Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol.

19 Suplemen 1 (Desember 2017)

Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Serta


Uji Aktivitas Antioksidan Rimpang Jahe Merah
(Zingiber Officinale Var. Vubrum Theilade) yang
Diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Netty Suharti1*, ABSTRACT: Red ginger (Zingiber officinale var. rubrum Theilade) is one of Zingiberaceae’s family that has
been used traditionally for curing asthma, cramps, diabetes, fever, infection, hypertension, muscleache, nausea,
Yossi Gustria
sorethroat, stroke, and toothache. Red Ginger Rhizome has been proven pharmacologically as the medicine for
Lenggogeni1, many diseases. The purpose of this research is to investigate the characteristization of simplicia and ethanol
Elidahanum extract of red ginger rhizome which is inoculated by Arbuscular Mychorrizae Fungi (AMF), to determine the
Husni1. total phenolic level by using Folin – Ciocalteau’s method and antioxidant activity test by using Ferric Reducing
Antioxidant Power (FRAP). The researchers used the red ginger rhizome from Bari Village, Padang Pariaman,
West Sumatera. Sample sliced 3 mm, macerated with using 70 % of ethanol solvent, so that will produce ethanol
extract. From the characterization of simplicia of red ginger rhizome, we could know that it has brownish yellow with
1
Fakutas Farmasi wedge shape and spicy taste with unique smell. The characterization of ethanol extract from red ginger rhizome is
Universitas Andalas, thick liquid with brownish yellow and spicy taste with unique smell. Parameter shrinkage drying 6.01% ± 0.22, total
Padang ash content is 7.42 % ± 0.86, ash content non soluble acid 0.94 % ± 0.26, the levels of soluble extract of water
13.55 % ± 1.11 and the levels of soluble extract of ethanol 5.31 % ± 0.25. The moisture content of extract is 9.33
% ± 1.53, total ash content 14.79 % ± 0.86 and ash content non soluble acid 0.97 % ± 0.26. Total phenolic of AMF
inoculated red ginger extract is 26,7324 g/100g with ntioxidant activity is 1.65 mmol Fe(II)/100 g.
Corresponding Author:
Netty Suharti
Fakutas Farmasi Universitas Keyword: ginger; AMF; phenolic total; antioxidant activity.
Andalas

nettysuharti@yahoo.com ABSTRAK: Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum Theilade) merupakan salah satu tanaman temu-temuan
dari famili Zingiberaceae yang telah dimanfaatkan secara tradisional dalam pengobatan penyakit rematik,
asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi. Rimpag
tanaman ini mengandung banyak senyawa kimia seperti gingerol, shogaol, zingiberen yang memiliki berbagai
aktivitas farmakologi seperti antiinflamasi, antioksidan dan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol rimpang jahe merah yang diinokulasi mikoriza, menentukan kadar fenolat
total dengan metoda Folin-Ciocalteau dan uji aktivitas antioksidan dengan metode Ferric Reducing Antioxidant
Power (FRAP). Rimpang jahe merah diambil di desa Bari, Padang Pariaman, Sumatera Barat dan dimaserasi
menggunakan pelarut etanol 70% hingga didapatkan ekstrak etanol rimpang jahe merah. Dari karakterisasi
simplisia rimpang jahe merah didapatkan diketahui bahwa bentuknya irisan, warna kuning kecokelatan, rasa
pedas dan bau yang khas. Parameter susut pengeringan simplisia diperoleh sebesar 6,01 % ± 0,22, kadar abu
total 7,42 % ± 0,86, kadar abu tidak larut asam 0,94 % ± 0,26, kadar sari larut air 13,55 % ± 1,11, dan kadar sari
larut etanol 5,31 % ± 0,25. Karakterisasi ekstrak etanol rimpang jahe merah secara organolpetis diketahui bahwa
bentuknya cairan kental, warna kuning kecokelatan, rasa pedas dan bau yang khas. Parameter kadar air ekstrak
etanol rimpang jahe merah adalah 9,33 % ± 1,53, kadar abu total 14,79 % ± 0,86, dan kadar abu tidak larut asam
0,97 % ± 0,26. Hasil penentuan kadar fenolat total ekstrak etanol rimpang jahe merah adalah 26,73 g/100 g.
Aktivitas antioksidan ekstrak rimpang jahe merah yaitu 1,65 mmol Fe(II)/100 g.

