Pengaruh Temperatur Dan Waktu Austempering Terhadap Kekerasan Adi Hasil Austempering FCD 55

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU

AUSTEMPERING TERHADAP KEKERASAN ADI HASIL


AUSTEMPERING FCD 55

Wahyu Purwo Raharjo 1


Eko Surojo1

Abstract: Nodular cast iron is material often used in casting processes after gray iron.
FCD 55 is nodular cast iron having ultimate strength ±55 kgf/mm 2. Its mechanical
properties, i.e. strength, toughness, and wear resista e, are able to increase by
austempering process. The nodular cast iron which has een austempered is called
ADI. The aim of this research is to obtain the optimum austempering temperature and
time to improve the mechanical properties of the FCD55, especially its hardness. The
FCD 55 material used to make the testing specimens is elted using an electrical
induction furnace and then pouring into the “Y Block” moulds. “Y Block” casting
specimens are machined to make testing specimens. The pecimen testing involves
hardness testing and microstructural investigation (metallography). The hardness
testing dan microstructural investigation is performed for specimens that have not
been austempered dan specimens which have been austempered. The austempering
process is performed at austenitizing temperature 900 oC, for 1 h meanwhile the
austempering process parameters, i.e. the temperature s varied 300 0C, 3500C and
4000C and the time is varied for 30, 60 and 90 minutes. T e number of specimens for
each testing are 5 for specimens which have not been austempered dan 3 for each
parameter variation of the austempering process.. The ustenitizing process is
performed using an electrical resistance furnace and the austempering rocess using
cooling media consist of 50 % NaNO 3 and 50 % KNO 3. From the microstructural
investigation, the higher austempering temperature for the same austempering time,
the coarser ausferrite formed. This is due to the retained austenite which is large so
that the acicular ferrite formed is smaller. The longer the austempering time, the
larger the retained austenite content although the increase is not significant. From the
hardness testing, it is able to conclude that the austempering time and temperature
affect the hardness of the ADI. The longer and the hig r the austemperinng process
the lower the hardness of material resulted.

Keywords : ADI, austempering, nodular cast iron

PENDAHULUAN material yang dihasilkan dari proses


austempering tersebut dapat digunakan untuk
FCD 55 adalah besi cor nodular (bergrafit
membuat komponen-komponen mesin yang
bulat) dengan kekuatan tarik sekitar 55
menerima beban berat.
kgf/mm2. Besi cor nodular merupakan bahan
baku yang sering dipakai dalam proses Penelitian ini akan mempelajari pengaruh
pengecoran logam selain besi cor kelabu. temperatur dan waktu austempering terhadap
struktur mikro dan sifat mekanik cor nodular
Sifat mekanik FCD 55 dapat ditingkatkan
FCD 55.
yaitu meliputi kekuatan, ketangguhan dan
ketahanan ausnya dengan proses austempering. TINJAUAN PUSTAKA
Dengan semakin baik sifat mekaniknya maka
Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Besi Cor

