Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

‫‪Nama‬‬ ‫‪: Aan Diana‬‬

‫‪NIM‬‬ ‫‪: 1172020001‬‬


‫‪Kelas‬‬ ‫‪: PAI/IVA‬‬
‫‪Tugas‬‬ ‫‪: Ujian Tengah Semester‬‬
‫‪MatKul‬‬ ‫‪: Hadits Tarbawi‬‬
‫‪Dosen‬‬ ‫‪: 1. Drs. Asep Herdi, M.Ag‬‬

‫‪2. Achmad Nasrullah, M.Ag‬‬

‫‪KEUTAMAAN PENGAJAR DAN PELAJAR‬‬

‫‪1. Shahih Bukhari No. 77 Kitab Ilmu‬‬


‫سحلدثسنساَ يِممسحلممد يِنبمن يِالنسعسلبء يِقساَسل يِسحلدثسنساَ يِ س لحاَمد يِنبمن يِأأسساَسمسة يِسعنن يِبمسرينبد يِنببن يِسعنببد يِا ل بل يِسعنن يِأأبب يِبمنرسدسة يِسعنن يِأأبب يِمموُسس‬
‫سعنن يِالنلببب يِسصلل يِاملل يِعسلسنيبه يِسوسس ل سل يِقساَسل يِسمث سمل يِسماَ يِب سسعثسبن يِاملل يِببه يِبمنن يِالنمهسدىَ يِسوالنبع ن بل يِسكسثسبل يِالنسغنيبث يِالنسكبثبي يِأأسصاَسب‬
‫ك يِسوالنمعنشسب يِالنسكبثسي يِسوسكن سنت يِبمننساَ يِأأسجاَبدمب يِأأنمسسسكنت يِالنسماَسء يِفسنسسفسع‬ ‫أأنرضضاَ يِفسسكسن يِبمننساَ يِن سبقيلةة يِقسببلسنت يِالنسماَسء يِفسأأننسبت سنت يِالن س س أ‬
‫ه يِبقيسعاَةن يِسل يِتمنمبسمك يِسماَضء يِسوسل‬ ‫شب موُا يِسوسسسقنوُا يِسوسزسرمعوُا يِسوأأسصاَب سنت يِبمننساَ يِسطاَبئسفضة يِأأنخسرىَ يِإان لسماَ يِ ب س‬ ‫املل يِببساَ يِالنلاَسس يِفس س ب‬
‫ك يِفسسذ ب سل يِسمث سمل يِسمنن يِفسمقسه يِبف يِبديبن يِا ل بل يِسون سسفسعمه يِسماَ يِب سسعثسبن يِاملل يِببه يِفسسع ب سل يِسوعس ل سل يِسوسمث سمل يِسمنن يِل سنم يِيسنرفسنع يِبسذ ب سل‬ ‫تمننببمت يِ س س كض‬
‫ساَمق يِسوسكسن يِبمننساَ يِسطاَئبسفةة يِقسيللسنت يِالنسماَسء‬ ‫سرأأضساَ يِسول سنم يِي سنقسبنل يِمهسدىَ يِا ل بل يِا ل بليِذَّ يِأأنربسلنمت يِببه يِقساَسل يِأأب موُ يِسعنبد يِا ل بل يِقساَسل يِا ن س‬
‫إ‬
‫مسسستبوُيِذَّ يِبمنن يِا ن ألنربض‬ ‫قساَةع يِي سنعملوُمه يِالنسماَمء يِسواللصنفسصمف يِالن م ن‬
‫}صيح يِالبخاَريِذَّ يِ‪{٧٧‬‬
‫‪a. Terjemah‬‬
‫‪Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala` berkata: telah‬‬
‫‪menceritakan kepada kami Hammad bin Usamah dari Buraid bin Abdullah‬‬
‫‪dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,‬‬
‫‪beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku‬‬
‫‪dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai‬‬
‫‪tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat‬‬
‫‪menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di‬‬
‫‪antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat‬‬
‫‪diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram‬‬
tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang
tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman.
perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat
memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan
mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat
derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus
dengannya."Berkata Abu Abdullah: Ishaq berkata: "Dan diantara jenis tanah
itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan
diantaranya ada padang sahara yang datar." {Shahih Bukhari 77}1
b. Penjelasan biografi perowi hadits :
1) Nama : Abu Kuroib Muhammad ibnu ‘Alaa’
Kelahiran : Lahir 160 H wafat 247 H
Negeri tinggal : Kufah
Komentar ulama : Ditsiqohkan Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Hibban.
Imam Abu Hatim menilainya, ‘shoduq’.
Hubungan Rowi : Hammaad adalah salah seorang gurunya dan
tinggal senegeri dengannya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
2) Nama : Abu Usamah Hammaad bin Usamah bin Zaid
Kelahiran : Wafat 201 H
Negeri tinggal : Kufah
Komentar ulama : Ditsiqohkan Imam Ahmad, Imam Ibnu Ma’in,
Imam Ibnu Sa’ad, Imam Al’ijli dan Imam Ibnu Hibban. Imam Ibnu Sa’ad
mengatakan bahwa ia ‘Mudallis, namun ia berada tingkatan keduadari
thobaqoh Mudalisin-nya Al-Hafidz Ibnu Hajar yang menunjukkan bahwa ia
rowi tsiqoh dengan sedikit tadlisnya.
Hubungan Rowi : Buroid adalah salah seorang gurunya dan tinggal
senegeri dengannya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
3) Nama : Abu Burdah Buroid bin Abdullah bin Abi Burdah
bin Abu Musa
Kelahiran :-
Negeri tinggal : Kufah
Komentar ulama : Ditsiqohkan Imam Ibnu Ma’in, Imam Al’ijli.
Imam Tirmidzi, Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Hibban. Imam Abu
Hatim menilainya, ‘tidak mutqin, ditulis haditsnya’. Imam Ibnu Hibban
menambahi ia ‘Yukhthiu’ (keliru).
Hubungan Rowi : Abu Burdah adalah kakeknya sekaligus gurunya
dan tinggal senegeri dengannya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al-Mizzi.
1 Shahih Bukhari Kitab Ilmu No.101 dalam HaditsSof
4) 4 & 5. Abu Burdah bin Abu Musa dan Bapaknya Abu Musa telah berlalu
keterangannya.
(Catatan : Semua biografi rowi dirujuk dari kitab tahdzibul kamal Al Mizzi dan
Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar)2
2. Masodir Asliyah
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no.79), Muslim (no.2282),
Ahmad (IV/399), an-Nasa-i dalam as-Sunanul Kubra (no. 5812), Ibnu Abi
‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 903), Abu Ya’la dalam Musnad-nya (no. 7274),
dan yang lainnya.