Kata kunci: jahe; FMA; fenolik total; aktivitas antioxidan.

PENDAHULUAN pengobatan penyakit rematik, asma, stroke,


Access this article sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan,
website: jstf.ffarmasi.unand.ac.id Indonesia merupakan negara tropis kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi
QR Code: yang memiliki sumber daya alam hayati yang (Ali et. al., 2008; Wang WH et. al, 2005; Tapsell
beranekaragam. Salah satu keanekaragaman LC et. al., 2006).
yang ditemukan di Indonesia adalah Bagian dari tanaman jahe merah yang
banyaknya jenis tumbuh-tumbuhan yang biasa dimanfaatkan adalah rimpang. Beberapa
memiliki berbagai manfaat salah satunya penelitian tentang rimpang jahe merah
adalah jahe merah (Zingiber officinale telah dilakukan, yang menunjukkan bahwa
var. rubrum Theilade). Jahe merah telah jahe memiliki senyawa aktif fenolik seperti,
digunakan secara tradisional sebagai gingerol, shagaol, zingeron, ginggerdiol, dan

s68
Suharti dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

zingiberen yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan vial, botol 100 ml, aluminium foil, pipet tetes, lempeng
(Kikuzaki et. al., 1993). Efek antioksidan senyawa kromatografi, batang pengaduk kaca, corong, kertas
fenolik dikarenakan sifat oksidasi yang berperan dalam saring, lampu UV 254 nm dan 366 nm (Camag®), oven
menetralisasi radikal bebas (Panovska TK et. al., 2005). (Memmert®), furnace (Carbolite®), dan alat-alat gelas
Senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi lainnya.
dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas Bahan
superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel Rimpang segar Zingiber officinale var. rubrum
kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik Theilade, pelarut etanol 70%, asam klorida 2 N, kloroform,
dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi (Manju toluen, asam galat, reagen Folin-Ciocalteu, natrium
V et. al., 2005). Beberapa senyawa, termasuk gingerol, karbonat, ortho-fenantrolin, aquadest, besi (II) sulfat
shogaol dan zingeron memberikan aktivitas farmakologi heptahidrat, dan besi (III) klorida heksahidrat, natrium
dan fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflammasi, asetat trihidrat, asam sulfat pekat, heksan, etil asetat,
analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik (Refindran etanol 96%.
et. al., 2005; Surf YJ et. al, 1998; Masuda TA et. al., 1995).
Antioksidan merupakan suatu zat yang dapat Prosedur Kerja
menetralkan radikal bebas yang terjadi di dalam tubuh a. Karakterisasi Simplisia
sehingga dapat melindungi sistem biologi tubuh dari Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan
hal-hal merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi organoleptis, makroskopis, mikroskopis, penentuan susut
yang menyebabkan oksidasi yang berlebih (Haryatmi, pengeringan, penetapan kadar abu total, kadar abu tidak
2004). Antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu larut asam, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol
antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan Karakterisasi Ekstrak
alami berasal dari hasil ekstraksi bahan alami yang Karakterisasi ekstrak meliputi perhitungan
berpotensi menangkap radikal bebas, sedangkan rendemen, pemeriksaan organoleptis, penentuan kadar
