Professional Documents
Culture Documents
Physical and Chemical Qualities of Frozen Beef Within Different Thawing Method
Physical and Chemical Qualities of Frozen Beef Within Different Thawing Method
net/publication/321337549
CITATIONS READS
0 2,355
3 authors, including:
Dede Kardaya
Universitas Djuanda
35 PUBLICATIONS 17 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PERFORMA KELINCI LOKAL YANG DIBERI AIR MINUM REBUSAN DAUN SIRIH (PIPPER BETLE LINN) View project
All content following this page was uploaded by Dede Kardaya on 28 November 2017.
KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI DAGING SAPI BEKU PADA BERBAGAI METODE
THAWING
ABSTRACT
Different thawing metods were applied to frozen beef in order for evaluating both the physical and
chemical qualities. The study used a completely randomized design with six treatments as follow:
1) fresh beef as control, 2) frozen beef allowed at room temperature (27-300C) until internal
temperature of beef reached 00C (became unfrozen), 3) Frozen beef thawed at refrigerator
temperature, i.e. 8-100C, 4) Frozen beef thawed at running water which its temperature range
within 25-280C, 5) Frozen beef thawed by boiling water (1000C), and 6) Frozen beef thawed by hot
water (<1000C). Every treatment was made in three replicates. Results of the study repealed that
frozen beef thawed by running water, hot water, or boiling water resulted in better physical
qualities than the one thawed by refrigerator temperature (P<0.05). All thawing methods did not
significantly affect on chemical qualities of the beef (P>0.05). Moreover, all frozen beef showed
similar chemical qualities to the fresh beef.
Key words: frozen beef, thawing, chemical quality, physical quality, fresh beef.
ABSTRAK
Beragam metode thawing telah digunakan pada daging sapi beku untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap kualitas fisik dan kimiawi daging sapi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap dengan enam perlakuan berikut: 1) daging segar sebagai control, 2) daging beku yang
dibiarkan pada suhu kamar (27-300C) sampai suhu bagian dalam daging mencapai 00C (daging
menjadi tidak beku), 3) daging beku yang dithawing menggunakan suhu refrigerator, yakni 8-100C,
4) daging beku yang dithawing pada air keran mengalir bersuhu 25-280C, 5) daging beku dithawing
dengan air mendidih bersuhu 1000C, dan 6) daging beku dithaing dengan air panas bersuhu
<1000C. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa daging beku yang dithawing dengan menggunakan
air keran mengalir, air panas, dan air mendidih mempunyai kualitas fisik yang lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan metode thawing pada suhu suhu refrigerator (P<0.05). Semua
metode thawing tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kimiawi daging sapi (P>0,05). Lebih
dari itu, seluruh daging sapi beku memperlihatkan kualitas kimiawi daging yang sama dengan
daging sapi segar (P>0,05).
Kata kunci: daging sapi beku, thawing, kualitas kimiawi, kualitas fisik, daging segar.
Diana C, E Dihansih, dan D Kardaya. 2011. Kualitas fisik dan kimiawi daging sapi beku pada
berbagai metode thawing. Jurnal Pertanian 2(2): 130 – 138.
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2011 131
sampel daging yang ditekan dan lingkaran luar perlahan larutan natrium hidroksida 50%
berupa air yang keluar dari daging. Jumlah air sebanyak 50 ml. Labu kemudian dipanaskan
yang keluar dari daging adalah lingkaran luar sampai kedua cairan tercampur. Destilasi
dikurangi lingkaran dalam. Kemudian hasil ditampung dalam Erlenmeyer yang diisi
pengukuran tersebut dikonversikan air yang dengan larutan baku asam klorida 0,1N
keluar dari daging dengan menggunakan sebanyak 50 ml dan indicator metal merah 0,1
rumus Hamm: % b/v sebanyak 5 tetes. Sisa larutan asam
Mg H2O = (luas area basah cm2 / 0,0948) – 8,0 klorida 0,1 N. Titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna larutan dari merah menjadi
Uji pH kuning. Lakukan titrasi blangko.
