Perbandingan Perhitungan Antara Metode PPH Pasal 21 Yang Ditanggung Perusahaan Dengan Metode Gross Up Pada PT Exzone Media Indonesia

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue.

3 (2017)
PERBANDINGAN PERHITUNGAN ANTARA METODE PPH PASAL 21
YANG DITANGGUNG PERUSAHAAN DENGAN METODE GROSS UP
PADA PT EXZONE MEDIA INDONESIA
Siti Uriva, Kusni Hidayati, Susi Tri Wahyuni
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya
urivasiti@gmail.com
ABSTRACK
Has done research about the application of the calculation methode of Gross Up
employee income tax as an alternative to tax efficiency. The purpose of this study was the
determine how the impact of the application of the calculation method of Gross Up Tax
Article 21 Employees and is also used as an alternative to the tax efficiency of PT Exzone
Media Indonesia. The obtained result were increase in the Gross Income amount of Rp
28.596.896.750 and an increasein taxable income equal to the amount of benefits payable
income tax in article 21 amounting to Rp 13.596.896.505. Article 21 income tax expense
accounts which had been affected in profit or loss financial fiscal correction in the company,
fiscal income would be removed and replaced article 21 of income tax allowance account so
that taxable profitbefore tax of the company decreased by Rp 13.301.807. the decline in
taxable in taxable income before taxes was also followed by a decreased taxable income after
taxes. Thus, companies can save tax of Rp 34.397.498. From the result it can be seen that
research article 21 of the income tax Gross Up method can be used as an efficient alternative
the the PT Exzone Media Indonesia Surabaya.
Keywords : Article 21 employees, Gross Up Method and Corparate Income Tax.

Latar Belakang
Sejak tahun 1999 indonesia mulai mengalami krisis global disegala lapisan
masyarakat. Perusahaan pun mendapatkan dampak dari adanya krisis global tersebut,
sehingga banyak perusahaan mengadakan peningkatan disegala bidang yang ada dengan
tujuan agar perusahaan tetap dapat beroperasi dan memperoleh laba yang maksimal melalui
peningkatan penjualan disertai efisiensi biaya. Laba perusahaan tidak seluruhnya dibagikan
kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan tetapi sebagian dijadikan laba yang ditahan
dan sebagian disetor kepada negara dalam bentuk Pajak Penghasilan (PPh). Jika pajak
penghasilan karyawan dimasukkan ke laba perusahaan, maka laba perusahaan bertambah
besar. Perusahaan dapat membebankan Pajak Penghasilan karyawan sebagai deductible
expenses, apabila menggunakan metode Gross Up di dalam perhitungan pajak penghasilan
pasal 21. Metode Gross Up adalah metode pemotongan pajak, dimana perusahaan
memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong
dari karyawan. Tujuan dari metode Gross Up adalah menyamakan jumlah pajak yang harus
dibayar dengan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya.
Rumusan masalah
Bagaimana perbandingan perhitungan antara metode PPh pasal 21 yang ditanggung
perusahaan dengan metode Gross Up pada PT. Exzone Media Indonesia.
Tinjauan Pustaka
807
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Zain (2012:11), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi)
yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya kembali, sehingga pengertian dari pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang
terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dan sektor swasta
(wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah
terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
Mardiasmo (2016:4) menyatakan bahwa fungsi pajak secara umum bagi pemerintah
ada dua yaitu:
1. Fungsi Anggaran (budgetair)
Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran.
2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regularend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi.
Pajak Penghasilan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor : 252/PMK.03/2008 pengertian
pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan/jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
subyek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 UU Pajak Penghasilan
(PMK,2008).
Hanya penghasilan yang bersifat active income atau penghasilan yang
diterima/diperoleh dengan melakukan aktivitas terlebih dahulu yang menjadi objek pajak ini.

