Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

TINDAKAN PENCEGAHAN MALARIA DI DESA SUDOROGO

KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

THE PREVENTION OF MALARIA AT SUDOROGO VILLAGE


KALIGESING DISTRICT OF PURWOREJO

Restu Alami, Retno Adriyani


Departemen Kesehatan Lingkungan
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
Email: restu.alami@yahoo.co.id

Abstract: Malaria is a parasitic disease that is still a public health problem in Indonesia.
Public awareness of the dangers of malaria will affect the precautions taken. This study
aimed to analyze the measures of prevention of malaria in the Sudorogo village Kaligesing
District of Purworejo. This study used a case control approach. Sample of this study
consisted of 20 cases and 20 controls were taken using simple random sampling technique.
The study was conducted from July 2016 to January 2017. The instrument that used in this
research was questionnaires and observation sheets. The collected data were analyzed using
simple logistic regression. The results of the analysis, indicated that the society actions are
habit to stayed outside home in the evening; conducting environmental health habits; habit
of not wearing mosquito repellent during the night; habit of not wearing repellent when
outdoors activity at night; and the habit of not wearing long sleeves and long pants when out
at night did not show any significant correlations with the incidence of malaria in the area
of research. Variables that showed a significant correlation with the incidence of malaria in
the area of research is the habit of not using mosquito nets while sleeping at night with a p
value of 0.012 (95% CI 1.529 to 31.377). The conclusion of this study was there is
correlation between habit of not using mosquito nets while sleeping with the incidence of
malaria in the Sudorogo village Kaligesing District of Purworejo.
Keywords: preventive action, the incidence of malaria

Abstrak: Malaria adalah penyakit parasit yang masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di
Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya malaria akan mempengaruhi tindakan pencegahan yang
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tindakan pencegahan malaria di Desa Sudorogo
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control. Sampel
penelitian sebesar 20 kasus dan 20 kontrol yang diperoleh dengan simple random sampling. Penelitian
dilakukan mulai bulan Juli 2016 sampai Januari 2017. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner
dan lembar observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan uji regresi logistik sederhana.
Hasil analisis mengindikasikan bahwa tindakan masyarakat yang meliputi kebiasaan berada di luar rumah
malam hari; kebiasaan melakukan kegiatan penyehatan lingkungan; kebiasaan tidak memakai obat anti
nyamuk saat tidur malam; kebiasaan tidak memakai repellent saat aktivitas di luar rumah malam hari; dan
kebiasaan tidak memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah malam hari tidak
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria di wilayah penelitian. Variabel
yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria di wilayah penelitian adalah
kebiasaan tidak memakai kelambu pada saat tidur malam dengan nilai p sebesar 0,012 (95% CI 1,529-
31,377). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kebiasaan tidak memakai kelambu saat tidur malam
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo.
Kata kunci: tindakan pencegahan, kejadian malaria

199
200 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211

PENDAHULUAN (RPJMN) Tahun 2015-2019. Pada tahun


Penyakit parasitik terpenting di dunia 2019 nanti, diharapkan 400 kabupaten/kota
yakni malaria. Satu milyar orang telah mencapai angka kesakitan < 1 per 1000
diperkirakan berisiko tertular penyakit ini penduduk (‰) dan 300 kabupaten/kota telah
dan 2,5 juta penderita malaria diperkirakan mencapai tahap eliminasi malaria.
meninggal dunia setiap tahun. Penyakit Sutriyanto (2014) melaporkan hasil
malaria lebih banyak terjadi pada anak-anak wawancaranya dengan Menteri Kesehatan
berusia dibawah 5 tahun (Soedarto, 2009). Nafsiah Mboi dalam Tribunnews.com bahwa
Widoyono (2011) menambahkan bahwa hingga tahun 2014, dari 595 kabupaten/kota
penyakit malaria sudah ada sejak 3000 tahun sebanyak 200 kabupaten kota dengan total
yang lalu. Penyebab dari penyakit malaria penduduk 132,5 juta orang telah mencapai
adalah parasit Plasmodium, sedangkan tahap eliminasi malaria yang artinya tidak
penularannya pada manusia diperantarai oleh ditemukan kasus malaria. Kemenkes (2016)
nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria menambahkan, sampai pada bulan Desember
ini masih menjadi permasalahan kesehatan 2015,terdapat 45 kabupaten/ kota telah
yang besar baik di daerah tropis maupun mencapai tahap akselerasi, 90
subtropis seperti di Brasil, Asia Tenggara dan kabupaten/kota pada tahap intensifikasi dan
seluruh sub-Sahara Afrika. 379 kabupaten/kota pada tahap pre eliminasi.
Data dari Badan Kesehatan Dunia, Sebanyak 232 kabupaten/kota dari 379
World Health Organization atau WHO kabupaten/kota yang ada pada tahap pre
(2015) menunjukkan bahwa jumlah kasus eliminasi, telah dinyatakan eliminasi.
malaria secara global telah turun dari Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh
perkiraan 262 juta kasus pada tahun 2000 Subekti (2016) melalui www.pojoksatu.id,
menjadi 214 juta kasus pada tahun 2015. bahwa Sekretaris Ditjen Pencegahan dan
Jumlah kasus malaria terbanyak ada di Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes
Afrika yaitu sebesar 88%. Kematian pada Desak Made Wismarini mengatakan, lebih
balita yang disebabkan oleh malaria juga dari 80 persen kabupaten/kota di Jawa, Bali,
diperkirakan telah menurun dari 723 ribu dan Sumatera Barat telah mencapai eliminasi
kematian pada tahun 2000 menjadi 306 ribu malaria. Hal ini dibuktikan dengan penduduk
kematian pada tahun 2015. Penurunan berisiko tinggi malaria telah mendapat
jumlah kematian ini telah memberikan perlindungan kelambu anti nyamuk di daerah
perkembangan yang besar terhadap endemis tinggi hingga mencapai 87 persen.
kemajuan pencapaian target Millennium
Development Goals (MDGs) poin 4 yaitu Provinsi Jawa Tengah merupakan
mengurangi angka kematian balita 2/3 dari salah satu daerah yang tidak luput dari
tahun 1990-2015. Namun demikian, penyakit kasus malaria. Angka kesakitan malaria di
malaria ini masih menjadi pembunuh utama Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014
bagi anak-anak terutama di wilayah sub- mencapai 0,05‰ penduduk. Angka ini
Sahara Afrika dengan kematian terjadi setiap sudah mencapai target nasional karena
2 menit pada 1 anak. < 1 ‰. Akan tetapi masih terdapat kasus
indigenous di 5 kabupaten yaitu Purworejo,
Permasalahan penyakit malaria di
Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan
Indonesia cenderung menurun. Terdapat
Kebumen (Dinkes Jateng, 2014). Pada tahun
465.764 kasus positif malaria di tahun
2015, angka kesakitan malaria atau yang
2010 dan pada tahun 2015 telah menurun
lebih dikenal dengan istilah Annual Paracite
menjadi 209.413 kasus (Anonim, 2016).
Direktorat Jenderal (Dirjen) Incidence (API) di Provinsi Jawa Tengah
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan meningkat menjadi 0,06‰ dengan jumlah
Lingkungan (2015) menuturkan bahwa kasus sebanyak 2.190 kasus. Pada tahun
penyakit malaria ini masih menjadi 2015 juga masih terdapat kasus indigenous
permasalahan kesehatan masyarakat. di 4 kabupaten yaitu, Kabupaten Purworejo
Disamping itu, penyakit malaria ini juga (API 1,96‰), Kabupaten Banjarnegara (API
menjadi tujuan ke-6 MDGs dan Rencana 0,35‰), Kabupaten Magelang (API 0,13‰)
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Kabupaten Purbalingga (API
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 201