1
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

Besi cor termasuk ke dalam kelompok besi proses austempering, dimana pendinginan
paduan. Besi cor pada umumnya mempunyai cepat dari fasa austenit ke daerah transformasi
komposisi kimia 2-4 % C dan 1-3 % Si [Smith, isothermal harus secepat mungkin (C -D). Hal
1993]. itu untuk menghindari terbentuknya fasa perlit
sehingga dapat dicapai ketangguhan dan
Sifat mekanik besi cor dipengaruhi oleh
keuletan yang maksimum. Temperatur pada
komposisi kimia, kecepatan pembekuan dan
transformasi isothermal (D -E -G) berada di atas
perlakuan panas yang dialaminya. Ketiga
temperatur martensite starts , sedangkan proses
faktor tersebut akan mempengaruhi struktur
mikro besi cor. transformasi isotermalnya berlangsung dalam
dua tahap. Tahap pertama (D -E) terjadi
Bes i cor nodular, yang mempunyai bentuk transformasi dari austenit menjadi ferit (ferit
grafit bulat, adalah jenis besi cor yang plat) dan daerah yang dituju oleh difusi atom C
dihasilkan dari pengembangan besi cor kelabu. menjadi daerah berfasa austenit stabil. Tahap
Besi cor nodular dihasilkan dengan cara kedua (E-G) terjadi transformasi dari sisa
menambahkan unsur Mg atau Ce pada saat austenit menjadi bainit dan karbida besi.
peleburan sehingga mendorong proses
Untuk mendapatkan hasil proses perlakuan
grafitisasi menghasilkan grafit yang berbentuk
panas yang sesuai, harus diperhatikan
bulat [Callister, 1994]. Besi cor nodular
pemilihan media pencelupan. Di dalam proses
mempunyai kekuatan dan keuletan yang relatif
austempering, temperatur pencelupan adalah
tinggi sehingga pada pemakaian tertentu dapat
sekitar 320 s.d. 520oC sehingga diperlukan
menggantikan baja.
medium pencelupan yang tidak mengalami
Untuk meningkatkan atau memperbaiki sifat penguapan pada daerah temperatur tersebut.
mekanik besi cor dilakukan juga dengan cara Campuran 50 % NaNO 3 dan 50 % KNO 3 dapat
mengatur fasa yang terbentuk pada matrik besi digunakan untuk keperluan proses
cor. Jika besi cor nodular diaustenisasi dan austempering. Campuran tersebut mempunyai
dicelup ke dalam medium pendingin pada titik cair 225 oC dan dapat digunakan untuk
temperatur 320 s.d. 550oC selama waktu rentang operasi 230 s.d. 550oC [Suratman,
tertentu maka akan diperoleh besi cor nodular 1994].
yang meningkat kekuatan dan keuletannya
Thomson dkk. (2000) melakukan pemodelan
[Kotzur, 1998]. Material yang dihasilkan juga
untuk memperkirakan transformasi yang
mempunyai sifat ketahanan aus yang tidak
berlangsung di dalam proses austempering.
kalah dengan baja tempa [Smith, 1993].
Dengan pemodelan ini dapat diprediksikan
Perubahan sifat mekanik dapat berlangsung
fasa dan fraksi fasa yang akan dihasilkan dari
karena proses tersebut (austempering)
menyebabkan terjadinya perubahan
stru ktur mikro pada matrik besi cor.
Jenis besi cor yang mengalami proses
austempering dikenal dengan nama
austempered ductile iron (ADI).
Material ADI sudah banyak digunakan
yaitu antara lain untuk bahan pembuat
roda gigi, poros engkol, sproket, dan die
(Kanicki, 1998].
Proses Austempering Pada Besi Cor
Nodular
Smith (1993) menjelaskan bahwa pada
proses pembuatannya, material ADI
berawal dari pembekuan besi cor
nodular dan kemudian dilakukan proses
perlakuan panas austempering. Gambar Gambar 1. Skema proses austempering
1 memperlihatkan secara skematis pada besi cor nodular.