808
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Sementara untuk passive income atau penghasilan yang diperoleh dari model (tanpa
melakukan aktivitas) bukan objek PPh pasal 21.
Active income yang dikenai PPh pasal 21 ini pun hanya yang bersumber dari 3
aktivitas yaitu, pekerjaan/jabatan, jasa dan kegiatan. Penghasilan dari orang pribadi yang
berasal dari kegiatan usaha dagang, meskipun termasuk active income bukan merupakan
objek PPh pasal 21, namun bila usaha orang pribadi tersebut adalah memberikan
jasa/menjalankan pekerjaan bebas. Maka atas penghasilannya merupakan objek PPh pasal 21.
Secara praktik yang termasuk dalam pengertian subjek pajak (Mardiasmo 2016: 202)
meliputi:
1. Orang Pribadi
Kedudukan Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
indonesia ataupun di luar indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
3. Badan
Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Resmi (2016:143), pemotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi atau badan yang
diwajibkan oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 untuk memotong PPh pasal 21.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 252/PMK.03/2008.
a. Pasal 2 ayat (1) pemotong PPh Pasal 21 meliputi :
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau
jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas
pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, Instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, atau kegiatan.
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

809
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
i. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya.
ii. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan
dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar
negeri.
iii. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang.
e. Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional
dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan
dengan suatu kegiatan.
b. Pasal 2 ayat (2) yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban
untuk melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing.
b. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
c. Pasal 2 ayat (3) yaitu, dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, organisasi internasional dimaksud
merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan pemotongan pajak.

Perhitungan Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21


a. Wajib Pajak Orang Pribadi
Tabel 1

810
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Wajib Pajak Orang Pribadi


No. Lapisan Penghasilan Tarif
1 S.d Rp 50.000.000,- 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,-s.d. Rp 250.000.000 15%
3 Di atas Rp 250.000.000,-s.d. Rp.500.000.000,- 25%
4 Di atas Rp 500.000.000,- 30%
Sumber: Peneliti (2017)

b. Wajib Pajak Badan


i. Tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun pajak 2009
ii. Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%
Mardiasmo (2016:210) dalam melakukan perhitungan besarnya utang pajak
khususnya PPh pasal 21, beberapa tahapan dan istilah berikut ini perlu dipahami
dengan baik:
a. Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto adalah seluruh penghasilan yang diterima oleh wajib pajak
sebelum dikurangi dengan pengurangan-pengurangan yang diperkenankan oleh
Undang-Undang yang berupa biaya jabatan, uang pensiun, dan penghasilan tidak
kena pajak (PTKP).
b. Penghasilan Netto
Penghasilan netto adalah bruto dikurangi biaya jabatan, iuran pensiun, dan
tunjangan Hari Tua.
c. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan Penghasilan kena pajak (PKP) WP
Orang Pribadi
i. Penghasilan Kena Pajak untuk WP Orang Pribadi
ii. PTKP untuk WP Orang Pribadi
- Rp 54.000.000,- untuk dari wajib pajak orang pribadi.
- Rp 4.500.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
- Rp 54.000.000,- untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.
- Rp 4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 rang untuk setiap anggota keluarga.

811
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Untuk melakukan perhitungan dengan menggunakan metode gross up tidak lepas dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

a. Rumus Metode Gross Up untuk lapisan pertama.


TP

(Sumber: Gunawan. 2014)


b. Rumusan Metode Gross Up untuk lapisan kedua.

(Sumber: Gunawan. 2014)


c. Rumus Metode Gross Up untuk lapisan ketiga.

(Sumber: Gunawan. 2014)


d. Rumus metode Gross Up untuk lapisan keempat.

(Sumber: Gunawan. 2014)

METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Pajak Penghasilan Karyawan
Pajak penghasilan karyawan adalah pajak yang dikenakan pada setiap karyawan PT.
Exzone Media Indonesia
2. Perhitungan Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 dengan Metode Gross Up
Perhitungan Pajak Penghasilan karyawan pasal 21 dengan metode gross up, merupakan
metode pemotong pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya
sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong dari karyawan.
Teknik Penentuan Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan sampel
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif studi
komparasi atau perbandingan, yaitu penulis membandingkan perhitungan antara metode PPh
pasal 21 yang ditanggung perusahaan dengan metode gross up pada PT. Exzone Media
Indonesia
Prosedur Pengambilan/ Pengumpulan Data