Sampel daging yang sudah dithawing diuji pH- Rumus:
nya dengan cara ditusuk dengan alat pH meter (ml X– ml Y) x N NaOH x14 x 6,25
daging. pH meter daging pertama dikalibrasi
%Protein = -------------------------------------------
dulu pada cairan buffer pH 7, kemudian
Berat Y (mg)
dilanjutkan dengan kalibrasi pada cairan buffer
pH 4. Setelah itu pH meter ditusukan pada dengan faktor pengali 100%
daging sampel yang akan diuji dan pH daging Keterangan : X = Blangko
akan terbaca pada alat pH meter tersebut. Y = Sample
Uji Warna (Soekarto, 1990) Uji Kadar Lemak (Soxlet)
Kromameter tipe CR-200 adalah alat yang Labu penyari disiapkan dengan batu didih di
digunakan untuk mengukur warna produk dalamnya, yang sebelumnya telah dipanaskan
pangandan dapat langsung menyatakan warna pada suhu 105-1100C dan didinginkan di dalam
bahan pangan ke dalam system notasi Hunter eksikator. Labu penyari (a) dan sampel di
yaitu L, a dan b. timbang, sampel ditimbang sebanyak ± 1 gram
Uji Kadar Air (AOAC, 1999) (x), kemudian sampel dimasukan kedalam
selongsong penyari, kemudian ditutup dengan
Siapkan cawan yang sudah disterilkan dengan menggunakan kapas tidak berlemak.
menggunakan oven dengan suhu 1050C selama Selongsong penyari dimasukan kedalam alat
1 jam dan telah didinginkan menggunakan soxlet, lalu disari menggunakan petroleum
eksikator, kemudian timbang (X). Timbang benzin. Selanjutnya eksikator dihubungkan
sampel yang akan di uji sebanyak 5 gram (Y) dengan kondensor, alat yang digunakan dalam
dan simpan dalam cawan. Sampel yang sudah proses ini adalah FATEX-S. labu penyari
siap di masukan dalam oven 1050C selama 4-6 diangkat dari alat FATEX-S, kemudian
jam (sampai beratnya konstan). Angkat sampel keringkan dalam oven pada suhu 105-1100C
dan dinginkan dalam eksikator. Timbang sampai bobot tetap (± 4-6 jam),setalah itu
sampel yang sudah dingin (Z). didinginkan didalam eksikator dan hasilnya
ditimbang sebagai bobot akhir (b). Rumus:
X+Y
% Kadar Air = x 100 % b–a
X
% lemak = --------------- x 100%
Uji Kadar Protein (Kjeldahl) X
Timbang 1 gram bahan yang telah dihaluskan,
masukan ke dalam labu kjeldahl, kemudian
ditambahkan 7,5 gram kalium sulfat dab 0,35 HASIL DAN PEMBAHASAN
gram raksa (II) oksida dan 15 ml asam sulfat Hasil yang diperoleh ternyata proses thawing
pekat. Panaskan labu kjeldahl dalam lemari dengan menggunakan suhu refrigrator lebih
asam sampai berhenti berasap dan teruskan lama dibandingkan dengan menggunakan suhu
pemanasan sampai mendidih dan cairan ruang, air kran yang mengalir, air panas
menjadi jernih.tambahkan pemanasan kurang maupun dengan menggunakan air mendidih.
lebih 30 menit, kemudian didinginkan. Proses thawing yang dilakukan dengan
Tambahkan 100 ml aquadest dalam labu menggunakan suhu yang tidak terlalu berbeda
kjeldahl yang didinginkan tambahkan 15 ml jauh dengan suhu awal daging beku. Berbeda
larutan kalium sulfat 4% kemudian tambahkan dengan proses thawing dengan menggunakan
134 Diana et al. Kualitas daging sapi beku hasil thawing
air mendidih dengan suhu air 100 0C, pada atau pencoklatan yang terjadi akibat
proses thawing ini daging dituntut untuk lebih perubahan dari pigmen yang ada dalam daging
cepat akan tetapi karena suhunya terlalu tinggi yaitu mioglobin karena panas menjadi coklat.