3. Syarah Mufradat

a) Menurut Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani

Perumpamaan yang dimaksudkan adalah, gambaran yang menakjubkan


dan bukan kata-kata biasa pada umumnya.
َ‫ النمههههسدى‬adalah petunjuk yang mengantarkan kepada yang diinginkan,
sedangkan ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan tentang dalil-dalil syariah.
‫( ن سبقيلههةة‬Subur). Dalam riwayat Al Khaththabi dan Humaidi dalam kitab
Hasyiah, Abu Dzarr menggunakan kata-kata ‫ ثغيهههة‬yang berarti tempat

bergenangnya air di pegunungan dan padang pasir. Menurut Al Khaththabi, Al


Qadhi lyadh mengatakan, "Ini adalah sebuah kesalahan dan dapat menyalahi

makna, karena kata subur (‫ )ن سبقيلةة‬merupakan sifat bagian tanah yang pertama

yang bisa menumbuhkan sesuatu. Sedangkan apa yang disebutkan ( ‫)ثغية‬, cocok

untuk sifat bagian tanah yang kedua yang tergenang airnya." Dia mengatakan,
"Dapat kita pastikan dalam semua jalur riwayat Bukhari menggunakan kata-

kata ‫ ن سبقيلةة‬, yaitu seperti dalam riwayat Muslim ‫( سطاَئبسفةةصيبة‬bagian yang baik).
‫( قسببلسنت‬menyerap) tapi dalam riwayat Ushaili menggunakan lafazh dan ini
merupakan kesalahan dalam penulisan seperti yang akan kita sebutkan nanti.
Dalam menyebutkan lafazh ‫ب‬‫( سوالنمعنش س‬rumput) setelah lafazh ‫ الللكلل‬termasuk
metode penyebutan yang lebih spesifik, karena ‫ الن س س أ‬mencakup tumbuhan yang
‫ك‬

2 Al Imam Muhammad bin Ismail, Penjelasan Shahih Bukhari, hal 133-134


kering dan tumbuhan yang basah, sedangkan ‫ سوالنمعنشسب‬hanya untuk tumbuhan
yang kering saja.
Dalam riwayat Abu Dzarr menggunakan lafazh ‫أأسجاَبدمب‬ yang artinya tanah

yang tidak menyerap air sebagai ganti lafazh ‫ أأسجاَبدمب‬sedangkan dalam riwayat
selain Abu Dzarr atau dalam Shahih Muslim menggunakan lafazh ‫ أأسجاَبدمب‬yang
berarti tanah yang keras yang tidak menyerap air. Adapun Ismail

meriwayatkannya dari Abu Ya'la dari Abu Karib dengan menggunakan ‫أأسجرمب‬
dan sebagian juga mengatakan ‫ أأسجههاَرد‬yang artinya tanah lapang yang tidak

ditumbuhi tumbuhan.
‫( سوسزسرمعوُا‬dan bercocok tanam), sedangkan Muslim dan Nasa'i dan Abu Karib
menggunakan lafazh ‫( سوسرمعوُا‬dan menggembala). Menurut Imam Nawawi, kedua

lafazh tersebut dapat dibenarkan. Al Qadhi lebih mengutamakan riwayat

Muslim tanpa alasan, karena riwayat dengan lafazh ‫سوسزسرمعوُا‬ menunjukkan cocok

tanam yang dilakukan secara langsung sehingga sesuai dengan anjuran untuk

menuntut ilmu dengan segera. Walau riwayat ‫ سوسرمعوُا‬sangat tepat dengan kata ‫فسأأننبستس‬
‫( نت‬menumbuhkan), namun yang dimaksudkan adalah sesuatu yang layak