antioksidan sintetik diperoleh dari hasil sintesis secara air, penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut
kimia (Isfahlan et. al., 2010). Namun, adanya kekhawatiran asam(Depkes RI, 2008).
terhadap efek samping penggunaan antioksidan sintetik
menyebabkan banyak penelitian tentang potensi b. Penetapan Kadar Fenolat Total dengan Metode Folin-
antioksidan alami yang berasal dari tanaman (Saleh MA Ciaocalteau
et. al., 2010). Upaya meningkatkan status obat tradisional Larutan sampel dipipet 0,1 mL, ditambahkan 0,9
menjadi sediaan herbal terstandar dan fitofarmaka, mL aquadest dan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu, lalu
Sediaan tersebut harus dibuat dalam bentuk ekstrak atau dikocok, diamkan selama 5 menit, tambahkan 2,5 mL
fraksi yang memenuhi “Quality-Safety-Efficacy”(QSE). larutan Na2CO3 20% kedalam campuran dan kocok
Kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap homogen. Diamkan selama 26 menit pada suhu kamar.
respon biologis harus teridentifikasi baik jenis maupun Diukur serapan dengan spektrofotometer UV-Vis pada
kadarnya, Dalam mengendalikan mutu ekstrak dilakukan panjang gelombang maksimum 765 nm, dilakukan 3 kali
karakterisasi agar diperoleh bahan baku yang seragam pengulangan. Kadar fenolat yang diperoleh dinyatakan
untuk menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. sebagai g ekuivalen asam galat/100 g ekstrak sampel
Parameter mutu ekstrak meliputi pemeriksaan (Andayani R et. al., 2008).
parameter nonspesifik (seperti susut pengeringan, kadar
abu, kadar abu tidak larut asam), Parameter spesifik c. Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP
meliputi (organoleptis, kelarutan, dan penetapan kadar Sebanyak 0,1 mL sampel dilarutkan dalam 0,3 mL
senyawa penanda) air suling, ditambahkan ke dalam tabung yang telah
Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan penelitian berisi 3 mL reagen FRAP. Campuran divortek dan
karakterisasi simplisia dan ekstrak untuk menjamin diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit di tempat
kualitas simplisia dan ekstrak, uji aktifitas antioksidan gelap pada suhu ruang. Absorban sampel diukur pada
dengan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant panjang gelombang serapan maksimum serapan besi
Power), serta penentuan fenolat total jahe merah yang (II) sulfat heptahidrat. Larutan reagen FRAP dengan air
diinokulasi dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). suling tanpa sampel digunakan sebagai larutan blanko.
Aktivitas antioksidan sampel dinyatakan dalam besi (II)
METODE PENELITIAN ekuivalen (Fe+2 mM) menggunakan kurva standar besi
sulfat heptahidrat 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 mmol/L.
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk ini adalah peralatan d. Analisis Data
rotary evaporator (Buchi®), erlenmeyer (Pyrex®), gelas Data yang didapatkan akan dibuat dalam bentuk
ukur berbagai ukuran (Pyrex®), penangas air (Buchi®), diagram batang untuk melihat perbandingan aktivitas
labu ukur (Pyrex®), timbangan analitik (Shimadzu®), antioksidan ekstrak etanol rimpang jahe merah yang
gelas ukur (Pyrex®), pipet ukur (Pyrex®), gelas beker diinokulasi mikoriza dengan pembanding asam galat.
(Pyrex®), tabung reaksi (Pyrex®), bola hisap (Marienfeld)

s69 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)
Suharti dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

