403 773 1 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI

UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

PEMAHAMAN TENTANG MANAJEMEN BENCANA PADA


SISWA SDN SEMPUR KALER KOTA BOGOR SEBAGAI
SEKOLAH AMAN DARI BENCANA

Radhiya Bustan
Fakultas Psikologi dan Pendidikan, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jl.Sisingamangaraja,
Jakarta Selatan 12110, Indonesia, email: radhiya_bustan@uai.ac.id

ABSTRACT
Bogor City is one of the cities in West Java Indonesia which is included in the high
category of disaster risk. One of the schools in the city of Bogor which is located in
flood-prone areas is SDN Sempur Kaler because it is adjacent to Ciliwung river
access. Therefore, the end of 2016 is the implementation of disaster management
and education on Disaster Risk Reduction in collaboration with BPBD Kota Bogor
and National Disaster Management Agency (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana). This study aims to see how students' understanding of disaster
management after the activities of the School Safe Disaster. Based on the results
of questionnaires given to 22 students of class 5B deepened by interviews and
triangulation of data, the results obtained that the training has been given BNPB
in 2016 is said to be effective, as evidenced by the students SDN Sempur Kaler
Bogor have good knowledge and understanding of mitigation and disaster
management. The type of disaster most well understood by students is the flood,
supported by the application of disaster materials to the subjects. Students have
positive perceptions and attach importance to the existence of their school as a
Safe Disaster School so they understand the steps to be taken when disaster
strikes. The existence of SDN Sempur Kaler as a Safe Disaster School needs to get
support from all parties. Methods in the training are expected to be more varied
so that students are excited about the new atmosphere and it is expected that the
training can be done routinely so that it can involve all the citizens of the school
and the wider community. Students who are actively involved are expected to
transmit their knowledge to other friends. The involvement of the BNPB team as a
mentor and instructor in the training is also very much needed until the school
has human resources who can continue the activities independently.
Keywords : management, disaster, risk, safe.

ABSTRAK
Kota Bogor adalah salah satu kota di wilayah Jawa Barat Indonesia yang
termasuk ke dalam kategori tinggi risiko bencana. Salah satu sekolah di kota
Bogor yang berada pada daerah rawan bencana banjir adalah SDN Sempur Kaler
karena bersebelahan dengan akses sungai Ciliwung. Untuk itu akhir 2016
dilakukan implementasi manajemen bencana dan pendidikan Pengurangan
Risiko Bencana bekerjasama dengan BPBD Kota Bogor dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana
pemahaman siswa tentang manajemen bencana pasca kegiatan Sekolah Aman

593
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Bencana. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 22 orang siswa


kelas 5B yang diperdalam dengan wawancara dan triangulasi data, diperoleh
hasil bahwa pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan BNPB pada tahun 2016
dikatakan efektif, terbukti dari siswa SDN Sempur Kaler Bogor mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang mitigasi dan majajemen
bencana. Jenis bencana yang paling dipahami dengan baik oleh siswa adalah
banjir, didukung oleh penerapan materi kebencanaan pada mata pelajaran.
Siswa mempunyai persepsi positif dan menganggap penting keberadaan sekolah
mereka sebagai Sekolah Aman Bencana sehingga mereka memahami langkah-
langkah yang harus dilakukan ketika bencana datang. Keberadaan SDN Sempur
Kaler sebagai Sekolah Aman Bencana perlu mendapatkan dukungan semua
pihak. Metode dalam pelatihan diharapkan lebih bervariasi agar siswa
bersemangat dengan suasana baru dan diharapkan pelatihan dapat terlaksana
secara rutin sehingga dapat melibatkan semua warga sekolah dan masyarakat
sekitar yang lebih luas. Siswa yang terlibat aktif diharapkan mampu menularkan
ilmunya kepada teman yang lainnya. Keterlibatan tim BNPB sebagai pendamping
dan instruktur dalam pelatihan juga sangat dibutuhkan sampai sekolah
mempunyai sdm yang dapat melanjutkan kegiatan secara mandiri.
Katakunci : manajemen, bencana, risiko, aman.

1. PENDAHULUAN
Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) - Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) bahwa bencana akibat hidrometeorologi di Indonesia
meningkat setiap tahunnya. Kejadian bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan
cuaca esktrim. Banjir menempati urutan pertama diikuti puting beliung, dan tanah
longsor. Bencana tahun 2016 menyebabkan lebih dari 3 juta jiwa mengungsi, dan
merenggut 521 jiwa serta merusak lebih dari 48 ribu unit bangunan. Tingginya
risiko bencana ini memerlukan strategi yang melibatkan berbagai pihak dan
dilakukan secara massif pada semua level pemerintahan dan masyarakat. Undang-
undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang disahkan pada
tanggal 26 April 2007 merupakan perangkat hukum pertama yang mengubah
paradigma penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif
(pengelolaan risiko bencana). Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat
(UU No.24 Tahun 2007). Sebagai gambaran bahwa Indonesia memiliki daerah
rawan bencana yang tersebar luas terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini:

