Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, No.

Winarni,
3, Desember 2017
Pengetahuan Perawatan tentang Bantuan Hidup Dasar... 201
DOI: 10.26699/jnk.v4i3.ART.p201-205

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG


BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA
TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR
(Nurse Knowledge About Basic Life Support
based on AHA 2015 at UPTD Puskesmas Kota Blitar)

Sri Winarni
Poltekkes Kemenkes Malang
email: swinkhamaisya@gmail.com

Abstract: Nurses should be able to perform emergency obedient actions with knowledge base, in Blitar
city nurses must have certificate of basic life support competence that is still valid, nurses must follow the
training if the certificate has expired, in Blitar city there are nurses who do not know the basic life
support procedure will affect a service quality. The purpose of this research was to know the nurse’s
knowledge about basic life support based on AHA 2015 at UPTD Puskesmas Kota Blitar. The research
method used descriptive research design, the population was 59 nurses of UPTD Puskesmas Kota Blitar,
the sample was 30 nurses taken by purposive sampling technique. The data were collected by question-
naire. The result of the research showed 26,7% good knowledge, 70% fair,and 3.3% less. Knowledge is
sufficient but needs to be upgraded to good in terms of indications of dismissal of basic life support,
basic life support arrangements, and an indication of the success of basic life support. Suggestions for
research were to conduct competence audits on nurses, and provide opportunities for training and
basic life support update information.

Keywords: Knowledge, nurse, basic life support

Abstrak: Perawat harus mampu melakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai kompetensi dengan dasar
pengetahuan, di Kota Blitar perawat harus memiliki sertifikat kompetensi bantuan hidup dasar yang masih
berlaku, harus mengikuti pelatihan ketika masa berlaku habis, di Kota Blitar ada perawat yang tidak
mengetahui prosedur bantuan hidup dasar yang akan mempengaruhi suatu kualitas pelayanan. Tujuan
penelitian ini mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar berdasarkan AHA
2015 di UPTD Puskesmas Kota Blitar. Metode penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif, populasi
59 perawat yang ada di UPTD Puskesmas Kota Blitar, sampel 30 perawat dengan teknik purposive sam-
pling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner. Hasil penelitian 26,7% pengetahuan baik. 70%
cukup. 3,3% kurang. Sebagian besar perawat memiliki pengetahuan cukup namun perlu ditingkatkan menjadi
baik dalam hal yang berkaitan dengan indikasi pemberhentian bantuan hidup dasar, tata laksana bantuan
hidup dasar, dan indikasi keberhasilan bantuan hidup dasar. Saran untuk lahan penelitian untuk melakukan
audit kompetensi pada perawat dan memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan serta update
informasi bantuan hidup dasar.

Kata Kunci: Pengetahuan, perawat, bantuan hidup dasar.

Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan (Bachtiar, 2016). Indikasi BHD menurut American
dini yang dilakukan pada seseorang dengan keadaan Heart Association (AHA) 2015 adalah henti jantung
gawat darurat, apabila tidak dilakukan BHD dengan dan sumbatan jalan nafas. Henti jantung adalah saat
segera dapat menyebabkan kematian biologis dimana jantung kehilangan aktivitas mekanik dan

201
202 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 3, Desember 2017, hlm. 201–205