54
Wahyu Purwo Raharjo, dkk., Pengaruh Temperatur dan Waktu Austempe ring Terhadap …

proses austempering. terhadap transformasi bainit di dalam proses


austempering. Pada transformasi tahap
Proses austempering pada besi cor nodular
pertama, paduan Ni dan Mo mempengaruhi
dengan komposisi Fe -3,7C-2,02Si-0,44Mn-
kadar karbon di dalam austenit. Sedangkan
0,035P-0,007S-0,01Ni-0,04Cu -0,051 Mg
pada transformasi tahap kedua, unsur paduan
(dalam % berat) diprediksikan akan
tersebut mempengaruhi pengintian dan
menghasilkan campuran fasa grafit, bainit,
pertumbuhan ferit dan karbida.
austenit dan martensit. Fraksi masing-masing
fasa tersebut dipengaruhi oleh temperatur METODOLOGI
austenisasi dan temperatur austemperingnya.
Besi cor nodular (FCD 55) dalam penelitian ini
Jika fasa dan fraksi fasa yang terbentuk dapat
diperoleh dari PT . Baja Tunggal, Ceper,
diprediksikan, serta kekuatan setiap fasa
Klaten,. yang dilebur menggunakan tungku
diketahui maka kekuatan hasil austempering
induksi listrik dan kemudian dituang ke dalam
dapat diperkirakan.
cetakan “Y Block” (JIS G5502).
Chen dkk (1997) meneliti kestabilan austenit
Spesimen cor “Y Block” selanjutnya dimesin
yang terbentuk di dalam material ADI.
untuk dijadikan spesimen uji. Pengujian
Hasilnya menunjukkan bahwa proses
spesimen meliputi pengujian kekerasan Brinell
austempering antara lain akan menghasilkan
dan pengamatan struktur mikro (metalografi).
fasa austenit. Fraksi fasa austenit ini dapat
Metoda pengujian kekerasan menggunakan
berkurang jika setelah proses austempering
metoda JIS Z2243. Pengujian kekerasan dan
material tersebut mengalami pengerjaan
metalografi dilakukan pada spesimen yang
dingin. Fraksi austenit yang terbentuk setelah
belum mengalami proses austempering dan
austempering dan perubahan fraksi austenit
spesimen yang telah mengalami proses
setelah pengerjaan dingin dipengaruhi oleh
austempering.
komposisi kimia, temperatur dan waktu
austempering. Faktor-faktor tersebut
selanjutnya akan mempengaruhi sifat mekanik Tabel 1. Pengelompokan spesimen uji
material hasil austempering baik sebelum dan FCD55
sesudah pengerjaan dingin. Jumlah Austempering
No spesimen Temperatu Waktu
Analisis pengaruh struktur mikro dan sifat r (oC) (menit)
mekanik besi cor nodular yang dilakukan oleh 1. 5 - -
Kenawy dkk (2001) menunjukkan bahwa sifat 2. 3 30
mekanik (kekuatan, kekerasan, dan keuletan) 3. 3 300 60
besi cor nodular dipengaruhi oleh fraksi fasa 4. 3 90
5. 3 30
ferit atau perlit dari matrik dan besarnya 6. 3 350 60
ukuran grafit. Jika fraksi fasa perlit semakin 7. 3 90
tinggi maka kekuatan dan kekerasan juga akan 8. 3 30
semakin tinggi. Selanjutnya jika ukuran grafit 9. 3 400 60
semakin besar maka kekuatan dan keuletan 10. 3 90
besi cor nodular akan semakin rendah.
Proses austempering dilakukan pada
Putatunda dan Gadicheria (2000) meneliti sifat temperatur austenisasi 900oC, dalam waktu
fracture toughness pada material ADI.
satu jam sedangkan parameter proses
Hasilnya me nunjukkan bahwa fracture
austemperingnya yaitu temperatur dan waktu
toughness dipengaruhi oleh fraksi fasa austenit
austempering divariasikan sesuai dengan Tabel
dan kandungan kadar karbon yang berada di 1. Proses austenisasi dilakukan menggunakan
austenit. Fracture toughness mencapai harga
tungku tahanan listrik sedangkan proses
optimum pada fraksi austenit 30-36 %.
austempering menggunakan media pendingin
Fracture toughness juga meningkat dengan campuran garam 50 % NaNO 3 dan 50 %
semakin tingginya kadar karbon di austenit.
KNO3. Agar campuran garam tersebut berada
Penelitian yang dilakukan Bonsjak dkk (2001) dalam keadaan cair maka garam ditempatkan
menunjukkan adanya pengaruh unsur paduan dalam suatu wadah yang dipanaskan