sehingga pada daging terjadi proses browning
Tabel 1. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan daging beku sampai ke kondisi normal
daging (Thawing)
No Perlakuan Waktu Thawing
1 Daging segar, sebagai control -
2 Thawing pada suhu ruang (suhu sekitar 27-300C) 2 jam 49 menit
3 Thawing pada suhu refrigerator (suhu sekitar 8-100C) 10 jam 10 menit
4 Thawing pada air keran mengalir(suhu sekitar 25-280C) 31 menit
5 Thawing pada air panas (suhu <1000C) 19 menit
6 Thawing pada air mendidih (suhu 1000C) 10 menit
tinggi kadar air maka bakteri akan dengan dipertahankan menjadi air bebas. Menurut
mudah untuk berkembang. Soeparno (2005) susut masak dipengaruhi oleh
temperatur dan lama pemasakan.
Keempukan
Susut masak yang paling rendah terjadi
Hasil uji keempukan yang sudah di uji secara pada daging beku yang dithawing dengan
parametrik ternyata dengan uji dengan menggunakan air panas. Proses Thawing
kepercayaan 95% beberapa metode thawing dengan menggunakan air panas ini mempunyai
yang dilakukan pada daging knuckle beku tidak kualitas yang tidak baik dari segi susut masak
berbeda, semuanya sama dengan nilai dan thawing dengan menggunakan sudu
keempukan lebih dari nilai 7 untuk nilai rendah lebih baik.
keempukannya. Nilai keempukan 7 ini
menggambarkan bahwa daging ini semuanya Daya Mengikat Air (DMA)
alot sesuai dengan pernyataan Soeparno Hasil yang didapatkan untuk uji Daya Mengikat
(2005) bahwa daging dengan range nilai Air (DMA) ternyata tidak berbeda (P>0,5)
keempukan lebih dari 5 maka daging tersebut untuk daging beku yang dithawing yang
bisa dikatakan alot. Hasil ini menggambarkan berbeda-beda. Hal ini dimungkinkan karena
bahwa metode thawing tidak ada pengaruh perbedaan air yang terkandung dalam daging
untuk keempukan daging. tidak terlalu signifikan jadi setelah di olah
Keempukan daging ditentukan oleh tiga secara anova pada selang kepercayaan 95%
komponen daging, yaitu struktur miofibrilar menunjukan nilai yang tidak berbeda. Daya
dan status kontraksinya, kandungan jaringan mengikat air merupakan salah satu faktor yang
ikat dan tingkat ikatan silangnya, dan daya ikat menentukan kualitas dan daya terima daging
air oleh protein daging serta marbling (Aberle oleh konsumen. (Honikel 1998).
et al. 2001). Perbedaan bangsa juga dapat Hasil yang didapatkan (Gambar 4) bahwa
menimbulkan perbedaan keempukan daging, DMA daging segar lebih tinggi dibandingkan
daging dari tipe kecil lebih empuk daripada dengan DMA pada daging beku yang sudah di
daging dari tipe besar (Lawrie 2003). Menurut thawing dengan beberapa metode thawing. Hal
Epley (2008), keempukan daging akan inidisebabkan karena kekuatan protein dalam
menurun seiring dengan meningkatnya umur daging yang berfungsi sebagai pengikat air
hewan. Jaringan ikat pada otot hewan muda sudah mengalami kerusakan akibat adanya
banyak mengandung retikuli dan memiliki pembekuan dan pH daging. Hal ini diperkuat
ikatan silang yang lebih rendah jika oleh Lawrie (2003) yang menyatakan bahwa
dibandingkan dengan hewan tua. daya mengikat air daging sangat dipengaruhi
Susut Masak oleh pH, semakin tinggi pH akhir semakin
sedikit penurunan DMA.