kelistrikanya dan di tandai dengan hilangnya tanda nomor satu di Indonesia adalah karena penyakit
sirkulasi. (Brady, Charlton, Lawner, Sutherland, & jantung yang diantaranya adalah gagal jantung seki-
Mattu, 2012). Menurut AHA 2015, dalam kejadian tar 17,3 juta dari seluruh penduduk Indonesia.
henti jantung di luar rumah sakit keberhasilan resu- Sedangkan data dari Rumah Sakit Lokal di Kota
sitasi membutuhkan koordinasi yang tepat atau Blitar yang dirangkum di laporan Dinas Kesehatan
Chain of Survival yang berupa pengaktifan sistem Kota Blitar tahun 2015 menunjukkan angka sakit
layanan darurat medis, RJP dini, Defibrilasi sece- jantung sejumlah 50 pasien mengikuti rawat jalan,
patnya, bantuan pendukung kehidupan, dan pera- 224 pasien rawat inap dan 33 dari pasien rawat inap
watan paska henti jantung (Bachtiar, 2016). dinyatakan meninggal, diantaranya meninggal karena
Fakta di masyarakat ketika terjadi henti jantung komplikasi dan henti jantung. Menurut AHA 2015,
atau lebih dikenal dengan angin duduk, masyarakat Kejadian henti jantung tersebut ada yang terjadi di
cenderung bersikap panik daripada memberikan dalam pelayanan kesehatan (IHCA) dan di luar
BHD, mengaktifkan sistem layanan darurat medis, pelayanan kesehatan (OHCA).
atau segera merujuk ke pelayanan kesehatan terde- Kejadian yang terjadi di luar pelayanan kese-
kat, adapun ketika dirujuk ke pelayanan kesehatan hatan bisa disebabkan karena keterlambatan dalam
terdekat korban tiba dengan keadaan telah mening- pemberian BHD, tetapi kejadian di sekitar atau dida-
gal secara klinis. Tingkat penyelamatan korban lebih lam pelayanan kesehatan bisa disebabkan oleh tena-
tinggi ketika resusitasi dini dilakukan kurang dari 8 ga medis termasuk perawat yang dalam pertolong-
menit setelah kejadian, dan pengaktifan pelayanan annya tidak mengetahui prosedur dengan benar,
medis darurat dilakukan kurang dari 4 menit setelah atau memang belum memiliki kompetensi BHD.
kejadian serta pemberian defribilasi kurang dari 6 Hasil dari studi penelitian yang dilakukan, dari 10
sampai 11 menit pertama (Brady, Charlton, Lawner, perawat yang di berikan pertanyaan definisi dan
Sutherland, & Mattu, 2012). Perhitungan waktu ter- acuan BHD yang terbaru secara acak, didapatkan
sebut masuk kedalam rantai kelangsungan hidup 3 perawat tidak tahu SOP BHD yang terbaru, dan
yang mempengaruhi pemulihan melalui tindakan dini 1 perawat tidak mengetahui panduan terbaru BHD
(Bachtiar, 2016). Rantai kelangsungan hidup ini yaitu AHA 2015. Kompetensi tersebut harus difaha-
perlu dikuasai untuk tenaga medis khususnya pera- mi dan diperbarui karena beberapa kejadian henti
wat. Menimbang perawat yang memiliki tugas jantung tidak dapat diprediksi oleh medis sehingga
meningkatkan derajat kesehatan, paling mudah dica- bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa
pai oleh masyarakat, dan dalam keadaan darurat saja, perawat harus siap dan tanggap dengan keja-
untuk memberikan pertolongan pertama sesuai ayat dian tesebut.
1 pasal 35 dalam UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Perawat harus memperhatikan rantai kelang-
keperawatan. sungan hidup kejadian henti jantung di dalam rumah
Dengan acuan tersebut, perawat berperan pen- sakit (IHCA) untuk kejadian di lingkup pelayanan
ting dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah kesehatan, yaitu pengawasan dan pencegahan terja-
sakit dan kematian di masyarakat, seperti studi dinya henti jantung, pengenalan dan pengaktifan
pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Sukorejo sistem tanggap darurat atau kode biru, CPR berkua-
dari 10 pasien yang memiliki diagnosa medis gagal litas tinggi, pemberian defibrilasi secara cepat, serta
jantung 3 diantaranya telah meninggal karena henti pemberian bantuan hidup lanjut dan perawatan
jantung, dan 1 korban tanpa diagnosa juga telah paska serangan jantung. Perawat yang memperhati-
meninggal karena henti jantung dalam kurun waktu kan rantai kelangsungan hidup tersebut seharusnya
3 bulan terakir. Data lain yang di dapatkan dari hasil sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman sepu-
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan Info Pusat tar BHD dan mampu dalam aplikasinya pada suatu
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI kejadian serta mampu menganalisis situasi dan
tahun 2014, Jawa Timur memiliki prevalensi 0,19% tindakan yang harus diberikan, sehingga dengan
atau sekitar 54.826 orang dari total penyakit gagal menggabungkan analisis yang ada perawat mampu
jantung di Indonesia dan total di Indonesia sendiri mengevaluasi keadaan yang terjadi, sehingga rantai
0,13% atau sekitar 229.696 orang dari seluruh kelangsungan hidup dapat berjalan dengan sem-
penyakit yang ada, dari Info Pusat Data dan Infor- purna.
masi Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 tersebut Bedasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk
juga mengungkapkan bahwa penyebab kematian meneliti gambaran pengetahuan perawat tentang
Winarni, Pengetahuan Perawatan tentang Bantuan Hidup Dasar... 203

