Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Hesttii PDF
Jurnal Hesttii PDF
Sukmawati, 117
DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p117–122
Abstract: Older will experiencing physical, psychological, and psychosocial changes will cauthat will
lead to the new problem. Anxiety is one of the problems among older people. Complementary therapy is
used to reduce a person’s anxiety, namely yoga, meditation, aromatherapy, and relaxation through
massage. This study was conducted to determine the effect of Swedish massage on the level of elderly
anxiety. Methodology: The design of this study was a quasy experiment with one group pretest-post test
design. Respondents in this study were elderly who experienced anxiety by using a total sampling
technique in which as many as 15 elderly at the Nursing home of Social Service Center (BPSTW) Budi
Luhur Bantul Unit Yogyakarta. The Standard operational procedure of Swedish massage therapy used
as a guidance of intervention, while HARS instruments was used to measure the level of anxiety among
older people. Respondents measured their level of anxiety before and after a Swedish massage for 1
week. The results of the study were analyzed by Wilcoxon test. Results: There were 8 people (53.3%) in
the medium level of anxiety before the Swedish massage given). The anxiety level of older people after
intervention was mild level of anxiety as many as 8 people (53.3%). Changes in anxiety levels before
and after Swedish massage intervention showed a difference of 2.00. Wilcoxon test results were obtained
with a p-value of 0.008 <0.05. Conclusion: Swedish massage therapy able to reduce the level of anxiety
among older people at BPSTW Budi Luhur Yogyakarta.
Abstrak: Berbagai macam perubahan akan dialami oleh lansia seperti perubahan fisik, psikologi, maupun
psikososial akan menimbulkan masalah baru pada lansia salah satunya adalah kecemasan. Tehnik alternatif
yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan seseorang yaitu seperti yoga, meditasi, aromaterapi,
dan relaksasi melalui pijat (massage). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Swedish mas-
sage terhadap tingkat kecemasan lansia. Metodologi: Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan
one group pretest-post test design. Responden pada penelitian ini adalah lansia yang mengalami kecemasan
dengan menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 15 lansia di Balai Pelayanan Sosial tresna
Wredha (BPSTW) Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah instrument HARS.
Responden diukur tingkat kecemasannya sebelum dan setelah dilakukan Swedish massage selama 1 minggu.
Hasil penelitian dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil : Tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW Budi
Luhur Bantul Yogyakarta sebelum diberikan Swedish massage kategori sedang sebanyak 8 orang (53,3%).
Tingkat kecemasan sesudah diberikan Swedish massage kategori ringan sebanyak 8 orang (53,3%).
Perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan Swedish massage menunjukkan perbedaan
117
118 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 117–122
sebesar 2,00. Hasil uji Wilcoxon diperoleh dengan nilai p-value 0,008 < 0,05. Diskusi : Swedish massage
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta.
Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon PengaruhSwedish massage terhadap Tingkat Kecemasan pada Lansia di BPSTW
Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji 1,645) atau p-value sebesar 0,001 < (0,05), artinya
Wilcoxon diperoleh Z hitung (-3,317) < -Z tabel (- ada pengaruh Swedish massage terhadap tingkat
120 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 117–122
kecemasan pada lansia di BPSTW Unit Budi Luhur kesepian memiliki kemungkinan cukup besar untuk
Bantul Yogyakarta. cenderung memiliki afek negatif, karena ia merasa
dirinya diabaikan oleh orang lain, tidak dipedulikan
PEMBAHASAN oleh orang lain, tidak bermakna bagi orang lain.