594
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Gambar 1. Potensi Risiko Bencana di Indonesi

Sumber: www.bnpb.go.id/home/potensi, Maret 2018

Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia


mengalami potensi risiko tinggi bencana.
Kota Bogor adalah salah satu kota di wilayah Jawa Barat Indonesia yang termasuk
ke dalam kategori tinggi risiko bencana, seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor,
kekeringan, ancaman gunung meletus, dan cuaca ekstrem (BNPB, 2013). Hal ini
disebabkan karena kondisi geografisnya yang mayoritas perbukitan dan kontur
tanah yang labil. Selain itu, kepadatan penduduk juga menjadikan sumber
kerentanan bencana bagi kota Bogor (BPBD Kota Bogor, 2015).
Berbagai bencana yang terjadi di Kota Bogor tersebut menimbulkan kerusakan
pada berbagai fasilitas dan infrastruktur sekolah. Salah satunya terjadi di SDN
Sempur Kaler yang pada tahun 2015 mengalami kebakaran. Selain itu, dilihat dari
lokasi sekolah ini juga berada pada daerah rawan bencana banjir, karena
bersebelahan dengan akses sungai Ciliwung, sekitar 8 KM dari pintu air Katulampa.
Berdasarkan kondisi tersebut, pada akhir tahun 2016, Ibu Noorma Miryani
Syamsiah, SKM, M. Si memfasilitasi untuk implementasi manajemen bencana dan
pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bekerjasama dengan BPBD Kota
Bogor dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mewujudkan
SDN Sempur Kaler menjadi Sekolah Aman dari Bencana yang dilanjutkan dengan
penelitian yang bertema Sekolah Aman dari Bencana. Kegiatan dilakukan sekitar
10 kali pertemuan pada bulan Oktober - Desember 2016. Sekolah Aman adalah
sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang
mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya
bencana (Perka BNPB No.4 Tahun 2012)
Adapun kegiatan yang dilakukan mengacu kepada 3 pilar kerangka kerja sekolah
aman yang komprehensif, yaitu:
Pilar 1: Fasilitas Sekolah Aman
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh sekolah adalah:

595
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

a. Memilih lokasi sekolah yang aman, menggunakan desain dan


konstruksi yang tangguh terhadap bencana untuk memastikan agar setiap
sekolah baru adalah sekolah yang aman.
b. Menyusun skema prioritas untuk perbaikan (retrofit) dan relokasi
sekolah-sekolah yang tidak aman.
c. Menggunakan desain, tata ruang dan peralatan yang aman untuk
keselamatan bersama. Mempertimbangkan akses bagi penyandang
kebutuhan khusus.
d. Jika sekolah direncanakan sebagai tempat pengungsian
sementara,maka sekolah harus dirancang sesuai kebutuhan ini.
e. Merancang akses anak ke sekolah yang aman dari risiko fisik (ada
jalur pejalan kaki, penyeberangan jalan dan sungai).
f. Fasilitas air dan sanitasi diadaptasi untuk menghadapi risiko
potensial kloset tadah air hujan dan kloset berderet (rain-fed and lined
latrines).
g. Melaksanakan kegiatan dan upaya cerdas-iklim seperti kolam panen
air hujan,
panel solar, energi yang terbarukan, kebun sekolah.
h. Rencana pembiayaan dan pengawasan bagi pemeliharaan fasilitas.

Pilar 2: Manajemen Bencana di Sekolah


Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Sekolah adalah:
a. Membuat kebijakan baik di tingkat dinas pendidikan maupun tingkat sekolah,
untuk pengkajian,pengurangan risiko, dan persiapan tanggap darurat di
sekolah.
b. Memberdayakan Tim Siaga Bencana Sekolah, melibatkan guru, siswa,
orangtua dan komite sekolah.
c. Mengadaptasi prosedur standar evakuasi sesuai kebutuhan, untuk ancaman
yang datang dengan maupun tanpa peringatan, termasuk: rebah berlindung-
berpegangan, evakuasi bangunan, evakuasi ke tempat aman, berlindung di
tempat (shelter-in-place and lockdown), dan reunifikasi keluarga yang aman.
d. Mengadakan simulasi penanggulangan bencana minimal satu kali dalam satu
tahun dan melaksanakan evaluasi.
e. Menyusun rencana kontijensi tingkat kota dan sekolah untuk mendukung
keberlangsungan pendidikan termasuk rencana dan kriteria penggunaan
sekolah sebagai tempat pengungsian sementara.
f. Menyusun list kebutuhan anak-anak usia pra-sekolah, anak, dan remaja serta
menyiapkan Tas Siaga.

596
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Pilar 3: Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana.