Tabel 1. Mutu Simplesia dan Ekstrak jahe merah yang khas dan memiliki rasa pedas.
diinokulasi FMA Karakterisasi selanjutnya yang dilakukan adalah
pengujian mikroskopis. Pada pengujian mikroskopis
Perlakuan Standar
Mutu Ekstrak
ini memperlihatkan fragmen pengenal dari simplisia
Mutu rimpang jahe merah yang dapat di lihat di bawah
Simplesia Ekstrak Menurut FHI
etnol edisi I 2008 mikroskopik. Serbuk simplisia rimpang jahe merah
Organoleptis memperlihatkan fragmen pengenal yang didapat yaitu
- Bentuk irisan kental kental butir amilum, fragmen pembuluh, parenkim dengan sel
- Warna merah, coklat coklat kuning coklat minyak, serat sklerenkim, dan serabut [Gambar 1].
- Bau Khas khas khas
Rendemen Tidak kurang
1,53%±0,05
dari 5,9%
Susut Pen- Tidak lebih
6,01 % ± 0,22 -
geringan dari 10%
Kadar air 9,33 % ±
-
1,53
Kadar Abu Tidak lebih
7,42 % ± 0,86 14,79%±0,78
dari 7,6%
Abu tidak Tidak lebih
0,94 % ± 0,26 0,9 %±0,03
larut asam dari 1,9%
Kadar sari
5,31 % ± 0,25 - -
larut alkohol
Kadar sari 13,55 % ±
- -
larut air 1,11

HASIL DAN DISKUSI

Penelitian ini menggunakan rimpang jahe merah


(Zingiber officinale var. rubrum Theilade) yang diinokulasi
mikoriza sebagai sampel yang diambil di daerah desa
Bari, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sampel ini di
identifikasi di Herbarium Universitas Andalas untuk
memastikan bahwa sampel yang diambil adalah
Zingiber officinale var. rubrum Theilade. Hasil identifikasi
menyatakan bahwa sampel tersebut benar merupakan
Zingiber officinale var. rubrum Theilade.
Gambar 1. Fagmen pengenal serbuk simplisia rimpang jahe
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia
merah
dan ekstrak etanol dari rimpang jahe merah (Zingiber
officinale var. rubrum Theilade) yang diinokulasi
mikoriza. Karakterisasi simplisia yang dilakukan meliputi Penetapan susut pengeringan simplisia dilakukan
uraian organoleptis, makroskopis, mikroskopis, susut untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang
pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan
sari larut air dan sari larut etanol. Sedangkan karakterisasi (Depkes RI, 2000). Susut pengeringan rimpang jahe
ekstrak yang dilakukan meliputi rendemen, organoleptis, merah adalah 6,01 %.
kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan Kadar abu total dan kadar abu total larut asam
pola kromatografi. Tujuan dilakukannya karakterisasi merupakan senyawa anorganik yang tidak diinginkan
simplisia dan ekstrak ini adalah untuk mendapatkan dalam proses pengobatan (Gupta PC et. al., 2012). Pada
simplisia dan ekstrak yang aman, memiliki mutu simplisia pengujian didapatkan kadar abu total untuk simplisia
dan ekstrak yang baik, terstandar dan stabilitasnya teruji rimpang jahe merah yaitu 7,42 % dan kadar abu total
sehingga sediaan yang dihasilkan merupakan sediaan untuk ekstrak rimpang jahe merah adalah 14,79 %.
yang terjamin mutunya. Pada penetapan kadar abu tidak larut asam,
Karakterisasi yang pertama dilakukan adalah uraian digunakan abu yang diperoleh dari penetapan kadar
makroskopis dan organoleptis. Secara makroskopis abu total dengan asam klorida 2 N yang bertujuan untuk
rimpang jahe merah berupa rimpang kecil dan tidak mengevaluasi ekstrak terhadap kontaminasi bahan-
beruas, panjang rimpang 3-5 cm dengan ketebalan 1,5- bahan yang mengandung silika seperti tanah dan pasir.
3 cm dan bewarna merah keputih-putihan atau merah Penetapan kadar abu tidak larut asam pada simplisia
kecokelatan. Sedangkan ekstrak rimpang jahe merah ini rimpang jahe merah diperoleh hasil yaitu 0,94 %.
berupa ekstrak kental, warna cokelat kekuningan, berbau Sedangkan untuk ekstrak rimpang jahe merah diperoleh