812
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi, penulis menggunakan teknik atau
cara sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan atau Library Research
Teknik pengumpulan data dengan jalan mempelajari dan mengutip dari sumber
perpustakaan yang berhubungan dengan masalah.
b. Studi Lapangan atau Fild Research
Teknik pengumpulan data dengan jalan mempelajari secara langsung pada objek penelitian
untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Pengujian Data
Adapun cara memperoleh data pada teknik ini adalah sebagai berikut :
i. Interview
Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan
pihak perusahaan untuk mendapatkan data yang diperlukan serta yang berhubungan
langsung dengan penelitian.
ii. Observasi
Suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung
pada objek penelitian dan catatan semua data yang diperlukan.
iii. Dokumenter
Suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pencatatan terhadap data-data
yang dimiliki oleh perusahaan yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis
kemukakan.
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Analisa data adalah kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan, baik data
tersebut diperoleh dari studi lapangan ataupun dari studi pustaka yang menjadi perangkat
hasil dari penemuan-penemuan yang baru dalam bentuk pembuktian hipotesis. Adapun teknik
analisa data tersebut:
a. Analisa Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dikumpulkan bukan merupakan angka-angka, melainkan
dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar. Jenis data yang dikumpulkan termasuk
mencakup wawancara, komentar-komentar pribadi dan lain-lain yang dapat menunjukkan
kata-kata atau perbuatan-perbuatan orang yang sesungguhnya.
b. Analisa Data Kuantitatif

813
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Data kuantitatif adalah suatu metode analisis data yang ada hubungannya dengan rumus-
rumus atau angka-angka untuk mengadakan suatu pengujian dalam hubungannya dengan
analisis data yang bersangkutan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT Exzone Media Indonesia ini adalah
struktur organisasi yang berbentuk line staf yang membentuk garis komando dari presiden
direktur sampai tingkat pelaksana melalui tingkat struktural yang ada di bawahnya, begitu
pula garis koordinasinya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
Aspek Kegiatan Perusahaan
PT Exzone Media Indonesia adalah salah satu perusahaan iklan (advertising) di
surabaya. PT Exzone Media Indonesia membuat Reklame seperti Billboard, Signboard,
Neonbox dll. Dalam pembuatannya bahan-bahan yang dibutuhkan adalah pipa, Besi Siku,
Plat Aluminium dll.
Daftar Gaji Pegawai Sebelum Penerapan Metode Gross Up

Tabel 1
Daftar Gaji Pegawai PT Exzone Media Indonesia di Surabaya Sebelum Penerapan Metode
Gross Up
No Nama Status Penghasilan Penghasilan PKP PPh Pasal 21
Bruto Netto
1 Yusuf K/3 Rp 173.820.200 Rp 163.020.200 Rp 91.020.200 Rp 8.653.030
2 Rizal K/2 Rp 160.547.900 Rp 149.747.900 Rp 82.247.900 Rp 7.337.185
3 Dicky K/3 Rp 151.640.000 Rp 140.840.000 Rp 68.840.000 Rp 5.326.000
4 Angga K/3 Rp 145.062.200 Rp 134.262,200 Rp 62.262.200 Rp 4.339.330
5 Indra K/3 Rp 142.625.300 Rp 131.825.300 Rp 59.825.300 Rp 3.973.795
6 Ryan K/1 Rp 137.379.000 Rp 126.579.000 Rp 54.579.000 Rp 3.186.850
7 Doni K/1 Rp 132.548.000 Rp 121.748.000 Rp 58.748.000 Rp 3.812.200
8 Putra K/2 Rp 130.979.500 Rp 120.179.500 Rp 52.679.500 Rp 2.901.925
9 Ari K/2 Rp 135.185.300 Rp 124.385.300 Rp 56.885.300 Rp 3.532.795
10 Bayu K/2 Rp 134.083.550 Rp 123.283.550 Rp 55.783.550 Rp 3.367.532.5
Total Rp 1.443.870.750 Rp Rp Rp 46.430.642,5
1.335.870.950 642.870.950
Sumber : Peneliti (2017)

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 1 sebelum penerapan metode Gross Up PPh


pasal 21 terutang sebesar Rp 46.430.642,5 yang seluruhnya akan ditanggung oleh perusahaan

814
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

dalam bentuk beban PPh pasal 21. untuk mengatasi hal tersebut maka beban PPh Pasal 21
yang ditanggung perusahaan tersebut harus diubah namanya menjadi tunjangan PPh pasal 21
dengan cara menggunakan penerapan metode Gross Up.
Daftar gaji pegawai setahun sesudah Gross Up
Hasil perhitungan secara keseluruhan dengan menggunakan penerapan metode Gross
Up. Berdasarkan hasil perhitungan sesudah menggunakan metode Gross Up secara
keseluruhan PPh pasal 21 terutang akan mengalami kenaikan dari Rp 46.430.642,5 (sebelum
Gross Up) menjadi Rp 549.107.289,- (sesudah Gross Up). Hal ini dikarenakan adanya
penambahan tunjangan pajak pada penghasilan pegawai sehingga akan menaikan Penghasilan
Kena Pajak (PKP) dan kenaikan PPh 21 karyawan.