BHD berdasarkan AHA 2015 di UPTD Puskesmas kompetensinya dan mampu memberikan pelayanan
Kota Blitar. dengan baik dalam keadaan darurat.
Parameter rantai keberhasilan 80% (24
BAHAN DAN METODE perawat), hampir seluruh perawat telah mengetahui
Penelitian ini menggunakan desain penelitian rantai keberhasilan bantuan hidup dasar, perawat
deskriptif. Populasi penelitian adalah perawat yang mampu menanggapi pembahasan kuisioner. Pada
ada di UPTD Puskesmas Kota Blitar. Besar popu- indikasi keberhasilan 66,67% (20 perawat), seba-
lasi sebanyak 59 peawat, besar sampel sebanyak gian besar perawat mengetahui indikasi tindakan
30 perawat dengan teknik purposive sampling. bantuan hidup dasar telah berhasil dilakukan. Pada
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan indikasi pemberhentian 60% (18 perawat), perawat
kuisioner, waktu pengambilan data dilakukan pada kurang memahami kapan harus menghentikan tin-
bulan maret 2017. dakan bantuan hidup dasar, tindakan yang dilaku-
kan tanpa dasar pengetahuan dan dilakukan terus
HASIL PENELITIAN menerus tanpa tahu kapan harus berhenti dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Pada tata
Secara umum, gambaran pengetahuan perawat laksana 46,67% (14 perawat), sebagian perawat
tentang bantuan hidup dasar berdasarkan AHA faham dengan tata laksana bantuan hidup dasar,
tahun 2015 di UPTD Puskesmas Kota Blitar adalah penting untuk difahami tentang tata laksana yang
sebagai berikut. benar karena sangat berpengaruh terhadap kelang-
sungan hidup korban. Sebagai perawat yang memi-
Tabel 1 Gambaran pengetahuan perawat tentang
bantuan hidup dasar berdasarkan AHA 2015 di liki kompetensi, pengetahuan adalah dasar yang
UPTD Puskesmas Kota Blitar, Maret 2017 harus dimiliki dimana di dalam pengetahuan terdapat
(n=30) beberapa tingkatan salah satunya adalah mengerti
dan faham tentang suatu hal (Notoadmodjo, 2007)
Kategori f % seperti tata laksana bantuan hidup dasar, Parameter
yang tidak mampu ditanggapi oleh perawat, selu-
Baik 8 26,7
Cukup 21 70 ruhnya disebabkan oleh pengetahuan perawat yang
Kurang 1 3,3 mulai memudar karena kurang kesadaran untuk
Jumlah 29 100 memperbarui informasi.
Gambaran pengetahuan yang masuk dalam
kategori baik adalah 26,7% (8 perawat). Perawat
yang mampu menanggapi pernyataan, sebagian
PEMBAHASAN
mengatakan bahwa tetap aktif ­update informasi
Sesuai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui melalui jurnal online dan sebagian yang lain selama
gambaran pengetahuan perawat tentang bantuan mengikuti pelatihan, perawat bersungguh sungguh
hidup dasar berdasarkan AHA 2015 di UPTD Pus- mengikuti dan memperhatikan materi yang disam-
kesmas Kota Blitar, telah dilakukan analisa data dan paikan, ini membuktikan bahwa perawat memiliki
menunjukan; gambaran pengetahuan yang baik minat untuk mempertahankan dan meningkatkan
adalah 26,7% (8 perawat), gambaran pengetahuan pengetahuan yang dimiliki.
yang cukup, 70% (21 perawat), dan gambaran Minat adalah suatu penunjang yang diperlukan
pengetahuan yang kurang adalah 3,3% (1 perawat). dalam pencapaian tujuan yang diperlukan oleh
Dari Analisa tersebut, didapatkan informasi bahwa seseorang agar dapat lebih memahami dan mene-
gambaran pengetahuan perawat tentang bantuan rapkan pengetahuan yang diperolehnya. Dari alasan
hidup dasar berdasarkan AHA 2015 di UPTD yang diberikan dan olahan data hasil tersebut menun-
Puskesmas Kota Blitar adalah cukup, hasil tersebut jukan perawat mampu mengolah informasi menjadi
dikategorikan menurut Setiadi (2007) yaitu; baik jika pengetahuan dengan baik, hal ini juga penting karena
76–100%, cukup jika 56–75%, kurang jika 40–55% tingkat perubahan suatu pengetahuan terjadi begitu
atau dibawahnya. Mengingat ayat 1 pasal 35 dalam cepat dari apa yang dipelajari pada suatu masa,
UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan sehingga bisa jadi di masa akan datang pengetahuan
yang dalam keadaan darurat untuk memberikan tersebut sudah tidak akurat dan relevan (Hasugian,
pertolongan pertama, seharusnya seluruh perawat 2008).
memiliki pengetahuan yang baik sehingga diakui
204 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 3, Desember 2017, hlm. 201–205