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017) s70
Suharti dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

hasil yaitu 0,97 %. perbandingan 7 : 3, menggunakan pembanding gingerol


Suatu simplisia mengandung beberapa senyawa karena gingerol merupakan senyawa utama pada
yang dapat larut pada pelarut tertentu seperti air dan rimpang jahe merah dengan kadar yang cukup tinggi.
etanol. Oleh karena itu, untuk mengetahui kadar senyawa sebagai penampak noda digunakan anisaldehid agar
yang dapat larut tersebut, maka dilakukan penetapan noda dapat terlihat jelas. Nilai KLT dinyatakan dengan Rf,
kadar sari larut air dan sari laut etanol. Hasil penetapan yaitu perbandingan jarak yang ditempuh senyawa dengan
kadar sari larut air yang diperoleh yaitu 13,55 % dan untuk jarak yang ditempuh pelarut. Dari profil KLT ekstrak
hasil penetapan kadar sari larut etanol yang diperoleh rimpang jahe merah terdeteksi 12 noda, salah satunya
yaitu 5,31 %. memiliki nilai Rf yang sama dengan Rf gingerol yaitu 0,46
Rimpang jahe merah dirajang dengan alat perajang [Gambar 2]. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
sampel dengan ketebalan 3 mm. Tujuan perajangan rimpang jahe merah terdapat senyawa gingerol sebagai
adalah untuk memperbesar luas permukaan partikel senyawa utamanya.
sehingga pelarut lebih mudah untuk menyari senyawa
atau melarutkan senyawa yang terkandung dalam
simplisia pada saat ekstraksi. Metode ekstraksi yang
digunakan adalah metode ekstraksi dingin yaitu maserasi.
Metode ini dipilih karena cara kerjanya yang sederhana.
Proses maserasi ini menggunakan pelarut etanol 70%
karena etanol ini mengandung 30% air dan sampel atau
simplisia yang akan dilarutkan dalam keadaan kering,
sehingga sel di dalam simplisia tersebut sudah mengkerut
dan diperlukan air yang cukup banyak agar sel-sel
tersebut kembali mengembang agar mempermudah
proses difusi dan penarikan senyawa. Setelah dilakukan
maserasi, maserat dipekatkan dengan rotary evaporator
hingga didapatkan ekstrak kental. Dari ekstrak kental
tersebut kemudian dihitung persentase rendemen yang
bertujuan untuk mengetahui kemaksimalan dari pelarut
untuk menyari senyawa di dalam simplisia dan untuk
mengetahui jumlah kira-kira simplisia yang dibutuhkan
untuk pembuatan sejumlah ekstrak. Persentase rendemen
yang diperoleh dari rimpang jahe merah adalah 13,63 %.
Ekstrak dari suatu tumbuhan mengandung sejumlah
air di dalamnya. Untuk mengetahui jumlah air tersebut
maka dilakukan penetapan kadar air ekstrak. Kadar
air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam
bahan yang dinyatakan dalam persen. Penentuan kadar
air ini menggunakan metode destilasi toluen, dimana
prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah
Gambar 2. Pola KLT ekstrak jahe merah yang diinokulasi FMA
menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang
mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak
dapat dicampur dengan air serta mempunyai berat jenis Pengujian kandungan fenolat total dilakukan
lebih rendah dari pada air, salah satu zat kimia yang dapat menggunakan metode Folin-Ciocalteau, karena metode
digunakan adalah toluene (Winarno FG, 2014). Kadar air ini spesifik dan sensitif untuk senyawa fenol dan reagen
yang diperoleh yaitu 9,33 %. Range kadar air tergantung yang digunakan dalam jumlah sedikit. Reagen Folin-
terhadap jenis ekstrak, untuk ekstrak kental 5-30% (Voigt Ciocalteau ini berwarna kuning kehijauan dan akan
T, 1994). Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa berubah menjadi warna biru tua jika direaksikan dengan
jenis ekstrak rimpang jahe merah yang diperoleh adalah larutan sampel yang telah ditambahkan dengan natrium
ekstrak kental. karbonat (Waterhouse AL, 1999).
Parameter selanjutnya adalah penentuan pola Prinsip pengukuran kandungan fenolat dengan
kromatogram menggunakan Kromatografi Lapis reagen Folin-Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa
Tipis (KLT). Penentuan profil KLT ini bertujuan untuk kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang
menunjukkan adanya senyawa identitas pada sampel gelombang 765 nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat
serta untuk menggambarkan komposisi senyawa (garam alkali) atau gugus fenolik-hidroksi mereduksi
kimia yang yang terkandung dalam sampel. KLT sering asam polifenol. Adanya senyawa fenolik heteropoli
digunakan untuk identifikasi awal karena lebih sederhana (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat dalam
dan murah. Profil KLT rimpang jahe merah menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteau menjadi suatu kompleks
fase gerak (eluen) yaitu heksan : etil asetat dengan molibdenum-tungsten. Senyawa fenolik bereaksi dengan

