Proporsi Anggaran Program Perbaikan Gizi Di Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Tahun 2003-2005

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

PROPORSI ANGGARAN PROGRAM PERBAIKAN GIZI DI TINGKAT


KABUPATEN/KOTA DALAM TAHUN 2003-2005

Siti Sundari1
1
Peneliti di Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan

ABSTRACT

PROPORTION OF DISTRICT ALLOCATED BUDGET FOR NUTRITION


IMPROVEMENT PROGRAM IN 2003-2005

The 2004 Indonesian Households survey indicated that Nutritional status of the Indonesian’s
underfives had not shown positive improvement since 2000 -2005. Factors influence that
conditions among others, were less funds allocated for nutrition programs, lack of coordination
between sectors and within programs and lack of personnel motivation to enhance nutrition
services.
This study using cross-sectional design was carried out at 6 Districts during the year 2006 and
aims to analise the proportion of DHO allocated for Nutrition improvement program during the year
2003-2005. The data was analysed descriptively using Excell program.
The results showed that the proportion of Nutrition Program Budget was relatively equal every
year, with the exception of higher proportion in 2003 and was second highest compare to other
DHO program’s budget. The type of activities carried out were relatively similar every year
including the distribution of meals to Posyandu and schools. There were some contribution made
by other units within the DHO to improve nutrional status of the underfives. The success of
nutrition services was not achieved without close coordination and support from other sectors,
therefore it is important to prioritize activities and budget allocation within the related programs

Keywords: nutrition program, budget, district

PENDAHULUAN makin kurang gizi seseorang makin tinggi


kemungkinan orang itu akan menderita

H asil Survei Kesehatan Rumah penyakit yang berakibat meningkatnya


Tangga tahun 2004 menunjukkan kebutuhan biaya untuk pengobatan. Dengan
bahwa status gizi balita di Indonesia demikian mereka yang hidupnya tidak
sejak tahun 2000 – 2005 tidak menunjukkan berkecukupan akan kekurangan modal untuk
adanya perubahan ke arah yang lebih baik. kegiatan yang bersifat produktif dan
Angka prevalensi gizi kurang (BB/U) tingkat akibatnya mereka yang hidupnya hanya
nasional adalah sebesar 19 persen, dengan biaya terbatas akan menjadi miskin
prevalensi gizi buruk 3 persen dan preva- dan yang sudah miskin akan menjadi sangat
lensi WUS dengan risiko KEK sebesar 20 miskin. Kondisi ini secara makro ber-
persen. Prevalensi gizi kurang tertinggi pengaruh pada kualitas dan keadaan
(21%) ditemukan pada anak usia sekolah ekonomi masyarakat , bangsa dan negara.
dasar sedangkan prevalensi gizi lebih Guna mengatasi permasalahan keku-
sebesar 8 persen ditemukan pada anak usia rangan gizi dan mencegah terpuruknya
sekolah dan remaja usia 5-17 tahun(1). kualitas dan ekonomi masyarakat,
Kemiskinan dan kekurangan gizi Pembangunan Kesehatan Indonesia diarah-
merupakan dua sisi yang saling terkait2 kan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010
melalui upaya promotif, preventif yang

