LAMPIRAN

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No.

01, November 2017

INOVASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN


VISUALISASI VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS

Eidelweis Dewi Jannati 1), Lia Milana 2)


Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Majalengka1)
Email : eidelweis_unma@yahoo.com
Program Studi Teknik Industri,Fakultas Teknik, Universitas Majalengka2)
Email : milanalia888@yahoo.co.id

ABSTRACT
In government regulation of the republic of indonesia No. 19), article 26, paragraph 4, about the
purpose of higher education which is said to prepare learners to be a society that: 1) possesses noble, 2)
possesses knowledge, 3) skilled, 4) Independent, 5) Able to discover, develop, and apply science,
technology , and useful art.It can be realized by applying the right learning model. Problem-based
learning model with virtual visualization is one of the right alternative, because students are required to
be active and creative in building their knowledge. The purpose of this research is to know the
improvement of students' science process skill after applied model of problem based learning with virtual
simulation. This research was conducted by quasi experimental method with one group pretest-posttest
research design, IA industry technique as experiment class. The results: 1) students science process skills
are increasing, The average normalized N-Gain score of 0.72 students' science process skills is included
in the high category; 2) Students give positive responses to the application of Problem Based Learning
Model with virtual visualization on Measurement materials.

Keywords: Problem Based Learning Model, Virtual Visualization, Processing Skills Science.

1. PENDAHULUAN Fisika membuat mahasiswa beranggapan bahwa


1.1. Latar Belakang Masalah Fisika sulit dipahami.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun Berdasarkan observasi di prodi Teknik Industri
1990, disebutkan tentang tujuan perguruan tinggi semester 1 tahun ajaran 2015-2016, diperoleh hasil
adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota nilai akhir rata-rata 50, 43. Dengan demikian dapat
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan dikatakan bahwa pemahaman konsep mahasiswa
atau profesional yang dapat menerapkan, masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu mahasiswa saatpembelajaran di kelas hanya
pengetahuan dan kesenian serta menyumbangkan mendengarkan dosen mengajar, mengerjakan soal-
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan soal yang diberikan oleh dosen. Dengan demikian,
memperkaya kehidupan nasional. Salah satu mahasiswa belajar lebih pasif dan Keterampilan
perguruan tinggi di majalengka terdapat program studi Proses Sains (KPS) mahasiswa yang masih tergolong
teknik Industri. Dalam kegiatan pembelajarannya rendah. Hal ini terlihat saat melakukan percobaan atau
disiapkan agar mahasiswa memiliki kemampuan dan eksperimen, mahasiswa sangat ketergantungan pada
keterampilan dalam mengaplikasikan hasil dosen. Peran dosen lebih mendominasi, mahasiswa
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. cenderung pasif sehingga mereka tidak terampil
Salah satu matakuliah dasar di teknik Industri dalam menyelesaikan masalah-masalah riil.
yaitu Fisika Dasar. Tujuan diberikan mata kuliah ini Berdasarkan hasil wawancara studi
adalah memberikan wawasan tentang fisika sebagai pendahuluan dengan dosen fisika diperoleh hasil
landasan perkembangan ilmu dan teknologi, melalui bahwa model pembelajaran yang biasa diterapkan
pengajaran konsep dasar serta proses ilmiah fisika, ialah model konvensional dimana dosen lebih banyak
agar dapat menunjang pengembangan pada mata menggunakan teknik ceramah serta menekankan pada
kuliah lain selanjutnya. Namun keabstrakan konsep latihan pemecahan soal. Model tersebut tidak
melatihkan keterampilan proses sains dan pemahaman
Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering
154
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