s71 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)
Suharti dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

reagen Folin-Ciocalteu hanya dalam suasana basa agar 0,3 mmol/L; 0,4 mmol/L; 0,5 mmol/L; 0,6 mmol/L; dan 0,7
terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi mmol/L yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
ion fenolat. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik pada panjang gelombang serapan maksimum besi (II)
maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi sulfat heptahidrat 510 nm. Dari hasil pengukuran absorban
asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi larutan standar besi (II) sulfat hepathidrat masing
komplek molibdenum-tungsten sehingga warna biru masing konsentrasi, maka didapatkan kurva kalibrasi
yang dihasilkan semakin pekat. yang linear dengan nilai koefisien korelasi 0,9994 dan
Pada penentuan panjang gelombang serapan persamaan regresi linear nya yaitu y = 1,4250x - 0,2175,
maksimum fenolat dilakukan menggunakan alat menunjukkan hasil yang linear dengan nilai r mendekati
spektrofotometri UV-Vis pada rentang 400-800 nm. 1. (Gandjar dan Rohman, 2007). Penentuan aktivitas
Hasil yang didapat yaitu 765 nm dengan absorban 0,520. antioksidan ekstrak rimpang jahe merah menggunakan
Hal ini sesuai dengan literatur yang ada yaitu panjang dengan melarutkan 201,8 mg ekatrak dalam 10 ml
gelombang maksimumnya 765 nm (Prior RL et. al., etanol. Dan didapatkan hasil aktivitas antioksidan nya
2005). Pada penentuan kadar fenolat total digunakan sebesar 1,65 mmol Fe(II)/100 g. Dari hasil yang didapat,
asam galat sebagai larutan pembanding. Asam galat setelah dibandingkan dengan aktivitas antioksidan asam
merupakan senyawa yang stabil dan murni, lebih murah, galat yaitu 9,34 mmol Fe(II)/100 g maka hasil aktivitas
dan kestabilan asam galat tidak hilang lebih dari 5% antioksidan ekstrak rimpang jahe merah yang diinokulasi
apabila disimpan pada waktu lebih kurang dua minggu FMA lebih rendah dibandingkan aktivitas antioksidan
di dalam lemari pendingin dan tertutup (Waterhouse AL, asam galat. Hal ini disebabkan karena sampel yang
2002). digunakan masih dalam bentuk ekstrak sedangkan asam
Pada pembuatan kurva kalibrasi dibuat sederetan galat sebagai pembanding merupakan senyawa murni
larutan asam galat dengan konsentrasi 100, 150, 200, [Gambar 3].
250, dan 300 mg/L. Dari pengukuran serapan larutan
asam galat didapatkan kurva kalibrasi dengan persamaan
regresi y = 0,0025x + 0,0308 dengan koefisien relasinya
