Professional Documents
Culture Documents
403 773 1 PB PDF
403 773 1 PB PDF
403 773 1 PB PDF
Radhiya Bustan
Fakultas Psikologi dan Pendidikan, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jl.Sisingamangaraja,
Jakarta Selatan 12110, Indonesia, email: radhiya_bustan@uai.ac.id
ABSTRACT
Bogor City is one of the cities in West Java Indonesia which is included in the high
category of disaster risk. One of the schools in the city of Bogor which is located in
flood-prone areas is SDN Sempur Kaler because it is adjacent to Ciliwung river
access. Therefore, the end of 2016 is the implementation of disaster management
and education on Disaster Risk Reduction in collaboration with BPBD Kota Bogor
and National Disaster Management Agency (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana). This study aims to see how students' understanding of disaster
management after the activities of the School Safe Disaster. Based on the results
of questionnaires given to 22 students of class 5B deepened by interviews and
triangulation of data, the results obtained that the training has been given BNPB
in 2016 is said to be effective, as evidenced by the students SDN Sempur Kaler
Bogor have good knowledge and understanding of mitigation and disaster
management. The type of disaster most well understood by students is the flood,
supported by the application of disaster materials to the subjects. Students have
positive perceptions and attach importance to the existence of their school as a
Safe Disaster School so they understand the steps to be taken when disaster
strikes. The existence of SDN Sempur Kaler as a Safe Disaster School needs to get
support from all parties. Methods in the training are expected to be more varied
so that students are excited about the new atmosphere and it is expected that the
training can be done routinely so that it can involve all the citizens of the school
and the wider community. Students who are actively involved are expected to
transmit their knowledge to other friends. The involvement of the BNPB team as a
mentor and instructor in the training is also very much needed until the school
has human resources who can continue the activities independently.
Keywords : management, disaster, risk, safe.
ABSTRAK
Kota Bogor adalah salah satu kota di wilayah Jawa Barat Indonesia yang
termasuk ke dalam kategori tinggi risiko bencana. Salah satu sekolah di kota
Bogor yang berada pada daerah rawan bencana banjir adalah SDN Sempur Kaler
karena bersebelahan dengan akses sungai Ciliwung. Untuk itu akhir 2016
dilakukan implementasi manajemen bencana dan pendidikan Pengurangan
Risiko Bencana bekerjasama dengan BPBD Kota Bogor dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana
pemahaman siswa tentang manajemen bencana pasca kegiatan Sekolah Aman
593
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
1. PENDAHULUAN
Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) - Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) bahwa bencana akibat hidrometeorologi di Indonesia
meningkat setiap tahunnya. Kejadian bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan
cuaca esktrim. Banjir menempati urutan pertama diikuti puting beliung, dan tanah
longsor. Bencana tahun 2016 menyebabkan lebih dari 3 juta jiwa mengungsi, dan
merenggut 521 jiwa serta merusak lebih dari 48 ribu unit bangunan. Tingginya
risiko bencana ini memerlukan strategi yang melibatkan berbagai pihak dan
dilakukan secara massif pada semua level pemerintahan dan masyarakat. Undang-
undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang disahkan pada
tanggal 26 April 2007 merupakan perangkat hukum pertama yang mengubah
paradigma penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif
(pengelolaan risiko bencana). Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat
(UU No.24 Tahun 2007). Sebagai gambaran bahwa Indonesia memiliki daerah
rawan bencana yang tersebar luas terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini:
594
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
595
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
596
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
597
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
3. Kemandirian:
Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya yang dimiliki sekolah.
4. Pendekatan berbasis hak:
Hak-hak asasi manusia termasukhak-hak anak dalam mendapatkan
perlindungan sebagai pertimbangan utama dalam upaya penerapan Sekolah
Aman dari bencana.
5. Keberlanjutan:
Mengutamakan terbentuknya lembaga aktivitas warga sekolah/madrasah
termasuk anak dalam upaya penerapan sekolah aman dari bencana (Tim
Siaga Bencana Sekolah) dengan mengaktifkan lembaga yang sudah ada
seperti TP UKS, KomiteSekolah, OSIS, Ekstrakurikuler, dsb.
6. Kearifan lokal:
Memberdayakan kearifan lokal yang mendukung upaya penerapan sekolah
aman dari bencana.
7. Kemitraan:
Berupaya melibatkan pemangku kepentingan dan dunia usaha (private
sector) untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan berdasarkan prinsip-
prinsip Sekolah Aman dari bencana.
8. Inklusivitas: memperhatikan kepentingan warga sekolah terutama hak anak
berkebutuhan khusus.
