
yang dilahirkan (Siregar, 2002). Konsentrasi
progesteron serum darah dapat menentukan
keadaan hewan tersebut dalam keadaan infertil,
normal, birahi, dan bunting sehingga dapat
digunakan untuk deteksi birahi, pemeriksaan Gambar 1. Pola perlakuan ovsynch pada domba
kebuntingan, dan mengetahui kondisi patologis Waringan (D= hari, h= jam)
lainnya. Untuk meningkatkan efisiensi produksi
dan reproduksi pada ternak, maka diperlukan Pengamatan birahi dilakukan tiga kali
suatu informasi profil hormonal pada siklus sehari pada pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB
birahi. Informasi akurat tentang hormon secara visual dibantu dengan pejantan selama
reproduksi selama masa siklus birahi penting empat hari sejak penyuntikan PGF2α terakhir.
untuk diteliti sebagai konsep dasar proses ovulasi,
siklus regresi korpus luteum, kebutuhan hormon Pengambilan sampel darah
untuk manifestasi birahi, kebuntingan, dan Pengambilan sampel darah dilakukan pada
kelahiran. hari ke-7, ke-14 dan ke-21 siklus birahi. Sampel
Pada penelitian ini, untuk mengukur darah sebanyak 5 ml diambil dari vena jugularis
konsentrasi progesteron pada domba Waringin, menggunakan disposible syringe 5 ml, kemudian
terlebih dahulu mendapat induksi sinkronisasi dimasukkan dalam microtube dan ditempatkan
birahi dengan PGF2α dan kombinasi PGF2α dalam termos es. Sampel darah dibawa ke
dengan GnRH yang populer dengan istilah Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran Hewan
ovsynch (Taponen, 2009). Metode ovsynch telah Universitas Syiah Kuala untuk diambil serumnya
dilakukan pada sapi aceh (Efendi et al., 2015). dengan cara sentrifugasi dengan kecepatan 3.000
Metode ovsynch mampu meningkatkan angka rpm selama 15 menit. Serum diambil dari tabung
kebuntingan dibandingkan dengan metode PGF2α dengan pipet mikro dan dimasukkan dalam
karena kemampuannya meningkatkan konsentrasi microtube, disimpan dalam freezer -20° C sampai
progesteron melalui pembentukan korpus luteum dilakukan pengukuran progesteron.
asesoris (Pursley et al., 1995), oleh karena itu
diduga bahwa konsentrasi progesteron akan lebih Pengukuran konsentrasi progesteron
tinggi pada domba Waringin yang diinduksi Tiap sumur microplate ELISA
dengan protokol ovsynch atau kombinasi hormon dimasukkan 25 μl larutan standar, sampel, dan
PGF2α dan GnRH. kontrol, kemudian ditambahkan 200 μl reagen
konjugat progesteron pada tiap sumur,
MATERI DAN METODE selanjutnya diinkubasi selama 60 menit pada suhu
ruang. Larutan dibilas sebanyak 3 kali dengan
Penelitian ini dilaksanakan di peternakan menambahkan larutan pencuci sebanyak 300 μl
UD. Atjeh Livestock Lamnyong, Darussalam, pada setiap sumur. Tiap sumur dimasukkan
Banda Aceh dan Laboratorium Riset Fakultas sebanyak 100 μl larutan substrat solution dan
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang.
Banda Aceh. Sampel penelitian adalah serum Reaksi enzimatik dihentikan dengan
darah yang dikoleksi dari enam ekor domba menambahkan 50 μl stop solution ke tiap
Waringin betina berumur 2 - 3 tahun. sumur. Nilai absorbansi dibaca pada ELISA
reader dalam waktu 10 menit setelah
Sinkronisasi estrus ditambahkan stop solution dengan absorbansi
Domba dibagi dua kelompok perlakuan 450±10 nm.
yaitu K1 (n=3) adalah kelompok yang diinduksi
dengan 7,5 mg PGF2α secara intramuskuler, dua Analisis Data
kali injeksi dengan interval 10 hari. K2 (n=3) Data konsentrasi progesteron domba
adalah kelompok yang diinduksi kombinasi Waringin pada K1 dan K2 dianalisis
PGF2α dan GnRH. Protokol untuk K2 dimulai menggunakan uji split plot menggunakan
pada hari ke-1 dengan injeksi dengan 7,5 mg program SPSS for windows 16.0.