Karakteristik Responden
Tingkat Kecemasan pada Lansia sebelum
Jenis kelamin responden terbanyak adalah diberikan Swedish massage
perempuan (60%). Prevalensi tingkat kecemasan
pada lansia yang menunjukkan bahwa perempuan Tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW
lebih banyak dibandingkan laki-laki disebabkan oleh Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta sebelum dibe-
perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang rikan Swedish massage terbanyak adalah kategori
sering menempatkan perempuan sebagai subordinat sedang (60%). Tingkat kecemasan sedang disebab-
lelaki. Perempuan lebih banyak menderita kece- kan lansia memperoleh dukungan keluarga dan
masan karena adanya karakteristik khas perempuan, dukungan sosial dari pengurus dan penghuni
seperti siklus reproduksi, monopuse, menurunnya BPSTW. Dukungan keluarga merupakan unsur
kadar estrogen. Faktor sosial seperti terbatasnya terpenting dalam membantu individu menyelesaikan
komunitas sosial, kurangnya perhatian keluarga, masalah. Dukungan sosial sebagai sumber koping,
tanggung jawab perempuan untuk urusan rumah dimana kehadiran orang lain dapat membantu
tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) dan seseorang mengurangi kecemasan. Hasil sebuah
mengurus suami yang harus dilakukan sampai usia penelitian mengungkapkan bahwa lansia di Panti
lanjut, perempuan lebih mudah merasakan perasaan Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta mengalami
bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan tingkat kecemasan katagori sedang sebesar
nafsu makan, gangguan tidur. (42,3%).
Usia responden terbanyak pada rentang 60-74 Ansietas pada lansia memiliki gejala seperti,
tahun dengan persentase 66,7%. Lansia berusia 60- perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggung,
74 tahun lebih banyak mengalami kecemasan karena kecewa, gelisah, perasaan kehilangan, sulit tidur
pada usia ini mereka memasuki tahap awal sebagai sepanjang malam, sering membayangkan hal-hal
lansia, mereka memerlukan penyesuaian yang lebih yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang
terhadap perubahan-perubahan baik fisik maupu ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai
kognitif yang terjadi pada diri mereka. Pendidikan masalah yang tidak terselesaikan akan menim-
lansia terbanyak SD (40%). Menurut Stuart (2006) bulkan ansietas. Tanda-tanda kecemasan sedang
status pendidikan yang rendah pada seseorang akan yaitu respon fisik ditandai dengan ketegangan otot
menyebabkan orang tersebut lebih mudah me- sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berke-
ngalami kecemasan dibanding dengan mereka yang ringat, sering mondar-mandir dan gerakan memu-
status pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan yang kulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan
tinggi pada seseorang akan membentuk pola yang nadi suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan
lebih adaptif terhadap kecemasan, karena memiliki meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur
pola koping terhadap sesuatu yang lebih baik, berubah dan punggung terasa nyeri. Respon kognitif
sedangkan pada seseorang yang hanya memiliki berupa lapang persepsi menurun dan penyelesaian
tingkat pendidikan rendah akan cenderung lebih masalah menurun. Respon emosional dengan tanda
mengalami kecemasan karena pola adaptil yang dan gejala tidak nyaman, mudah tersinggung, keper-
kurang terhadap hal yang baru dan mengakibatkan cayaan diri berubah, tidak sabar dan masih bisa
pola koping yang kurang pula. merasakan gembira (Suriyati, 2015).
Status perkawinan lansia terbanyak adalah Relaksasi mempunyai efek sensasi menenang-
janda/duda (46,7%). Kehidupan lansia yang tidak kan anggota tubuh, ringan dan merasa kehangatan
memiliki pasangan hidup akan mempengaruhi yang menyebar ke seluruh tubuh. Perubahan-peru-
aktivitas sosial serta pola hidup lansia. Lansia yang bahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi
tidak siap menghadapi hari tua tanpa pasangan hidup mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi
tidak akan merasakan kepuasan dan kemaknaan dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh
hidup seperti yang diharapkan, bahkan banyak relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis
diantara mereka yang merasa tidak bahagia, depresi menjadi dominan sistem parasimpatis. Dalam
ataupun juga kesepian. Seseorang yang merasa keadaan ini, hipersekresi katekolamin dan kortisol
Sukmawati, Pebriani, Setiawan, Terapi Swedish Massage... 121
diturunkan dan meningkatkan hormon parasimpatis berarti mengalami penurunan sebesar 2,80. Hasil
serta neurotransmitter seperti DHEA (Dehidro- penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul
epinandrosteron) dan dopamine atau endorfin. “Massage Therapy for Stress Management:
Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang mem- Implications for Nursing Practice”, yang menje-
buat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi laskan bahwa tindakan perawatan sederhana
oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah dengan fokus sentuhan, meskipun 5 menit pijatan
otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan tangan atau kaki sederhana, dapat berguna dalam
dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine. menurunkan tingkat stres yang dirasakan pasien.