128
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

dipadukan seimbang dengan upaya kuratif


dan rehabilitatif bagi penduduk miskin,
daerah tertinggal, daerah bencana, dan TUJUAN
kesetaraan jender(3).
Secara khusus pelayanan kesehatan Penelitian ini bertujuan untuk
bagi masyarakat miskin diarahkan pada menganalisis proporsi anggaran Dinas
upaya perbaikan gizi dan penanggulangan Kesehatan Kabupaten/ Kota yang terkait/
penyakit yang terkait dengan kondisi gizi memberikan kontribusi terbesar untuk upaya
masyarakat seperti TB paru, malaria dan perbaikan gizi dan identifikasi bentuk serta
kesehatan reproduksi Sedangkan program jenis kegiatan upaya penanggulangan
perbaikan gizi masyarakat diprioritaskan masalah gizi dan peningkatan status gizi
pada upaya peningkatan pendidikan gizi, masyarakat yang dilakukan dalam kurun
penanggulangan kekurangan energi dan waktu 3 tahun.
protein, penanggulangan anemia gizi besi, Secara khusus analisis anggaran
GAKY, kekurangan vitamin A dan keku- ditujukan pada Program KIA, Program
rangan zat gizi mikro. Selain itu dilakukan Promosi Kesehatan, Program Pencegahan
juga upaya penanggulangan gizi lebih dan dan Pemberantasan Penyakit serta
pemberdayaan masyarakat untuk penca- Lingkungan, dan Program Perbaikan Gizi
paian Keluarga Sadar Gizi. sendiri dalam tahun anggaran 2003-2005.
Dalam implementasi program perbaikan
gizi masih ditemukan beberapa permasa- BAHAN DAN CARA
lahan dan kendala seperti rendahnya
anggaran yang dialokasikan untuk program, Penelitian sistem kesehatan ini
lemahnya koordinasi lintas program dan menggunakan disain potong lintang dan non-
lintas sektor sehingga terjadi pendekatan intervensi. Studi populasi adalah Dinas
tunggal dalam mengatasi masalah gizi, Kesehatan Kabupaten/ Kota di Indonesia.
terfrakmentasinya program program terkait; Sampel kabupaten dipilih berdasarkan nilai
kurangnya motivasi tenaga gizi dan rata-rata Indeks Kemiskinan tahun 2004
lemahnya pelatihan kader yang berakibat (’Human Poverty Indeks’/ HPI) sebesar 27,12
rendahnya kinerja posyandu(4). + 7,29 SD. Berdasarkan kriteria tersebut
Sehubungan dengan hal tersebut studi terpilih enam kabupaten/ kota sampel yaitu
ini ingin menjawab pertanyaan penelitian kabupaten Pontianak, kota Singkawang,
sebagai berikut: kabupaten Probolinggo, kota Pamekasan,
1. Berapa proporsi anggaran program kabupaten Siak Indrapura dan kota Dumai.
perbaikan gizi yang dialokasikan dari Data yang digunakan dalam studi ini
dana anggaran pembangunan kese- diambil dari data dasar studi Perbandingan
hatan di tingkat kabupaten berturut- ideal anggaran UKM dan UKP tahun
turut dalam kurun waktu 3 tahun? anggaran 2003 – 2005 di 6 kabupaten/ kota
yang dilakukan pada tahun 2006(5). Data
2. Apakah bentuk dan jenis kegiatan yang dikumpulkan termasuk data perenca-
program perbaikan gizi yang naan tahun 2003 s/d 2005 (DASK
dilaksanakan sesuai dengan permasa- Kabupaten dan Rumah Sakit, DAK, DAU),
lahan yang ada dan berapa besar profil/ laporan kabupaten dan RS tahun 2003
cakupan pelayanan gizi yang – 2005 serta peraturan, kebijakan dan
dihasilkan? petunjuk teknis serta data demografi.
3. Apakah terjadi koordinasi dalam Data awal diolah dan dianalisis
pelaksanaan upaya perbaikan gizi menggunakan metode statistik deskriptif
tersebut dan berapa kontribusi angga- dengan program Excell. Analisis anggaran
ran program perbaikan gizi yang program Dinkes dikategorikan menurut 4
disumbangkan oleh program lain di jenis program yang terkait/ memberikan
lingkungan kesehatan ? kontribusi terbesar untuk upaya perbaikan

129
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

gizi. Berdasarkan proporsi tersebut dianalisis


bentuk dan jenis kegiatan yang dilakukan HASIL
terkait dengan upaya penanggulangan
masalah gizi dan peningkatan status gizi Gambaran Umum Lokasi Penelitian
masyarakat termasuk analisis proporsi Data Fasilitas/ Sarana Kesehatan di lokasi
anggaran menurut Standar Pelayanan penelitian tahun 2005 dapat dilihat pada
Minimal (SPM). Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1
Data Fasilitas/ Sarana Kesehatan Tahun 2005
PONTIANAK KABUPATEN

