Professional Documents
Culture Documents
Rekayasa Budidaya Kepiting Bakau Melalui Pemotongan Kaki Jalan Dalam Upaya Peningkatan Produksi Kepiting Soka (Soft Shell)
Rekayasa Budidaya Kepiting Bakau Melalui Pemotongan Kaki Jalan Dalam Upaya Peningkatan Produksi Kepiting Soka (Soft Shell)
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of cutting the foot of the survival, growth and the rate of
mangrove crab molting, to know the cutting foot path can maintain the survival, growth and
molting best for mud crab. This study used an experimental method with a completely randomized
design (CRD) 6 treatments and 10 replications that treatment A (1 foot cutting path, B (cutting 2
feet or legs road), C (3 ft cutting path), D (cutting 4 feet or two pairs of feet road), E (cutting all
roads feet), and F (without cutting the foot of the street). the material used were 120 mangrove
crab tails with an average weight of 100 g / head. Case studies in the form of basket made of
plastic sheeting with the size of 30x30x20 cm by 100 basketball. the data was taken from the data
of survival, absolute growth, the daily growth. the data were analyzed variety, to determine
differences among the treatments tested the effect of Dual Duncan area. While the water quality
data, the rate of molting analyzed descriptively. The results showed that cutting the leg was highly
significant (P <0.01) to the absolute growth and the daily growth, but significant (P <0.05) against
survival rate and molting. The highest absolute growth value E (64.48 ± 28.41g), and the highest
daily growth rate in treatment E (2:08 ± 0.79%). The highest survival value was treated F (90 ±
31.62%) and the highest molting in treatment E (80 ± 42.16%). Water quality media for research
on decent range for maintenance of mud crab (Scylla paramamosain).
Keywords : Mud crab, cutting the foot path, growth, survival, and molting
harga yang tinggi di pasar Asia seperti sehingga digemari oleh konsumen
103
hampir seluruh perairan pantai, memproduksi kepiting soka adalah
lahan tambak ± 1.2 juta Ha. Lahan bakau (Scylla paramamosain) dapat
104
dengan teknik yang benar. Penelitian molting dan mengkaji jenis perlakuan
teknik pemotongan kaki jalan pada dilaksanakan pada bulan Juli sampai
105
peralatan lain yang berfungsi untuk terbuat dari plastik terpal dengan
(pemotongan semua kaki jalan), dan hewan uji kepiting bakau dan
106
Wt = Bobot hewan uji pada akhir Data kelangsungan hidup
penelitian (g)
hewan uji dihitung berdasarkan
Wo = Bobot hewan uji pada awal
rumus Effendie (1997), yaitu sebagai
penelitian (g)
Nt
an spesifik digunakan data berat SR x100%
No
individu rata-rata benih kepiting
Dimana :
bakau pada awal dan akhir penelitian SR = Kelangsungan hidup hewan
menggunakan rumus ( Steffens, uji (%)
Nt = Jumlah hewan uji pada akhir
1989 ) :
penelitian (ekor)
LnWt LnWo No = Jumlah hewan uji pada awal
SGR x100%
T
penelitian (ekor)
Mt
Tm x100%
Pengamatan kelulushidupan Mo
107
Kontrol kualitas air dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar
Pengukuran suhu air dilakukan Steel dan Torrie (1993), nilai batas
dan pengukuran salinitas dengan adalah 95% dan 99%. Data Kualitas
108
pertumbuhan harian tertinggi pada
(80±42.16%) (Tabel.1).
109
mutlak dan laju pertumbuhan harian kepiting yang hilang atau putus maka
ukuran bobot dalam kurun waktu putus (Rusdi dan Karim, 2006).
110
kepiting dapat terjadi apabila energi kepiting bakau (Scylla
dibandingkan dengan energi yang pakan buatan dan ikan rucah juga
Pemberian pakan ikan rucah juga (90%) dan terendah pada perlakuan
111
timbul akibat kondisi lingkungan praporsi pemberian pakan yang tepat
112
tertinggi dicapai pada perlakuan E multihormon. Ecdysteroid yang
113
Fujaya et al. (2011) bahwa ada suatu regenerasi alami dari kepiting bakau
pada krustasea. Hal ini berkaitan bagian tubuh kepiting yang hilang
dengan respon adaptive berupa daya atau putus maka energi untuk
114
pertumbuhan lebih terfokus untuk yang berfungsi menghambat kinerja
Gambar skema pengaruh pemotongan kaki jalan pada kepiting bakau (Scylla
paramamosain) adalah sebagai berikut :
Pemotongan MIH
Mandibular Organ Y
kaki jalan organ (-)
(impuls) respon
(+) Ecdysteroid
MOIF (+)
(-) MF
(+)
moulting
Organ X
115
MOIF = Mandibular Organ-Inhibiting Hormon
MF = Methil Farnesoat
MIH = Moult In habiting Hormone
(Ghekiere, 2006).