konsep. Padahal, pembelajaran sains akan bermakna proses sains yang mulai tumbuh dan terbentuk dari
dan bermanfaat apabila mahasiswa memiliki siklus pertama hingga ketiga, dan pemahaman materi
keterampilan proses sains agar dapat memecahkan yang diperoleh siswa dari hasil penerapan PBI telah
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. mencapai ketuntasan klaksikal.
Salah satu model pembelajaran yang Untuk itu, peneliti bermaksud menerapkan
mendukung untuk menyelesaikan permasalahan diatas suatu model pembelajaran yang melibatkan
yaitu model pembelajaran problem based mahasiswa untuk melatih keterampilan proses sains
learning(PBL). “PBL adalah suatu pendekatan melalui model pembelajaran pembelajaran problem
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada based learning dengan visualisai virtual pada konsep
pebelajar dengan masalah-masalah praktis atau Pengukuran. Visualisai virtual ditujukan untuk
pembelajaran yang dimulai dengan pemberian menarik perhatian mahasiswa seiring dengan
masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata” kemajuan IPTEK. Salah satu konsep Fisika Dasar I di
(Tan dalam Gunantara, 2014).Pengertian PBL Prodi Teknik Industri adalah Pengukuran. Konsep
menurut Dutch (dalam Gunantara, 2014) adalah Pengukuran berkaitan erat dengan kehidupan sehari-
“metode intruksional yang menantang peserta didik hari mahasiswa dan sering mereka gunakan dalam
agar belajar untuk belajar bekerjasama dalam keseharian ataupun dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
nyata”. Sedangkan Menurut Gunantara “Model dikemukakan diatas maka dapat disusun permasalahan
Problem Based Learning merupakan model penelitian sebagai berikut:
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam 1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan proses
memecahkan masalah nyata. Model ini menyebabkan sains mahasiswa setelah diterapkan model
motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. pembelajaran problem based learning dengan
Model PBL juga menjadi wadah bagi siswa untuk visualisasi virtual pada materi pengukuran?
dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan 2) Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap model
keterampilan berpikir yang lebih tinggi.” Sementara pembelajaran problem based learning dengan
Menurut Arends (dalam Juliawan, 2012), visualisasi virtual?
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran 1.2. TujuanPenelitian
peserta didik pada masalah autentik peserta didik Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih 1) Gambaran keterampilan proses sains mahasiswa
tinggi, inkuiri dan memandirikan peserta didik”. dengan menerapkan model pembelajaran
Jadi dapat disimpulkan bahwa Model Problem problem based learningdengan visualisasi
Based Learning adalah model pembelajaran yang virtualpada konsep Pengukuran.
melibatkan mahasiswa dalam memecahkan masalah 2) Tanggapan mahasiswa terhadap proses
nyata baik secara kelompok maupun individu. pembelajaran problem based learning dengan
Sehingga, rasa ingin tahu mahasiswa meningkat dan visualisasi virtual.
mereka turut aktif dalam pembelajaran. Hal ini
menimbulkan keterampilan proses sain mahasiswa 2. METODE PENELITIAN
akan terlatih. Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi
Beberapa penelitian yang relevan menunjukkan eksperimen (eksperimen semu) dengan desain
adanya peningkatan hasil belajar dari segi kognitif, penelitian one group pretest-posttes. Seperti pada
psikomotorik (keterampilan proses sains mahasiswa), tabel 1.
dan afektif (sikap ilmiah) adalah penelitian oleh
Subagyo, dkk (2009) tentang pembelajaran dengan Tabel 1. Desain Penelitian
keterampilan proses sains untuk meningkatkan Pretest Perlakuan Postest
pengetahuan konsep suhu dan pemuaiaan. Penelitian
oleh Rusmiyati dan Yulianto (2009) tentang T1 X1 T2
peningkatan keterampilan proses sains dengan
menerapkan model Problem Based-Instruction Panggabean dalam Karsiah (2008)
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan Keterangan: T1= Pretest

Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering


155
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

X1 = Pembelajaran dengan 3) Uji Normalitas


menerapkanmodel Melakukan uji normalitas data yang diperoleh
pembelajaran problem based dari data pretes dan postes dengan
learning menggunakan rumus :
T2= Postest (Oi  Ei ) 2
2  
Model pembelajaran yang diterapkan yaitu model Ei
pembelajaran berbasis masalah dengan simulasi
virtual. Lokasi penelitian di program studi Teknik (Subana, 2000)
Industri Universitas Majalengka. Keterangan :
2 = Chi Kuadrat
2.1. Teknik Pengumpulan Data Oi = Frekuensi Observasi
Berikut ini adalah tabel teknik pengumpulan data Ei = Frekuensi Ekspektasi
penelitian: 4) Uji Hipotesis
a. Apabila data berdistribusi normal maka
Tabel 2. Teknik pengumpulan data digunakan statistik parametris yaitu
Jenis Data Teknik Keterangan dengan menggunakan uji “t”. Adapun
Pengumpulan langkah-langkahnya adalah sebagai
Data
berikut:
Keterlaksanaan Lembar Dilakukan
model Pengamatan saat  Menghitung harga thitung
pembelajaran Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan rumus:
problem based Model t hitung 
Md
learning Pembelajaran  d  2

based learning d2 - n


Tanggapan Tes skala sikap Dilakukan n. (n - 1)
terhadap model setelah
pembelajaran pembelajaran Md = Nilai rata-rata hitung dari
beda/selisih antara skor pretest dan
postest
2.2. Teknik Analisis Data
d merupakan gain
1) Menghitung gain yaitu perbandingan skor
n merupakan jumlah subjek
pretest dan posttest
 ttabel berpegang pada derajat
kebebasan (db)= N-1 yang telah
Keterangan:
diperoleh, baik pada taraf signifikansi
G = gain
1 % ataupun 5 %.
T1 = skor pretest
 Jika thitung ≥ttabel maka Ho ditolak,
T2 = skor posttest
sebaliknya Ha diterima berarti
2) Menghitung gain ternormalisasi, yaitu
terdapat peningkatan keterampilan
perbandingan dari skor gain aktual dengan
proses sains dan pemahaman konsep
skor gain maksimum, dengan rumus sebagai
siswa secara signifikan.Jika thitung
berikut:
≤ttabel maka Ho diterima dan Ha
skor postes  skor pretes
NG  ditolak yang berarti tidak terdapat
skor max  skor pretes peningkatan keterampilan proses sains
(Meltzer dalam Herlanti, 2006) dan pemahaman konsep siswa secara
signifikan.
Tabel 3. Kategori Tafsiran NG (Sudijono, 1999)
Nilai NG Kriteria b. Apabila data terdistribusi tidak normal
0,00 – 0,30 Rendah maka dilakukan dengan uji
0,31 – 0,70 Sedang wilcoxonmacth pairs test
0,71 – 1 Tinggi

Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering


156
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

n(n  1) dan skor antara 14 (diperoleh dari nilai STS x


T
T  T 4 jumlah pernyataan) sampai 28 (diperoleh dari
z 
T n(n  1)(2n  1) nilai TS x jumlah pernyataan) dinyatakan negatif.
24 Skor dari setiap pernyataan untuk seluruh
Kriteria mahasiswa dirata-ratakan dan dinyatakan dalam
Zhitung> Ztabel maka H0 ditolak, Ha diterima bentuk persentase capaian dengan menggunakan
Zhitung<Ztabel maka H0 diterima, Ha ditolak persamaan:
(Sugiyono, 2006)