Tabel 2
Daftar Gaji Pegawai PT Exzone Media Indonesia di Surabaya
Setahun Sesudah Gross Up
No Nama Statu Penghasilan PPh Pasal 21= Penghasilan PKP
s Bruto Tunj. Pajak Netto
1 Yusuf K/3 Rp 195.764.941 Rp 21.944.741 Rp 184.964.941 Rp 112.964.941
2 Rizal K/2 Rp 178.003.411 Rp 17.455.511 Rp 167.203.411 Rp
99.703.411.
3 Dicky K/3 Rp 15.089.563.404 Rp 15.089.411 Rp Rp
15.089.552.604 15.089.480.60
4
4 Angga K/3 Rp 13.928.768.591 Rp 13.928.623 Rp Rp
13.928.757.791 13,928.685.79
1
5 Indra K/3 Rp 156.123.882 Rp 13.498.582 Rp 145.328.882 Rp 73.323.882
6 Ryan K/1 Rp 444.069.411 Rp 306.690.411 Rp 433.269.411 Rp
365.769.411
7 Doni K/1 Rp 146.476.623 Rp 13.928.623 Rp 135.676.623 Rp 72.676.623
8 Putra K/2 Rp 139.687.647 Rp 8.708.147 Rp 128.887.647. Rp
61.387.647.
9 Ari K/2 Rp 138.449.458 Rp 12.979.758 Rp 127.649.458 Rp
60.149.458.
10 Bayu K/2 Rp 135.683.482 Rp 12.785.332 Rp 124.883.482 Rp
57.383.482.
Total Rp 30.552.590.850 Rp 549.107.289 Rp Rp
30.466.174.250 29.921.525.25
0
Sumber: Peneliti (2017)

INTERPRETASI

815
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Pada Tabel 1 disebutkan bahwa penghasilan bruto didapatkan hasil dari penjumlahan
antara gaji pegawai dan tunjangan tunjangan.Penghasilan neto setahun didapat dari
pengurangan antara penghasilan bruto dikurangi dengan hasil pengurangan.Pengahsilan pkp
didapatkan dari pengurangan antara penghasilan neto setahun dikurangi jumlah ptkp. Hasil
dari ptkp dikali dengan tarif pajak dan akan menghasilkan pph pasal 21 terutang.
Pada tabel 2 Penghasilan bruto didapatkan hasil penjumlahan dari gaji karyawan,
tunjangan-tunjangan dan tunjangan pajak. Penghasilan neto setahun didapatkan hasil dari
pengurangan antara pengasilan bruto dikurangi dengan jumlah pengurangan. Hasil hasil dari
pkp didapatkan dari pengurangan penghasilan neto setahun dikurangi jumlah ptkp. PPh pasal
21 terutang didapatkan hasil dari pkp dikali tarif pajak.

Ringkasan Dampak Penerapan Menggunakan metode Gross Up Atas Perhitungan PPh


Pasal 21 Karyawan
Tabel 3
Ringkasan Dampak Penerapan Menggunakan metode Gross Up
Atas Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan
keterangan Sebelum Gross Up Sesudah Gross Up Keterangan(Pembulatan)
Penghasilan Bruto Rp 422.969.750 Rp 29.019.866.255 Naik Rp
28.596.896.505
PKP Karyawan Rp 642.870.950 Rp 13.944.678.631 Naik Rp 13.301.807
Tunjangan Pajak - Rp 12.785.756.576 -
dengan Gross up
PPh Pasal 21 terutang Rp 46.430.642,5 Rp 12.785.756.576 Naik Rp
12.785.710.146.110
Laba Bersih Rp 24.875.842.633 Rp 24.846.514.350 Turun Rp 29.328.283
Komersial sebelum
pajak
Laba Bersih Rp 18.559.774.109 Rp 18.564.843.324 Naik Rp 5.069.220
Komersial setelah
pajak
Laba Bersih Fiskal Rp 25.264.274.095 Rp 25.126.684.104 Turun Rp 137.589.991
sebelum pajak
Laba Bersih Fiskal Rp 18.948.205.571 Rp 18.845.013.078 Turun Rp 103.192.493
setelah pajak
PPh Perusahaan Rp 6.316.068.524 Rp 6.281.671.026 Turun Rp 34.397.498
Sumber : Peneliti (2017)

a. Adapun Ringkasan dari dampak penerapan menggunakan metode Gross Up atas


perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan bahwa dengan menggunakan metode Gross Up

