Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

HUBUNGAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN POSBINDU LANSIA

TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA MENGONTROL


PENYAKIT HIPERTENSI

Risky Rati Yolanda Br Bangun1, Herlina2, Safri3


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: kyolanda08@gmail.com

Abstract
Elderly is someone who has reached the age of 60 (sixty) years and above, the elderly will experience an aging process
that causes an increased risk of high health problems in the elderly, one of the problems of hypertension. efforts to
improve and maintain health can be done by following posbindu elderly on a regular basis. Independence is the ability
or circumstance in which the individual is able to manage or overcome his own interests without being dependent on
others. The liveliness of elderly is activity or busyness of elderly in following posbindu elderly every month in local
area. This study aims to determine the relationship of elderly activity following the posbindu elderly activity to
independence of elderly controlling hypertension disease. This research uses correlation description research design
and cross sectional approach. The sample of the research was 76 respondents who were taken based on the inclusion
criteria using Proportionate stratified random sampling technique. The measuring instruments used were
questionnaires and observation sheets. The analysis used is univariate analysis to know the frequency distribution and
bivariate using Chi Square. The result showed that 58 respondents were able to control hypertension, 43 respondents
were active in posbindu elderly (84,3%) and 15 respondents were not active in posbindu elderly (15,7%). Based on the
results obtained Chi Square p value 0.04 <a (0.05) and it can be concluded there is a significant relationship between
the elderly activeness follow activities posbindu elderly to independence of elderly controlling hypertension disease.
The results of this study is expected to elderly to be active in posbindu elderly activities, thus the elderly can control
Blood Pressure.

Key words: Activity, Elderly, Hypertension, Independence, Posbindu Elderly

PENDAHULUAN besar lansia mengalami masalah kesehatan.