2.3. Analisis Proses Pembelajaran Problem Based


Learning Dimana:
Mengubah jumlah skor yang telah = skor rata-rata
diperoleh menjadi nilai persentase dengan Sm = skor maksimum
menggunakan rumus:
Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin
mengetahui persentase sikap mahasiswa (positif dan
negatif) terhadap pembelajaran dengan model
Keterangan: pembelajaran.
NP : Nilai persen aktivitas dosen yang dicari
atau yang diharapkan 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
R : Jumlah skor yang diperoleh 3.1. Peningkatan Keterampilan Proses Sains
SM : Skor maksimum ideal Materi kuliah yang diberikan pada pertemuan
100 : Bilangan tetap ke-1 yaitu mengenai pengukuran panjang pertemuan
ke-2 yaitu mengenai pengukuran massa, dan pada
Tabel 4. Kriteria aktivitas dosen dalam pembelajaran pertemuan ke-3 materi yang disampaikan adalah
Problem Based Learning mengenai pengukuran waktu dan volume benda yang
tidak beraturan.
Nilai () Kategori Untuk mengetahui keterampilan proses sains
86% - 100 Sangat baik mahasiswa, maka diberikan tes berupa soal pilihan
76% - 85 Baik ganda yang berjumlah 18 butir soal. Tes ini diberikan
60% - 75 Sedang sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) model
55% -59 Kurang Problem Based Learning dengan Visualisasi Virtual
≤ 57 Sangat Kurang diterapkan.
Hasil pretest dan posttest selanjutnya dilakukan
uji normalitas untuk mengetahui apakah data
2.4. Menghitung Presentase Keterlaksanaan berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan
Pembelajaran chi kuadrad ( ). Kriteria pengujiannya adalah:
 Menghitung Persentase Sikap Mahasiswa 4. Jika , maka distribusi normal
Angket ini menggunakan skala Likert, setiap
mahasiswa diminta untuk menjawab suatu 5. Jika , maka distribusi tidak
pernyataaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), normal.
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Hasil pengujian normalitas tersebut diperlihatkan
Setuju (STS). Untuk pernyataan positif maka pada tabel 1.
dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan
STS = 1, dan sebaliknya (Sujana, 1989). Angket Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Hasil Nilai Nilai
14 pernyataan. Dengan demikian skor maksimal Keterangan
Soal
yang dapat dicapai oleh mahasiswa adalah 56 dan
Pretes 2,15 11,07 Normal
minimal 14. Skor antara 42 (diperoleh dari nilai S
Postes 4,3 11,07 Normal
x jumlah pernyataan) sampai 56 (diperoleh dari
nilai SS x jumlah pernyataan) dinyatakan positif
Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering
157
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