Hal-hal yang perlu diperhatikan sekolah meliputi:
a. Mengurangi kerentanan sekolah dan lingkungan di sekitar sekolah serta
mensosialisasikan tindakan pencegahan dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana.
b. Mengembangkan tahapan kegiatan untuk pengajaran tentang bahaya,
bencana dan pemecahan masalah untuk pengurangan risiko.
c. Mengintegrasikan Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana ke mata
pelajaran tertentu, seperti Ilmu Pengetahuan Sosial , Ilmu Pengetahuan
Alam, Pendidikan Lingkungan Hidup dan sebagainya.
d. Menyediakan pelatihan mengajar bagi para guru dan calon guru tentang
materi kurikulum Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana.
e. Mengembangkan strategi dan kreativitas untuk meningkatkan keterlibatan
para guru dalam mencapai integrasi yang efektif kurikulum formal dan non-
formal serta pendekatan ekstrakurikuler (pramuka, dokter kecil, Palang
Merah Remaja dan sebagainya).
Untuk mewujudkan SD Sempur Kaler sebagai Sekolah Aman dari bencana,
kemudian dijadwalkan 10 (sepuluh) tahapan kegiatan, yaitu: (1) workshop
persiapan kegiatan sekolah aman, (2) penilaian awal mandiri, (3) pelatihan bagi
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, orangtua dan warga sekolah, (4) pelatihan
bagi siswa, (5) workshop penilaian risiko bencana partidipatif, (6) workshop rencana
aksi dan pembentukan tim reaksi cepat tingkat sekolah, (7) workshop prosedur
tetap tangap darurat, (8) simulasi, (9) penilaian akhir mandiri, dan (10) workshop
evaluasi implementasi dan rencana tindak lanjut.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa implementasi
sekolah aman dari bencana di SDN Sempur Kaler, Kota Bogor termasuk ke dalam
kategori baik, terutama dari faktor kebijakan sekolah dan mobilisasi sumber daya.
Setelah kegiatan berjalan lebih dari satu tahun, maka perlu kiranya dilakukan
kembali evaluasi keberlanjutan hasil yang diperoleh agar nilai-nilai dasar yang
terdapat dalam pelaksanaan Sekolah Aman dari Bencana dapat terinternalisasi.
Adapun nilai-nilai dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perubahan paradigma dan budaya:
Penerapan Sekolah Aman dari bencana ditujukan untuk menciptakan
paradigma baru dan budaya yang membiasakan PRB ke dalam kehidupan
sehari-hari dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang tangguh
bencana.
2. Berorientasi pemberdayaan:
Meningkatkan kapasitas sekolah dan warga sekolah/madrasah termasuk
anak untuk menerapkan Sekolah Aman dari bencana dalam pengembangan
kurikulum, sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan,
pengelolaan dan pembiayaan di sekolah.

597
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

3. Kemandirian:
Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya yang dimiliki sekolah.
4. Pendekatan berbasis hak:
Hak-hak asasi manusia termasukhak-hak anak dalam mendapatkan
perlindungan sebagai pertimbangan utama dalam upaya penerapan Sekolah
Aman dari bencana.
5. Keberlanjutan:
Mengutamakan terbentuknya lembaga aktivitas warga sekolah/madrasah
termasuk anak dalam upaya penerapan sekolah aman dari bencana (Tim
Siaga Bencana Sekolah) dengan mengaktifkan lembaga yang sudah ada
seperti TP UKS, KomiteSekolah, OSIS, Ekstrakurikuler, dsb.
6. Kearifan lokal:
Memberdayakan kearifan lokal yang mendukung upaya penerapan sekolah
aman dari bencana.
7. Kemitraan:
Berupaya melibatkan pemangku kepentingan dan dunia usaha (private
sector) untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan berdasarkan prinsip-
prinsip Sekolah Aman dari bencana.
8. Inklusivitas: memperhatikan kepentingan warga sekolah terutama hak anak
berkebutuhan khusus.
Merujuk pada hal tersebut, maka peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait evaluasi dan keberlanjutan kegiatan implementasi
Sekolah Aman khususnya terkait dengan sejauh mana pemahaman siswa SDN
Sempur Kaler Kota Bogor tentang majanemen bencana, karena manajemen
bencana adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan yang merupakan siklus kegiatan.
Bencana Alam
Bencana merupakan kejadian yang tidak biasa, sulit direspon dan dampaknya bisa
dirasakan oleh beberapa generasi. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
dan manusia.
Dilihat dari sifatnya, bencana dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: bencana
alam dan bencana akibat teknologi. Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam
(natural disaster) atau oleh perbuatan manusia (man-made disaster). Faktor-faktor
yang menyebabkan bencana antara lain: bahaya alam dan bahaya karena
perbuatan manusia, kerentanan (vulnerability) masyarakat, dan kapasitas yang
rendah dari komponen masyarakat.

