Professional Documents
Culture Documents
Hadis 2
Hadis 2
3. Syarah Mufradat
makna, karena kata subur ( )ن سبقيلةةmerupakan sifat bagian tanah yang pertama
yang bisa menumbuhkan sesuatu. Sedangkan apa yang disebutkan ( )ثغية, cocok
untuk sifat bagian tanah yang kedua yang tergenang airnya." Dia mengatakan,
"Dapat kita pastikan dalam semua jalur riwayat Bukhari menggunakan kata-
kata ن سبقيلةة, yaitu seperti dalam riwayat Muslim ( سطاَئبسفةةصيبةbagian yang baik).
( قسببلسنتmenyerap) tapi dalam riwayat Ushaili menggunakan lafazh dan ini
merupakan kesalahan dalam penulisan seperti yang akan kita sebutkan nanti.
Dalam menyebutkan lafazh ب( سوالنمعنش سrumput) setelah lafazh الللكللtermasuk
metode penyebutan yang lebih spesifik, karena الن س س أmencakup tumbuhan yang
ك
yang tidak menyerap air sebagai ganti lafazh أأسجاَبدمبsedangkan dalam riwayat
selain Abu Dzarr atau dalam Shahih Muslim menggunakan lafazh أأسجاَبدمبyang
berarti tanah yang keras yang tidak menyerap air. Adapun Ismail
meriwayatkannya dari Abu Ya'la dari Abu Karib dengan menggunakan أأسجرمب
dan sebagian juga mengatakan أأسجههاَردyang artinya tanah lapang yang tidak
ditumbuhi tumbuhan.
( سوسزسرمعوُاdan bercocok tanam), sedangkan Muslim dan Nasa'i dan Abu Karib
menggunakan lafazh ( سوسرمعوُاdan menggembala). Menurut Imam Nawawi, kedua
Muslim tanpa alasan, karena riwayat dengan lafazh سوسزسرمعوُا menunjukkan cocok
tanam yang dilakukan secara langsung sehingga sesuai dengan anjuran untuk
menuntut ilmu dengan segera. Walau riwayat سوسرمعوُاsangat tepat dengan kata فسأأننبستس
( نتmenumbuhkan), namun yang dimaksudkan adalah sesuatu yang layak
sabdanya: َ( يِ يِسمنن يِل سنم يِيسنرفسههنع يِبههسذ ب سل يِسرأأضسههاOrang yang tidak mau memikirkan) atau dia
berpaling dari ilmu sehingga dia tidak bisa memanfaatkannya dan tidak pula
dapat memberi manfaat kepada orang lain.
Adapun bagian kedua adalah orang yang sama sekali tidak memeluk
agama, bahkan telah disampaikan kepadanya pengetahuan tentang agama
Islam, tapi ia mengingkari dan kufur kepadanya. Kelompok ini diumpamakan
dengan tanah datar yang keras, dimana air mengalir di atasnya tapi tidak dapat
memanfaatkannya. Hal ini diisyaratkan dengan perkataan beliau:
سول سنم يِي سنقسبنل يِمهسدىَ يِا ل بل يِا ل بليِذَّ يِأأنربسلنمت يِببه (Dan tidak peduli dengan petunjuk Allah).
At-Thibi mengatakan, "Manusia terbagi menjadi dua. Perama, manusia
yang memanfaatkan ilmu untuk dirinya namun tidak mengajarkannya kepada
orang lain. Kedua, manusia yang tidak memanfaatkan untuk dirinya, tapi ia
mengajarkan kepada orang lain. Menurut saya kategori pertama masuk dalam
kelompok pertama, karena secara umum manfaatnya ada walaupun tingkatnya
berbeda. Begitu juga dengan tanaman yang tumbuh, diantaranya ada yang
subur dan memberi manfaat kepada manusia dan ada juga yang kering. Adapun
kategori kedua walaupun dia mengerjakan hal-hal yang wajib dan
meninggalkan yang sunnah, sebenarnya dia termasuk dalam kelompok kedua
seperti yang telah kita jelaskan, dan seandainya dia meninggalkan hal-hal
wajib, maka dia adalah orang fasik dan kita tidak boleh mengambil ilmu
darinya. Orang semacam ini termasuk dalam, ًك لرلأسسسسا
لمسسلن للسسلم يللرفلسسلع بلسسلذلل لWallahu
A'lam."
طاًئلفلةة قلييَلل ل
ت ق لولكاًلن لملنلهاً ل
( لقاًلل إللسلحاً قIshaq berkata. "Dan ada diantara bagian bumi
yang digenangi air). Ishaq adalah Ibnu Rahawaih. Dia meriwayatkan hadits ini
dan Abu Usamah dengan menyangkal keberadaan kalimat ini. Al-Ushaili
mengatakan hal tersebut merupakan kekeliruan dari lshaq. Yang lain
mengatakan, "Kalimat itu benar, dan artinya adalah menyerap. Sedangkan Al-
Qailu artinya minum di tengah hari." Al Qurthubi membantah, karena
maksudnya tidak terbatas minum di tengah hari. Menurut saya. itu adalah
makna asal dari kata tersebut, dan tidak ada larangan untuk menggunakannya
selain makna aslinya.