Karena sebaran data pretes dan postes rata 50 dari grafik di atas dapat diketahui bahwa indek
semuanya berdistribusi normal, maka selanjutnya gain Keterampialn Proses Sains sebesar 0,72 termasuk
dilakukan uji t dengan menggunakan taraf signifikansi dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
5% dengan kriteria sebagai berikut: penerapan model Problem Based Learning dengan
 Jika -ttabel< thitung< ttabel maka tidak terdapat Visualisasi Virtual efektif untuk meningkatkan
perbedaan secara signifikan. keterampilan proses sains mahasiswa.
 Jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel maka terdapat Untuk mengetahui skor tiap aspek
perbedaan yang signifikan. Keterampilan Proses Sains ditunjukkan oleh tabel
Hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung berikut ini:
adalah 24,604 dan nilai ttabel adalah2,756. Data ini Tabel 7. Rata-rata Tiap Aspek Keterampilan Proses
menunjukkan bahwa 24,604>2,756 atau thitung > ttabel Sains
yang berarti bahwa Ha diterima, yaitu terdapat Skor rata-rata
Aspek KPS Ngain
perbedaan yang signifikan hasil Keterampilan Proses Pretest Postest
Sains Mahasiswa setelah menerapkan model Problem Observasi 37 78 0,65
Based Learning dengan Visualisasi Virtual pada Mengkasifikasikan 26 73 0,64
materi pengukuran. Merencanakan
28 82
Berdasarkan data skor pretest dan posttest sains Percobaan 0,75
seperti tercantum pada tabel dibawah ini: Menggunakan
Alat dan 31 89
Tabel 6. Rata-rata Keterampilan Proses Sains Pengukuran 0,84
Mahasiswa Berkomunikasi 38 83 0,73
Rata-rata Skor Rata-rata Skor NGain Menerapkan
29 79
Pretest Postest Konsep 0,70
31 81 0,72
Pada tabel dan diagram di atas terlihat rata-rata
Apabila tabel diatas untuk data pretest dan skor pretest pada tiap aspek Keteraampilan Proses
posttest, disajikan kedalamdiagram, diperoleh hasil Mahasiswa masih rendah, ini menunjukkan bahwa
sebagai berikut: sebelum pembelajaran mahasiswa belum terbiasa
untuk melakukan observasi, mengklasifikasikan,
perencanaan percobaan, menggunakan alat dan
pengukuran, berkomunikasi dan menerapkan konsep.
Kemudian apabila skor rata-rata pretes dengan postes
kita bandingkan, diperoleh rata-rata pretes pada aspek
observasi adalah 37 < dari rata-rata postes yaitu 78
Gambar 1. Grafik Skor Rata-rata Tes Keterampilan dengan skor maksimal 100, aspek mengklasifikasikan
Proses Sains Mahasiswa diperoleh rata-rata pretes adalah 26 < dari rata-rata
postes yaitu 73 dengan skor maksimal 100, aspek
Pada tabel diagram diatas terlihat rata-rata skor merencanakan percobaan diperoleh rata-rata pretes
pretes Keterampilan Proses Sains Mahasiswa masih adalah 28 < dari rata-rata postes yaitu 82 dengan skor
rendah, ini menunjukkan bahwa sebelum maksimal 100, aspek menggunakan alat dan
pembelajaran mahasiswa belum memahami materi pengukuran diperoleh rata-rata pretes adalah 31 <
kuliah, dan setelah diberi perlakuan hasil tes dari rata-rata postes yaitu 89 dengan skor maksimal
Keterampilan Proses Sains Mahasiswa meningkat. 100, aspek berkomunikasi diperoleh rata-rata pretes
Kemudian apabila skor rata-rata pretes dengen postes adalah 38 < dari rata-rata postes yaitu 83 dengan skor
kita bandingkan, diperoleh rata-rata pretes 31< rata- maksimal 100, dan aspek menerapkan konsep
rata postes 81 dengan skor maksimal 100. Maka diperoleh rata-rata pretes adalah 29 < dari rata-rata
berdasarkan data tersebut terdapat perbedaan yang postes yaitu 79 dengan skor maksimal 100. Maka
signifikan antara rata-rata pretes dan postes. berdasarkan data tersebut terdapat peningkatan pada
Jika hasil pretest ini dibandingkan dengan hasil tiap aspek Keterampilan Proses Sains setelah
postest maka dikatakan terdapat peningkatan pembelajaran.
Keterampilan Proses Sains Mahasiswa dengan rata-
Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering
158
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