598
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Menejemen Bencana
Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek
perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus manajemen bencana. Tujuan
menejemen bencana antara lain: (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi
penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang
mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda
dan kehilangan sumber ekonomis (Agus Rahmat, 2015)
Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya untuk meredam
dampaknya dan memperkecil korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang
diakibatkan oleh bencana. Jadi penanganan bencana bukan mencegah untuk
terjadinya melainkan mencegah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh
bencana dan memperkecil korban jiwa, kerugian secara ekonomis dan
kerusakannya. Sudah sejak lama masyarakat tradisional bisa mengantisipasi
terjadinya bencana karena mereka mampu melakukan prediksi, previsi dan
preservasi secara langsung.
Manajemen bencana meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah–langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah–langkah
peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk

2. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, karena peneliti ingin mendapat
gambaran menyeluruh mengenai pemahaman siswa SDN Sempur Kaler tentang
Manajemen Bencana pasca kegiatan implementasi Sekolah Aman Bencana yang
dilakukan sekitar setahun yang lalu. Menurut Creswell dalam Santoso & Royanto
(2009), penelitian kualitatif merupakan suatu proses memperoleh pemahaman
tentang masalah sosial atau manusia, yang diselenggarakan dalam setting
penelitian yang alamiah, berdasarkan gambaran yang dibangun secara kompleks
dan menyeluruh dari pandangan-pandangan yang dikemukakan secara rinci oleh
partisipan.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah 22 orang siswa kelas 5B SDN Sempur
Kaler Kota Bogor. Pemilihan subyek disesuaikan dengan usia perkembangan
kognitif sehingga dianggap mampu memahami isi kuesioner yang diberikan.
Pengisian kuesioner tidak dilakukan secara tertulis, tetapi secara lisan dengan cara
kuesioner dibacakan oleh peneliti dan subyek memberikan respon verbal
terhadap pertanyaan tersebut. Adapun daftar pertanyaan terkait pemahaman

599
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

bencana, sekolah aman dari bencana, fasilitas sekolah aman bencana, dan
efektivitas pelatihan-pelatihan kebencanaan yang diberikan.
Selain menggunakan kuesioner, peneliti juga melalukan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi untuk memperkuat hasil pengumpulan data yang
diperoleh. Terakhir melakukan triangulasi data dengan menggabungkan berbagai
sumber informasi dan metode agar dapat melengkapi data dan sebagai sarana
untuk verifikasi hasil yang diperoleh. Sumber triangulasi data antara lain adalah
kepala sekolah, guru kelas 5 yang juga merangkap sebagai koordinator kurikulum
dan seni, dan Ibu Noorma sebagai fasilitator kegiatan pelaksanaan sekolah aman
bencana dari BNPB pada tahun 2016.
Kegiatan penelitian ini dilakukan 4 kali pertemuan yang dimulai dengan survey
tempat penelitian dan mengurus perizinan di akhir Desember 2017. Kemudian
pada hari Sabtu, tanggal 3 Maret 2018 peneliti memberikan kuesioner yang diikuti
dengan wawancara untuk memperdalam hasil kepada 22 orang siswa kelas 5B
dengan wali Kelas Ibu Euis Yulianti. Pada hari tersebut siswa mengikuti pelajaran
pramuka, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), dan Seni Budaya dan Keterampilan
(SBK). Dilanjutkan pertemuan berikutnya pada Jum’at tanggal 23 Maret 2018 untuk
melengkapi hasil triangulasi data melalui wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Guru.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


SDN Sempur Kaler berlokasi di Jalan Sempur Kaler No. 86 Kelurahan Sempur,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Lokasi SD berdekatan dengan akses sungai
CIliwung sehingga rawan dengan bencana banjir. Selain itu, pada bulan Juni tahun
2015 lalu, SDN Sempur Kaler juga mengalami kebakaran pada ruang kepala
sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, dan perpustakaan. Saat ini ruangan
tersebut sudah direnovasi dan difungsikan seperti semula.
Sebagai sekolah Aman dari Bencana, SDN Sempur Kaler sudah mempunyai
beberapa peralatan dan perlengkapan terkait manajemen mitigasi bencana, yaitu
kentongan sebagai penanda adanya bencana, APAR (Alat Pemadam Api Ringan),
Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul, serta beberapa modul kebencanaan. Namun
masih terdapat beberapa peralatan dan perlengkapan lainnya yang masih belum
tersedia, seperti tas siaga dan beberapa modul kebencanaan lainnya.
Selain itu, SDN Sempur Kaler juga sudah memasukkan materi kebencanaan pada
semua mata pelajaran, seperti PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) pada kelas 5
Bab 4 tentang “Bencana Alam”. Pada Bab ini siswa akan diberikan materi terkait
pengenalan bencana alam, menunjukkan sikap empati pada korban bencana, dan
melakukan simulasi menghadapi bencana.

600
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Adapun pelatihan-pelatihan terkait kebencanaan baru hanya dilakukan oleh BPBD


bekerjasama dengan BNPB Kota Bogor pada Oktober – Desember 2016 lalu.
Pelatihan ini belum dilakukan secara berkala.