Susut masak yang dilakukan pada daging yang
Daya mengikat air sangat penting dalam
sudah selesai proses thawing. Hasil yang
proses pengolahan daging sebagai protein yang
diperoleh untuk susut masak pada beberapa
mampu menahan lebih banyak air menjadi
metode thawing yang berbeda tidak terlalu
lebih mudah larut. Daging dengan kapasitas
berbeda dari susut yang diperoleh. Namun
mengikat air yang rendahakan menyebabkan
setelah diuji statistik dengan menggunkan
banyaknya cairan yang hilang, sehingga selama
ANOVA pada selang kepercayaan 95%
pemasakan akanterjadi kehilangan berat yang
menunjukan bahwa susut yang didapat pada
besar. Kapasitas mengikat air merupakan
metode thawing menggunakan air kran
faktor mutu yang penting karena berpengaruh
berbeda dengan metode thawing air panas dan
langsung terhadap keadaan fisik daging seperti
semua methode thawing menghasilkan susut
keempukan,warna, tekstur, juiceness, serta
yang sama dengan kontol atau tidak berbeda.
pengerutan daging (Forrest et al. 1975)
Hasil susut masak yang berbeda ini karena
pada proses thawing menggunakan air panas Warna
terjadi kerusakan protein-protein pada daging. Warna daging sapi segar dan warna daging
Kerusakan protein yang terjadi karena proses beku yang sudah di thawing dengan metode
thawing dengan menggunakan suhu tinggi suhu refrigrator, suhu ruang, air keran yang
sehingga kemampuan dari protein untuk mengalir, air panas dan air mendidih dapat
mempertahankan air yang terikat didalam dilihat pada gambar 5. Warna daging sapi
melemah, sehingga air tidak mampu
136 Diana et al. Kualitas daging sapi beku hasil thawing
ditunjukan dengan kecerahan daging (L), daging beku. Hal ini dikemukakan juga oleh
intensitas warna merah daging (a), dan Cornforth (1985) bahwa penyimpanan dingin,
intensitas warna biru (b). bagian daging berpengaruh terhadap nilai b
Tidak terlihat bahwa pengaruh perbedaan atau intensitas warna biru pada daging,
metode thawing terhadap kecerahan daging
beku yang sudah mengalami thawing (P>0,05). Sifat Kualitas Kimia
Hasil ini mungkin nilai yang didapatkan tidak Uji kimia yang dilakukan adalah uji kadar air,
terlalu signifikan, akan tetapi dpat dilihat pada protein dan lemak. Hasil uji yang sudah
grafik (Gambar 5) bahwa terlihat ada dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.
perbedaan kecerahan antara daging segar
sebagai kontrol (perlakuan 1) dengan daging Tabel 3 Pengaruh perlakuan penyimpanan
beku yang di thawing dengan metode yang daging terhadap kualitas kimia
berbeda. Semakin tinggi nilai warna L daging
Kualitas kimia daging
menggambarkan semakin cerah suatu daging. Perlakuan
Perbedaan nilai ini disebabkan karena pada Kadar Air Protein Lemak
saat proses thawing terjadi pengeluaran cairan ………………..%........................
dalam daging yang disebut sebagai driploss. 1 75,01 20,93 1,16
Warna daging sapi untuk intensitas warna 2 74,6 21,10 0,36
merah terlihat menunjukan hasil berbeda nyata
3 72,97 21,13 0,95
(P<0,05) terhadap perlakuan thawing yang
berbeda. Intensitas warna merah pada daging 4 71,77 21,82 0,79
segar berbeda dengan daging beku yang di 5 71,01 23,36 0,66
thawing pada suhu ruang, refrigrator, dan air 6 72,28 24,02 1,36
panas. Daging yang dithawing di suhu ruang
(perlakuan 2) ternyata intensitas warna
merahnya sama dengan daging yang di thawing Kadar Air
di refrigrator (perlakuan 3), air kran mengalir Hasil yang didapatkan (Tabel 3) terlihat bahwa
(perlakuan 4), air panas (perlakuan 5) dan air kadar air dari daging segar dan daging beku
mendidih (perlakuan 6). Hal ini dikarenakan yang sudah di thawing dengan beberapa
pada daging yang sudah dibekukan pada saat metode thawing yang umum dilakukan di
dilakukan proses thawing mioglobin yang masyarakat menunjukan tidak berbeda nyata
merupakan pigmen warna merah daging ikut (P>0,5). Hal ini menggambarkan bahwa kadar
keluar bersamaan dengan air dalam driploss, air pada daging segar dan daging beku yang di
sehingga kadar mioglobin dalam daging thawing dengan beberapa metode thawing
menjadi berkurang. Metode thawing yang secara statistik ternyata tidak berbeda. Namun
berbeda menunjukan intensitas warna yang secara kuntitatif terdapat perbedaan antara
tidak nyata. daging segar dan daging beku yang di thawing
Hasil yang didapatkan untuk intensitas dengan metode yang berbeda.