Peningkatan Keterampilan Proses Sains pada membuat mahasiswa lebih lebih menghargai pendapat
aspek observasi mengalami peningkatan dengan skor orang lain. Sebesar 37 % mahasiswa merasa model
rata-rata yaitu sebesar 41 aspek ini dilatihkan melalui pembelajaran yang digunakan sama dengan model
penggunaan alat inderanya seperti penglihatan dan yang digunakan pada model pembelajaran
peraba. Pada aspek mengklasifikasikan diperoleh sebelumnya, 40% mahasiswa menyatakan model
peningkatan sebesar 47 pada aspek ini dilatih untuk pembejalaran Problem Based Learning dengan
dapat mengelompokkan, sebagai contoh mahasiswa Visualisasi Virtual yang diterapkan membuat sulit
dituntut untuk dapat mengelompokkan benda dengan dalam memahami konsep dan 38% menyatakan
alat ukurnya yang tepat. Pada aspek merencanakan bahwa pembelajaran secara keseluruhan sangat
percobaan diperoleh peningkatan sebesar 54 pada membosankan.
aspek ini siswa merencanakan percobaan dengan Angket diberikankepada mahasiswa bertujuan
tujuan, alat dan bahan percobaan yang telah tersedia. untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap
Menggunakan alat dan penggukuran diperoleh penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah.
peningkatan sebesar 58, mahasiswa menentukan alat Angket ini terdiri dari 14 buah pernyataan dengan 4
dan pengukuran yang diperlukan dalam suatu kategori skor tanggapan. Untuk pernyataan positif
penyelidikan, contohnya: menggunakan gelas ukur kategori skornya yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor
untuk menentukan volume suatu benda yang tidak 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan
beraturan, menggunakan jangka sorong untuk skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1.
mengukur diameter suatu benda. Pada aspek Sedangkan untuk pernyataan negatif, kategori skor
berkomunikasi diperoleh peningkatan sebesar 45, tanggapannya adalah sebaliknya dari pernyataan
pada aspek ini mahasiswa belajar untuk berbicara di positif. Angket ini diberikan pada kelas eksperimen
depan kelas, mengemukakan pendapat dengan diakhir pembelajaran.
melakukan diskusi antar kelompok dan Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa
mempresentasikan hasil percobaannya di depan kelas. terhadap pembelajaran dengan menggunakan model
Pada aspek menerapkan konsep mengalami Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat tabel.
peningkatan sebesar 50, pada aspek ini mahasiswa
diberikan latihan-latihan untuk menerapkan konsep Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis angket tanggapan
yang telah mereka pelajari. Indeks gain pada ke-6 mahasiswa terhadap seluruh pernyataan
aspek Keterampilan Proses Sains menunjukan Rata-
Rata-
kategori tinggi, artinya model Problem Based Pernyataan rata Kategori
rata
Learning dengan Visualisasi Virtual sangat efektif (%)
untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Persepsi mahasiswa
Mahasiswa. tentang model
9.17 76.4 Setuju
Pembelajaran
3.2. Tanggapan Mahasiswa Terhadap Model Berbasis Masalah.
Pembelajaran Problem Based Learning dengan Persepsi negatif
Visualisasi Virtual mahasiswa tentang 36.6 Tidak
1.47
Berdasarkan hasil analisis angket tanggapan model Pembelajaran 7 Setuju
mahasiswa terhadap model pembelajaran Problem Berbasis Masalah.
Based Learning dengan Visualisasi Virtual, dapat Ketertarikan
disimpulkan bahwa mahasiswa memberikan mahasiswa terhadap 15.7 78.8
tanggapan positip terhadap model pembelajaran Setuju
model Pembelajaran 7 3
Problem Based Learning dengan Visualisasi Virtual Berbasis Masalah.
yang diterapkan pada pembelajaran konsep Ketidaktertarikan
Pengukuran. Berdasarkan data yang diperoleh, sebesar mahasiswa terhadap Tidak
80% mahasiswa menyatakan setuju bahwa model 1.50 37.5
model Pembelajaran Setuju
pembelajaran experiential Kolb yang digunakan Berbasis Masalah.
adalah model pembelajaran baru, 82% mahasiswa Motivasi positif
menyatakan bahwa cara dosen bertanya dapat mahasiswa akibat 73.8
memotivasi mahasiswa dalam mencari tahu jawaban, 8.87 Setuju
penerapan model 8
83% mahasiswa menyatakan bahwa kegiatan diskusi Pembelajaran
Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering
159
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