PGF2α; hari ke-8 diinjeksi dengan 50 µg GnRH
dan hari ke-15 diinjeksi kembali dengan 7,5 mg HASIL DAN PEMBAHASAN
PGF2α; hari ke-18, kambing diinjeksi kembali
dengan 50 µg GnRH (Simoes, 2016). Pola Konsentrasi progesteron pada domba
perlakuan ovsynch disajikan pada Gambar 1. Waringin selama siklus birahi yaitu hari ke-7, 14,
dan 21 hari setelah diinduksi PGF2α atau
kombinasi PGF2α dan GnRH disajikan pada
Tabel 1. Konsentrasi progesteron pada siklus
102
birahi domba Waringin pada hari ke-7; 14; 21 cenderung berfluktuasi. Fluktuasi konsentrasi
masing masing adalah 1,324; 7,607; 5,22 ng/ml progesteron merupakan interpretasi dari aktivitas
dengan induksi PGF2α dan 4,705; 4,184; 1,797 ovarium yaitu pembentukan maupun regresi
ng/ml pada induksi birahi kombinasi PGF2α dan korpus luteum (Wijono dan Didi, 1998).
GnRH, diketahui bahwa konsentrasi progesteron
Tabel 1. Konsentrasi hormon progesteron selama siklus birahi pada domba Waringin yang diinduksi
PGF2α atau kombinasi PGF2α dan GnRH (ng/ml)
Periode (hari) setelah birahi
Perlakuan
7 14 21
PGF2α (K1) 1,324±1,079Aa 7,607±8,922Ab 5,220±1,653Ab
103
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(2): 101-105, Juli 2018 Yezi Gita Rahayu et. al.
mengalami ovulasi akan membentuk korpus Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu
luteum. Jumlah korpus luteum berkaitan erat Peternakan. Edisi ke-4. Srigandono, B.
dengan konsentrasi progesteron (Wubishet et (Penterjemah). Gadjah Mada University
al.,1991). Press. Yogyakarta.
Konsentrasi progesteron K1 dan K2 pada Bradford, G.E. 1985. Selection for Litter Size. In
hari ke-7 adalah 1,324 ng/ml dan 4,705 ng/ml. Genetics of Reproduction in Sheep. Land,
Konsentrasi progesteron K2 jauh lebih tinggi R.B. and D.W. Robinson (Eds.).
dibandingkan K1 kemungkinan disebabkan pada Butterworth, London.
K2 hormon GnRH mampu meningkatkan Bradford, G.E., J.F. Quirke, P.Sitorus, I. Inonu,
konsentrasi progesteron melalui pembentukan B. Tiesnamurti, F.L. bell, I.C. Fletcher,
korpus luteum asesoris (Pursley et al., 1995). and D.T. Torrel. 1986. Reproduction in
Pada hari ke-14, konsentrasi progesteron K1 Javanese Sheep: Evidence for a gene with
lebih tinggi dibandingkan K2 (7,607 ng/ml dan large effect on ovulation rate and litter
4,705 ng/ml). Hal ini dapat terjadi kemungkinan size. J. Anim. Sci. 63:418-431
karena pada K2, GnRH hanya dapat Cole, H. H. and B. Cupps. 1969. Reproduction
meningkatkan konsentrasi progesteron melalui Domestic Animals. 2nd. Academic Press.
pembentukan korpus luteum asesoris hanya pada New York, London.