tumbuh. Kemudian Al Qadhi mengatakan, bahwa perkataan ‫ سوسرمعههوُا‬kembali


kepada tanah yang subur karena tanah yang keras tidak bisa menghasilkan
tumbuh-tumbuhan.
‫ بقيسعاَةن‬yaitu tanah datar yang licin dan tidak bisa menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan.
‫ فسمقهههسه‬dengan mendhammahkan huruf qaf yang berarti menjadikan dia
sebagai orang yang mengerti dan memahami. Al Qurtubi dan yang lain-lain
mengatakan, bahwa Rasulullah ketika datang membawa ajaran agama, beliau
mengumpamakannya dengan hujan yang diperlukan ketika mereka
membutuhkannya. Demikianlah kondisi manusia sebelum Rasulullah diutus.
Seperti hujan menghidupkan tanah yang mati, demikian pula ilmu agama dapat
menghidupkan hati yang mati.
Kemudian beliau mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama
dengan berbagai macam tanah yang terkena air hujan, diantara mereka adalah
orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajar. Orang ini seperti tanah
subur yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya,
kemudian tanah tersebut dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sehingga
dapat memberi manfaat bagi yang lain.
Diantara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk
menuntut ilmu namun dia tidak mengerjakan, akan tetapi dia mengajakannya
untuk orang lain, maka dia bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga
manusia dapat memanfaatkannya. Orang inilah yang diindikasikan dalam
sabda beliau, "Allah memperindah seseorang yang mendengar perkatan-
perkataanku dan dia mengerjakannya seperti yang dia dengar". Diantara
mereka ada juga yang mendengar ilmu namun tidak menghafal atau
menjaganya serta mengamalkannya dan tidak pula mengajarkannya kepada
orang lain, maka dia seperti tanah yang tidak dapat menerima air sehingga
merusak tanah yang ada di sekelilingnya.
Dikumpulkannya perumpamaan bagian pertama dan kedua, adalah karena
keduanya sama-sama bermanfaat. Sedangkan dipisahkannya bagian ketiga
karena tercela dan tidak bermanfaat.
Kemudian dalam setiap perumpamaan terdiri dari dua kelompok.
Perumpamaan pertama telah kita jelaskan tadi, sedang perumpamaan kedua,
bagian pertamanya adalah orang yang masuk agama (Islam) namun tidak
mendengarkan ilmu atau mendengarkan tapi tidak mengamalkan dan tidak
mengajarkannya. Kelompok ini diumpamakan dengan tanah tandus
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi Shallaliahu Alaihi Wasaliam dalam

sabdanya: َ‫( يِ يِسمنن يِل سنم يِيسنرفسههنع يِبههسذ ب سل يِسرأأضسهها‬Orang yang tidak mau memikirkan) atau dia

berpaling dari ilmu sehingga dia tidak bisa memanfaatkannya dan tidak pula
dapat memberi manfaat kepada orang lain.
Adapun bagian kedua adalah orang yang sama sekali tidak memeluk
agama, bahkan telah disampaikan kepadanya pengetahuan tentang agama
Islam, tapi ia mengingkari dan kufur kepadanya. Kelompok ini diumpamakan
dengan tanah datar yang keras, dimana air mengalir di atasnya tapi tidak dapat
memanfaatkannya. Hal ini diisyaratkan dengan perkataan beliau:
‫سول سنم يِي سنقسبنل يِمهسدىَ يِا ل بل يِا ل بليِذَّ يِأأنربسلنمت يِببه‬ (Dan tidak peduli dengan petunjuk Allah).
At-Thibi mengatakan, "Manusia terbagi menjadi dua. Perama, manusia
yang memanfaatkan ilmu untuk dirinya namun tidak mengajarkannya kepada
orang lain. Kedua, manusia yang tidak memanfaatkan untuk dirinya, tapi ia
mengajarkan kepada orang lain. Menurut saya kategori pertama masuk dalam
kelompok pertama, karena secara umum manfaatnya ada walaupun tingkatnya
berbeda. Begitu juga dengan tanaman yang tumbuh, diantaranya ada yang
subur dan memberi manfaat kepada manusia dan ada juga yang kering. Adapun
kategori kedua walaupun dia mengerjakan hal-hal yang wajib dan
meninggalkan yang sunnah, sebenarnya dia termasuk dalam kelompok kedua
seperti yang telah kita jelaskan, dan seandainya dia meninggalkan hal-hal
wajib, maka dia adalah orang fasik dan kita tidak boleh mengambil ilmu
darinya. Orang semacam ini termasuk dalam, ً‫ك لرلأسسسسا‬
‫ لمسسلن للسسلم يللرفلسسلع بلسسلذلل ل‬Wallahu
A'lam."
‫طاًئلفلةة قلييَلل ل‬
‫ت‬ ‫ق لولكاًلن لملنلهاً ل‬
‫( لقاًلل إللسلحاً ق‬Ishaq berkata. "Dan ada diantara bagian bumi
yang digenangi air). Ishaq adalah Ibnu Rahawaih. Dia meriwayatkan hadits ini
dan Abu Usamah dengan menyangkal keberadaan kalimat ini. Al-Ushaili
mengatakan hal tersebut merupakan kekeliruan dari lshaq. Yang lain
mengatakan, "Kalimat itu benar, dan artinya adalah menyerap. Sedangkan Al-
Qailu artinya minum di tengah hari." Al Qurthubi membantah, karena
maksudnya tidak terbatas minum di tengah hari. Menurut saya. itu adalah
makna asal dari kata tersebut, dan tidak ada larangan untuk menggunakannya
selain makna aslinya.
‫قساَةع يِي سنعملوُمه يِالنسماَمء يِسواللصنفسصمف يِالن م ن‬
‫مسسستبوُيِذَّ يِبمنن يِا ن ألنربض‬ (Tanah yang digenangi air). Lafazh

ini terdapat dalam riwayat Al-Mustamli. Lafazh ‫ بقيسعههاَةن‬dalam hadits di atas

adalah bentuk plural dan ‫ قياَع‬yaitu lembah yang tidak menampung air.