0,04‰). Upaya pengendalian malaria ini yaitu Desa Pandanrejo, Desa Pucungroto
terbentur adanya beberapa kendala, yakni (1) dan Desa Sudorogo. Desa Sudorogo ini
Mobilitas penduduk yang tinggi, (2) Jumlah merupakan desa dengan kenaikan tertinggi
Juru Malaria Desa (JMD) berkurang dan dan merupakan desa dengan jumlah kasus
frekuensi kunjungan JMD juga menurun, malaria tertinggi yaitu sebanyak 23 kasus.
(3) Komitmen stakeholder dalam eliminasi Seluruh kasus ini merupakan kasus
malaria masih kurang, (4) Tim Gebrak indigenous yaitu kasus yang terjadi akibat
Malaria belum optimal, dan (5) Pemeriksaan penularan lokal atau setempat.
sediaan darah secara mikroskopis belum Berdasarkan WHO (2015) terjadinya
dapat dilakukan oleh semua rumah sakit. malaria pada manusia disebabkan oleh
Kabupaten Purworejo adalah salah satu parasit dari genus Plasmodium, yaitu
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
selalu menyumbangkan kasus malaria setiap Plasmodium malariae, Plasmodium ovale
tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas dan Plasmodium knowlesi. Kemenkes (2012)
Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo membagi malaria menjadi 5 jenis, yaitu (1)
(2013;2014) serta data dari Dinas Kesehatan Malaria falsiparum. Malaria ini disebabkan
Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng) oleh Plasmodium falciparum dengan
(2015), Kabupaten Purworejo merupakan ditandai adanya demam yang muncul secara
kabupaten yang menyumbangkan jumlah intermiten dan dapat pula kontinu. Malaria
kasus malaria terbanyak di Provinsi Jawa jenis ini yang seringkali menyebabkan
Tengah. Jumlah kasus malaria di Kabupaten kematian, (2) Malaria vivax yang disebabkan
Purworejo meningkat dari tahun 2013 sampai oleh Plasmodium vivax. Gejalanya yaitu
dengan tahun 2015. Pada tahun 2013 tercatat demam yang akan berulang dengan interval
ada 712 kasus malaria dengan API 0,98‰. bebas demam selama dua hari, (3) Malaria
Selanjutnya pada tahun 2014 meningkat ovale yang penyebabnya adalah Plasmodium
menjadi 803 kasus dengan API 1,13‰ dan ovale. Gejalanya adalah demam yang
pada tahun 2015 kembali meningkat menjadi berulang dengan interval bebas demam
1.411 kasus dengan angka kesakitan atau API selama dua hari, (4) Malaria malariae yang
mencapai 1,96‰. Berdasarkan hal tersebut, disebabkan oleh Plasmodium malariae.
dapat disimpulkan bahwa angka kesakitan Demam terjadi secara berulang dengan
malaria Kabupaten Purworejo pada tahun interval bebas demam selama tiga hari dan
2014 dan 2015 belum memenuhi target (5) Malaria knowlesi yang disebabkan oleh
nasional sebesar < 1 per 1000 penduduk. Plasmodium knowlesi dan ditandai dengan
Pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah gejala demam intermiten dan dapat kontinu.
(RKPD) tahun 2016, Kabupaten Purworejo
menargetkan capaian untuk angka kesakitan Parasit malaria membutuhkan dua
malaria (API) sebesar 0,9 per 1000 (‰) pejamu atau host di dalam siklus hidupnya
penduduk (Pemerintah Kabupaten yaitu nyamuk Anopheles betina dan manusia.
Purworejo, 2016). Fase atau tahapan seksual terjadi di dalam
Data register malaria yang didapatkan lambung nyamuk. Setelah nyamuk
dari bidang Pemberantasan Penyakit dan Anopheles betina menghisap darah penderita
Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK malaria, gametosit jantan dan gametosit
Purworejo (2016) dan data dari Puskesmas betina kemudian akan melebur membentuk
Kaligesing (2016) menunjukkan terdapat 304 zigot. Zigot ini kemudian berkembang
kasus malaria di wilayah Kabupaten membentuk kista di sepanjang dinding
Purworejo pada periode Januari-Juli 2016. lambung nyamuk. Kista ini kemudian pecah
Jumlah kasus tertinggi berada di wilayah dan akan mengeluarkan sporozoit. Sporozoit
kerja Puskesmas Kaligesing. Berdasarkan kemudian akan bergerak menuju kelenjar
data register malaria dari Puskesmas ludah nyamuk dan siap untuk disuntikkan ke
Kaligesing (2015;2016), kenaikan jumlah tubuh manusia sehat. Setelah masuk tubuh
kasus malaria di wilayah Puskesmas manusia, sporozoit kemudian akan ikut
Kaligesing dari tahun 2015 sampai dengan aliran darah dan menuju hati. Di dalam hati,
periode Januari-Juli 2016 terjadi di tiga desa sporozoit akan terus berkembang menjadi
202 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211