116
DO(mg/l) 2,43-4,34 >3 Dirjen Perikanan, 2004
Amoniak (mg/l) 0,340-0,514 <1 Kordi, 2000
Nitrit (mg/l) 0,017-0,037 < 0.5 Kuntiyo et al., 1994
117
Ucapan Terima kasih Bayam pada Pakan untuk
Mempersingkat Durasi
Saya mengucapkan terima kasih Moulting Kepiting Bakau
(Scylla serrata) Jantan. Jurnal
kepada bapak Sucipto yang telah Lentera Bio. Universitas
Negeri Surabaya Vol.2(3) :
memberikan bantuan dan penelitian 271 – 278.
118
Fisheries and Aquaculture Pembesaran. Kanisius.
Vol. 2(3), pp. 79-86. Jogjakarta.
Fujaya, Y., S. Aslamyah dan Z. Karim, M. Y. 2005. Kinerja
Usman. 2011. Respon Pertumbuhan kepiting bakau
Molting, Pertumbuhan dan betina (Scylla serata Forskal)
Mortalitas Kepiting Bakau pada Berbagi Salinitas Media
(Scylla olivacea) yang dan Evaluasi pada Salinitas
Disuplementasi Vitomolt Optimum dengan kadar
melalui Injeksi dan Pakan Protein Pakan berbeda.
Buatan. Jurnal Ilmu Kelautan Desertasi Institut Pertanian
Vol. 16(4) : 211-218. Bogor.
Ghekiere, An. 2006. Study of __________ . 2007. Kajian
invertebrata-SpecificEffects of Osmoregulasi Kepiting
endicrine Distrupting Bakau (Scylla serrata,
Chemicals in the Estusrine Forsskal) pada Salinitas
Mysid Neomysis Unteger Berbeda. Jurnal Perikanan
(Leach, 1814). Thesis Universitas Hasanuddin. VII
submitted in fulfillment of the (3) : 72 – 77. 6 hlm.
requirements For the degree Kasry, A. 1991. Budidaya
of Doctor (PhD) in Applied Kepiting Bakau dan
Biological Sciences. Biologi Perairan. Penerbit
Hanaft, A. dan Ismail. W. 1993. Bharata Jakarta.
Informasi Teknis Budidaya Keenan. C. P. Davre P. J. . and
Penggemukan Kepiting Mann. D.I. 1998. Revision Of
Bakau Untuk Skala rumah The Genus Scylla Dehann.
tangga. Prosiding Gelar 1833 (Crustacean Decapoda,
Teknologi dan Temu Lapang Brachyupora, Portunidae).
unuk Pengembangan Rafles Bulletin Of Zeologi.
Teknologi Spesifik Lokasi Koordi, H. G. 2000. Budidaya
Kalimantan Barat Tahun kepiting dan Ikan Bandeng Di
1992/1993. Badan Litbang tambak Sistem Polikultur.
Pertanian dan Kanwil Dahara Prize. Semarang. 272
Pertanian Propensi hlm.
Kalimantan Barat . him. 93- Kuntiyo, Zaenal.A dan Tri
98. Supratno K.P. 1994.
Iskandar. 2003. Budidaya kepiting Pedoman Budidaya
Bakau Agromedia Jakarta. Kepiting Bakau (Scylla
Hlm 58-59 serrata, Forskal) di Tambak.
Jintana Salaenoi.J, Srimeetian.P. and Balai Budidaya Air Payau.
Mingmuang.M. Jepara.
2014.Variations of Catalase Mardjono, M. Anindiastuti, Noor
and Glutathione Activities in Hamid, lin S. Djubaedah,
Molting Cycle of Mud Crab Woro H, Setyantini. 1994.
(Scylla serrata). Journal of Pedoman Pembenihan
Kasetsart . (Nat. Sci.) 48 : 64 Kepiting Bakau (Scylla
– 71. serrata). Balai Budidaya Air
Kannna. I. 2002. Budidaya Kepiting Payau. Direktorat Jendral
Bakau Pembenihan Dan Perikanan.