SINGKAWANG KOTA

PAMEKASAN KOTA

SIAK KABUPATEN
PROBOLINGGO

KOTA DUMAI
KABUPATEN
FASILITAS

Jumlah Kecamatan 16 5 13 13 13 5
Jumlah Desa 165 26 330 189 110 32
1044101 750295 132320 113788
Jumlah Penduduk 493203 166072
(th 2004) (th 2004) (th 2004) (th 2004)
Jml Puskesmas Prwt 69 11 73 90 13 18
Juml Pkm non Prwt 20 5 26 10 8 5
Jumlah Pustu 78 15 87 46 68 10
Jumlah Pusling
a.Roda-4 16 5 35 25 17 8
b.Roda-2 54 44 86 40 78
c.Perairan/Perahu 18 1
Jumlah Polindes 163 23 219 108 57 t.a. data
Jumlah Rumah Sakit
a. Pemerintah 1 3 2 1 1 1
b. Swasta/non Pem 1 3 2 1 2
Jumlah Tenaga Kes.
a. Dokter 37 32 55 31 41 53
b. Dokter Spesialis 6 14 8 9 3 19
c. Dokter Gigi 17 9 17 10 16 21
d. SKM 12 9 8 7 10 20
e. Keperawatan 1 335 0 2 t.a. data 7
f. Bidan 232 112 230 153 120 118
g. Sanitarian 65 31 31 26 26 8
h. Gizi 41 11 26 32 20 17
i. Keteknisian Medis 1 31 26 12 t.a. data 29
j. Keterapian Fisik 1 2 1 2 t.a. data 3

130
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

Persentase cakupan pelayanan kesehatan - gizi tahun 2005 di tingkat Kabupaten/ Kota

Tabel 2
Persentase Rata-rata Cakupan Pelayanan Kesehatan-Gizi
di Tingkat Kabupaten/ Kota tahun 2005*

Indikator Cakupan Pelayanan tahun 2005 %


Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita dan prasekolah 34.37
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/setingkat oleh nakes atau tenaga terlatih 54.20
Cakupan pelayanan kesehatan remaja 28.39
Balita yang Naik Berat badannya (N/D) 72.48
Balita bawah garis merah (BGM) 3.16
Desa / kelurahan UCI 48.09
Cakupan balita mendapatkan kapsul Vit A 2 kali per tahun 81.15
Cakupan ibu hamil mendapatkan 90 tablet Fe 77.89
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin 73.75
Balita gizi buruk mendapatkan perawatan 97.50
Desa/ kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam 80.83
Kecamatan bebas rawan gizi 68.61
Rumah Tangga Sehat 4.89
Bayi yang mendapat ASI ekslusif 40.91
Desa dengan garam beryodium baik 39.29
Posyandu Purnama dan Mandiri 21.83
* rata-rata cakupan 6 kabupaten sampel

Proporsi anggaran 4 jenis program di terlihat sangat tinggi pada tahun 2003 namun
Dinkes Kab/Kota tahun 2003-2005 menurun hampir separuhnya pada dua tahun
Proporsi anggaran yang dialokasikan berikutnya. Dana program perbaikan gizi
untuk Penanggung Jawab kegiatan Gizi, berasal dari berbagai sumber namun
kegiatan Promosi Kesehatan, KIA dan PPPL terbanyak berasal dari APBD. Dari keempat
di tingkat kabupaten/ kota (Gambar 1) jenis program pelayanan kesehatan
menunjukkan trend yang relatif tetap masyarakat tersebut program PPL
walaupun alokasi dana untuk program gizi mendapatkan proporsi dana tertinggi.

7.0%
6.4% 6.3%6.3%
6.1%

6.0%
5.4%

5.0%

2003
4.0% 3.6%

3.2% 2004

2.8% 2.9%
3.0% 2.7% 2.7% 2005
2.6%
rata-rata

2.0%
1.5% 1.5%
1.3%

0.9%
1.0%

0.0%

Promkes KIA Gizi P2PL

131
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

Gambar 1
Proporsi Anggaran 4 Jenis Program Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Tahun 2003-2005
Bentuk dan jenis kegiatan program perencanaan pelayanan KIA dan gizi, serta
perbaikan gizi masyarakat pengolahan data dan informasi/ pemuta-
Dalam kurun waktu 3 tahun Seksi Gizi khiran data.
Kabupaten mengalokasikan anggaran untuk Proporsi anggaran terbesar kedua
7 jenis kegiatan seperti terlihat pada Gambar adalah untuk kegiatan perbaikan gizi
2 di bawah ini. Proporsi terbesar masyarakat. Proporsi ini menunjukan trend
dialokasikan untuk kegiatan operasional yang meningkat sejak tahun 2003. Jenis
Dinas Kesehatan antara lain berupa kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi antara lain
sosialisasi SPM kesehatan, pertemuan PMT, PMT-AS, promosi ASI eksklusif,
Renkesmas, bimbingan teknis/ monitoring ke distribusi MP-ASI, pemberian obat cacing
puskesmas, puskesmas pembantu dan pada anak sekolah, dan pemberian Fe pada
polindes, pembahasan Gerakan Sayang Ibu ibu hamil, pelayanan gizi masyarakat
(GSI) tingkat kecamatan, evaluasi dan (program KIA dan Kesmas).