fase luteal awal. Setelah pertengahan fase luteal, Efendi, M., T.N. Siregar, Hamdan, Dasrul, C. N.
progesteron akan rendah karena korpus luteum Thasmi, Razali, A. Sayuti, dan B.
asesoris telah mengalami regresi. Faktor lain Panjaitan. 2015. Angka kebuntingan sapi
yang dapat menyebabkan K1 lebih rendah adalah lokal setelah diinduksi dengan protokol
stres karena penyuntikan berulang yang ovsynch. J. Ked. Hewan. 9(2): 159-162.
mengakibatkan konsentrasi progesteron relatif Garcia, M., O. Perera, W.J. Goodger, C. Eisele,
rendah. A. Fischer, C. Kreutzman, and J. Pelletier.
Konsentrasi progesteron hari ke-21 pada 1996. User Manual for Artificial
K1 lebih tinggi dibandingkan K2 (5,220 ng/ml Insemination Database Application
dan 1,797 ng/ml). Hal ini terjadi kemungkinan (AIDA), Version 3.3, Animal Production
karena pada K1 terjadi siklus birahi yang lebih and Health Section. Vienna.Austria. Joint
singkat. Landasan teorinya sesuai dan penjelasan FAO/IAEA Division
di bawah menguatkannya) sehingga pada hari ke- Hafez, E.S.E. and B. Hafez. 2000. Reproduction
21 sudah merupakan fase luteal awal. Menurut in Farm Animal. 7th ed. Lea and Febiger,
Toliehere (1985) domba memiliki siklus estrus Philadelphia.
yang pendek dengan rata-rata 16-17 hari. Afiati Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2000.
dan Herdis (2013) melaporkan bahwa panjang Pregnancy Diagnosis. In Reproduction in
siklus birahi pada domba berkisar 14-19 hari. Farm Animals. Hafez, B. and E.S.E.
Variasi panjang siklus akan memengaruhi Hafez (Eds.). 7th ed. Lippincott Williams
konsentrasi progesteron jika diukur pada hari ke- & Wilkins. Philadelphia.
21. Manalu, W. dan M. Y. Sumaryadi, and N.
Kusumorini. 1994. The Effect of Fetal
SIMPULAN Number on Maternal Serum Progesteron
and Estradiol of Ewes During Pregnancy.
Simpulan penelitian ini bahwa tidak Presented in International Seminar on
terdapat perbedaaan konsentrasi progesteron Tropical Animal Production. Yogyakarta,
selama siklus birahi pada domba Waringin yang November 7-8, 1994.
diinduksi birahi dengan kombinasi PGF2α dan Mee, M.O., J.S. Stevenson, B.M. Alexander, dan
GnRH dibandingkan dengan induksi birahi R.G. Sasser. 1993. Administration of
dengan PGF2α tunggal. Gnrh at Estrus Influences Pregnancy
Rates, Serum Concentrations of LH, FSH,
DAFTAR PUSTAKA Estradiol-17 Beta, Pregnancy-Specific
Protein B, and Progesterone, Proportion
Afiati, F. dan S. Herdis. 2013. Pembibitan of Luteal Cell Types, and In Vitro
Ternak Dengan Inseminasi Buatan. Production of Progesterone in Dairy
Penebar Swadaya. Jakarta. Cows. J. Anim. Sci. 71(1):185-198
Arimbawa, I.W.P., I.G.N.B. Trilaksana, T.G.O. Neher, G.M. dan M.X. Zarrow. 1954.
Pemayun. 2012. Gambaran Hormon Concentration of Progestin in The Serum
Progesteron Sapi Bali Selama Satu Siklus of The Non-Pregnant, Pregnant and Post-
Estrus. Ind. Med. Vet. 1(3):330-336 Partum Ewe. J. Endocrinol. 11: 323-330.
104
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(2): 101-105, Juli 2018 Yezi Gita Rahayu et. al.
105