55
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

(menggunakan pemanas tahanan listrik) dan rata raw material yang didapatkan adalah 247
dapat dikontrol temperaturnya. BHN.
HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Mikro ADI yang Dipengaruhi
Temperatur dan Waktu Austempering
Komposisi Kimia Raw Material
Hasil pengujian struktur mikro dari material
Hasil pengujian komposisi kimia besi cor
ADI diperlihatkan dalam gambar 3 s.d. 5.
nodular FCD 55 ditunjukkan dalam Tabel 2. Pada gambar 3, 4 dan 5 berturut-turut
diperlihatkan struktur mikro dari material ADI
Tabel 2. Komposisi Kimia FCD 55 yang diaustempering pada temperatur 3000C,
No. Unsur % berat 350 0C dan 400 0C.
1. Fe 92.73
Pada temperatur austempering 3000C struktur
2. C 3.31
3. Si 2.52 mikro yang terbentuk berupa matriks ausferit
4. Mn 0.45 yang halus dengan fasa austenit sisa.
5. P 0.017 Kandungan austenit sisa yang ada lebih sedikit
6. S 0.008 dibandingkan dengan kandungan fasa asikular
7. Cr 0.04 ferit. Semakin tinggi waktu austempering
8. Mo 0.01 matriks ausferit yang terbentuk lebih banyak,
9. Ni 0.09
10. Al 0.02
tetapi pada waktu 90 menit kandungan matrik
11. B 0.025 ausferit semakin sedikit.
12. Co 0.11
13. Cu 0.273
Pada temperatur austempering 3500C struktur
14. Mg 0.03 mikro ausferit yang terbentuk lebih kasar. Hal
15. Nb 0.006 ini disebabkan oleh adanya fasa austenit sisa
16. Pb 0.04 yang semakin banyak sehingga kandungan
17. Sn 0.018 asikular ferit yang terbentuk lebih sedikit.
18. Ti 0.049 Semakin lama waktu austempering kandungan
19. V 0.197
20. W 0.1
austenit sisa meningkat tetapi peningkatan
kandungan ini tidak begitu besar.

Struktur Mikro Raw Material Pada temperatur 4000 C terlihat struktur mikro
yang terbentuk berupa austenit sisa dan
Struktur mikro besi cor nodular FCD 55 asikular ferit yang lebih renggang. Dengan
ditunjukkan dalam gambar 2. Struktur mikro demikian struktur ausferit terlihat semakin
yang terlihat terdiri atas grafit bulat serta kasar.
Struktur yang terbentuk pada waktu
austempering 30 menit dan 90 menit memiliki
struktur yang hampir sama dan pada waktu 60
menit terdapat fasa ferit dan terdapat distribusi
ausferit yang relatif sama.
Struktur mikro ausferit yang terbentuk pada
temperatur 3000 C seperti pecahan kaca yang
menyerupai martensit temper sedangkan
semakin tinggi temperatur austempering
ausferit yang terbentuk berupa struktur ausferit
Gambar 2. Struktur mikro besi cor nodular atas.
FCD 55 sebelum diaustempering
matriks ferit dan perlit dengan prosentase yang
hampir sama. Ferit bersifat ulet dan lunak Berdasarkan teori, pada transformasi
sedangkan perlit mempunyai kekerasan yang temperatur yang lebih tinggi akan dihasilkan
lebih tinggi namun lebih getas. Kekerasan rata- matrik ausferit yang lebih kasar yang
dinamakan ausferit atas yang menampilkan

56
Wahyu Purwo Raharjo, dkk., Pengaruh Temperatur dan Waktu Austempe ring Terhadap …

struktur asikular, sedangkan pada transformasi terhadap kekerasan material ADI ditunjukkan
temperatur yang lebih rendah akan dihasilkan dalam gambar 6 dan 7.
matrik ausferit yang semakin halus yang
Untuk waktu austempering 30 menit,
dinamakan ausferit bawah yang menampilkan
kekerasan tertinggi terjadi pada temperatur
struktur menyerupai martensit temper dan
350 0 C (474.2 BHN) dan kekerasan terendah
strukturnya sulit dibedakan dengan martensit
terjadi pada temperatur 4000 C (423.7 BHN).
temper.
Untuk waktu austempering 60 menit,
kekerasan tertinggi terjadi pada temperatur
300 0 C (432.8 BHN) dan terendah pada
Kekerasan ADI yang Dipengaruhi
temperatur 4000 C (352.7 BHN).
Temperatur dan Waktu Austempering
Hal ini disebabkan pada temperatur 3000C
Pengaruh temperatur dan waktu austempering
matrik yang terbentuk adalah ausferit bawah
dengan sedikit austenit sisa, dengan prosentase

Gambar 3. Struktur mikro ADI pada


temperatur austempering 3000C
selama: a. 30 menit, b. 60 menit, c. 90 Gambar 4. Struktur mikro ADI pada
menit temperatur austempering 3500C
selama: a. 30 menit, b. 60 menit, c. 90 menit