0,9992. Dari hasil literatur koefisien relasi (r) menunjukan
hasil yang linear apabila nilai r mendekati 1 (Gandjar IG
et. al., 2007). Kemudian dilakukan penentuan fenolat
total ekstrak rimpang jahe merah yang diinokulasi FMA
menggunakan sampel uji seberat 10 mg yang dilarutkan
dalam 10 ml pelarut etanol. Hasil penentuan kadar fenolat
total menggunakan persamaan regresi linear didapatkan
kadar senyawa fenolat total rimpang jahe sebesar 26,73
g/100g.
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan
metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power),
karena merupakan metode yang sederhana, mudah, lebih
ekonomis, ketersediaan bahan baku lebih banyak dan
metode ini juga tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan Gambar 2. Diagram batang aktivitas antioksidan ekstrak etanol
seperti cahaya, suhu dan kelembapan. Prinsip dari rimpang jahe merah yang diinokulasi FMA dan
metode FRAP adalah berdasarkan kemampuan senyawa asam galat sebagai pembanding
antioksidan berupa fenolat mereduksi ion Fe (III) menjadi
Fe (II) membentuk kompleks dengan ortho-fenantrolin KESIMPULAN
berwarna jingga-merah. Penentuan aktivitas antioksidan
terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
gelombang serapan maksimum. Panjang gelombang dapat disimpulkan sebagai berikut:
serapan maksimum besi (II) sulfat heptahidrat dengan 1. Pemeriksaan secara organoleptis rimpang jahe
buffer asetat dan ortho-fenantrolin menggunakan merah (Zingiber officinale var. rubrum Theilade)
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang yang diinokulasi FMA berbentuk irisan, berbau khas,
400-800 nm memberikan panjang gelombang serapan berwarna kuning kecokelatan dan memiliki rasa
maksimum 510 nm dengan absorban 0,301. Pada pedas. Secara makroskopis bentuk rimpang kecil
literatur panjang gelombang maksimum untuk FRAP dan tidak beruas, panjang rimpang 3-5 cm dengan
menggunakan besi (II) sulfat heptahidrat dengan ortho- ketebalan 1,5-3 cm dan memiliki warna merah
fenantrolin yaitu sebesar 510 nm (Terry LA et. al., 2011). keputih-putihan atau merah kecokelatan. Secara
Setelah didapatkan panjang gelombang serapan mikroskopis didapatkan fragmen pengenal yaitu
maksimum besi (II) sulfat heptahidrat, maka dibuat kurva butir amilum, fragmen pembuluh, parenkim dengan
kalibrasi dengan menggunakan masing masing larutan sel minyak, serat sklerenkim, dan serabut.
standar besi (II) sulfat hepathidrat dengan konsentrasi 2. Rendemen ekstrak rimpang jahe merah yang