70%

60%
Lom ba balita dan kelurahan
50% UPGK
Perbaikan gizi m as y

40% Monlat MTBS

30% Survei/pantau SKPG

Kajian/s weeping gizi


20%
Penanganan gizi buruk gakin
10%
Keg ope dinkes

0%
2003 2004 2005 Grand Total

Gambar 2
Proporsi anggaran program gizi menurut jenis kegiatan gizi
di tingkat kab/kota dalam tahun 2003-2005

Kontribusi program lain di Dinkes untuk pelatihan kader dan kampanye kesehatan
upaya perbaikan gizi (Gambar 3).
Kegiatan promosi kesehatan banyak Kontribusi program PPPL untuk
memberikan kontribusi untuk program perbaikan gizi dilakukan melalui 2 kelompok
Perbaikan Gizi melalui upaya Peningkatan besar kegiatan yaitu 1) Penjaringan keluar-
Peran Serta Masyarakat, revitalisasi pos- ga rawan gizi yang meliputi surveilans KLB,
yandu, lomba sekolah sehat, PHBS, program pencegahan kecacingan dan 2)
kerjasama LSM, pembinaan UKBM, kampa- Rapat koordinasi lintas program penanggu-
nye kesehatan, Klinik peduli remaja, UKS, langan KLB/Gizi buruk (Gambar 4).
UKGS, Kegiatan kesehatan untuk remaja,

132
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

100%
90%
kajian/pengemb
80% prog PHBS/gizi
70%
Peningkatan PSM
60% bid kes/gizi
50% Pengadaan alat
40% penyuluhan gizi
Revitalisasi
30%
20% Posyandu

10% Perenc lak Eval


prog Promkes/gizi
0%
2003 2004 2005

Gambar 3
Proporsi Anggaran Program Promosi Kesehatan Menurut Jenis Kegiatan
di Bidang Gizi di Tingkat Kabupaten/ Kota Dalam Tahun 2003-2005

59.7%
60%

50% 48.3%
39.8% Penjaringan kel
40% 37.7%
rawan gizi
29.6% 30.6%
30% Penyel P2M/Gizi
23.4%
20% 16.9%
14.0% Rata-rata Total
10%

0%
2003 2004 2005

Gambar 4
Proporsi Anggaran Program PPPL menurut Jenis Kegiatan di Bidang Gizi
di Tingkat Kabupaten/ Kota Dalam Tahun 2003-2005

Dari sekitar 1,33 persen anggaran Standar pelayanan minimal (SPM)


Dinas Kesehatan Kabupaten untuk KIA, untuk peningkatan dan perbaikan gizi
sebagian kecil dialokasikan untuk kegiatan masyarakat dikelompokkan menurut SPM
terkait dengan perbaikan gizi seperti 1210, 1220, 1230, 2110, 2120, 2210, 2220,
pemberian pelayanan kesehatan anak 2230, 2240, 2250, 4120, 6110, 6120, 6130,
prasekolah dan usia sekolah dan pelayanan dan 6140. Berdasarkan acuan tersebut
posyandu. diidentifikasi bahwa ada 3 program yaitu
program perbaikan gizi, promosi kesehatan,
Proporsi anggaran yang dialokasikan PPPL dan KIA yang mempunyai kontribusi
menurut Jenis Pelayanan dan terbesar untuk pencapaian SPM (Gambar 5).
Standar Pelayanan Minimal dalam
tahun 2003 – 2005

133
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

100%

90%

80%

70%

60%

50%

Promkes
40%
KIA
Gizi
30%
PPL

20%

10%

0%
2110 2120 2210 2220 2230 2240 2250 4110 '4120 6120 6130 6140
Pertmb balita Pelayanan gzi Penang gizi Penyul PS
buruk
Promkes 0.2% 0.7% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 94.7% 85.3% 99.6%
KIA 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0.2%
Gizi 99.8% 99.3% 100% 99.7% 100% 100% 100% 0% 59.7% 5.3% 14.7% 0%
P2M 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 40.3% 0% 0% 0%

Gambar 5
Proporsi Anggaran Yang Dialokasikan Untuk Mencapai SPM
Terkait Dengan Perbaikan Gizi Masyarakat.