merozoit dan memenuhi sel hati. Merozoit Wanita hamil semi-imun yang terinfeksi
tersebut akan mengeluarkan tropozoit dan HIV, (8) Orang dengan HIV/AIDS, dan (9)
menginfeksi sel darah merah ketika sel hati Wisatawan internasional dari daerah non
pecah. Fase aseksual kemudian dimulai. endemik.
Tropozoit ini akan berkembang menjadi Kondisi sehat maupun sakit dipengaruhi
skizon. Setelah itu, skizon akan berkembang oleh banyak faktor. Menurut Hendrik Bloom
menjadi merozoit dan pecah membebaskan yang dikutip oleh Asmadi (2008), status
tropozoit. Siklus ini berlanjut sampai tiga kesehatan individu dipengaruhi oleh adanya
kali. Sebagian merozoit kemudian faktor keturunan, layanan kesehatan,
berkembang menjadi gametosit dan bila lingkungan dan perilaku. Diantara faktor
terisap oleh nyamuk Anopheles betina, maka tersebut, faktor yang mempunyai dampak
parasit akan melanjutkan siklus besar terhadap status kesehatan seseorang
perkembangbiakan secara seksual di dalam adalah faktor lingkungan (45%) dan faktor
tubuh nyamuk. Gejala malaria biasanya perilaku (30%). Kedua faktor ini mempunyai
ditandai dengan adanya demam tinggi, sakit hubungan yang erat. Kondisi lingkungan
kepala atau pusing, menggigil dan nyeri di yang sehat dapat terwujud oleh adanya
seluruh tubuh. Pada beberapa kejadian perilaku masyarakat yang sehat. Sebagai
malaria yang lain juga disertai dengan contoh, penyakit demam berdarah terjadi
adanya mual, muntah dan diare. Karena juga akibat adanya faktor lingkungan dan
gejalanya hampir menyerupai gejala perilaku masyarakat.
penyakit lainnya, maka diperlukan Perilaku merupakan salah satu faktor
pemeriksaan laboratorium untuk dapat penting yang mempengaruhi kesehatan
memastikannya (Kemenkes, 2011). seseorang. Oleh karena itu, upaya
Diagnosis malaria dapat dilakukan intervensi terhadap faktor perilaku
dengan (1) Anamnesis yaitu dengan merupakan langkah strategis untuk dapat
menanyakan keluhan kepada pasien, membina dan meningkatkan kesehatan
menanyakan riwayat sakit malaria dan masyarakat. Perilaku seseorang dalam
minum obat malaria sebelumnya, riwayat menanggapi kondisi sakit atau saat terkena
berkunjung ke tempat endemis malaria dan penyakit dapat terlihat dalam bentuk
riwayat tinggal di tempat endemis, (2) respons tertutup dan respons terbuka.
Melalui pemeriksaan fisik yang meliputi Respons tertutup masih terbatas hanya
o
suhu tubuh aksiler mencapai ≥37,5 C, sampai pada tingkatan perhatian, persepsi,
telapak tangan dalam kondisi pucat, sklera pengetahuan atau kesadaran serta sikap.
ikterik, terjadi pembesaran pada limpa dan Misalnya seseorang sudah mengetahui
hati, (3) Pemeriksaan laboratorium yang tentang bahaya merokok, tetapi ia masih
meliputi pemeriksaan dengan mikroskop dan aktif merokok. Respons terbuka terwujud
pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat dalam bentuk tindakan nyata yang dapat
(rapid diagnostic test) (Kemenkes, 2012). diamati, seperti tidak merokok (Maulana,
Populasi berisiko terkena penyakit 2009). Notoatmodjo (2010) menambahkan
malaria menurut WHO (2014), yaitu bahwa sikap tidak dapat secara otomatis
(1) Orang yang bekerja pada proyek terwujud dalam tindakan sehari-hari.
pembangunan di daerah pedesaan seperti Adanya faktor pendukung seperti fasilitas
perkebunan, pertambangan, konstruksi dan dukungan (support) sangat dibutuhkan
bendungan, agro-kehutanan, dan lain-lain, untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan
(2) Masyarakat etnis, (3) Imigran yang nyata.
berasal dari daerah endemis dan anak mereka Kemenkes (2014) menyebutkan bahwa
yang tinggal di daerah non endemis tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya
kemudian kembali ke daerah endemis untuk malaria dapat mempengaruhi kesediaan
mengunjungi saudara mereka, (4) Anak-anak masyarakat dalam melakukan upaya
yang berada di daerah transmisi stabil yang pencegahan untuk menanggulangi
belum mempunyai kekebalan, (5) Wanita kemungkinan terjangkit malaria. Kesadaran
hamil non imun, (6) Wanita hamil semi-imun masyarakat tersebut dapat dilihat dari
di daerah transmisi tinggi, (7) tindakan pencegahan yang dilakukan
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 203