Catatan:
Dalam riwayat Karimah terdapat kalimat tersebut "Ibnu lshaq berkata...''
Sesungguhnya Syaikh Al lraqi menguatkan lafazh ini (Ibnu Ishaq), walaupun
saya belum pernah mendengar hal itu dari beliau. Sedangkan dalam riwayat
Ash-Shaghani juga ada, "Ishaq berkata dari Abu Usamah." Riwayat ini telah
menguatkan riwayat yang pertama.3

b) Menurut Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas


 ‫ لمثلسسسقل‬: matsalu maksudnya adalah sebuah sifat yang menakjubkan
(sehingga menjadi perumpaman), bukan matsalu yang berarti pepatah.
 َ‫ الللهقسسلدى‬: al-hudâ yaitu petunjuk yang akan mengantarkan kita kepada
tujuan. Sedangkan ‫( اللللعللسسسقم‬al-‘ilmu) yang dimaksud di sini adalah
mengetahui dalil-dalil syar’i.
‫ اللللغلي ق‬: al-ghaits yaitu hujan yang hanya mendatangkan kebaikan.
 ‫ث‬
 ‫ نلقلييَةس‬: naqiyyatan yaitu tanah subur. Kata ‫ نلقلييَةس‬diambil dari kata ‫( لالنيَلقاًقء‬an-
naqaa-u), dan lafazh ini merupakan sifat bagi maushuf (benda yang
disifati) yang tidak disebutkan.
‫ قلبلللسس ل‬: qabilat yaitu menyerap. Lafazh ini berasal dari kata ‫الللقلقبسسلوقل‬
 ‫ت‬
(menerima).
 ‫ اللللكللق‬: al-kala-u yaitu tumbuh-tumbuhan. Ditulis dengan huruf hamzah
tanpa dipanjangkan bacaannya.
‫ لواللقعلش ل‬: wal ‘usyba yaitu dan rumput-rumputan. Redaksi kalimat ini
 ‫ب‬
yaitu menyebutkan sesuatu yang khusus setelah yang umum. Karena
lafazh ‫ اللللكللل‬digunakan untuk tumbuhan yang basah maupun kering.
‫ الللقعلش ل‬khusus digunakan untuk tumbuhan yang basah
Sementara lafazh ‫ب‬
saja.
‫ أللجاًلد ق‬: ajâdibu yaitu tanah kering yang tidak dapat meresap air tapi
 ‫ب‬
dapat menampung air. Kata ini adalah bentuk jamak dari ‫ب‬ ‫( أللجلد ق‬ajdabu).
 ‫طاًئلفلةة‬ ‫( قل ل‬qith’atun), yaitu bagian.
‫ ل‬: thaa-ifatun yakni ‫طلعةة‬
‫لقاً ة‬,
 ‫ قلليلعاًةن‬: qî’ânun yaitu tandus. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata ‫ع‬
yaitu tanah datar licin yang tidak bisa ditumbuhi tanaman.
 ‫ فلققهل‬: faquha yaitu mendalami pemahaman. Yakni menjadi orang yang
faqih (berilmu). Ibnut Tin berkata, “Kami meriwayatkannya dengan

3 Ghazirah Abdi Ummah, FATHUL BAARI Syarah:Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002)
hal 335-339
membaca kasrah pada qaf (‫)فللقسسله‬, sedangkan membacanya dengan
dhammah (‫ )فلققله‬adalah lebih tepat.”4

4. Syarah Hadis
Al-Qurthubi rahimahullah (wafat th. 671 H) dan lainnya berkata, “Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah perumpamaan bagi agama yang
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa ini dengan hujan yang turun merata
pada saat manusia membutuhkannya. Begitulah keadaan manusia sebelum
beliau diutus. Sebagaimana hujan dapat menghidupkan negeri yang mati,
demikian pula ilmu-ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati.
Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) berkata dalam menjelaskan
hadits ini, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakan ilmu dan
hidayah yang dibawanya dengan hujan, karena keduanya membawa kehidupan,
manfaat, makanan, obat, dan seluruh mashlahat bagi manusia. Semuanya itu
(tidak ada kehidupan dan keteraturan padanya kecuali) dengan ilmu dan hujan.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengumpamakan hati dengan tanah
yang terkena air hujan, karena tanah adalah tempat yang dapat menampung air,
lalu tumbuhlah bermacam-bermacam tanaman yang bermanfaat, sebagaimana
hati yang menampung ilmu kemudian berbuah dan tumbuh sampai terlihat
keberkahannya dan buahnya.
Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi manusia
berdasarkan penerimaan dan persiapan mereka dalam menjaga ilmu,
pemahaman tentang makna-maknanya, pengambilan hukum-hukumnya, dan
penguraian hikmah-hikmah dan faidahnya, menjadi tiga kelompok :
Pertama, orang yang hafal dan paham. Yaitu mereka yang menjaga ilmu
dan memahaminya, memahami makna-maknanya, serta mengambil atau
menetapkan hukum-hukum, hikmah dan faidah darinya. Mereka ini seperti
tanah yang menyerap air –ini seperti kedudukan menghafal-, kemudian
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Inilah
pemahaman ilmu, pengetahuan, dan pengambilan hukum, yang kedudukannya
seperti menumbuhkan tanaman dan rerumputan dengan air. Maka ini seperti