BAHASAN walaupun kecil turut memberikan kontribusi


dana untuk pencapaian posyandu purnama.
Rata-rata proporsi anggaran yang Berdasarkan temuan tersebut dapat
dialokasikan untuk program Perbaikan Gizi dikatakan bahwa upaya perbaikan gizi
dibandingkan dengan program lainnya di masyarakat sudah dilakukan oleh unit-unit
tingkat kabupaten/kota dalam tahun 2003- terkait namun masih perlu dipertanyakan
2005 termasuk tinggi namun masih lebih apakah koordinasi kegiatan sudah
rendah dibanding dengan anggaran PPPL dilaksanakan secara baik dan efisien.
yang mendapatkan proporsi terbesar setiap Selain itu pencapaian kecamatan bebas
tahunnya. Program Perbaikan Gizi juga rawan gizi yang merupakan upaya wajib
mendapatkan dampak dari dilakukannya Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit
kegiatan Promosi Kesehatan seperti upaya Menular belum sepenuhnya mengalokasikan
Peningkatan Peran Serta Masyarakat, anggarannya untuk mengatasi permasalahan
revitalisasi posyandu, lomba sekolah sehat, ini karena tampak bahwa, proporsi anggaran
PHBS, kerjasama LSM, pembinaan UKBM, dari Program Gizi untuk mencapai SPM
kampanye kesehatan, Klinik peduli remaja, tersebut dialokasikan cukup besar (59.7%).
UKS, UKGS, Kegiatan kesehatan untuk Sesuai dengan pengelompokan SPM,
remaja, pelatihan kader dan kampanye tanggung jawab Penyuluhan Kesehatan
kesehatan. khususnya untuk peningkatan cakupan bayi
Bila dilihat dari pemenuhan Standar ekslusif dan desa dengan garam beryodium
pelayanan minimal (SPM) Program baik, posyandu purnama adalah tanggung
peningkatan dan perbaikan gizi masyarakat jawab program Promosi Kesehatan dan hal
merupakan tanggung jawab beberapa ini terlihat bahwa proporsi anggaran terbesar
program terkait seperti Program KIA, yang dialokasikan untuk mencapai SPM
Promosi Kesehatan dan PPPL. Program KIA, tersebut berasal dari program Promosi