seperti (1) Kebiasaan berada di luar rumah Data penelitian berupa data primer dan
sampai larut malam, (2) Melakukan kegiatan sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan
penyehatan lingkungan, (3) Menggunakan hasil wawancara dengan menggunakan
kelambu. Tujuan dari penggunaan kelambu kuesioner kepada responden dan observasi
saat tidur adalah untuk membatasi nyamuk langsung dengan menggunakan lembar
infektif menggigit orang yang sehat dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui
nyamuk yang sehat menggigit orang sakit, studi kepustakaan untuk teori dan penelitian
(4) Menggunakan insektisida rumah tangga. yang mendukung, data jumlah kasus malaria
Insektisida rumah tangga adalah produk anti dan jenis Plasmodium berasal dari Dinas
nyamuk yang sering digunakan masyarakat Kesehatan Kabupaten Purworejo dan
seperti obat anti nyamuk bakar maupun obat Puskesmas Kaligesing, data jenis vektor
anti nyamuk semprot (5) Penggunaan penular malaria di wilayah penelitian
repellent. Fungsi dari repellent ini adalah diperoleh dari wawancara dengan petugas
untuk menolak serangga khususnya nyamuk Puskesmas Kaligesing dan data demografi
dan mencegah adanya kontak langsung wilayah penelitian diperoleh dari Badan
dengan nyamuk. Repellent dikatakan baik Pusat Statistik Kabupaten Purworejo. Data
apabila nyaman digunakan di kulit, tidak yang telah diperoleh kemudian dianalisis
menimbulkan iritasi, tidak terasa panas atau dengan menggunakan uji regresi logistik
lengket jika digunakan, dan berbahan dasar sederhana.
alami, (6) Penggunaan penutup badan.
Penggunaan pakaian yang tertutup sangat
HASIL PENELITIAN
membantu dalam mencegah gigitan nyamuk
terlebih jika melakukan kegiatan di malam Kabupaten Purworejo adalah salah satu
hari seperti memancing, ronda malam, kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Batas
berkemah ataupun masuk hutan, wilayah sebelah utara adalah Kabupaten
(7) Pemasangan kawat kasa pada pintu dan Wonosobo dan Magelang, sebelah barat
jendela. Upaya ini bertujuan agar nyamuk adalah Kabupaten Kebumen, sebelah timur
tidak masuk ke dalam rumah. Tujuan dari yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sebelah selatan adalah Samudera Indonesia.
penelitian ini adalah untuk menganalisis
Secara topografi wilayah Kabupaten
tindakan pencegahan malaria di Desa
Purworejo mempunyai iklim tropis basah
Sudorogo Kecamatan Kaligesing
dengan kelembapan udara antara 70%–90%
Kabupaten Purworejo. o o
dan suhu antara 19 C–28 C. Salah satu
kecamatan di Kabupaten Purworejo adalah
METODE Kecamatan Kaligesing. Wilayahnya terbagi
Penelitian ini bersifat observasional dalam 21 desa dan hampir seluruh wilayah
dengan pendekatan case control. Besarnya adalah pegunungan. Luas wilayahnya adalah
sampel terdiri dari 20 kelompok kasus dan 20 2
74,73 km dengan 97% dari wilayah tersebut
kelompok kontrol. Sampel kelompok kasus merupakan lahan kering dan 3% adalah
merupakan orang yang tinggal di Desa lahan sawah. Sebesar 54% dari luas lahan
Sudorogo dan dinyatakan positif malaria kering yang tersedia dimanfaatkan
berdasarkan pemeriksaan sediaan darah masyarakat sebagai tegal atau kebun atau
secara mikroskopis. Sampel kelompok ladang dan sisanya sebagai bangunan atau
kontrol adalah orang yang tinggal di Desa halaman.
Sudorogo dan dinyatakan negatif malaria Desa Sudorogo merupakan bagian dari
berdasarkan pemeriksaan sediaan darah wilayah Kecamatan Kaligesing yang
secara mikroskopis. Pengambilan sampel merupakan desa dengan jumlah kasus
dilakukan dengan simple random sampling. malaria tertinggi di Kabupaten Purworejo
Penelitian dilakukan di Desa Sudorogo pada periode Januari-Juli 2016 dengan
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo jumlah kasus sebanyak 23 kasus. Desa ini
yang dimulai pada bulan Juli 2016 sampai mempunyai ketinggian 344 meter diatas
Januari 2017. permukaan air laut (mdpl). Luas wilayahnya
2
adalah 2.660 km dan sebagian besar dari
204 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211

wilayahnya merupakan tanah kering. Jumlah besar (70%) adalah pemuda yang berumur
penduduk Desa Sudorogo pada tahun 2015 18-65 tahun. Sebanyak 52,5% responden
lebih banyak penduduk perempuan berjenis kelamin laki-laki. Pendidikan
dibandingkan dengan penduduk laki-laki. terakhir dari sebagian besar responden
Penduduk perempuan jumlahnya mencapai (30%) adalah Sekolah Menengah Pertama
670 jiwa sedangkan penduduk laki-laki (SMP). Sebanyak 52,5% dari responden
berjumlah 634 jiwa. Sarana kesehatan yang bekerja di sektor pertanian. Sikap sebagian
terdapat di Desa Sudorogo adalah Pos besar responden terhadap upaya
Kesehatan Desa (PKD). Jumlah bangunan pencegahan malaria sudah baik.
yang ada di Desa Sudorogo sebanyak Hal ini ditunjukkan dengan persentase
399 bangunan dengan 268 bangunan masih responden yang bersikap baik terhadap
berupa bangunan tidak permanen. Mayoritas upaya pencegahan malaria mencapai 70%.
masyarakat di Desa Sudorogo memiliki Jika dilihat dari pendidikan dan tingkat
ternak besar berupa kambing. Hal ini pendapatan, dan sebagian besar responden
ditunjukkan dengan data bahwa terdapat mempunyai pendapatan sedang, yaitu
721 ekor kambing, 36 ekor domba dan 4 berkisar antara 250.000–750.000 rupiah
ekor sapi di Desa Sudorogo. per bulan.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
responden dalam penelitian ini sebagian sebagian besar responden yang menderita
malaria yaitu 19 orang (95%) dan responden
Tabel 1. Karakteristik Responden yang tidak menderita malaria (70%)
mempunyai kesamaan dalam hal terbiasa
Status berada di luar rumah saat malam hari. Hasil
Responden analisis bivariat terhadap kebiasaan berada di
Faktor Pejamu Manusia Tidak luar rumah malam hari menunjukkan bahwa
Sakit
sakit nilai p = 0,065. Hal ini mengindikasikan
f % f % bahwa tidak terdapat hubungan yang
Umur
bermakna antara kebiasaan berada di luar
Anak-anak dibawah umur 6 30 3 15
rumah malam hari dengan kejadian malaria
Pemuda 13 65 15 75
di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
Setengah baya 0 0 1 5
Kabupaten Purworejo. Akan tetapi,
Orang tua 1 5 1 5
Total 20 100 20 100 kebiasaan berada di luar rumah ini
Jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya malaria di
Laki-laki 12 60 9 45 Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
Perempuan 8 40 11 55 Kabupaten Purworejo.
Total 20 100 20 100 Kebiasaan pemakaian kelambu di
Tingkat pendidikan wilayah penelitian masih belum merata.
Tidak sekolah/SD 5 25 3 15 Sebagian besar responden yang menderita
Tamat SD 5 25 5 25 malaria tidak pernah menggunakan kelambu
Tamat SMP 6 30 6 30 saat tidur malam, yaitu sebanyak 11 orang
Tamat SMA/SMK 4 20 6 30 (55%), sedangkan pada kelompok kontrol
Total 20 100 20 100 sebagian besar responden (85%) sudah
Pekerjaan membiasakan menggunakan kelambu pada
Belum/Tidak bekerja 2 10 2 10 saat tidur malam. Hasil analisis bivariat
Pelajar 6 30 2 10 terhadap kebiasaan menggunakan kelambu
Petani 9 45 12 60 saat tidur malam, menunjukkan nilai p =
Pedagang 0 0 1 5 0,012. Hal ini berarti bahwa kebiasaan
Ibu Rumah Tangga 3 15 3 15 menggunakan kelambu saat tidur malam
Total 20 100 20 100
mempunyai hubungan yang bermakna
Sikap
dengan kejadian malaria di Desa Sudorogo
Baik 13 65 15 75
Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Cukup 7 35 4 20
Purworejo. Berdasarkan penelitian ini, orang
Kurang baik 0 0 1 5
Total 20 100 20 100 yang tidak menggunakan kelambu
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 205