4 Fat-hul Bâri (I/176-177), cet. Daarul Fikr.


para huffazh (orang-orang yang menghafal), fuqaha’ (ahli fikih) dan orang
yang ahli dalam (ilmu hadits) riwayah dan dirayah.
Kedua, penghafal yang dikaruniai hafalan ilmu, menyalinnya, dan
mengoreksinya, tetapi ia tidak dikaruniai pemahaman dalam makna-maknanya,
tidak juga dalam pengambilan hukum, penguraian hikmah-hikmah dan faidah
dari ilmu tersebut. Mereka ini seperti orang yang membaca al-Qur’ân,
menghafalnya, memperhatikan huruf-hurufnya dan i’rabnya, tetapi tidak
dikaruniai pemahaman khusus oleh Allâh, sebagaimana perkataan Ali bin Abi
Thalib Radhiyallahu anhu, ‘Kecuali pemahaman yang Allâh Subhnahu wa
Ta’alaberikan kepada hamba-Nya dalam kitab-Nya.’
Manusia sangat berbeda-beda dalam pemahamannya dari Allâh dan Rasul-
Nya. Bisa jadi seseorang memahami satu atau dua hukum dari sebuah nash,
sementara orang lainnya memahami seratus atau dua ratus hukum. Mereka ini
seperti tanah yang menampung air untuk manusia agar mereka mengambil
manfaat darinya, untuk diminum, mengairi tanaman dan bercocok tanam.
Kedua kelompok di atas termasuk orang-orang yang berbahagia, dan
kelompok yang pertama lebih tinggi derajatnya dan kedudukannya,
sebagaimana Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
‫سذذ ب سل يِفسنضمل يِا ل بل يِي منؤبتيبه يِسمن يِي سسشاَمء ُ يِ يِسواملل يِمذو يِالنسفنضبل يِالنسعبظبي‬
“Demikianlah karunia Allâh , yang diberikan kepada siapa yang Dia
kehendaki; dan Allâh memiliki karunia yang besar.” [Al-Jumu’ah/62:4]

Ketiga, orang-orang yang tidak mendapat bagian dari ilmu, tidak


menghafal, tidak juga pemahaman, periwayatan, dan pengetahuan. Mereka ini
seperti tanah yang tandus, tidak dapat menumbuhkan tanaman dan tidak pula
menampung air. Mereka adalah orang-orang yang sengsara dan celaka.
Dua kelompok yang pertama sama-sama dalam berilmu dan
mengajarkannya. Masing-masing sesuai dengan ilmu yang ia terima dan
sampai kepadanya. Yang ini mengajarkan lafazh-lafazh al-Qur-an dan
menghafalnya, dan yang satu lain mengajarkan makna-makna, hukum-hukum
dan ilmu-ilmunya. Sedangkan kelompok yang ketiga, mereka tidak memiliki
ilmu dan tidak mengajarkannya. Mereka itulah orang-orang yang tidak peduli
dengan hidayah Allâh dan tidak menerimanya. Mereka itu lebih buruk daripada
binatang, dan mereka itu menjadi bahan bakar api neraka.
Hadits yang mulia dan agung ini mencakup penjelasan tentang kemuliaan
ilmu dan mengajarkannya, keagungan kedudukannya dan kesengsaraan orang
yang tidak menuntut ilmu. Hadits ini juga menyebutkan macam-macam
manusia berdasarkan sengsara dan bahagianya. Dan orang yang bahagia terbagi
menjadi dua; yang memperoleh kemenangan dan didekatkan kepada Allâh dan
golongan kanan yang pertengahan.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan manusia terhadap ilmu
seperti kebutuhan mereka terhadap air hujan, bahkan lebih besar dari itu. Jika
mereka kehilangan ilmu tersebut, maka kedudukannya seperti tanah yang
kehilangan air hujan. Imam Ahmad rahimahullah berkata, ‘Kebutuhan manusia
terhadap ilmu itu lebih besar daripada kebutuhan mereka terhadap makanan
dan minuman, karena makanan dan minuman dibutuhkan hanya sekali atau dua
kali dalam sehari, akan tetapi ilmu dibutuhkan manusia dalam setiap hembusan
nafasnya.’