Merujuk pada hal tersebut, maka peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait evaluasi dan keberlanjutan kegiatan implementasi
Sekolah Aman khususnya terkait dengan sejauh mana pemahaman siswa SDN
Sempur Kaler Kota Bogor tentang majanemen bencana, karena manajemen
bencana adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan yang merupakan siklus kegiatan.
Bencana Alam
Bencana merupakan kejadian yang tidak biasa, sulit direspon dan dampaknya bisa
dirasakan oleh beberapa generasi. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
dan manusia.
Dilihat dari sifatnya, bencana dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: bencana
alam dan bencana akibat teknologi. Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam
(natural disaster) atau oleh perbuatan manusia (man-made disaster). Faktor-faktor
yang menyebabkan bencana antara lain: bahaya alam dan bahaya karena
perbuatan manusia, kerentanan (vulnerability) masyarakat, dan kapasitas yang
rendah dari komponen masyarakat.
598
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
Menejemen Bencana
Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek
perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus manajemen bencana. Tujuan
menejemen bencana antara lain: (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi
penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang
mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda
dan kehilangan sumber ekonomis (Agus Rahmat, 2015)
Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya untuk meredam
dampaknya dan memperkecil korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang
diakibatkan oleh bencana. Jadi penanganan bencana bukan mencegah untuk
terjadinya melainkan mencegah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh
bencana dan memperkecil korban jiwa, kerugian secara ekonomis dan
kerusakannya. Sudah sejak lama masyarakat tradisional bisa mengantisipasi
terjadinya bencana karena mereka mampu melakukan prediksi, previsi dan
preservasi secara langsung.
Manajemen bencana meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah–langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah–langkah
peringatan dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan
pemukiman kembali penduduk
2. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, karena peneliti ingin mendapat
gambaran menyeluruh mengenai pemahaman siswa SDN Sempur Kaler tentang
Manajemen Bencana pasca kegiatan implementasi Sekolah Aman Bencana yang
dilakukan sekitar setahun yang lalu. Menurut Creswell dalam Santoso & Royanto
(2009), penelitian kualitatif merupakan suatu proses memperoleh pemahaman
tentang masalah sosial atau manusia, yang diselenggarakan dalam setting
penelitian yang alamiah, berdasarkan gambaran yang dibangun secara kompleks
dan menyeluruh dari pandangan-pandangan yang dikemukakan secara rinci oleh
partisipan.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah 22 orang siswa kelas 5B SDN Sempur
Kaler Kota Bogor. Pemilihan subyek disesuaikan dengan usia perkembangan
kognitif sehingga dianggap mampu memahami isi kuesioner yang diberikan.
Pengisian kuesioner tidak dilakukan secara tertulis, tetapi secara lisan dengan cara
kuesioner dibacakan oleh peneliti dan subyek memberikan respon verbal
terhadap pertanyaan tersebut. Adapun daftar pertanyaan terkait pemahaman
599
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
bencana, sekolah aman dari bencana, fasilitas sekolah aman bencana, dan
efektivitas pelatihan-pelatihan kebencanaan yang diberikan.
Selain menggunakan kuesioner, peneliti juga melalukan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi untuk memperkuat hasil pengumpulan data yang
diperoleh. Terakhir melakukan triangulasi data dengan menggabungkan berbagai
sumber informasi dan metode agar dapat melengkapi data dan sebagai sarana
untuk verifikasi hasil yang diperoleh. Sumber triangulasi data antara lain adalah
kepala sekolah, guru kelas 5 yang juga merangkap sebagai koordinator kurikulum
dan seni, dan Ibu Noorma sebagai fasilitator kegiatan pelaksanaan sekolah aman
bencana dari BNPB pada tahun 2016.
Kegiatan penelitian ini dilakukan 4 kali pertemuan yang dimulai dengan survey
tempat penelitian dan mengurus perizinan di akhir Desember 2017. Kemudian
pada hari Sabtu, tanggal 3 Maret 2018 peneliti memberikan kuesioner yang diikuti
dengan wawancara untuk memperdalam hasil kepada 22 orang siswa kelas 5B
dengan wali Kelas Ibu Euis Yulianti. Pada hari tersebut siswa mengikuti pelajaran
pramuka, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), dan Seni Budaya dan Keterampilan
(SBK). Dilanjutkan pertemuan berikutnya pada Jum’at tanggal 23 Maret 2018 untuk
melengkapi hasil triangulasi data melalui wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Guru.