Endorfin atau Endorphine mampu menimbulkan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Purnomo
perasaan senang dan nyaman hingga membuat sese- (2013) yang berjudul “Pengaruh Circulo Massage
orang berenergi. Regulasi sistem parasimpatis ini dan Swedia Massage Terhadap Penurunan Kadar
akhirnya menimbulkan efek ketenangan. Asam Laktat Darah Pada Latihan Anaerob”, yang
menunjukkan dengan manipulasi swedia massage
Tingkat Kecemasan pada Lansia sesudah diperoleh hasil rata-rata kadar asam laktat dalam
diberikan Swedish massage darah mengalami penurunan sebesar sebesar 4,79.
Tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW Pada penelitian ini penurunan tingkat kece-
Budi Luhur Bantul Yogyakarta sesudah diberikan masan pada kelompok perlakuan diduga sebagai
Swedish massage terbanyak adalah kategori ringan pengaruh dari pijat. Pijat merupakan teknik integrasi
(60%). Tingkat kecemasan sesudah relaksasi otot sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf
progresif pada pasien preoperasi di ruang Wijaya otonom. Apabila seseorang mempersepsikan sen-
Kusuma RSUD Dr. R Soeprapto Cepu kategori tuhan sebagai stimulus rileks maka akan muncul
ringan (48%). Relaksasi melalui pijat (massage) respon relaksasi menyatakan bahwa pemberian sen-
merupakan salah satu tehnik alternatif yang dapat tuhan terapeutik dengan menggunakan tangan akan
digunakan untuk menurunkan kecemasan sese- memberikan aliran energi yang menciptakan tubuh
orang. Relaksasi mempunyai efek sensasi mene- menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, dan
nangkan anggota tubuh, ringan dan merasa membantu tubuh untuk segar kembali.
kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuh. Peru-
bahan-perubahan yang terjadi selama maupun Pengaruh Pengaruh Swedish Massage terhadap
setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom. Tingkat Kecemasan
Respon emosi dan efek menenangkan yang ditim- Hasil uji statistik diperoleh nilai Z hitung (-3,317)
bulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan < -Z table (-1645). Hal ini menunjukkan ada pe-
simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis. ngaruh Swedish massage terhadap tingkat kece-
Dalam keadaan ini, hipersekresi katekolamin dan masan pada lansia di BPSTW Budi Luhur Bantul
kortisol diturunkan dan meningkatkan hormon Yogyakarta. Nilai Z hitung yang negatif menunjuk-
parasimpatis serta neurotransmitter seperti DHEA kan tingkat kecemasan lansia sesudah diberikan
(Dehidroepinandrosteron) dan dopamine atau Swedish massage mengalami penurunan dibanding-
endorfin. Hormon endorfin adalah senyawa kimia kan sebelum diberikan Swedish massage. Hasil ini
yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin didukung oleh penelitian Hermawan (2015) yang
diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di menyimpulkan ada pengaruh Swedish massage
bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti terhadap perubahan denyut nadi dan frekuensi per-
morphine, bahkan dikatakan 200 kali lebih besar dari nafasan. Penelitian Saseno (2013) juga menunjukan
morphine. Endorfin atau Endorphine mampu menim- Relaksasi efektif terhadap menurunkan tingkat
bulkan perasaan senang dan nyaman hingga mem- kecemasan lanjut usia. Swedish massege merupa-
buat seseorang berenergi. Regulasi sistem parasim- kan suatu kegiatan yang dapat memberikan efek
patis ini akhirnya menimbulkan efek ketenangan. ketenangan karena adanya unsur relaksasi yang ter-
kandung di dalamnya. Rasa tenang ini selanjutnya
Perubahan Tingkat Kecemasan Sesudah akan memberikan respon emosi positif yang sangat
Diberikan Swedish Massage berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif.
Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam
Rata-rata tingkat kecemasan pada lansia sebe- sisitem limbik dan korteks serebral dengan tingkat
lum diberikan Swedish Massage sebesar 19,07 dan konektifitas yang kompleks antara batang otak-hipo-
sesudah diberikan Swedish Massage sebesar 16,27
122 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 117–122