5. Munasabah Hadis dengan Al-Quran dan Korelasinya terhadap


Pendidikan
Tidak diragukan lagi bahwa pengajar dan pelajar memiliki keutamaan
yang tinggi dalam agama ini. Allah Swt berfirman tentang para pengajar yang
merupakan Dai Ilaallah :
‫سوسمنن يِأأنحسسمن يِقسنوُضل يِ بملمن يِسدعساَ يِاسل يِا ل بل يِسو س بعسل يِسصاَبلضحاَ يِسوقساَسل يِان لبن يِبمسن يِالنممنسبلبمسي‬
‫إ‬ ‫إ‬
Artinya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" QS. Fusshhilat (41) : 33).
Allah juga berfirman tentang kebaikan suatu kaum, sekalipun mereka
sedang pergi berjihad untuk meninggikan kalimat Allah, agar jangan sampai
lalai mewakilkan beberapa orang dari mereka untuk belajar menjadi pelajar
agama yang kelak jika pulang ke kaumnya menjadi pengajar Dai Ilaallah ,
Firmannya:
‫ك يِبفنرقسةة يِ بم ننمنم يِسطاَئبسفةة يِل بسيستسفقلمهوُا يِبف يِا بليبن يِسوبلمينبذمروا يِقسنوُسممهنم يِاسذا‬
‫سوسماَ يِسكسن يِالنممنؤبممنوُسن يِبلسينبفمروا يِسكف لضة ُ يِ يِفسلسنوُسل يِن سسفسر يِبمن يِ م ب‬
‫إ‬
‫سرسجمعوُا يِال س بنينم يِل سسعل لمهنم يِنسيسذمروسن‬
‫إ‬
Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapatِ‫ ي‬menjagaِ‫ ي‬dirinya”ِ‫( ي‬QS.ِ‫ ي‬At-Taubahِ‫( ي‬9)ِ‫ ي‬:ِ‫ ي‬122).

Pengajar dan pelajar agama adalah manusia-manusia terbaik dan pilihan


dalam agama ini, dengan bekal ilmunya yang bermanfaat mereka akan
mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Guru utama mereka adalah para
Rasul dimana melalui perantaraan mereka Allah Swt memberikan petunjuk-
Nya kepada hamba-Nya. Allah mengutus mereka dengan ilmu yang
bermanfaat dan amal sholih, firman-Nya:
‫الن يِأأنوسحنينساَ يِال سنيسك يِ س سك يِأأنوسحنينساَ يِاسل يِمنوُحة يِسوالنلببي بسي يِبمنن يِب سنعبدبه يِسوأأنوسحنينساَ يِاسل يِانبسرابهسي يِسوا ن سساَبعيسل يِسوا ن س‬
‫ساَسق يِسوي سنعمقوُسب‬
‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬
‫(سومرمسل يِقسند يِقسسصنصنساَ م نه‬١٦٣)ِ‫لسسسباَبط يِسوبعيسس يِسوأأييوُسب يِسوميوُن مسس يِسوسهاَمروسن يِسومسلسنيسماَسن يِسوأ آتسيننساَ يِسداموسد يِسزمبوُضرا ي‬ ‫سوا ك ن‬
‫( يِمرمسل يِممبس ب ب‬١٦٤)ِ‫عسلسنيسك يِبمنن يِقسنبمل يِسومرمسل يِل سنم يِن سنقمصنصمهنم يِعسلسنيسك يِسوسكلسم يِاملل يِمموُسس يِتسبنكي ضاَ ي‬
‫شيسن يِسوممننبذبريسن يِبلسئل‬
١٦٥)ِ‫يسمكوُسن يِبللنلاَبس يِعسسل يِا ل بل يِمحلجةة يِب سنعسد يِاليرمسبل يِسوسكسن يِاملل يِسعبزيضزا يِسحبكي ضاَ ي‬
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub
dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan
Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh
telah Kamikisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang
tidak Kamikisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara
kepada Musa dengan langsung. (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisaa’ (4) : 163-
165).5
Nabi juga bersabda dalam hadits Shahih Al-Bukhari No. 4639 Kitab
Keutamaan Al Qur`an:

‫ة‬
‫م ة‬‫ق م‬‫خب ممرننيِ ع مل ل م‬‫ل أم ل‬
‫ة مقاَ م‬ ‫شعلب م ة‬ ‫حد دث ممناَ ة‬
‫ل م‬ ‫من لمهاَ ل‬
‫ن ن‬ ‫ج بل ة‬‫جاَ ة‬
‫ح د‬‫حد دث ممناَ م‬
‫م‬
‫ن‬ ‫بن مرث مد سمعت سعد بن ع ةبيدة م ع م م‬
‫م ن‬‫ح م‬ ‫ن أنبيِ ع مب لد ن الدر ل‬ ‫ل‬ ‫ل ة م ل ل م ن ل ة م ل م ل م مل م‬
‫ه‬
‫ه ع من ل ة‬‫يِ الل د ة‬‫ض م‬ ‫ن مر ن‬‫ماَ م‬ ‫ن ع ةث ل م‬
‫يِ ع م ل‬‫م ي‬‫سل م ن‬‫ال س‬
‫ن ت معمل د م‬
‫م‬ ‫م ل‬ ‫م م‬‫خي لةرك ة ل‬
‫ل م‬ ‫سل د م‬
‫م مقاَ م‬ ‫ه ع مل مي لهن وم م‬‫صدلىَّ الل د ة‬‫يِ م‬
‫ن الن دب ن ي‬‫عم ل‬
‫قرآْن وع مل دمه مقاَ م م م م‬
‫ممرةن‬ ‫ن نفيِ إ ن ل‬ ‫م ن‬ ‫ح م‬ ‫ل ومأقلمرأ أةبوُ ع مب لد ن الدر ل‬ ‫ال ل ة ل م م م ة‬
ِ‫ذيِ أ مقلعمد منني‬ ‫ك ال د ن‬
‫ل وممذا م‬ ‫ج مقاَ م‬
‫جاَ ة‬ ‫ن ال ل م‬
‫ح د‬ ‫حدتىَّ م‬
‫كاَ م‬ ‫ن م‬ ‫ع ةث ل م‬
‫ماَ م‬
‫ديِ هم م‬
‫ذا‬ ‫قع م ن‬
‫م ل‬
‫م‬
{٤٦٣٩ ِ‫}صحيح البخاَري‬
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan
kepada kami Syu'bah ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin
Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami
dari 'Utsman radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
beliau bersabda:"Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang
yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya."Berkata: Dan Abu
Abdurrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa 'Utsman hingga Hajjaj
pun berkata: "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku
ini."
Penjelasan Hadis Keutamaan Pengajar Dan Pelajar
1. Disini Rasulullah mengumpamakan ilmu seperti air hujan, karena air hujan
turun dalam keadaan suci bersih, sebagaimana Firman Allah:
‫شا يِب س ن سي يِي سسدنيِذَّ يِسر ن سحتببه ُ يِ يِسوأأنَسزلننساَ يِبمسن يِاللسسماَبء يِسماَضء يِسطمهوُضرا‬
‫سومهسوُ يِا ل بليِذَّ يِأأنرسسسل يِال برسيسح يِب م ن ض‬
“dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih” (QS. Al Furqoon (25) :
48).