3.2 Pemahaman Siswa tentang Manajemen Bencana


Berbagai kegiatan yang sudah dilakukan untuk menciptakan Sekolah Aman dari
Bencana dengan mengaplikasikan manajemen bencana yang melibatkan berbagai
pihak memberikan pemahaman yang baik bagi siswa SDN Sempur Kaler.
Adapun hasil dari jawaban kuesioner yang diperdalam dengan wawancara dan
observasi adalah sebagai berikut:

3.2.1 Pemahaman Bencana


Sebagian besar siswa mempunyai pemahaman yang baik tentang manajemen
bencana. Terbukti dari antusiasme siswa menunjuk tangan ketika merespon
pertanyaan dari kuesioner yang diberikan. Siswa mampu mengidentifikasi jenis-
jenis bencana apa saja yang rawan terjadi di lingkungan sekolah mereka, yaitu
banjir, kebakaran, dan longsor. Pemahaman manajemen bencana yang paling
dikuasai siswa terutama untuk bencana banjir, karena selaras dengan kegiatan
BNPB kota Bogor pada tahun 2016 yang lebih fokus pada simulasi
penanggulangan bencana banjir. Kegiatan tersebut melibatkan siswa secara
langsung dan warga sekolah lainnya, serta warga sekitar sekolah (pedagang kaki
lima, pemilik warung), aparat pemerintah desa dan tokoh masyarakat.
Kegiatan simulasi bisa dikatakan efektif untuk siswa Sekolah Dasar usia 7-11 tahun
karena sesuai dengan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam
Santrock, 2012), bahwa mereka membutuhkan aktivitas mental yang fokus pada
objek-objek atau aktivitas nyata dan konkrit yang disebut dengan tahap
Operasional konkrit. Dimana pada tahap ini anak tidak lagi hanya mengandalkan
informasi yang bersumber dari panca indera, mereka mulai mampu membedakan
informasi yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya. Simulasi
membuat anak mampu mengalami secara langsung, mereka sudah mampu
memahami sebab- akibat suatu keadaan. Melalui kegiatan simulasi,
memungkinkan anak mampu berfikir untuk melakukan suatu tindakan apabila
bencana datang. Pada tahap ini rasa ingin tahu anak juga sangat tinggi, sehingga
sangat mudah untuk melibatkan anak dalam kegiatan-kegiatan baru.

3.2.2 Keberadaan SDN Sempur Kaler sebagai Sekolah Aman Bencana


Berdasarkan respon kuesioner terkait keberadaan sekolah mereka menjadi
Sekolah Aman Bencana, terlihat bahwa siswa memperlihatkan respon positif dan
memahami fungsinya. Siswa mengetahui bahwa sekolah mereka memiliki
berbagai fasilitas yang menunjang seperti: petunjuk evakuasi (berbentuk denah
jalur evakuasi dan tanda panah menuju titik kumpul yang dipasang di lingkungan
sekolah), alat peringatan dini (berupa kentongan), APAR (Alat Pemadam Api

601
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Ringan), ruangan perawatan korban (ruang UKS), dan panduan kebencanaan


(modul kebencanaan).

3.2.3 Evaluasi terhadap Pelatihan Kebencanaan


Pada bulan Oktober – Desember 2016 lalu, BPBD Kota Bogor dengan fasilitator Ibu
Noorma Miryani Syamsiah, SKM, M. Si bekerjasama dengan BNPB sudah
melakukan berbagai pelatihan terkait kebencanaan di SDN Sempur Kaler yang saat
itu akan dijadikan sebagai Sekolah Aman Bencana. Adapun pelatihan-pelatihan
yang dilakukan antara lain:
1. Pelatihan Persiapan Kegiatan Sekolah Aman. Pelatihan ini mengundang
pimpinan daerah, DPRD, stakeholders terkait dunia pendidikan,
penanggulangan bencana, aparat wilayah setempat dan tokoh masyarakat,
yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kerangka kerja
sekolah aman bencana dan informasi mengenai penerapan sekolah aman
bencana di Kota Bogor dengan harapan kegiatan ini mendapat dukungan
dari pimpinan daerah.
Sejak pelatihan pada akhir tahun 2016 lalu, belum ada lagi kegiatan terkait
kebencanaan di SDN Sempur Kaler yang melibatkan pemerintah daerah. Hal
ini perlu menjadi perhatian lebih lanjut agar kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dapat terus direncanakan secara berkala dengan dukungan
pemerintah daerah, sehingga SDN Sempur Kaler dapat menjalankan
fungsinya secara maksimal sebagai Sekolah Aman Bencana yang juga
mampu menularkan pengalaman dan pengetahuan mereka terkait
kebencanaan kepada sekolah lainnya.
2. Pelatihan bagi Tenaga Pendidik, tenaga kependidikan, orangtua dan warga
sekolah. Pelaihan ini bertujuan agar peserta mengetahui kerangka sekolah
aman bencana dan memahami pentingnya keberadaan sekolah tersebut
agar seluruh peserta yang hadir mendukung dan terlibat aktif dalam
pelaksanaan Sekolah Aman dari bencana.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru-guru, terlihat
bahwa guru-guru mampu memahami pentingnya mitigasi dan manajemen
kebencanaan diterapkan di sekolah, mengingat SDN Sempur Kaler berada
pada daerah rawan bencana. Guru-guru juga sudah mampu menerapkan
pengetahuan kebencanaan pada masing-masing mata pelajaran yang
mereka ampu.
Kendala yang dihadapi saat ini adalah terkait dukungan orangtua yang masih
minim.
3. Pelatihan bagi siswa, bertujuan agar siswa memperoleh pengetahuan
tentang konsep sekolah aman bencana kepada siswa. Metode yang
digunakan fasilitator adalah pemutaran film tentang Sekolah Aman dari
bencana, permainan peran, permainan ular tangga dan lomba menggambar
dengan tema Pengurangan Risiko Bencana, permainan tebak video, dan