Rata- 2. Mahasiswa memberikan tanggapan positif


Rata-
Pernyataan rata Kategori sebesar 80% terhadap penerapan Inovasi Model
rata
(%) Pembelajaran Problem Based Learning dengan
Berbasis Masalah. Visualisasi Virtual pada materi Pengukuran.
Motivasi negatif
mahasiswa akibat 4.2. Saran
Tidak
penerapan model 1.50 37.5 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Setuju
Pembelajaran dilakukan tentang penerapan Inovasi
Berbasis Masalah. ModelPembelajaran Problem Based Learning dengan
6.40 48.70 Setuju Visualisasi Virtual untuk meningkatkan pemahaman
konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa
Berdasarkan data pada Tabel 4.8, sebesar 80% pada materi Pengukuran maka peneliti dapat
mahasiswa menyatakan setuju bahwa model memberikan saran sebagai berikut:
Pembelajaran Berbasis Masalahyang digunakan 1. Inovasi Model Pembelajaran Problem Based
adalah model pembelajaran baru, 82% mahasiswa Learning dengan Visualisasi Virtual merupakan
menyatakan bahwa cara dosen bertanya dapat model pembelajaran yang sangat jarang
memotivasi mahasiswa dalam mencari tahu jawaban, dilakukan dosen sehingga pada pertemuan awal
83% mahasiswa menyatakan bahwa kegiatan diskusi pembelajaran sebaiknya dosen menjelaskan
membuat mahasiswa lebih menghargai pendapat langkah-langkah kegiatannya secara keseluruhan,
orang lain. Sebesar 37% mahasiswa merasa model mempersiapkan alat instrumen dengan baik dan
pembelajaran yang digunakan sama dengan model tepat agar dalam pembelajaran mahasiswa
yang digunakan pada model pembelajaran merasa terbiasa dan termotivasi dengan model
sebelumnya, 40 % mahasiswa menyatakan model pembelajaran ini.
Pembelajaran Berbasis Masalahyang diterapkan 2. Diperlukan persiapan yang matang dalam
membuat sulit dalam memahami konsep dan 38% menerapkan Inovasi Model Pembelajaran
menyatakan bahwa pembelajaran secara keseluruhan Problem Based Learning dengan Visualisasi
sangat membosankan. Virtual agar dalam penerapannya dapat
Model pembelajaran yang diterapkan menurut menggunakan waktu semaksimal mungkin.
mahasiswa sangat menyenangkan sehingga
mahasiswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar
dan menginginkan agar dapat diterapkan pada 5. REFERENSI
pembelajaran materi yang lain. Tahap-tahap Gunantara, GD.; Md Suarjana dan Pt. Nanci Riastini.
pembelajaran Problem Based Learning dengan 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem
Visualisasi Virtual mampu menggali pemahaman Based Learning Untuk Meningkatkan
konsep dan melatih keterampilan proses sains Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa lebih Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD
termotivasi dalam belajar. Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
PGSD. Vol 2, No: 1,
4. KESIMPULAN DAN SARAN Herlanti, Yani. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian
4.1. Kesimpulan Pendidikan Sains. Jakarta: UIN Syarif
Berdasarkan laporan kemajuan penelitian yang Hidayatullah.
telah dilakukan tentang Inovasi Model Pembelajaran Juliawan, D. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning dengan Visualisasi Virtual Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman
untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa
kemampuan keterampilan proses sains pada materi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta Tahun
pengukuran dapat disimpulkan bahwa: Pelajaran. 2011/2012. pasca.undiksha.ac.id/e-
1. Inovasi Model Pembelajaran Problem Based journal/index.php/jurnal_ipa/article/.../192.
Learning dengan Visualisasi Virtual dapat lebih Diakses 20 Mei 2016
meningkatkan Keterampilan Proses Sains Rusmiyati, A. and Yulianto, A. 2009. Peningkatan
mahasiswa dengan skor N-Gain 0,72 termasuk Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan
pada kategori tinggi.
Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering
160
Jurnal J-Ensitec: Vol 04|No. 01, November 2017

Model Problem Based-Instruction. Jurnal Subana. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka
Pendidikan Fisika Indonesia, 5(2). Setia.
Subagyo, Y. and Marwoto, P. 2009. Pembelajaran Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif,
dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabet
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu Sudijono, A. 1999. Pengantar Statistik Pendidikan.
dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Indonesia. 5(1).

Computer Science | Industrial Engineering | Mechanic Engineering | Civil Engineering


161

You might also like