Namun semasa mendapatkan informasi pera- Ketika pembahasan kuisioner bersama pera-
wat mampu mengolah dan menjadikan informasi wat, beberapa hal atau materi yang dimiliki perawat
sebagai pengetahauan yang baik sehingga ketika di tidak sesuai dengan teori yang ada, alasan terbanyak
lihat gambaran pengetahuanya akan menunjukan adalah perawat telah lupa, pada dasarnya perawat
hasil yang baik. Mengingat sedikitnya pelatihan mengerti dengan teori yang benar, namun karena
tentang bantuan hidup dasar, perawat harus memiliki kurang penerapan di lingkungan, pengetahuan pera-
inisiatif, seperti update informasi melalui jurnal atau wat tersebut perlahan memudar, ini adalah salah
yang lain, agar pengetahuan perawat yang tetap da- satu faktor eksternal yang diungkapkan Nursalam
pat dipertahankan. Pengetahuan perawat yang ma- (2003) dimana kejadian atau kondisi lingkungan yang
suk dalam kategori baik, dibuktikan dengan perawat ada disekitar manusia dapat mempengaruhi perkem-
mampu menanggapi seluruh pernyataan tentang bangan dan perilaku, faktor ini adalah salah satu
parameter yang ada. faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengeta-
Hasil Analisa, gambaran pengetahuan yang huan, meskipun telah mengikuti pelatihan dan mem-
masuk dalam kategori cukup adalah 70% (21 pera- peroleh pengetahuan, tanpa adanya penerapan pe-
wat). Ada parameter yang lepas dari pengetahuan ngetahuan tersebut akan memudar dan hilang. Selain
perawat sehingga mempengaruhi gambaran penge- dari penerapan pada lingkungan seharusnya penge-
tahuan perawat tentang bantuan hidup dasar berda- tahuan tetap bisa dipertahankan dengan update
sarkan AHA di UPTD Puskesmas Kota Blitar. informasi melalui jurnal, namun kurangnya minat
Dalam hal kegawatdaruratan seharusnya perawat menghambat perawat untuk mempertahankan pe-
memiliki pengetahuan yang baik, dimana dengan ngetahuan. Tidak hanya minat melakukan update
pengetahuan yang baik akan menunjakan tindakan informasi atau materi, minat saat mengikuti pelatihan
yang baik pula. tetapi ada parameter yang memiliki juga penting untuk mempertahankan pengetahuan,
prosentase rendah yang seharusnya dalam hal kega- karena saat mengikuti pelatihan dengan cukup minat
watdaruratan semua materi harus dikuasai perawat. informasi yang di sampakan saat pelatihan akan
Dalam hasil analisa, parameter indikasi pember- mampu diserap dan diingat, namun apabila minat
hentian BHD memiliki prosentasi 44,6%. Dalam perawat dalam mengikuti pelatihan kurang maka