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017) s72
Suharti dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

diinokulasi FMA yaitu 13,63 %. 11. Masuda, T., A. Jitoe dan T.J. Mabry. 1995. Isolation
3. Karakterisasi simplisia rimpang jahe merah yang and structure determination of cassumunarins A,
diinokulasi FMA susut pengeringan sebesar 6,01 %, B, C: new anti-inflammatory antioxidants from a
kadar abu total 7,42 %, kadar abu tidak larut asam tropical ginger, Zingible cassumunar. J Am Oil Chem
0,94 %, kadar sari larut air 13,55 % dan kadar sari Soc. 72: 1053-1057.
larut etanol 5,31 %. 12. Wang, W.H. dan Z.M. Wang. 2005. Studies of
4. Karakterisasi ekstrak rimpang jahe merah yang commonly used traditional medicine-ginger.
diinokulasi FMA yaitu untuk kadar air ekstrak Zhongguo Zhong Yao Za Zhi. 30:1569–1573.
didapatkan hasil 9,33 %, kadar abu total 14,79 % 13. Panovska, T.K., Kulevanova, S., Stefova. 2005. In
dan kadar abu tidak larut asam ekstrak 0,97 %. Vitro Antioxidant Activity of Some Teucrium Spesies
5. Kadar fenolat total ekstrak rimpang jahe merah yang Lamiaceae. Acta Pharm. 55: 207-214.
diinokulasi mikoriza adalah 26,73 g/100g. 14. Prior, R.L., Wu, X., dan Scaich, K. 2005. Standardized
6. Aktivitas antioksidan ekstrak rimpang jahe merah Methodes for The Determination of Antioxidant
(Zingiber officinale var. rubrum Theilade) yang Capacity and phenolics in Foods and Dietary
diinokulasi mikoriza adalah 1,65 mmol Fe(II)/100g. Supplements. J. Agric. Food Chem., 55, 2698.
15. Ravindran, P.N., Babu, K.N. 2005. Ginger The Genus
DAFTAR PUSTAKA Zingiber. CRC Press : New York.
16. Saleh, M.A., Clark, S.,Woodard, B., and Deolu, S.A.,
1. Ali, B.H., G. Blunden, M. O. Tanira dan A. Nemmar. 2010. Antioxidant and Free Radical Scavenging
2008. Some phytochemical, pharmacological and Activities of Essential Oils. Ethnicity dan Disease. 20.
toxicological properties of ginger (Zingiber officinale 78-82.
Roscoe): A review of recent research. Food and 17. Surh YJ, Loe E, Lee JM. Chemopreventive properties
Chemical Toxicology. 46 : 409-420. of some pungent ingredients present in red pepper
2. Andayani, R., Maimunah dan Lisawati, Y. 2008. and ginger. Mutat Res. 1998;402:259-267.
Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat dan 18. Tapsell, L.C., I. Hemphill, L. Cobiac, C.S. Patch, D.R.
Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum Sullivan, M. Fenech, S. Roodenrys, J.B. Keogh, P.M.
L.). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13. 31-37. Clifton, P.G. Williams, V.A. Fazio dan K.E. Inge. 2006.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Health benefits of herbs and spices: the past, the
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. present, the future. Med. J. Aust. 185 (Suppl. 4),S4–
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. S24.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. 19. Terry, L.A., Vicente, A., dan Cools, K. 2011.
Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta: Methodologies for Extraction, Isolation,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Characterization and Quantification of Bioactive
5. Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Compounds, 55 Health-Promoting Properties of
Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fruits and Vegetables. CAB International : 375-376.
6. Gupta, P. C., Sharma, N., dan Rao, C. V. 2012. 20. Voigt, T. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi
Pharmacognostic studies of the leaves and stem of V. Ahli Bahasa Noerono, S. Yogyakarta : Universitas
Careya arborea Roxb. Asian Pacific journal of tropical Gajah Mada. Hal. 564.
biomedicine, 2(5), 404-408. 21. Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
7. Haryatmi. 2004. Kemampuan Vitamin E Sebagai PT Gramedia Pustaka Utama.
Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada Usia 22. Waterhouse, A. L. 1999. Folin Ciocalteau Micro
Lanjut. Jurnal MIPA UMS. 14: 52-60. Method For Total Phenol in Wine. American Journal
8. Isfahlan, Ahmad, Abdollah, Reza, and Rashid. 2010. of Enology and Viticulture. 28: 1-3
Antioxidant and Antiradical Activities of Phenolic 23. Waterhouse, A. L. 2002. Determination of total
Extracts from Iranian Almond (Prunus amygdalus L.) phenolic in R. E. wrolstad. current protocols in food
Hulls and Shells. Turk J Biol. 34. 165-173. analytical chemistry supplement 6. Inc: John Wiley
9. Kikuzaki, H.,Nakatani, N. 1993. Antioxidant effect of Sons.
some ginger constituents. Journal of food.
10. Manju, V. dan N. Nalini. 2005. Chemopreventive
efficacy of ginger, a naturally occurring
anticarcinogen during the initiation, post initiation
stages of 1, 2 dimethyl hydrazine-induced colon
cancer. Clin Chim Acta. 358: 60-67.

s73 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)

You might also like