816
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

maka Tunjangan Pajak yang diberikan oleh pemberi kerja sebesar Rp 13.301.807
besarnya sama dengan PPh Pasal 21 terutang karyawan sesudah Gross Up. Tunjangan
Pajak = PPh Pasal 21 terutang sesudah Gross Up.
b. Penghasilan Bruto dan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Karyawan setelah penerapan
metode Gross Up mengalami kenaikan masing-masing menjadi Rp 28.596.896.505
dan Rp 13.301.807.
c. Dampak diterapkannya Metode Gross Up maka akun beban PPh Pasal 21 pada
perhitungan L/R perusahaan dihapus dan digantikan akun Tunjangan PPh Pasal 21.
Hal itu berakibat pada PPh badan, dimana PPh badan akan mengalami penurunan dari
Rp.6.316.068.524 menjadi Rp 6.281.671.026. Dengan adanya penurunan PPh badan
berarti terjadi penghematan PPh badan sebesar Rp 34.397.498 sehingga penerapan
metode Gross Up ini dapat dijadikan sebagai alternatif efisiensi pajak pada PT
Exzone Media Indonesia.

SIMPULAN
Perusahaan belum menerapkan metode Gross Up di dalam perhitungan PPh pasal 21
karyawan.
a. Dengan menggunakan penerapan metode Gross Up berdasarkan ketentuan UU PPh
No.36 tahun 2008, maka dapat dihitung tunjangan PPh pasal 21, akan mengakibatkan
jumlah tunjangan pajak yang diberikan oleh perusahaan meningkat sebesar Rp
13.301.807 besarnya akan sama dengan PPh pasal 21 yang terutang sesudah Gross Up.
b. Dampak penerapan metode Gross Up dapat mengakibatkan biaya gaji sesudah Gross Up
meningkat yaitu sebesar Rp 29.019.866.255 dibandingkan dengan jumlah biaya gaji
sebelum menggunakan metode Gross Up sebesar Rp 422.969.750.

SARAN
Dengan penerapan metode Gross Up secara tepat pada perusahaan dapat menghemat
kas keluar untuk beban pajak perusahaan dan penerapan metode Gross Up juga merupakan
salah satu bahan pertimbangan perusahaan dalam upaya mengefisiensi pajak perusahaan.
Oleh karena itu sebaiknya perusahaan menerapkan metode Gross Up sebagai salah satu
alternatif efisiensi pajak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

817
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3 (2017)

Gunawan, Muhammad. 2010. Analisis Perbandingan Perhitungan Pajak penghasilan pasal 21


metode gross, net, gross up dan dampaknya terhadap beban pajak penghasilan.
Skripsi. Universitas Eirlangga. Surabaya.
Gustia, Devi. 2014. Penerapan PPh pasal 21 dengan menggunakan net method dan Gross
Method Terhadap Laporan Pajak Terutang. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Lisdiana, Desi. 2013. Analisis perbandingan Metode Gross Up dan net Sebagai Perencanaan
Pajak PPh Pasal 21 Terhadap Laba Sebelum Pajak. Skripsi. Universitas Negeri
Surabaya. Surabaya.
Mahmud, Hasmin. 2013. Analisis Penerapan Metode Gross Up Dalam Perhitungan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 21 pada karyawan tetap. Skripsi. Universitas 17 Agustus.
Surabaya.
______. 2008. Peraturan Menteri Keuangan RI No : 252 / PMK.03. 2008. Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan, Edisi Terbaru. Penerbit Andi. Yogyakarta.


Priantara, Dias. 2016. Perpajakan Indonesia, Edisi 3. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Resmi, Siti. 2016. Perpajakan. Teori dan Kasus, Edisi 9. Selemba Empat. Jakarta.

______. 2012. Peraturan Menteri Keuangan RI No : 162 / PMK001. 2012. Tentang Orang
Pribadi Sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri.

Zain, Muhammad. 2012. Manajemen Perpajakan. Edisi ketiga. Penerbit Selemba Empat.
Jakarta.

818

You might also like