Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

HOME WORK

”My Childhood Moment”

By :

IFOLALA TELAUMBANUA

Class/Semester : A/I
Lesson : English Language
Lecturer : Mr. Asali Lase, S.Pd., M.M

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (FPIPS)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
2018
My Childhood Unforgettable Moment

In every human life, there is always at least an unforgettable childhood


experience. This journey creates both good and bed stories. I, myself, have had a few
bad ones at that time. They occurred mostly when I was trying to fit in and find my
inner-self. One of those stories is when I hurt one of my friends. The story taught me
a valuable lesson for my future then.

Well, it was one of my unforgettable experiences happened to my life when I


was a young boy. At that time, I and my friends used to hang out around the tree
which was near the playing ground. One of my friends father had tied a rope there
and made a swing like stuff for us. Once, we swing there one by one peacefully. One
of my friends who was very naughty tried to trick me. He said to me that it was his
turn then. Of course I denied his statement because I remembered the turn very well.
Not accepting my argument, he hit me and I fell down. I stood up and kept asking for
my turn. Again, he hit me and I fell down. I was very angry and with the frowning
eyes, I warned him, if he won't let me swing I will hit you with the stone. He said,
"Whatever!". Then, I took a small stone in my hand and I throw onto him, without
thinking it could hurt his eyes and harm him. He started crying and I started
swinging.

The next day, his mother come to my house complaining my mother and said,
"See, what your son has done to my son! His eyes were bleeding". After that, my
mother asked me about the incident and I explained her the whole story, how he hit
me and my legs were bleeding and saw her the scratches on my hands, and finally,
how I throw the stone on him. That lady was still shouting on me and my mother. My
mother asked her to bring a stone and let her son hit on my eyes. If this could make
her son feel better then do that. Then she thought for a while and said to my mother,
"Oh, I am sorry. I don't know why I spelled so bad words for you. My mother said,
"They are children and a friends, today they fought and tomorrow they will play
together again then why we are blaming and shouting". I don't forget these words my
mother told her. That day, I didn't understand what the meaning of those words was.
But when I grew up, I understood, what she meant to say. After that incident I never
threw any stone on anybody.
Momen Masa Kecil Saya yang Tak Terlupakan

Dalam setiap kehidupan manusia, selalu ada setidaknya satu pengalaman masa
kecil yang tak terlupakan. Perjalanan masa kecil ini menciptakan baik cerita yang baik
maupun cerita yang buruk. Saya sendiri, memiliki beberapa cerita yang buruk di masa
itu. Cerita-cerita itu terjadi terutama ketika saya mencoba untuk menyesuaikan diri dan
menemukan jati diri dalam diri saya. Salah satu cerita tersebut adalah ketika saya
menyakiti salah satu teman saya. Cerita itu mengajarkan saya pelajaran berharga untuk
masa depan saya kemudian.

Nah, ini adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan yang terjadi dalam
hidup saya ketika saya masih seorang anak laki-laki kecil. Pada waktu itu, saya dan
teman-teman saya terbiasa untuk bermain ayunan di sekitar pohon yang ada di dekat
tempat bermain kami. Salah satu ayah teman saya telah mengikat tali di sana dan
membuat ayunan untuk media bermain kita. Awalnya, kami bermain ayunan satu persatu
dengan damai. Salah satu teman saya yang sangat nakal mencoba untuk menipu saya.
Dia mengatakan kepada saya bahwa saat itu adalah gilirannya. Tentu saja saya
membantah pernyataannya karena saya ingat giliran tersebut sangat baik. Tidak
menerima argumen saya, ia memukul saya dan saya jatuh. Saya berdiri dan terus
meminta giliran saya. Sekali lagi, dia memukul saya dan saya jatuh. Saya sangat marah
dan dengan mata mengernyit, saya memperingatkan dia, jika dia tidak memberikan
kepada saya ayunan tersebut, saya akan memukulnya dengan batu. Dia mengatakan,
"Terserah!". Lalu, saya mengambil batu kecil di tangan saya dan saya melemparkannya
ke dia, tanpa berpikir itu bisa melukai matanya dan membahayakan dirinya. Dia mulai
menangis dan saya mulai berayun.

Keesokan harinya, ibunya datang ke rumah saya melabrak ibu saya dan berkata,
"Lihat, apa yang anak Anda telah lakukan kepada anak saya! Matanya berdarah". Setelah
itu, ibu saya bertanya tentang insiden itu dan saya menjelaskan padanya seluruh cerita,
bagaimana ia memukul saya dan kaki saya berdarah dan menunjukkan goresan di tangan
saya, dan akhirnya, bagaimana saya melemparkan batu pada dirinya. Wanita tersebut
masih tetap marah pada saya dan ibu saya. Ibu saya memintanya untuk membawa batu
dan membiarkan anaknya memukulkan itu pada mata saya. Jika ini bisa membuat anak
Anda merasa lebih baik, lakukanlah. Lalu ia berpikir sebentar dan mengatakan kepada
ibu saya, "Oh, saya minta maaf. Saya tidak tahu mengapa saya berkata begitu buruk
pada Anda." Ibu saya berkata, "Mereka adalah anak-anak dan berteman, hari ini mereka
bertengkar dan besok mereka akan bermain bersama lagi maka mengapa kita
menyalahkan dan berteriak-teriak". Saya tidak lupa kata-kata yang ibu saya katakan
kepadanya ini. Hari itu, saya tidak mengerti apa maksud kata-kata itu. Tapi ketika saya
besar, saya mengerti, apa yang dia maksud. Setelah kejadian itu saya tidak pernah
melemparkan batu apapun pada siapapun.

You might also like