134
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

Kesehatan. Memperhatikan hal tersebut Posyandu. Posyandu perlu dikembalikan lagi


perlu dikaji apakah terjadi inefisiensi dari kegiatannya sesuai dengan kaidah yang
anggaran pembangunan dengan adanya ditetapkan sebelumnya. Posyandu diharap-
penyediaan dana untuk kedua kegiatan kan mampu melaksanakan pengukuran dan
tersebut yang disediakan oleh Seksi Gizi. pemantauan status gizi anak serta
Dengan adanya berbagai upaya dari memberikan penyuluhan pada masyarakat
tiap program terkait dengan upaya perbaikan agar masyarakat memantau kondisi gizi dan
gizi masyarakat perlu dikaji apakah anggaran pertumbuhan berat badan anak, memantau
dan kegiatan yang dilakukan sudah mampu kesehatan masyarakat rentan (apakah
mengatasi permasalahan gizi yang ada. Bila anemia, apakah ada tanda-tanda keku-
ditinjau dari persentase cakupan pelayanan rangan yodium). Agar upaya tersebut dapat
kesehatan - gizi tahun 2005 di tingkat berhasil dengan baik perlu ada kader,
Kabupaten/kota (Tabel 2) tampak bahwa tersedianya fasilitas dan insentif di
keberhasilan program yang ada untuk posyandu.
mengatasi permasalahan gizi masih sangat Pemberian PMT di Posyandu bukan
rendah hal ini mungkin disebabkan karena pemberian makanan cuma-cuma sebagai-
kurang terarah dan terkoordinasinya mana saat ini banyak yang memberikan
kontribusi anggaran dari tiap program. PMT dalam bentuk biscuit karena dana
Sebagai contoh target program KIA dan harus dipertanggung jawabkan. Kegiatan
gizi adalah sama yaitu kelompok rentan PMT seyogyanya dikembalikan lagi sebagai
seperti ibu hamil, menyusui, bayi dan balita media pendidikan ibu melalui kegiatan
namun sasaran kelompok rentan ini pelatihan pemilihan bahan makanan bergizi
upayanya berada dalam SPM yang menjadi dan cara penyiapan makanan yang sehat.
tanggung jawab Program KIA yang proporsi Upaya pemberdayaan masyarakat khusus-
anggarannya untuk upaya ini cukup kecil. nya keluarga miskin perlu ditunjang dengan
Walaupun upaya mengatasi anemia pada ibu kegiatan peningkatan modal usaha.
hamil sudah mencapai 77.89% dari sasaran,
namun persentase cakupan bayi dengan KESIMPULAN DAN SARAN
ASI eklusif masih rendah. Memperhatikan
kondisi ini seyogyanya kedua program dalam Keberhasilan cakupan program gizi
menyediakan anggaran dan merencanakan tidak akan bisa terjadi tanpa adanya
kegiatan bisa saling berkontribusi secara keterlibatan dan intervensi langsung dari
penuh agar output yang dihasilkan bisa lebih program lain terkait walaupun kurang
optimal. diketahui apakah implementasi program-
Program gizi secara khusus sudah program tersebut sudah dilaksanakan secara
mengalokasikan anggaran terkait dengan terkoordinasi dan saling melengkapi. Bentuk
KIA seperti promosi ASI eksklusif, PMT, dan jenis program gizi yang dilakukan
pemberian Fe pada ibu hamil, pembahasan hendaknya diprioritaskan pada kegiatan
kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI) tingkat yang menghasilkan dampak terbesar dan
kecamatan serta Evaluasi dan Perencanaan tidak hanya pada kegiatan yang mampu
Pelayanan KIA dan Gizi. Memperhatikan mengatasi permasalahan sesaat.
jenis-jenis program tersebut tampak bahwa Penyediaan anggaran yang sesuai SPM
kegiatan lebih diarahkan untuk mengatasi tampaknya belum secara ekslusif dilakukan
permasalahan gizi sesaat seperti program oleh tanggung jawab unit yang ditunjuk. Oleh
PMT dan belum memperhatikan kegiatan karena itu dalam perencanaan anggaran
yang lebih bersifat cost effective dan yang disusun berdasarkan ketentuan SPM
berkesinambungan. mulai dari tingkat pusat sampai dengan
Menurut Soekirman6 permasalahan gizi daerah, perlu diperhatikan proporsi kebu-
harus dilihat dari outcomenya, yaitu melalui tuhan anggaran tiap program agar tidak
identifikasi masalah dari pola pertumbuhan terjadi tumpang tindih dan dapat dicegah
dan status gizi anak yang dapat dimulai dari terjadinya penggunaan anggaran yang

135
Gizi Indon 2007,30(2):128-136 Proporsi anggaran program perbaikan gizi Siti Sundari

kurang efisien. Selain itu kemampuan tiap


unit untuk melaksanakan SPM perlu 3. Supari S.Fadilah, 2005. Pemecahan
ditunjang dengan sumber daya manusia Masalah Kesehatan Masyarakat di
yang kompeten dalam pelaksanaan Indonesia. Pertemuan Seruan Aksi
kegiatannya. Perlu diperhatikan pula apabila Nasional ‘Tingkatkan Derajat Kesehatan
anggaran SPM dialokasikan oleh lebih dari Masyarakat. Jakarta, 21 November
satu sumber dana perlu disiapkan 2005.
mekanisme kerjasama lintas program yang 4. Taslim, N.A. Kontroversi seputar gizi
lebih efektif dan efisien. buruk: Apakah ketidak berhasilan
Departemen Kesehatan? Diambil dari
RUJUKAN http://gizi.net/makalah/index.shtml,
tanggal 1 November 2007
1. Badan Penelitian dan Pengembangan 5. Siti Sundari, dkk.2007. Perbandingan
Kesehatan, 2004. Survei Kesehatan ideal Anggaran Upaya Kesehatan
Nasional 2004, SKRT Volume 2: Sudut Masyarakat (UKM) dan Upaya
Pandang Masyarakat, hal: 23-29. Kesehatan Perorangan (UKP) di Tingkat
2. Azrul Azwar, 2004. Kecenderungan Kabupaten/Kota. Buletin Penelitian
Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Sistem Kesehatan, No.1(10): 10-15.
Datang. Makalah pada Pertemuan 6. Soekirman. Perlu Paradigma Baru untuk
Advokasi Program Perbaikan Gizi Menanggulangi Masalah Gizi Makro di
Menuju Keluarga Sadar Gizi. Hotel Indonesia.Diambil dari
Sahid, Jakarta, 27 September 2004. http://gizi.net/makalah/index.shtml,
tanggal 1 Oktober 2007

136

You might also like