119
Marzuqi, M, I. Rusdi, N.A. Giri, dan Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut
Ketut Suwirya. 2006. Suatu Pendekatan Ekologis.
Pengaruh Proporsi Minyak PT Gramedia, Jakarta.
Cumi Dan Minyak Kedelai Rusdi .I dan M.Y.Yusri Karim. 2006.
Sebagai Sumber Lemak Salinitas Optimum bagi
Dalam Pakan Terhadap Sintasan dan pertumbuhan
Pertumbuhan Juvenil Crablet Kepiting Bakau
Kepiting Bakau (Scylla (Scylla paramamosain). Balai
paramamosain). Jurnal Besar Riset Perikanan
Perikanan VIII (1) : 101 – Budidaya Laut. Gondol
107. Balai Besar Riset Septian R., I. Samidjan dan D.
Perikanan Budidaya laut Rachmawati. 2013. Pengaruh
Gondol. Bali. Pemberian Kombinasi Pakan
Muchlisin Z.A, E. Rudi, Muhammad Ikan Rucah dan Pakan Buatan
dan I. Setiawan. 2006. yang Diperkaya Vitamin E
Pengaruh Perbedaan Jenis Terhadap Pertumbuhan dan
Pakan dan Ransum Harian Kelulushidupan Kepiting
Terhadap Pertumbuhan dan Soka (Scylla paramamosain).
Kelangsungan Hidup Journal of Aquaculture
Kepiting Bakau (Scylla Management and
serrata). Jurnal Ilmu Technology. II (1) : 13 – 24.
Kelautan XI (4) : 227 – 233. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Jurusan Ilmu Kelautan, Kelautan. Universitas
Fakultas Ilmu Pengetahuan Diponegoro. Semarang.
Alam, Universitas Syah Soim, A. 1993. Pembesaran
Kuala. Aceh. Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mirera.D.O and M. Abdhallah.2009. Srigandono, Bambang. 1981.
A preliminary study on the Rancangan percobaan.
response of mangrove mud Universitas Diponegoro,
crab (Scylla serrata) to Semarang.
different feed types under Steel, R.G.D. and Torrie, J.H. 1993.
drivein cage culture system. Prinsip dan Prosedur
Journal of Ecology and Statistika (Suatu Pendekatan
Natural Environment Vol. Biometrik). P.T. Gramedia
1(1), pp. 007-014. Pustaka Utama. Jakarta
Moosa, M.K, Iswandv dan A. Kasry. (diterjemahkan oleh
1985. Kepiting Bakau dari Bambang Sumantri ).
Perairan Indonesia. LON. Steffens, W. 1989. Principles of Fish
LIPI. Jakarta Nutrition. Ellis Horwood
Nurdjana, M.L. 2001. Prospek Sea Limited, West Sussex,
Farming di Indonesia. Dalam England. 384 pp.
Sudrajat et al., (Eds). Subramoniam T. 1999. Endocrine
Teknologi Budidaya Laut dan regulation of egg production
Pengembangan Sea Farming economically important
di Indonesia. Puslitbang crustaceans.current science.
Eksplorasi Laut dan vol. 76, no.3, 10 february.
Perikanan. Hal 1-9 India
120
Sulaiman. 1992. Nilai ekonomis TrongNghia.T, Wille .M, Bin T.C,
kepiting bakau Scylla serata. Thanh,H.P. Danh.N.V.
Warta Balidita. 4 (2):2730 Sorgeloos.P. 2007. Improved
Suwirya, K, M. Marzuqi, dan N.A. techniques for rearing mud
Giri. 2003. Pengaruh Vitamin crab Scylla paramamosain
C Dalam Pakan Terhadap (Estampador 1949) larvae.
Pertumbuhan Juvenil J.Aquaculture Research,
Kepiting Bakau (Scylla vol.38 PP-1519-1551.
paramamosain). Prociding Warner, G. F. 1997. The Biologi of
Penerapan Teknologi Tepat Crab. Elek Science.
Guna Dalam Mendukung London. 202 pp
Agribisnis. Balai Besar Riset Wyban, J. A. and Sweeny, J. 1991.
Perikanan Budidaya laut Intensive Shrimp Production
Gondol. Bali. Technology. The Oceanic
Institute. USA.
121