Tabel 2. Hubungan Tindakan Pencegahan dengan Kejadian Malaria di Desa Sudorogo


Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Periode Januari–Juli 2016
Kejadian malaria
Sakit Tidak
Variabel p OR
sakit
f % f %
Kebiasaan berada di luar rumah malam hari
Ya 19 95 14 70
0,065 8,143
Tidak 1 5 6 30
Total 20 100 20 100
Kebiasaan memakai kelambu saat tidur malam
Ya 9 45 17 85
0,012 6,926
Tidak 11 55 3 15
Total 20 100 20 100
Kebiasaan memakai obat anti nyamuk saat tidur malam
Ya 13 65 16 80
0,293 2,154
Tidak 7 35 4 20
Total 20 100 20 100
Kebiasaan memakai repellent saat aktivitas di luar
rumah malam hari
Ya 8 40 13 65 0,117 2,786
Tidak 12 60 7 35
Total 20 100 20 100
Kebiasaan menggunakan baju lengan panjang dan
celana panjang saat keluar rumah malam hari
Ya 6 30 11 55 0,114 2,852
Tidak 14 70 9 45
Total 20 100 20 100

pada saat tidur malam mempunyai risiko nilai Ods Ratio (OR) dari kebiasaan
untuk menderita malaria sebesar 6,926 kali penggunaan obat anti nyamuk
dibandingkan dengan orang yang terbiasa menunjukkan bahwa variabel tersebut
menggunakan kelambu saat tidur malam. merupakan faktor risiko terjadinya malaria
Kebiasaan pemakaian obat anti nyamuk di wilayah penelitian.
pada saat tidur malam sudah baik. Penggunaan repellent juga merupakan
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa salah satu upaya untuk mengurangi gigitan
sebagian besar responden yang menderita nyamuk. Pemakaiannya sangat mudah
malaria (65%) dan tidak menderita malaria terutama jika akan beraktivitas di luar rumah
(80%) sudah terbiasa menggunakan obat anti malam hari. Berdasarkan Tabel 2, diketahui
nyamuk saat tidur malam. Artinya, bahwa sebagian besar responden yang
masyarakat sudah mulai menyadari bahwa menderita malaria (60%), tidak pernah
pemakaian obat anti nyamuk saat tidur menggunakan repellent saat keluar rumah
malam dapat mengurangi kemungkinan malam hari. Hasil analisis menggunakan uji
gigitan nyamuk. Hasil analisis bivariat regresi logistik sederhana menunjukkan nilai
terhadap kebiasaan penggunaan obat anti p = 0,117. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
nyamuk pada saat tidur malam menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
nilai p = 0,293. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan repellent saat keluar
tidak terdapat hubungan yang signifikan rumah malam hari dengan kejadian malaria
antara kebiasaan memakai obat anti nyamuk di Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing
saat tidur malam dengan kejadian malaria di Kabupaten Purworejo. Meskipun hasil
Desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing signifikansi tidak menunjukkan adanya
Kabupaten Purworejo. Meskipun demikian, hubungan yang bermakna, namun
206 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211

berdasarkan nilai OR diketahui bahwa PEMBAHASAN


tidak menggunakan repellent saat Perilaku responden dalam beraktivitas
beraktivitas di luar rumah malam hari di luar rumah malam hari didukung karena
merupakan faktor risiko terjadinya malaria adanya kegiatan keagamaan yang dilakukan
di wilayah penelitian. secara bergilir dari rumah ke rumah setiap
Penggunaan baju lengan panjang dan minggunya. Selain itu, ada juga yang
celana panjang saat akan beraktivitas di luar sekedar pergi ke warung membeli kebutuhan
rumah malam hari masih belum menjadi dan pergi menonton televisi ke rumah
suatu kebiasaan bagi responden. Hasil tetangga. Kegiatan rutin lainnya yang
analisis bivariat terhadap variabel kebiasaan dilakukan saat malam hari adalah shalat
memakai baju lengan panjang dan celana berjamaah di mushola. Berbagai kebiasaan
panjang saat keluar rumah malam hari ini dapat mempermudah terjadinya kontak
menunjukkan nilai p sebesar 0,114. Hasil ini dengan nyamuk penular malaria. Hal ini
mengindikasikan bahwa kebiasaan memakai sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam
baju lengan panjang dan celana panjang saat Kemenkes (2014) bahwa kebiasaan berada di
keluar rumah malam hari tidak mempunyai luar rumah sampai larut malam dapat
hubungan yang bermakna dengan kejadian mempermudah kontak dengan nyamuk
malaria di Desa Sudorogo Kecamatan penular malaria, apalagi nyamuk yang
Kaligesing Kabupaten Purworejo. Meskipun memang sifatnya lebih suka beristirahat dan
tidak mempunyai hubungan yang bermakna, menggigit di luar rumah. Beberapa jenis
akan tetapi tidak menggunakan baju lengan nyamuk Anopheles yang ada di wilayah
panjang dan celana panjang saat beraktivitas penelitian yaitu An. aconitus, An.
di luar rumah malam hari merupakan faktor balabacencis, dan An. maculatus. Menurut
risiko terjadinya malaria di wilayah Natadisastra & Agoes (2009) nyamuk-
penelitian. nyamuk tersebut mempunyai sifat lebih
Berdasarkan hasil wawancara dengan senang beristirahat dan menggigit di luar
responden, diketahui bahwa seluruh rumah.
responden telah terbiasa melakukan upaya Selain hal tersebut, masih terdapat
penyehatan lingkungan. Kegiatan yang beberapa responden yang lokasi kamar
dilakukan adalah membersihkan semak- mandi atau jambannya memang terpisah
semak di sekitar rumah, membersihkan area dengan rumah bahkan masih terdapat
kandang ternak dan melakukan kerja bakti. keluarga yang tidak mempunyai jamban,
Kegiatan kerja bakti dilakukan secara rutin sehingga kegiatan buang air besar dilakukan
satu kali setiap minggu, sedangkan kegiatan di sungai. Keadaan inilah yang
pembersihan kandang ternak dilakukan setiap mengharuskan responden untuk keluar
hari. Selain melakukan upaya penyehatan rumah jika ada keperluan ke kamar mandi
lingkungan, seluruh responden juga telah atau jamban. Seperti yang dijelaskan oleh
terbiasa menutup pintu dan jendela saat Notoatmodjo (2010) bahwa meskipun
mulai senja. Hal ini dilakukan untuk seseorang memahami atau mempunyai sikap
mengantisipasi agar nyamuk penular malaria yang baik terhadap suatu hal akan tetapi
tidak masuk ke dalam rumah. Masuknya belum serta merta pemahaman tersebut
nyamuk ke dalam rumah tidak hanya melalui terwujud dalam tindakan sehari-hari. Hal ini
jendela atau pintu saja, akan tetapi dapat juga disebabkan karena untuk mewujudkan sikap
melalui lubang ventilasi atau lubang menjadi tindakan dibutuhkan adanya faktor
pertukaran udara. Berdasarkan pengamatan pendukung, yaitu adanya fasilitas dan
atau observasi langsung yang telah dukungan. Pada kasus ini, beberapa
dilakukan, diketahui bahwa seluruh rumah responden yang masih terbiasa keluar rumah
responden baik kelompok kasus maupun dikarenakan belum mempunyai fasilitas
kelompok kontrol belum terpasang kawat seperti televisi maupun kamar mandi atau
kasa pada lubang pertukaran udara seperti jamban yang lokasinya menjadi satu bagian
ventilasi, jendela maupun pintu. dengan rumah.
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 207

Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan kejadian malaria. Seseorang yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Santy tidak menggunakan kelambu berisiko
et al (2014) bahwa tidak terdapat hubungan 4,060 kali terkena malaria dibandingkan
yang signifikan antara kebiasaan berada di dengan yang menggunakan kelambu.
luar rumah malam dengan kejadian malaria. Banyak penelitian yang menyatakan
Berbeda dengan hasil penelitian dari Santoso adanya hubungan antara kebiasaan
& Karbito (2013). Pada penelitiannya, menggunakan kelambu dengan kejadian
didapatkan hasil bahwa seseorang akan malaria. Meskipun demikian, hal ini berbeda
berisiko terkena penyakit malaria sebesar dengan hasil penelitian milik Anjasmoro
2,71 kali jika mempunyai kebiasaan berada (2013). Hasil penelitiannya menyatakan
di luar rumah dibandingkan dengan bahwa tidak terdapat hubungan antara
seseorang yang tidak terbiasa berada di penggunaan kelambu dengan kejadian
luar rumah malam hari. malaria di wilayah kerja Puskesmas
Penggunaan kelambu saat tidur malam Rembang Kabupaten Purbalingga.
merupakan salah satu upaya penting dalam Pemakaian obat anti nyamuk saat
mencegah dari gigitan nyamuk penular tidur malam sudah dilakukan oleh
malaria. Pada penelitian ini, sebanyak 55% sebagian besar responden baik pada
responden yang menderita malaria tidak kelompok yang menderita malaria maupun
menggunakan kelambu saat tidur malam. kelompok yang tidak menderita malaria.
Sebagian besar responden menuturkan alasan Jenis obat anti nyamuk yang paling banyak
mereka tidak menggunakan kelambu saat digunakan adalah jenis obat anti nyamuk
tidur malam adalah mereka merasa tidak bakar dan sebagian menggunakan lotion
nyaman jika tidur menggunakan kelambu. anti nyamuk. Responden yang sudah
Penggunaan kelambu membuat suasana tidur terbiasa menggunakan obat anti nyamuk
menjadi panas atau gerah. Oleh karena itu, saat tidur memberikan gambaran bahwa
penggunaan kelambu hanya digunakan pada mereka sudah menyadari akan bahaya dari
saat-saat tertentu saja, misalnya jika dirasa penyakit malaria, sehingga pemahaman
nyamuknya banyak. Hal ini sangat tersebut mereka wujudkan dalam tindakan
disayangkan karena penggunaan kelambu yaitu melakukan proteksi diri dari gigitan
dapat meminimalkan terjadinya kontak nyamuk penular malaria, salah satunya
dengan nyamuk Anopheles penular malaria. dengan menggunakan obat anti nyamuk
saat tidur malam. Meskipun demikian,
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan masih terdapat beberapa responden yang
penelitian yang dilakukan oleh Priyandina tidak menggunakan obat anti nyamuk saat
(2011) yang menyatakan bahwa seseorang tidur malam. Beberapa alasan yang
akan berisiko 3,5 kali terkena malaria jika diungkapkan adalah masalah asap dan bau
tidak menggunakan kelambu saat tidur. Pada yang tidak sedap. Selain itu, pemakaian
penelitian Harmendo (2008) juga didapatkan lotion anti nyamuk atau repellent juga
hasil yang sama bahwa pemakaian kelambu dirasa kurang nyaman, karena terkadang
pada saat tidur malam berhubungan dengan setelah menggunakan repellent, responden
kejadian malaria. Orang yang tidak memakai masih ingin mengonsumsi makanan.
kelambu saat tidur malam mempunyai risiko Hasil pada penelitian ini sejalan dengan
7,8 kali untuk terkena penyakit malaria penelitian yang dilakukan Harmendo (2008)
dibanding orang yang mempunyai kebiasaan bahwa tidak terdapat hubungan yang
memakai kelambu saat tidur malam. Pada bermakna antara pemakaian obat anti
penelitian Santoso & Karbito (2013), nyamuk saat tidur dengan kejadian malaria.
dipaparkan bahwa terdapat hubungan antara Penelitian yang dilakukan oleh Anjasmoro
pemakaian kelambu saat tidur malam hari (2013) di wilayah kerja Puskesmas Rembang
dengan kejadian malaria dengan (p-value = Kabupaten Purbalingga juga menunjukkan
0,000) dan OR 5,842 (95% CI : 2,74– 12,46). hal yang sama bahwa tidak terdapat
Ahmadi (2008) juga menuturkan bahwa hubungan antara pemakaian obat anti
kebiasaan menggunakan kelambu nyamuk dengan kejadian malaria. Namun,
mempunyai hubungan yang bermakna penelitian Santy et al (2014) menyatakan
208 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211