602
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

mendongeng bagaimana memberikan dukungan pada anak-anak korban


bencana. Di awal kegiatan siswa masih belum memahami terkait
kebencanaan, terlihat dari respon sebagian siswa yang masih bingung,
namun setelah mereka mengikuti rangaian kegiatan tersebut, siswa mulai
memahami berbagai materi terkait kebencanaan dan diminta untuk
menggali insight dari masing-masing kegiatan. Siswa juga diberikan
keterampilan tentang Pertolongan Pertama (PP).
Penggunaan metode yang beragam menstimulasi rasa ingin tahu siswa dan
bersemangat untuk terlibat aktif pada setiap kegiatan. Metode ini bisa
dikatakan efektif bagi siswa Sekolah Dasar usia 7-11 tahun karena sesuai
dengan perkembangan mereka yang menikmati kegiatan bermain bersama
teman sebaya dan rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini terbukti dari
antusiasme siswa dalam menjelaskan pertanyaan-pertanyaan peneliti ketika
mereview kembali pemahaman siswa terkait materi-materi kebencanaan.
4. Pelatihan Penilaian Risiko Bencana Partisipatif.
Melibatkan seluruh warga sekolah untuk berdiskusi bersama menganalisis
ancaman bencana, kerentanan dan kapasitas yang dimiliki SDN Sempur
Kaler.
Kegiatan pelatihan ini memberikan dampak positif pada warga sekolah,
terbukti dengan kempuan siswa menjelaskan kondisi sekolah mereka yang
rentan terhadap ancaman bencana, baik secara fisik maupun lokasi. Selain
itu, siswa dan guru terlihat mampu memberdayakan kapasitas yang mereka
punya terutama dari segi pengetahuan untuk dapat berbagi dengan sesama
warga sekolah dan masyarakat. Kerjasama dengan BPBD merupakan perlu
yang juga perlu dinerdayakan oleh sekolah agar pelaksanaan fungsi sekolah
aman dari bencana dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan.
5. Pelatihan Rencana Aksi dan Pembentukan Tim Reaksi Cepat tingkat Sekolah.
Selain meyusun rencana aksi, pelatihan ini juga membentuk tim Siaga
Bencana Sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, dan pegawai sekolah lain (satpam, pengelola kantin sekolah),
siswa, dan perwakilan komite sekolah.
Struktur Pengurus Komite Siaga Bencana Sekolah (KSBS) sampai saat ini
masih sesuai dengan yang dibentuk pada Tahun 2016. Pelaksanaan tugasnya
bergabung dengan program dokter kecil. KSBS membagikan pengetahuan
kebencanaan melalui gambar, seperti menggambar kantor BPBD, hasil karya
siswa kemudian dipajang di dinding sekolah agar anak merasa bangga dan
figure BNPB menjadi tertanam bagi mereka agar tidak panik apabila ada
bencana. Hal lain yang dipelajari adalah bagaimana membantu teman-teman
yang luka ringan. Pengetahuan ini efektif karena sebagian besar sudah
dimasukkan ke dalam materi mata pelajaran. Beberapa orang siswa juga
pernah dilibatkan untuk mengikuti berbagai perlombaan terkait
kebencanaan. 10 orang siswa kelas 4 dan 5 juga pernah dikirim untuk