5 Al Imam Muhammad bin Ismail, Penjelasan Shahih Bukhari, hal 131-132


Air hujan juga mendatangkan rezeki kepada manusia, sebagaimana ilmu yang
mendatangkan rezeki untuk kebaikan dunia dan akhirat seorang hamba. Allah
berfirman :
‫ يِاملل يِا ل بليِذَّ يِسخلسسق يِاللسسماَسوابت يِسوا ن ألنرسض يِسوأأنَسزسل يِبمسن يِاللسسماَبء يِسماَضء يِفسأأنخسرسج يِببه يِبمسن يِالث لسمسرابت يِبرنزقضاَ يِل لنمك ْمُ يِ يِسوسسلسر‬
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buahbuahan menjadi rezki untukmu” (QS. Ibrohim (14) : 32).
Air hujan dapat menghidupkan bumi yang tadinya sudah mati (tandus),
begitu juga ilmu ia akan menghidupkan hati hamba-hamba Allah yang tadinya
mati terkena racun syubhat dan syahwat Allah berfirman :
...ِ‫ يِ ُ يِسواملل يِأأنَسزسل يِبمسن يِاللسسماَبء يِسماَضء يِفسأأنحيساَ يِببه يِا ن ألنرسض يِب سنعسد يِسمنوُبتساَ ي‬
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-
Nya bumi sesudah matinya...” (QS. An-Nahl (16) : 65).
Air hujan juga dapat menjadi pelepas dahaga, sebagaimana ilmu dapat
menjadi penawar dahaga para pencari kebenaran. Allah berfirman :
‫شةر يِبفيبه يِ م بتسسميوُسن‬
‫شاةب يِسوبمننمه يِ س س‬
‫مهسوُ يِا ل بليِذَّ يِأأنَسزسل يِبمسن يِاللسسماَبء يِسماَضء ْمُ يِ يِل لمك يِ بمننمه يِ س س‬
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuhtumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu” (QS. An-Nahl (16) : 10).
2. Rasulullah membagi manusia menjadi 3 jenis terhadap ilmu yang diajarkan
oleh Beliau. Jenis pertama dikatakan oleh Imam Nawawi dalam “Syarh Shahih
Muslim” yaitu :
،ِ‫ يِسوي مسعل بمممه يِغسنيه ي‬،ِ‫ يِسوي سنعسممل يِببه ي‬،ِ‫ يِي سنبلممغمه يِالنمهسدىَ يِسوالنبعنل يِفسيسنحسفمظمه يِفسيسنحسياَ يِقسنلبه ي‬،ِ‫سوسكسذا يِالنلنوُع يِا ن أللول يِبمنن يِالنلاَس ي‬
‫فسيسننستبفمع يِسوي سننسفمع‬
“jenis yang pertama adalah manusia yang sampai kepadanya petunjuk dan
ilmu. Lalu ia menghapalnya, sehingga hidup hatinya dan mengamalkannya,
setelah itu ia mengajarkan kepada selainnya, sehingga ia mendapatkan
manfaat dan begitu juga orang lain”.
3. Jenis yang kedua masih menurut Imam Nawawi :
‫ يِسوسل يِمرمسوُسخ يِل سمهنم يِبف‬،ِ‫ يِلسبكنن يِل سينسسنت يِل سمهنم يِأأنفسهاَم يِسثبقسبة ي‬،ِ‫ يِل سمهنم يِمقملوُب يِسحاَبفسظة ي‬،ِ‫سوسكسذا يِالنلنوُع يِالث لاَبن يِبمنن يِالنلاَس ي‬
‫ يِفسمهنم يِنسيسفمظوُن سمه‬،ِ‫ يِسول سينسس يِبعنندنه يِبانجبتساَةد يِبف يِاللطاَعسة يِسوالنسعسمل يِببه ي‬،ِ‫النسعنقل يِ س نيسسستن نببمطوُسن يِببه يِالنسمسعاَبن يِسوا ن ألنحسكم ي‬
‫ يِفسيسننستبفع‬،ِ‫ يِفسيسأأمخذمه يِبم ننمنم ي‬،ِ‫ يِأأنهل يِبللنلنفع ب يِسوابلننبتسفاَع ي‬،ِ‫سحلت يِي سأأ ب ست يِسطاَبلةب يِممنحتساَةج يِممتسسعبطةش يِبلسماَ يِبعنندنه يِبمنن يِالنبعنل ي‬
‫ يِفسسهمؤسلبء يِن سسفمعوُا يِبسماَ يِب سلسسغمهنم‬،ِ‫ببه ي‬
“jenis kedua adalah manusia yang memiliki hati untuk menghapal ilmu,
namun ia tidak memiliki pemahaman yang kuat dan tidak mendalamdalam
berpikir untuk mengambil intisari dari makna-makna dan hukum hukumnya. Ia
tidak mampu berijtihad dalam ketaatan dan mengamalkannya. Ia sekedar
menghapalnya, sampai datang para penuntut ilmu yang butuh dan dahaga
terhadap ilmu yang dihapalnya, yaitu orang-orang yang mendapatkan manfaat
dan dapat memberikan manfaat kepada orang lain, lalu mengambil ilmu dari
orang jenis kedua, sehingga mendapatkan manfaat. Maka orang jenis kedua
berguna baginya ilmu yang telah disampaikannya”.
4. Jenis yang ketiga kata beliau rohimahulloh :
‫ يِفساَسذا يِ س بسمعوُا يِالنبعنل يِسل‬،ِ‫ يِسوسل يِأأفنسهاَم يِسوابعسية ي‬،ِ‫ يِل سينسسنت يِل سمهنم يِقمملوُب يِسحاَبفسظة ي‬،ِ‫سوسكسذا يِالنلنوُمع يِالث لاَبلمث يِبمنن يِالنلاَس ي‬
‫إ‬
‫ يِسوسل يِنسيسفمظوُن سمه يِبلنسنفع ب يِغسنينه‬،ِ‫ي سن نتسبفمعوُسن يِببه ي‬
“jenis ketiga adalah manusia yang tidak memilki hati yang dapat
menghapalnya dan tidak mampu menjaga pemahamannya, jika ia
mendengarkan ilmu maka tidak memberikan manfaat kepadanya dan tidak
mau menghapal untuk memberikan manfaat kepada selainnya”.
5. Hadits ini menunjukkan salah satu metode yang selayaknya ditiru oleh para
pengajar, yakni memberikan permisalan yangdapat lebih berkesan dan
memberikan pendekatan pemahaman kepada murid-muridnya didalam
menjelaskan suatu permasalahan. Sebagaimana juga Allah banyak membuat
perumpamaan didalam Kitab-Nya.
6. Haidts ini menunjukkan bahwa diutusnya Rasulullah adalah rakhmat bagi alam
semesta, seperti air hujan sebagai pembawa rakhmat Allah kepada alam dunia
ini. Allah berfirman:
‫سوسماَ يِأأنرسسلننساَسك يِالل يِسر ن سحضة يِل بلنسعاَل سبمسي‬
‫إ‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam” (QS. Al-Anbiyaa’ (21) : 107).
7. Petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejak
Beliau adalah petunjuk isryad dan bayan (penjelasan), karena petunjuk ada 2
macam yang pertama petunjuk irsyad dan bayan, yang ini dibawa oleh Beliau
dan para pengikutnya, sebagaimana firman Allah :
‫سوي سمقوُمل يِا ل بليسن يِسكسفمروا يِل سنوُسل يِأأنَبزسل يِعسلسنيبه يِأ آي سةة يِ بمن يِلرب ببه ِ يِ يِان لسماَ يِأأنست يِممنبذةر ْمُ يِ يِسوبل م ب‬
‫ك يِقسنوُةم يِسهاَةد‬
‫إ‬
“Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu
hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang
yang memberi petunjuk” (QS. Ar-Ra’du (13) : 7).