57
GEMA TEKNIK - NOMOR 2/TAHUN X JULI 2007

Gambar 6. Grafik Kekerasan sebagai Fungsi dari


Temperatur Austempering untuk FCD 55

Gambar 7. Grafik Kekerasan sebagai


Fungsi dari Waktu Austempering untuk FCD 55

rendah akan dihasilkan ausferit yang lebih


halus (ausferit bawah) dengan tegangan tarik
Gambar 5. Struktur mikro ADI pada yang lebih tinggi dan keuletan yang lebih
rendah.
temperatur austempering 4000C
selama: a. 30 menit, b. 60 menit, c. 90 Sementara itu berdasarkan gambar 6 dan 7,
menit terlihat bahwa semakin lama proses
austempering, kekerasan material yang
fasa asikular ferit lebih tinggi dari pada dihasilkan semakin rendah. Hal ini sesuai
austenit sisa. Pada temperatur 4000 C struktur dengan teori bahwa semakin lama proses
matrik yang terbentuk adalah ausferit atas austempering akan dihasilkan struktur mikro
(ausferit kasar) yang menyerupai perlit halus. ausferit yang lebih kasar (ausferit atas).
Dengan demikian semakin halus fasa ausferit
didalam struktur mikro ADI maka KESIMPULAN
kekerasannya semakin tinggi. Hal ini sesuai Dari data yang diperoleh dan analisis yang
dengan teori bahwa pada temperatur dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
transformasi yang lebih tinggi a kan dihasilkan berikut :
struktur mikro ausferit yang lebih kasar
(ausferit atas) yang memiliki keuletan yang 1. Terdapat peningkatan kekerasan dari raw
lebih tinggi dan tegangan tarik yang lebih material (FCD 55) menjadi ADI yang
rendah dan temperatur transformasi yang lebih diperoleh dari proses austempering.

58
Wahyu Purwo Raharjo, dkk., Pengaruh Temperatur dan Waktu Austempe ring Terhadap …

2. Waktu austempering berpengaruh terhadap Suratman, R., 1994, Panduan Proses


kekerasan material ADI hasil austempering Perlakuan Panas , Lembaga Penelitian-
yaitu semakin lama proses austempering, ITB, Bandung.
kekerasan material FCD 55 hasil Thomson, R.C., James, J.S., and Putman, D.C.,
austempering cenderung akan makin 2000, Modelling Microstructural
rendah. Evolution and Mechanical Properties of
Austempered Ductile Iron, Materials
3. Temperatur austempering berpengaruh
Science and Technology, Vol. 16, pp.
terhadap kekerasan material FCD 55. Makin
1412-1419.
tinggi temperatur austempering yang
digunakan, kekerasan cenderung makin
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Bosnjak, B. , Radulovic, K., Pop-Tonev, K.,
and Asanovic, 2001, Influence of
Microalloying and Heat Treatment on
Kinetics of Bainitic Reaction in
Austempered Ductile Iron, Journal of
Materials Engineering and Performance,
Vol. 10(2), pp.203-211.
Callister, W.D., 1994, Materials Science and
Engineering, John Wiley and Son,
Canada.
Chen, C., Vourinen, J.J., and Johansson, M.,
1997, The Stability of Austenite in ADI,
International ADI and Simulation
Conference.
Kanicki, D.P., 1998, Casting Advantages,
Applications, and Market Size , ASM
Handbook, Vol. 15 (Casting), pp.37-45.
Kenawy, M.A., Abdel-Fattah, A.M., Okasha,
N., and El-Gazery, M., 2001,
Mechanical and Structural Properties of
Ductile Cast Iron , Egypt. J. Sol, Vol.
24 -No.2, pp. 151 -158.
Kotzur, E.L., 1998, Development of Foundry
Technology in The United States , ASM
Handbook, Vol. 15 (Casting), pp.24-36.
Putatunda, S.K. and Gadicheria, P.K., 2000,
Effect of Austempering Time on
Mechanical Properties of a Low
Manganese Austempered Ductile Iron,
Journal of Materials Engineering and
Performance, Vol. 9(2), pp.193-203..
Smith, W.F., 1993, Structure and Properties of
Engineering Alloys , McGraw-Hill Book
Co., Singapore.

59

You might also like