قساَةع يِي سنعملوُمه يِالنسماَمء يِسواللصنفسصمف يِالن م ن
مسسستبوُيِذَّ يِبمنن يِا ن ألنربض (Tanah yang digenangi air). Lafazh
adalah bentuk plural dan قياَعyaitu lembah yang tidak menampung air.
Catatan:
Dalam riwayat Karimah terdapat kalimat tersebut "Ibnu lshaq berkata...''
Sesungguhnya Syaikh Al lraqi menguatkan lafazh ini (Ibnu Ishaq), walaupun
saya belum pernah mendengar hal itu dari beliau. Sedangkan dalam riwayat
Ash-Shaghani juga ada, "Ishaq berkata dari Abu Usamah." Riwayat ini telah
menguatkan riwayat yang pertama.3
3 Ghazirah Abdi Ummah, FATHUL BAARI Syarah:Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002)
hal 335-339
membaca kasrah pada qaf ()فللقسسله, sedangkan membacanya dengan
dhammah ( )فلققلهadalah lebih tepat.”4
4. Syarah Hadis
Al-Qurthubi rahimahullah (wafat th. 671 H) dan lainnya berkata, “Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah perumpamaan bagi agama yang
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa ini dengan hujan yang turun merata
pada saat manusia membutuhkannya. Begitulah keadaan manusia sebelum
beliau diutus. Sebagaimana hujan dapat menghidupkan negeri yang mati,
demikian pula ilmu-ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati.
Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) berkata dalam menjelaskan
hadits ini, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakan ilmu dan
hidayah yang dibawanya dengan hujan, karena keduanya membawa kehidupan,
manfaat, makanan, obat, dan seluruh mashlahat bagi manusia. Semuanya itu
(tidak ada kehidupan dan keteraturan padanya kecuali) dengan ilmu dan hujan.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengumpamakan hati dengan tanah
yang terkena air hujan, karena tanah adalah tempat yang dapat menampung air,
lalu tumbuhlah bermacam-bermacam tanaman yang bermanfaat, sebagaimana
hati yang menampung ilmu kemudian berbuah dan tumbuh sampai terlihat
keberkahannya dan buahnya.
Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi manusia
berdasarkan penerimaan dan persiapan mereka dalam menjaga ilmu,
pemahaman tentang makna-maknanya, pengambilan hukum-hukumnya, dan
penguraian hikmah-hikmah dan faidahnya, menjadi tiga kelompok :
Pertama, orang yang hafal dan paham. Yaitu mereka yang menjaga ilmu
dan memahaminya, memahami makna-maknanya, serta mengambil atau
menetapkan hukum-hukum, hikmah dan faidah darinya. Mereka ini seperti
tanah yang menyerap air –ini seperti kedudukan menghafal-, kemudian
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Inilah
pemahaman ilmu, pengetahuan, dan pengambilan hukum, yang kedudukannya
seperti menumbuhkan tanaman dan rerumputan dengan air. Maka ini seperti
mereka itu dapatِ يmenjagaِ يdirinya”ِ( يQS.ِ يAt-Taubahِ( ي9)ِ ي:ِ ي122).
ة
م ةق مخب ممرننيِ ع مل ل مل أم ل
ة مقاَ م شعلب م ة حد دث ممناَ ة
ل م من لمهاَ ل
ن ن ج بل ةجاَ ة
ح دحد دث ممناَ م
م
ن بن مرث مد سمعت سعد بن ع ةبيدة م ع م م
م نح م ن أنبيِ ع مب لد ن الدر ل ل ل ة م ل ل م ن ل ة م ل م ل م مل م
ه
ه ع من ل ةيِ الل د ةض م ن مر نماَ م ن ع ةث ل م
يِ ع م لم يسل م نال س
ن ت معمل د م
م م ل م مخي لةرك ة ل
ل م سل د م
م مقاَ م ه ع مل مي لهن وم مصدلىَّ الل د ةيِ م
ن الن دب ن يعم ل
قرآْن وع مل دمه مقاَ م م م م
ممرةن ن نفيِ إ ن ل م ن ح م ل ومأقلمرأ أةبوُ ع مب لد ن الدر ل ال ل ة ل م م م ة
ِذيِ أ مقلعمد منني ك ال د ن
ل وممذا م ج مقاَ م
جاَ ة ن ال ل م
ح د حدتىَّ م
كاَ م ن م ع ةث ل م
ماَ م
ديِ هم م
ذا قع م ن
م ل
م
{٤٦٣٩ ِ}صحيح البخاَري
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan
kepada kami Syu'bah ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin
Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami
dari 'Utsman radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
beliau bersabda:"Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang
yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya."Berkata: Dan Abu
Abdurrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa 'Utsman hingga Hajjaj
pun berkata: "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku
ini."
Penjelasan Hadis Keutamaan Pengajar Dan Pelajar
1. Disini Rasulullah mengumpamakan ilmu seperti air hujan, karena air hujan
turun dalam keadaan suci bersih, sebagaimana Firman Allah:
شا يِب س ن سي يِي سسدنيِذَّ يِسر ن سحتببه ُ يِ يِسوأأنَسزلننساَ يِبمسن يِاللسسماَبء يِسماَضء يِسطمهوُضرا
سومهسوُ يِا ل بليِذَّ يِأأنرسسسل يِال برسيسح يِب م ن ض
“dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih” (QS. Al Furqoon (25) :
48).