Lanjut usia adalah seseorang yang telah Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2014
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. sebesar 25,05% artinya bahwa dari setiap 100
Lansia juga dapat dibedakan menjadi tiga orang lansia terdapat 25 orang di antaranya
kelompok yaitu pra lanjut usia (45-59 tahun), mengalami sakit. Bila dilihat dari
lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia perkembangannya, dari tahun 2005-2014
risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia derajat kesehatan penduduk lansia mengalami
>60 tahun dengan masalah kesehatan) peningkatan yang ditandai dengan
(Kemenkes, 2016). Lanjut usia merupakan menurunnya angka kesakitan pada lansia
individu yang berada dalam tahapan usia late (Kemenkes, 2016). Masalah kesehatan pada
adulthod atau yang sering disebut dengan lanjut usia disebabkan oleh faktor proses
tahapan usia dewasa akhir (Widyanto, 2006). penuaan yang terjadi.
Batasan usia lanjut dimulai pada saat mencapai Proses menua merupakan proses
>70 tahun, dikarenakan angka usia harapan sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
hidup lansia di indonesia semakin meningkat. suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak
Berdasarkan hasil dari Kemenkes RI permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
tahun 2016 tingginya UHH (Usia Harapan proses alamiah yang berarti seseorang telah
Hidup) merupakan salah satu indicator melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak,
keberhasilan pencapaian pembangunan dewasa, dan tua (Nugroho, 2008). Proses
Nasional terutama di bidang kesehatan. Sejak menua dapat mengakibatkan penurunan pada
tahun 2005 - 2014 memperlihatkan adanya daya tahan tubuh sehingga efek akan
peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) di mengakibatkan penurunan curah jantung, hal
Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun ini dapat terjadi karena hipertensi dan juga
dan proyeksi tahun 2030-2035 mencapai 72,2 gaya hidup yang tidak sehat ketika usia muda.
tahun. Dari proporsi lansia tersebut, sebagian
170
Secara global pada tahun 2013 proporsi Kecamatan Lima Puluh yang memiliki jumlah
dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 lansia terbanyak yaitu 2.673 lansia yang
tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia berumur 60 tahun keatas. Tingginya populasi
dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus lansia tersebut menyebabkan peningkatan
meningkat seiring dengan peningkatan usia resiko tinggi masalah kesehatan pada lansia,
harapan hidup. Data WHO menunjukan pada salah satunya masalah penyakit hipertensi.
tahun 2012 usia harapan hidup orang didunia Hipertensi dikenal dengan peningkatan
adalah 70 tahun dan pada tahun 2013 naik atau kenaikan tekanan darah adalah suatu
menjadi 71 tahun. Penduduk lanjut usia di kondisi dimana pembuluh darah mengalami
Indonesia termasuk dalam lima besar negara peningkatan tekanan secara persisten
dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. klasifikasi hipertensi pada lansia menurut
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun (Ode, 2016) hipertensi pada tekanan sistolik
2015 jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 8,5% sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
dari total penduduk. Pada tahun 2016 jumlah tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi mmHg, dan hipertensi sistolik terisolasi
8,7% dari total penduduk dan diperkirakan pada tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
tahun 2025 (Kemenkes RI, 2015). Dampak dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
meningkatnya jumlah lansia ini dapat dilihat mmHg. Pada kondisi hipertensi pada usia
pada pola penyakit yang semakin bergeser ke lanjut tekanan darah tinggi tidak menimbulkan
arah penyakit-penyakit degeneratif di samping gejala maupun keluhan dari penderitanya.
masih adanya penyakit-penyakit infeksi. Komplikasi lanjut apabila tekanan darah tinggi
Kemunduran fungsi organ pada lansia semakin meningkat atau tidak diobati dalam
menyebabkan kelompok ini rawan terhadap waktu yang lama maka akan terjadi kerusakan
penyakit-penyakit kronis seperti Hipertensi jantung, ginjal atau otak. Kerusakan jantung
dengan usia 55-64 tahun (45,9%), usia 65-74 mengakibatkan sesak nafas pendek, kaki
tahun (57,6%), dan 76+tahun (63,8) bengkak, sering mengeluarkan air seni di
(Kemenkes, 2016). tengah malam dan kadang-kadang