603
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

mengikuti drama musical kebencanaan yang diadakan oleh BNPB. Namun,


tidak semua siswa berkesempatan terlibat dalam berbagai kegiatan tersebut,
siswa yang mendapat pengetahuan langsung dari BNPD tahun 2016 saat ini
mereka sudah kelas 6 yang tentunya sebentar lagi akan tamat dan perlu
kaderisasi. Untuk itu, keberlanjutan program BNPB ini perlu diperhatikan
agar fungsi SDN Sempur Kaler sebagai Sekolah Aman Bencana dapat
terealisasi dengan baik. SDN Sempur Kaler dapat melanjutkan program
secara mandiri tentunya dengan dukungan berbagai pihak.
6. Pelatihan Prosedur Tetap Tanggap Darurat. Pada pelatihan ini seluruh warga
sekolah bersama-sama menyusun prosedur tetap tanggap darurat bencana
sekolah. Kemudian membuat dan memasang Peta Jalur Evakuasi, Rambu
Evakuasi, dan Titik Kumpul.
Hasil dari pelatihan ini masih terlihat di sekolah, baik berupa peta jalur
evakuasi, rambu evakuasi, alat peringatan dini berupa kentongan, dan tanda
panah yang meunjukkan jalur evakuasi dan titik kumpul sementara.
Secara keseluruhan, berbagai pelatihan yang sudah dilakukan BNPB pada
tahun 2016 lalu dianggap penting oleh siswa karena sangat membantu
mereka dalam menghadapi bencana yang bisa datang sewaktu-waktu. Hal ini
tergambar dari suasana lingkungan sekolah yang sudah mencerminkan
sekolah aman bencana dengan bebrbagai fasilitas, peralatan dan
perlengkapan, serta denah jalur evakuasi yang jelas. Selain itu, berdasarkan
hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pengetahuan dan pemahaman
warga sekolah tergolong baik terkait dengan mitigasi dan manajemen
bencana. Namun untuk siswa, memang belum secara keseluruhan
memahaminya, karena ketika kegiatan tersebut belum melibatkan semua
siswa di SDN Sempur Kaler, kecuali pada kegiatan Simulasi saja yang
memang melibatkan semua siswa.

3.2.4 Sikap Menghadapi Bencana


Sebagian besar siswa sudah memahami manajemen bencana dengan baik. Ketika
terjadi bencana, mereka sudah tahu langkah-langkah apa yang akan mereka
lakukan. Walaupun masih terdapat sebagian kecil siswa yang masih belum
memahami sikap yang tepat dalam menghadapi bencana, seperti masih
menjawab merasa takut dan berlari ketika bencana datang. Setelah dikonfirmasi
kepada guru kelasnya, anak-anak tersebut memang tidak mengikuti kegiatan dari
BNPB, sehingga mereka belum memahami secara mendalam terkait sikap dalam
menghadapi bencana.

3.3 Evaluasi dan Rencana Tindaklanjut Kegiatan Implementasi Sekolah


Aman Bencana di SDN Sempur Kaler Kota Bogor
Kegiatan implementasi Sekolah Aman yang sudah dilakukan pada kahir tahun
2016 lalu oleh Ibu Noorma Miryani Syamsiah, SKM, M. Si bekerjasama dengan
BPBD Kota Bogor dan BNPB dapat dikatakan efektif karena berdasarkan hasil

604
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

wawancara dengan siswa kelas 5 yang sebagian besar mengikuti rangkaian


kegiatan tersebut merasa lebih siaga terhadap bahaya bencana dan mampu
memahami siklus tindakan yang harus dilakukan :
1. Sebelum bencana terjadi yang meliputi langkah-langkah pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, dan kewaspadaan. Adapun tindakan yang sudah
dilakukan siswa pada fase ini adalah melakukan pengecekan terhadap
ketinggian air, karena lokasi sekolah mereka berdekatan dengan sungai
Ciliwung. Kemudian apabila kondisi air sudah mulai tinggi, siswa memberikan
informasi melalui berbagai media, seperti telepon, media sosial whatsupp
kepada teman-temannya agar siaga.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah–langkah
peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban. Sekolah
sudah mempunyai jalur evakuasi dengan denah pada Gambar 2 sebagai
berikut:

Gambar 2. Peta Jalur Evakuasi

Berdasarkan wawancara dengan siswa diperoleh data bahwa siswa


memahami fungsi jalur evakuasi sebagai jalur yang harus ditempuh ketika
bencana datang. Peringatan awal adalah dengan membunyikan kentongan
sehingga semua siswa akan dipandu untuk melewati jalur evakuasi dan
berkumpul pada titik kumpul sebelum dipindahkan ke tempat evakuasi
sementara. Siswa terlihat sudah sangat familiar dan paham terhadap tahap-
tahap yang harus dilakukan apabila terjadi bencana. Hal ini terlihat dengan
antusiasme siswa menjelaskan pertanyaan peneliti terkait proses evakuasi
apabila terjadi bencana, siswa bersemangat menjelaskan bersama dan
menunjukkan lokasi dan tanda-tanda yang mereka maksudkan. Namun
masih ada beberapa siswa yang terlihat belum begitu memahaminya, karena
mereka sebelumnya hanya terlibat dalam kegiatan simulasi bencana saja,
tapi belum pernah terlibat pelatihan terkait kebencanaan. Untuk itu,
diperlukan pelatihan yang dilakukan secara rutin dan terencana terkait

605
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

kebencanaan sehingga semua siswa dapat terlibat dan mampu memahami


lebih dalam terkait mitigasi dan manajemen bencana.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk. Terkait tahap ini, memang siswa masih
kurang memahami karena tahap ini lebih banyak pada fungsi pemerintah
dan masyarakat. Namun demikian, siswa tetap mampu memberikan respon
bahwa pasca bencana perlu adanya proses pembangunan ulang bangunan
dan membantu korban-korban yang terkena bencana. Saat ini kegiatan
Komite Siaga Bencana Sekolah (KSBS) bergabung dengan dokter kecil yang
memberdayakan ruang UKS sebagai tempat latihan bagi siswa dalam
memberikan pertolongan pertama pada korban bencana.