600
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
601
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
602
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
603
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
604
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
605
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
4. KESIMPULAN
Pemahaman bencana adalah hal yang sangat penting bagi siswa, karena
pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai bencana akan
memberikan referensi yang benar dalam bersikap dan bertindak ketika bencana
datang sewaktu-waktu.
Siswa SDN Sempur Kaler Bogor mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
baik tentang mitigasi dan majajemen bencana. Jenis bencana yang paling dipahami
dengan baik oleh siswa adalah banjir, karena sekolah mereka berada pada daerah
rawan banjir dan pada tahun 2016 BNPB juga memberikan simulasi siaga banjir di
sekolah mereka. Pemahaman yang baik juga didukung oleh penerapan materi
kebencanaan pada mata pelajaran, sehingga mudah diinternalisasi oleh siswa.
Siswa mempunyai persepsi positif dan menganggap penting keberadaan sekolah
mereka sebagai Sekolah Aman Bencana sehingga mereka memahami langkah-
langkah yang harus dilakukan ketika bencana datang dan dapat mengurangi risiko
bencana. Pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan BNPB pada tahun 2016 juga
bisa dikatakan efektif karena memberikan pemahaman yang baik bagi warga
sekolah dan masyarakat sekitar terkait kebencanaan, sehingga mereka mampu
menunjukkan sikap yang tepat dalam menghadapi bencana.
Keberadaan SDN Sempur Kaler sebagai Sekolah Aman Bencana perlu
mendapatkan dukungan semua pihak, tidak hanya dari warga sekolah, namun
juga dari orangtua siswa, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah agar 3 pilar
kerangka kerja Sekolah Aman dapat terealisasi, yaitu terkait fasilitas yang
memadai, manajemen bencana, dan pendidikan pengurangan risiko kebencanaan.
Saat ini fasilitas masih dirasa kurang karena ketidakseimbangan jumlah peralatan
dan perlengkapan dengan jumlah siswa, sekolah juga belum mempunyai tas siaga
dan peralatan lainnya yang mendukung. Yang sudah dimiliki saat ini baru petunjuk
evakuasi, alat peringatan dini (berupa kentongan), APAR, ruangan perawatan
korban (ruang UKS), dan beberapa modul kebencanaan. Pelatihan kebencanaan
yang dilakukan sudah tergolong efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
606
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
pemahaman siswa terkait mitigasi dan manajemen bencana, karena melalui hasil
kuesioner, wawancara dan observasi terlihat perbedaan pemahaman
kebencanaan pada anak-anak yang terlibat aktif dengan yang tidak terlibat dalam
kegiatan pelatihan. Hal ini juga didukung dari pemberian metode pelatihan
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak. Metode dalam pelatihan
diharapkan lebih bervariasi agar siswa bersemangat dengan suasana baru yang
mengasah rasa ingin tahu mereka. Namun pelatihan kebencanaan yang dilakukan
diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin sehingga dapat melibatkan semua
warga sekolah dan masyarakat sekitar yang lebih luas. Siswa yang terlibat aktif
diharapkan mampu menularkan ilmunya kepada teman yang lainnya, karena pada
usia tersebut anak sangat dekat dengan teman sebayanya sehingga akan lebih
mudah untuk transfer pengetahuan. Keterlibatan tim BNPB sebagai pendamping
dan instruktur dalam pelatihan juga sangat dibutuhkan sampai sekolah
mempunyai sdm yang dapat melanjutkan kegiatan secara mandiri nantinya.
Berbagai kegiatan terkait kebencanaan ini perlu terus dilanjutkan oleh pihak
sekolah agar fungsi sebagai Sekolah Aman Bencana mencapai tujuan yang
diharapkan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Agus Rahmat, 2015. Menejemen Bencana. Tersedia dalam
http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/SocialWelfare/Disaster/Manajemen%20d
an%20mitigasi.pdf.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016, Juknis Implementasi SMAB.
Santoso, Guritnaningsih A, & Royato, Lucia R.M. 2009. Teknik Penulisan Laporan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: LPSP3 UI.
Santrock, John W. 2012. Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Syamsiah, Noorma, M. 2017, Sekolah Aman dari Bencana, Bunga Rampai Riset
Kebencanaan UI: Kontribusi Pemangku Kepentingan untuk Penurunan Tingkat
Risiko Bencana, UI-Press. 107–122.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Universitas Al Azhar Indonesia atas bantuan dana dari Grant Seminar Domestik
2017-2018 sehingga makalah ini dapat dipresentasikan pada Seminar Nasional
“Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-5 Riset Kebencanaan Ikatan Ahli Kebencanaan
Indonesia Tahun 2018”.
607