warna biru ternyata daging yang dithawing di Kadar air (Tabel 3) merupakan jumlah air
suhu ruang (perlakuan 2) tidak berbeda yang masih terikat pada daging setelah proses
dengan daging segar, tetapi daging yang thawing. Semakin tinggi suhu thawing ternyata
dithawing di suhu refrigrator (perlakuan 3), air semakin banyak air yang hilang karena proses
kran yang mengalir (perlakuan 4), air panas thawing dengan menggunakan suhu tinggi akan
(perlakuan 5) dan air mendidih (perlakuan 6) membuat kristal-kristal es pada daging beku
ternyata untuk intensitas warna biru mencair semua dan pada dagingng beku yang
menunjukan hasil yang berbeda dengan dithawing lambat kristal-kristal esnya tidak
intensitas warna biru pada daging segar mencair semua. Hal ini sesuai dengan yang
(perlakuan 1). Hal ini dikarenakan pada daging dikemukakan oleh Lesson dan Summer (1997)
beku sudah mengalami proses pengkristalan bahwa perlakuan thawing lambat atau thawing
unsur air dalam daging dan pada saat thawing dengan suhu rendah mampu memmpertahan-
driploss yang terjadi terlalu banyak sehingga kan lebih besar kadar air dalam produk, karena
banyak unsur pembentuk warna biru uni yang kristal-kristal es dalam daging beku tidak
ikut keluar sehingga berbeda intensitas warna mencair dengan sempurna.
biru pada daging yang diberi perlakuan dengan
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2011 137
Science. W.H. Freeman and Co., San Marriott NG, RA Garcia, JH Pullen, dan DR. Lee.
Francisco. 1980. Effectof thaw conditions on ground
Freeman WH. 1960. The Science of Meat and beef. J. Food Protein. 43 : 180-184.
Meat Product. American Meat Institute Palupi WOE. 1968. Tinjauan Literatur
Foundation. Freeman and Company, San Pengolahan Daging. Pusat Dokumentasi
Francisco. Ilmiah Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Henrickson RL 1978. Meat, Poultry and Seafood Indonesia, Jakarta.
Technology. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Potter NN. 1986. Food Science. The AVI
USA. Publishing Company Inc, Westport,
Hood DE. 1971. Beef Processing and Marketing. Connecticut.
Conference Proceedings. Irish Livestock & Price JF and BS Schweigert. 1971. The Science
meat commission. London. of Meat and Meat Products. Second Ed. W.H.
Howard A and RA Lawrie. 1960. Spec. Rept. Fd. Freeman an Co., San Francisco.
Invest. Bd London, No 68 Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi daging.
Judge MD, ED Aberle, JC Forrest, HB Hedrick, Gajah Mada Universty Press. Yogyakarta
RA Markel. 1989. Principles of Meat Science. Sutaryo. 2004. Modul Materi Kuliah Pokok
Kendall/ hunt Publishing Company. Iowa. Bahasan: Penyimpanan dan Pengawetan
USA. Daging. Fakultas Peternakan Universitas
Khan AW and CP Lentz. 1977. Effects of Diponegoro, Semarang.
Feeding, Thawing and Storage on Some Westerman BD, GE Vail, GL Tinklin, dan J Smith.
Quality Factors for Portionsize Beef Cuts. 1949. B-complex Vitamin in meat. II. The
Meat Science 1: 263-270 influence of diferrent methods of thawing
Lawrie RA. 1966. Meat Science. 1 St.Ed. frozen steaks upon their palatability and
Pergamon Press. Ltd. New York. vitamin content. J. of Food Tech. 3 : 184-187.