hal yang berbeda. Pada penelitiannya, Kegiatan penyehatan lingkungan sangat


dijelaskan bahwa seseorang yang tidak perlu dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk
memakai obat anti nyamuk saat tidur mengurangi bahkan menghilangkan
malam mempunyai risiko tertular penyakit keberadaan tempat perindukan dan tempat
malaria sebesar 2,17 kali dibandingkan peristirahatan nyamuk Anopheles. Seluruh
dengan yang memakai obat anti nyamuk responden telah melakukan kegiatan
saat tidur. Penelitian Santoso & Karbito penyehatan lingkungan setiap minggunya.
(2013), juga menerangkan bahwa terdapat Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah
hubungan antara penggunaan obat anti membersihkan area kandang ternak,
nyamuk dengan kejadian malaria. membersihkan semak-semak yang digunakan
Seseorang yang tidak menggunakan obat sebagai tempat peristirahatan nyamuk
anti nyamuk berisiko 2,40 kali terkena Anopheles dan kerja bakti membersihkan
malaria dibandingkan dengan orang yang saluran air atau parit maupun jalan. Kegiatan
menggunakan obat anti nyamuk. kerja bakti tidak dapat berjalan lancar tanpa
Salah satu upaya pencegahan terhadap adanya kerja sama atau dukungan dari seluruh
gigitan nyamuk pembawa malaria adalah lapisan masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang
dengan menggunakan repellent atau lotion diungkapkan Notoatmodjo (2010) bahwa
anti nyamuk pada saat akan beraktivitas di diperlukan adanya dukungan (support) untuk
luar rumah malam hari. Penggunaan dapat mewujudkan suatu tindakan. Meskipun
repellent dianggap praktis untuk dipakai saat demikian, masih terjadi kasus malaria di
akan ada kegiatan di luar rumah malam hari wilayah penelitian. Hal ini dapat disebabkan
(Kemenkes, 2014). Meskipun demikian, karena beberapa responden masih melakukan
berbeda dengan kebiasaan responden di kebiasaan yang berpotensi kontak dengan
wilayah penelitian. Beberapa responden nyamuk malaria yaitu kebiasaan berada di luar
belum membiasakan menggunakan repellent rumah malam hari, kebiasaan tidak
pada saat beraktivitas di luar rumah malam menggunakan kelambu saat tidur malam,
hari. Penggunaan repellent dirasa tidak kebiasaan tidak menggunakan obat anti
efektif karena pemakaian repellent hanya nyamuk saat tidur malam serta tidak
dioleskan di bagian tangan dan kaki saja, menggunakan repellent saat beraktivitas di luar
sedangkan masih terdapat area lain yang rumah malam hari.
masih memungkinkan untuk digigit nyamuk Seluruh responden di lokasi penelitian
pembawa malaria. Hasil penelitian ini sudah terbiasa menutup pintu dan jendela
sejalan dengan penelitian Arjunah (2012) saat senja, sehingga besarnya risiko
bahwa tidak ditemukan hubungan yang kebiasaan menutup pintu dan jendela tidak
bermakna antara penggunaan obat anti dapat dianalisis. Meskipun seluruh
nyamuk saat berada di luar rumah malam responden sudah terbiasa menutup pintu dan
dengan kejadian malaria. jendela, hal ini tidak menutup kemungkinan
Selain penggunaan repellent, upaya untuk dapat terjadi kontak dengan nyamuk
proteksi diri ketika beraktivitas di luar rumah penular malaria. Nyamuk Anopheles masih
juga dapat dilakukan dengan menggunakan dapat masuk ke dalam rumah melalui lubang
baju lengan panjang dan celana panjang. ventilasi maupun celah dinding, serta langit-
Akan tetapi, hal ini masih belum menjadi langit rumah. Apalagi beberapa rumah
suatu kebiasaan bagi responden di wilayah responden memang merupakan bangunan
penelitian. Responden menuturkan sudah yang belum permanen dan belum terpasang
terbiasa tidak menggunakan baju lengan kasa pada lubang pertukaran udara.
panjang dan celana panjang saat keluar Pada penelitian Harmendo (2008),
rumah malam, kecuali untuk kegiatan didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
tertentu seperti pengajian dan pergi ke hubungan yang bermakna antara kebiasaan
mushola. Hasil penelitian ini sejalan dengan menutup pintu dan jendela dengan kejadian
penelitian Arjunah (2012) bahwa tidak malaria di wilayah Puskesmas Kenanga
terdapat hubungan yang bermakna antara Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka.
perilaku proteksi pribadi dengan kejadian Hal ini berbeda dengan penelitian dari
malaria. Arjunah (2012). Hasil penlitian Arjunah
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 209

(2012) menunjukkan ada hubungan yang kasa, mempunyai risiko 3,9 kali terkena
signifikan antara modifikasi perilaku yang malaria dibandingkan dengan seseorang
meliputi mengurangi aktivitas di luar rumah, yang tinggal di rumah yang dipasang
menggunakan kipas angin untuk mengusir kawat kasa.
nyamuk, menutup pintu dan jendela serta
menggunakan kelambu dengan kejadian
KESIMPULAN
malaria di Kabupaten Mamuju Utara.
Pemasangan kawat kasa pada lubang Berdasarkan analisis yang telah
pertukaran udara seperti pintu, jendela dan dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
ventilasi merupakan salah satu langkah tindakan pencegahan malaria yang meliputi
untuk membatasi masuknya nyamuk kebiasaan berada di luar rumah malam,
penular malaria ke dalam rumah. Sesuai kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk
dengan hasil observasi yang dilakukan, saat tidur malam, kebiasaan tidak memakai
diketahui bahwa tidak ditemukan repellent saat beraktivitas di luar rumah
keberadaan kawat kasa pada seluruh rumah malam dan kebiasaan tidak menggunakan
responden, baik yang menderita malaria baju lengan panjang dan celana panjang
maupun yang tidak menderita malaria. tidak mempunyai hubungan yang bermakna
Meskipun seluruh responden telah sepakat dengan kejadian malaria di Desa Sudorogo
bahwa pemasangan kawat kasa pada Kecamatan Kaligesing Kabupaten
lubang pertukaran udara dapat membatasi Purworejo. Akan tetapi, keempat variabel
masuknya nyamuk penular malaria ke tersebut merupakan faktor risiko terjadinya
dalam rumah, akan tetapi sikap ini belum malaria di wilayah penelitian. Variabel yang
terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini erat mempunyai hubungan signifikan dengan
kaitannya dengan ada atau tidaknya faktor kejadian malaria di Desa Sudorogo
pendukung seperti yang disampaikan oleh Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
Notoatmodjo (2010). Faktor ekonomi adalah kebiasaan tidak menggunakan
menjadi alasan mengapa responden belum kelambu saat tidur malam.
memasang kawat kasa pada lubang Masyarakat diharapkan lebih proaktif
pertukaran udara. Responden menuturkan terhadap upaya pencegahan penyakit
bahwa kebutuhan untuk memasang kawat malaria seperti membiasakan ketika tidur
kasa belum menjadi prioritas. Hal ini malam menggunakan kelambu atau obat
karena masih ada kebutuhan lain yang anti nyamuk, dan jika memang harus
harus mereka penuhi yaitu kebutuhan melakukan kegiatan di luar rumah malam
pokok sehari-hari dan biaya sekolah anak. sebaiknya menggunakan baju lengan
Hasil pada penelitian ini sama dengan panjang dan celana panjang dan atau
kejadian malaria di wilayah kerja memakai lotion anti nyamuk. Hal ini erat
Puskesmas Biluhu Kabupaten Gorontalo kaitannya dengan jenis nyamuk Anopheles
yang diteliti oleh Ibrahim (2013). Hasil yang banyak ditemukan di wilayah kerja
penelitiannya juga menunjukkan risiko dari Puskesmas Kaligesing adalah spesies yang
variabel keberadaan kawat kasa tidak dapat cenderung lebih aktif di luar rumah pada
dianalisis karena 100% responden tidak malam hari sampai menjelang pagi hari.
memiliki kawat kasa. Penelitian Santoso
& Karbito (2013) juga menunjukkan hal DAFTAR PUSTAKA
yang sama bahwa seluruh responden dalam
penelitiannya tidak menggunakan kawat Ahmadi, S. 2008. Faktor Risiko Kejadian
kasa. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan Malaria di Desa Lubuk Nipis
penelitian Arjunah (2012). Hasil Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten
penelitiannya menjelaskan adanya hubungan Muara Enim. Tesis. Semarang:
yang bermakna antara keberadaan kawat Universitas Diponegoro.
Anjasmoro, R. 2013. Faktor-Faktor yang
kasa dengan kejadian malaria dengan nilai p
sebesar 0,001. Pada penelitian Priyandina Berhubungan dengan Kejadian Malaria di
(2011) diketahui bahwa seseorang yang Wilayah Kerja Puskesmas Rembang
tinggal di rumah yang tidak mempunyai Kabupaten Purbalingga. Jurnal Kesehatan
210 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 199–211