‫سوان لسك يِل س نستبديِذَّ يِا س لل يِ ب س‬.....


‫صاةط يِ ي نمسسستبقةي‬
‫إ‬ ‫إ‬
“.... Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan
yang
lurus” (QS. Asy-Syuuraa (42) : 52).
‫سوبملمنن يِسخلسنقنساَ يِأألمةة يِ نسيمدوسن يِ ببلنسح بق يِسوببه يِي سنعبدملوُسن‬
Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi
petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan
keadilan” (QS. Al-A’raaf (7) : 181).
Macam yang kedua adalah petunjuk taufiq untuk mengamalkan apa yang telah
didapatkannya dari petunjuk irsyad dan bayan, maka ini adalah hak Allah
semata, tidak ada seorangpun yang mampu memberikannya. Allah berfirman :
‫ان لسك يِسل يِ نستبديِذَّ يِسمنن يِأأنحسبنبست يِسولسذهبكلن يِاسلل يِ نسيبديِذَّ يِسمن يِي سسشاَمء ُ يِ يِسومهسوُ يِأأنع س مل يِ ببلنممنهستبديسن‬
‫إ‬
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk” (QS. Al Qoshash (28) : 56).
.....ِ‫ل لينسس يِعسلسنيسك يِمهسدا م نه يِسولسذهبكلن يِاسلل يِ نسيبديِذَّ يِسمن يِي سسشاَمء ي‬
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-
Nya...” (QS. Al Baqoroh (2) : 272).6

6 Al Imam Muhammad bin Ismail, Penjelasan Shahih Bukhari, hal 134-137

You might also like