4. KESIMPULAN
Pemahaman bencana adalah hal yang sangat penting bagi siswa, karena
pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai bencana akan
memberikan referensi yang benar dalam bersikap dan bertindak ketika bencana
datang sewaktu-waktu.
Siswa SDN Sempur Kaler Bogor mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
baik tentang mitigasi dan majajemen bencana. Jenis bencana yang paling dipahami
dengan baik oleh siswa adalah banjir, karena sekolah mereka berada pada daerah
rawan banjir dan pada tahun 2016 BNPB juga memberikan simulasi siaga banjir di
sekolah mereka. Pemahaman yang baik juga didukung oleh penerapan materi
kebencanaan pada mata pelajaran, sehingga mudah diinternalisasi oleh siswa.
Siswa mempunyai persepsi positif dan menganggap penting keberadaan sekolah
mereka sebagai Sekolah Aman Bencana sehingga mereka memahami langkah-
langkah yang harus dilakukan ketika bencana datang dan dapat mengurangi risiko
bencana. Pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan BNPB pada tahun 2016 juga
bisa dikatakan efektif karena memberikan pemahaman yang baik bagi warga
sekolah dan masyarakat sekitar terkait kebencanaan, sehingga mereka mampu
menunjukkan sikap yang tepat dalam menghadapi bencana.
Keberadaan SDN Sempur Kaler sebagai Sekolah Aman Bencana perlu
mendapatkan dukungan semua pihak, tidak hanya dari warga sekolah, namun
juga dari orangtua siswa, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah agar 3 pilar
kerangka kerja Sekolah Aman dapat terealisasi, yaitu terkait fasilitas yang
memadai, manajemen bencana, dan pendidikan pengurangan risiko kebencanaan.
Saat ini fasilitas masih dirasa kurang karena ketidakseimbangan jumlah peralatan
dan perlengkapan dengan jumlah siswa, sekolah juga belum mempunyai tas siaga
dan peralatan lainnya yang mendukung. Yang sudah dimiliki saat ini baru petunjuk
evakuasi, alat peringatan dini (berupa kentongan), APAR, ruangan perawatan
korban (ruang UKS), dan beberapa modul kebencanaan. Pelatihan kebencanaan
yang dilakukan sudah tergolong efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan

606
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

pemahaman siswa terkait mitigasi dan manajemen bencana, karena melalui hasil
kuesioner, wawancara dan observasi terlihat perbedaan pemahaman
kebencanaan pada anak-anak yang terlibat aktif dengan yang tidak terlibat dalam
kegiatan pelatihan. Hal ini juga didukung dari pemberian metode pelatihan
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak. Metode dalam pelatihan
diharapkan lebih bervariasi agar siswa bersemangat dengan suasana baru yang
mengasah rasa ingin tahu mereka. Namun pelatihan kebencanaan yang dilakukan
diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin sehingga dapat melibatkan semua
warga sekolah dan masyarakat sekitar yang lebih luas. Siswa yang terlibat aktif
diharapkan mampu menularkan ilmunya kepada teman yang lainnya, karena pada
usia tersebut anak sangat dekat dengan teman sebayanya sehingga akan lebih
mudah untuk transfer pengetahuan. Keterlibatan tim BNPB sebagai pendamping
dan instruktur dalam pelatihan juga sangat dibutuhkan sampai sekolah
mempunyai sdm yang dapat melanjutkan kegiatan secara mandiri nantinya.
Berbagai kegiatan terkait kebencanaan ini perlu terus dilanjutkan oleh pihak
sekolah agar fungsi sebagai Sekolah Aman Bencana mencapai tujuan yang
diharapkan.

5. DAFTAR PUSTAKA
 Agus Rahmat, 2015. Menejemen Bencana. Tersedia dalam
http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/SocialWelfare/Disaster/Manajemen%20d
an%20mitigasi.pdf.
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016, Juknis Implementasi SMAB.
 Santoso, Guritnaningsih A, & Royato, Lucia R.M. 2009. Teknik Penulisan Laporan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: LPSP3 UI.
 Santrock, John W. 2012. Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
 Syamsiah, Noorma, M. 2017, Sekolah Aman dari Bencana, Bunga Rampai Riset
Kebencanaan UI: Kontribusi Pemangku Kepentingan untuk Penurunan Tingkat
Risiko Bencana, UI-Press. 107–122.

6. UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Universitas Al Azhar Indonesia atas bantuan dana dari Grant Seminar Domestik
2017-2018 sehingga makalah ini dapat dipresentasikan pada Seminar Nasional
“Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-5 Riset Kebencanaan Ikatan Ahli Kebencanaan
Indonesia Tahun 2018”.

607

You might also like