parameter tersebut membahas materi tentang kapan informasi yang didapatkan tidak akan diserap
saat menghentikan bantuan hidup dasar yang dida- dengan baik, minat adalah suatu penunjang yang
lamnya menyebutkan bahwa ketika muncul tanda diperlukan dalam pencapaian tujuan yang diperlukan
kematian (Medriasis maksimum) dan tetap mem- oleh seseorang agar dapat lebih memahami dan
berikan bantuan hidup dasar adalah hal yang percu- menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.
ma, apabila tidak didasari pengetahuan yang cukup Hasil analisa, gambaran pengetahuan yang ma-
dan tetap melanjutkan tindakan maka hal tersebut suk dalam kategori kurang adalah 3,3% (1 perawat),
akan membuang waktu dan tenaga yang tentusaja saat pembahasan kuisioner bersama perawat, dida-
memberikan dampak merugikan, materi lain seperti patkan informasi bahwa pengetahuan yang dimiliki
menolong orang yang tidak dikenal yang dicurigai perawat tidak sesuai dengan teori yang ada.
henti jantung perlu diperhatikan gambaran kejadian, Informasi yang dimiliki perawat telah kadaluar-
pada kasusnya bisa saja setelah ditolong malah mem- sa dan tidak diperbarui, alasan lain adalah perawat
bahayakan penolong, hal ini juga harus didasarkan telah lupa materi yang pernah disampaikan saat
pengetahauan yang cukup membedakan korban mengikuti pelatihan. Selama pengisian kuisioner
karena henti jantung, korban tidak sadar diri (ping- perawat juga tidak teliti dan tidak memahami, penge-
san), korban memang bertingkah seolah tidak sadar tahuan yang kurang menunjukan pengetahuan tidak
(gangguan jiwa), sehingga menolong memang benar dapat dipertahankan, karena pengetahuan adalah
untuk menyelamatkan jiwa dan tidak membahaya- bukti seseorang memiliki kompetensi yang didalam-
kan diri sendiri. Apabila melihat gambaran penge- nya terdapat komponen pengetahuaan terhadap
tahuan perawat tentang indikasi pemberhentian, fakta-fakta yang ada di sekitar, prosedur yang paten
maka dapat disimpulkan gambaran pengetahuan dan pengalaman, (Febriani dalam Nizarul, 2006:6).
perawat adalah kurang. Meninjau perameter yang Seharusnya pengetahuan tersebut harus diper-
lain; rantai keberhasilan, indikasi keberhasilan, tahankan, karena pengetahuan tersebut adalah bukti
indikasi pemberhentian, dan tata laksana BHD seca- seorang perawat berkompeten, pada suatu instansi
ra keseluruhan, kefahaman atau gambaran penge- tentunya dengan kompetensi yang baik akan menun-
tahuan perawat adalah cukup baik. jang pelayanan menjadi baik pula, sehingga ini
Winarni, Pengetahuan Perawatan tentang Bantuan Hidup Dasar... 205