Masyarakat, Vol. 2, No. 1. Tersedia di:http:// Kenanga Kecamatan Sungailiat


eprints.undip.ac.id/38864/1/4545.pdf Kabupaten Bangka. Tesis. Universitas
[30Januari 2017]. Diponegoro.
Anonim. 2016. Inilah Fakta Keberhasilan Ibrahim, Y.A.T. 2013. Faktor Risiko Sanitasi
Pengendalian Malaria. Jakarta: Tersedia Lingkungan Rumah terhadap Kejadian
di: http://www.depkes.go.id/article/ Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
view/16050200003/inilah - fakta - Biluhu Kabupaten Gorontalo tahun 2013.
keberhasilan-pengendalian-malaria.html. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.
[Diakses 25 Januari 2017]. Kemenkes. 2011. Epidemiologi Malaria di
Arjunah, 2012. Hubungan Perilaku Indonesia. Jakarta: Kementerian
Masyarakat tentang Pencegahan Kesehatan RI.
dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Kemenkes. 2012. Buku Saku
Mamuju Utara Sulawesi Barat. Skripsi. Penatalaksanaan Kasus Malaria .
Makassar: Universitas Hassanudin. Jakarta: Ditjen Pengendalian Penyakit
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. dan Penyehatan Lingkungan
Jakarta: EGC. Kementerian Kesehatan RI.
BPS Purworejo. 2016. Statistik Daerah Kemenkes. 2014. Pedoman Manajemen
Kecamatan Kaligesing 2016. Malaria. Jakarta: Kementerian
Purworejo: Badan Pusat Statistik. Kesehatan RI.
Dinkes Jateng. 2014. Profil Kesehatan Kemenkes. 2016. Infodatin Malaria.
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Semarang: Dinkes Jateng. Tersedia di: Kementerian Kesehatan RI.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/ Maulana, H.D.J. 2009. Promosi
v2015/dokumen/profil2014/Profil_2014. Kesehatan. Jakarta: EGC
pdf [16 Mei 2016]. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Keehatan.
Dinkes Jateng. 2015. Profil Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta.
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Pemerintah Kabupaten Purworejo. 2016.
Semarang: Dinkes Jateng. Tersedia di: Rencana Kerja Pemerintah Daerah
http://dinkesjatengprov.go.id/v2015/ (RKPD) Kabupaten Purworejo Tahun
dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf 2016. Tersedia di: http://www.
[25 Januari 2017]. purworejokab.go.id [20 Juni 2016].
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Priyandina, A.R. 2011. Pengaruh lingkungan
Penyehatan Lingkungan. 2015. dan perilaku terhadap kejadian malaria di
Rencana Aksi Program Pengendalian wilayah kerja Puskesmas Sanggau
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.
Tahun 2015-2019. Jakarta: Direktorat Skripsi. Universitas Tanjungpura.
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Santoso, H.B. & Karbito. 2013. Perilaku
Penyehatan Lingkungan Masyarakat dan Kejadian Malaria di
DKK Purworejo. 2013. Profil Dinas Desa Pulau Legundi Kecamatan
Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran.
2013. Purworejo: Dinas Kesehatan Jurnal Kesehatan. IV (1): pp.391-400.
Kabupaten Purworejo. Santy, Fitriangga, A. & Natalia, D. 2014.
DKK Purworejo. 2014. Profil Dinas Hubungan faktor individu dan
Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun lingkungan dengan kejadian malaria di
2014. Purworejo: Dinas Kesehatan desa Sungai Ayah 3 Kecamatan Belitang
Kabupaten Purworejo. Hilir, Kabupaten Sekadau. Naskah
DKK Purworejo. 2016. Laporan Bulanan Publikasi. Universitas Tanjungpura.
Register Malaria. Purworejo: Dinas Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit
Kesehatan Kabupaten Purworejo. Parasit. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Harmendo. 2008. Faktor Risiko Kejadian Subekti, R. 2016. Kasus Malaria di Indonesia
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sudah Menurun. Tersedia di: http://
Restu Alami dan Retno Adriyani, Tindakan Pencegahan Malaria… 211

pojoksatu.id/lipsus/2016/04/30/kasus- who.int/entity/world_health_day/2014/
malaria-di-indonesia-sudah-menurun/ Malaria_factsheet_A4.pdf [20 Juni 2016].
[16 Juni 2016]. WHO, 2015. World Malaria Report 2015. [pdf]
Sutriyanto, E. 2014. 80 Persen Kasus Malaria Geneva: World Health Organization.
di Indonesia Ada di 5 Provinsi Ini. Tersedia di: http://www.who.int/malaria/
Tersedia di: http://www.tribunnews.com/ publications/world-malaria-report-2015/
kesehatan/2014/04/26/80-persen-kasus- report/en/ [15 Juni 2016].
malaria-di-indonesia-ada-di-5-provinsi- Widoyono. 2011. Penyakit Tropis:
ini [20 Juni 2016]. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
WHO. 2014. Fact sheet Malaria. [pdf] & Pemberantasannya. Kedua ed.
Geneva:WHO. Tersedia di: http://www.searo. Jakarta: Penerbit Erlangga.

You might also like