adalah penting untuk memulai memperbaiki dan Saran


meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan perawat Bagi Program Studi D3 Keperawatan Blitar,
yang masuk dalam kategori kurang dibuktikan Program Studi D3 Keperawatan Blitar berdasarkan
dengan ketidakmampuan perawat menanggapi Tridharma perguruan tinggi diharapkan mampu
pernyataan di parameter indikasi pembehentian dan memberikan pendidikan pengajaran dan pengabdian
tata laksana bantuan hidup dasar, diantaranya masyarakat berupa pelatihan bantuan hidup dasar
tentang; pemberian tindakan pertama kali ketika kepada perawat di UPTD Puskesmas Kota Blitar
bertemu korban di suatu tempat, kapan dan ba- setiap satu tahun sekali; Bagi Peneliti Selanjutnya,
gaimana harus menghentikan tindakan apabila melakukan pengembangan penelitian berupa faktor
korban tetap tidak sadar atau pulih, dan runtutan yang mempengaruhi minat perawat dalam mengikuti
tindakan yang harus diberikan dengan benar sesuatu pelatihan atau sikap perawat dalam memperta-
standar prosedur operasional. hankan pengetahuan tentang bantuan hidup dasar
berdasarkan AHA 2015 di UPTD Puskesmas Kota
SIMPULAN DAN SARAN Blitar; Bagi UPTD Puskesmas Kota Blitar, masing-
Simpulan masing lahan melakukan audit kompetensi rutin
UPTD Puskesmas (Puskesmas) Kota Blitar setiap 3 bulan untuk menjaga kualitas perawat di
berada dibawah naungan Dinas Kesehatan Kota masing-masing UPTD Puskesmas di Kota Blitar,
Blitar dan memberikan pelayanan setiap hari Senin Menganjurkan dan memfasilitasi perawat untuk
sampai Sabtu kecuali libur nasional dan hari Minggu, tetap update materi keperawatan setiap kali ada
UGD dan Instalasi Rawat Inap tetap memberikan kesempatan melalui media terpercaya seperti jurnal,
pelayanan selama 24 jam. Setiap pegawai khusus- memberikan kesempatan dan fasilitas untuk meng-
nya di UGD wajib memiliki kompetensi bantuan ikuti pelatihan kepada perawat yang belum meng-
hidup dasar masih berlaku. ikuti pelatihan agar kompetensi perawat di masing-
Mekanisme pengadaan pelatihan bantuan hidup masing UPTD dapat merata.
dasar berasal dari Dinas Kesehatan atau instansi
lain mengirimkan undangan pelatiahan melalui Unit DAFTAR RUJUKAN
Tata Usaha di setiap UPTD Puskesmas dan dise- Bachtiar, A. 2016. Modul Basic Cardiac Life Support.
barkan melalui apel dan papan pengumuman. Malang: Politeknik Kesehatan Kementerian
Gambaran umum perawat yang menjadi Kesehatan Kota Malang.
responden penelitian 57% (17perawat) adalah Brady, W. J., Charlton, N. P., Lawner, B. J., Sutherland, S.
F., & Mattu, A. 2012. Emergency Medicine Clin-
perempuan, 73% (22 perawat) dengan rentan umum
ics of North America. New York: Elsevier.
20–40 tahun, 47% (14 perawat) bekerja di UGD, Febriani. 2013. Pengaruh Pengetahuan Audit, Akun-
100% (30 perawat) mendapatkan informasi dari tabilitas, dan Independensi Terhadap Kualitas
pelatihan resmi, 50% (15 perawat) berpendidikan Hasil Kerja Auditor. Studi Empiris pada Audi-
terakir D3 Keperawatan, 93% (28 perawat) tor BPK-RI Perwakilan Wilayah SUmbar, 23.
menerapkan prosedur AHA 2015. Hasugian, J. 2008. Urgensi Literasi Informasi dalam
Gambaran pengetahuan perawat di UPTD Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan
Puskesmas Kota Blitar 70% (21 perawat) adalah Tinggi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi,
cukup, dengan kategori setiap parameter adalah baik Vol. 4, No. 2, 34–44.
pada rantai keberhasilan (80,67%), baik pada Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
indikasi keberhasilan(78%), kurang pada indikasi
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitan Ilmu Kepera-
pembehentian(44,67%), dan cukup pada tata watan Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba
laksana bantuan hidup dasar (75,11%). Medika.

You might also like