Jumlah lansia tersebar diwilayah-wilayah menimbulkan rasa sakit di dada (angina)
yang ada di Provinsi Riau. Berdasarkan data (Widianto, 2014).
dari dinas kesehatan kota Pekanbaru (2014) Berdasarkan hasil penelitian Lestari,
jumlah lansia di kota Pekanbaru adalah 43.155 (2015), hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang. Jumlah lansia ini tersebar diseluruh riwayat keluarga atau keturunan hipertensi
kecamatan yang ada di Pekanbaru. Salah satu dengan aktivitas fisik berpengaruh secara
diantaranya adalah Kecamatan Limapuluh yang bermakna terhadap kejadian hipertensi pada
memiliki jumlah lansia terbanyak yaitu 2.673 lansia. Riyawat keluarga atau keturunan
lansia yang berumur 60 tahun keatas. hipertensi merupakan faktor yang dominan
Berdasarkan hasil dari laporan Dinas memepengaruhi kejadian hipertensi pada
Kesehatan Pekanbaru pada tahun 2016 lansia. Disarankan bagi lansia dengan riwayat
sebanyak 43.155 usia lanjut, dari jumlah hipertensi sebaiknya melakukan pemeriksaan
keseluruhan 31.812 atau 73,71% usia lanjut tekanan darah secara rutin, menjaga berat
mendapat pelayanan kesehatan. Pada tahun badan yang ideal dan melakukan aktivitas fisik
2013 usia lanjut yang mendapat pelayanan dengan teratur. Dinas kesehatan perlu
kesehatan sebanyak 54,11% dari seluruh usia memprioritaskan upaya preventif dan promotif
lanjut yang ada.Ini berarti terjadi peningkatan untuk menurunkan insiden hipertensi dengan
persentase pelayanan kesehatan terhadap usia pengendalian faktor resiko dan kegiatan
lanjut selama tahun 2016. Jumlah lansia penyuluhan faktor resiko hipertensi oleh
tersebar diwilayah-wilayah yang ada di petugas kesehatan.
Provinsi Riau. Berdasarkan data dari dinas Upaya dalam mengatasi hipertensi dapat
kesehatan kota Pekanbaru (2014) jumlah lansia dilakukan dengan mengatur gaya hidup mulai
di kota Pekanbaru adalah 43.155 orang. Jumlah dari mengatur makanan yang redah lemak,
lansia ini tersebar diseluruh kecamatan yang rendah garam, berolahraga secara teratur,
ada di Pekanbaru. Salah satu diantaranya adalah menurunkan berat badan, jika berat badan
171
melewati batas normal (obesitas), menghindari Kurang aktifnya lansia dalam
makanan yang mengandung alkohol minuman memanfaatkan pelayanan kesehatan di
kafein dan rokok, menghindari stres, serta posyandu lansia, maka kondisi kesehatan
mengukur tekanan darah secara teratur mereka tidak dapat terpantau dengan baik,
(Kemenkes, 2013). Keberhasilan dalam upaya sehingga apabila mengalami suatu resiko
mengatasi hipertensi memerlukan dukungan penyakit akibat penurunan kondisi tubuh
dari keluarga dan ikut dalam upaya dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mengancam jiwa mereka. Maka perlunya
dengan mengikuti posbindu lansia secara dukungan keluarga dalam mendorong minat
teratur. atau kesediaan lansia untuk mengikuti
Berbagai kegiatan dalam program kegiatan posyandu lansia agar lansia mampu
posbindu sangat baik dan banyak memberikan mandiri dalam mengatasi permasalahan
manfaat. Setiap lansia diharapkan ikut dalam kesehatan(Mulyono, 2009).
kegiatan posbindu atau menggunakan Kemandirian lansia merupakan
pelayanan kesehatan yang ada, salah satu kemampuan lansia untuk melakukan fungsi
program untuk lansia di masyarakat adalah yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari
posbindu lansia (Sunaryo, 2016). yaitu kemampuan untuk hidup mandiri di
Posbindu adalah suatu wadah pelayanan masyarakat tanpa atau sedikit bantuan dari
kepada lanjut usia dimasyarakat, yang proses orang lain yang dapat diketahui dari aktivitas
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan dasar sehari-hari dan aktivitas instrumen
oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya sehari-hari. Pengukuran status kemandirian
Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah atau kemampuan fungsional sangat penting,
dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial terutama ketika terjadi hambatan pada
dan lain-lain, dengan meningkatkan pelayanan kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsi
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. kehidupan sehari-harinya (Rinajumina, 2011)
Disamping pelayanan kesehatan, di posbindu Hasil penelitian Nurseto (2016) diketahui
juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, bahwa terdapat hubungan yang signifikan
pendidikan, keterampilan, olahraga, dan seni antara keaktifan dalam mengikuti kegiatan
budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan posyandu lansia dengan tingkat kemandirian
para lanjut usia (Kemenkes, 2016). Sistem lansia dalam melakukan Activity of daily
pelayanan di posbindu ada sistem 5 meja, living (ADL) di Posyandu Lansia Pinilih
dimana di meja ke 3 dilakukan pengukuran Kelurahan Gumpang Kartasura. Suhartini
tekanan darah dan di meja 4 dengan upaya (2004) dalam penelitiannya ada beberapa
promotif dan preventif dengan melakukan faktor yang berhubungan dengan kemandirian
penyuluhan kesehatan terhadap lansia yang pada lansia yaitu kondisi kesehatan, kondisi
mengalami hipertensi dan di meja 5 sosial dan kondisi ekonominya. Lansia dapat
pengobatan dan rujukan dengan upaya kuratif mandiri jika kondisi kesehatannya dalam
pada lansia yang sakit (Ismawati, 2016). keadaan baik. Secara sosial, lansia yang
Anugrah (2015) dalam penelitiannya mandiri itu melakukan aktivitas sosial,
menunjukkan bahwa rendahnya cakupan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dikarenakan tenaga pelaksana masih kurang, dan mendapat dukungan dari keluarga dan
sarana dan prasarana masih minim karena dana masyarakat.
masih kurang sehingga kegiatan tidak semua Berdasarkan hasil wawancara dengan
dilakukan. Kader sudah berperan dengan baik sepuluh lansia dengan hasil pengukuran
pada hari pelaksanaan posyandu dan setelah tekanan darah sementara di dapatkan
hari pelaksanaan posyandu. Pengetahuan dari mengalami hipertensi atau tekanan darah
kader dan lansia masih rendah mengenai diatas 140/90 mmHg, empat diantaranya tidak
posyandu lansia. Pelatihan/pembinaan kader aktif mengikuti posbindu. Lansia yang tidak
kurang optimal dilakukan. Kerjasama yang aktif mengikuti posyandu disebabkan karena
dilakukan pihak terkait dalam pelaksanaan bekerja atau tidak ada yang mengantarkan ke
posyandu lansia kurang optimal. tempat diadakannya posbindu. Sisanya,
sebanyak enam lansia aktif mengikuti
172
posbindu. Lansia yang aktif mengikuti Alat pengumpul data yang digunakan
posbindu biasanya disebabkan karena pada penelitian ini adalah lembar kuesioner
kesadaran diri mengenai pentingnya menjaga dan observasi. Analisa data menggunakan
kesehatan terutama pada lansia yang analisa univariat dan bivariat. Analisis
mengalami hipertensi. univariat dalam penelitian ini akan
Jumlah posbindu yang ada di wilayah menampilkan distribusi frekuensi umur, jenis
Puskesmas Limapuluh berjumlah empat kelamin, tekanan darah, riwayat penyakit,
posbindu lansia di setiap kelurahan, dimana kontrol rutin, keaktifan mengikuti posbindu
posbindu Tj. Rhu 26 orang, 46% aktif dalam lansia dan tingkat kemandirian mengatasi
mengikuti posbindu lansia, Pesisir 35 orang, penyakit. Analisa bivariat digunakan untuk
57% aktif dalam mengikuti posbindu lansia, mengetahui apakah ada hubungan yang
Skip 11 orang, 72% aktif dalam mengikuti signifikan antara 2 variabel yaitu keaktifan
posbindu lansia dan rintis 22 orang, 50% aktif mengikuti posbindu lansia dengan tingkat
dalam mengikuti posbindu lansia. Biasanya kemandirian dalam mengatasi penyakit
lansia yang aktif mengikuti posbindu sekitar hipertensi dengan menggunakan uji Chi-
80% dari jumlah keselurahan 94 orang, dan square.
lansia lainnya hanya datang jika sedang
mengalami masalah kesehatan. Kegiatan yang HASIL PENELITIAN
di lakukan di posbindu lansia yaitu penyuluhan 1. Analisa Univariat
kesehatan, penimbangan dan pengukuran berat Analisa univariat dalam penelitian ini
badan, dan pembagian obat kepada lansia. memaparkan mengenai karakteristik
Survey awal yang peneliti lakukan kepada responden serta variabel yang diteliti dari 76
10 orang lansia yang mengikuti posbindu responden berdasarkan kuisioner yang telah
lansia, 6 lansia aktif dalam mengikuti kegiatan dibagikan. Adapun hasil analisa univariat
posbindu lansia, 3 diantaranya mampu dapat dilihat pada uraian berikut.
mengatasi penyakit hipertensi secara mandiri 1. Karakteristik responden
dengan memeriksakan tekanan darah secara Tabel 1
rutin dan meminum obat farmakologi dan Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur,
nonfarmakologi, sedangkan 4 lansia yang tidak Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan
Karakteristik Frekuensi Persentase
aktif mengikuti kegiatan posbindu lansia, 3
diatanya tidak mampu mengatasi penyakit Umur (tahun)
hipertensi secara mandiri, lansia mengatakan Lansia 72 94,7
meminum obat jika merasa pusing dan jarang (60-74tahun)
memeriksakan diri ke petugas kesehatan. Lansia tua 4 5,3
(75-90 tahun)
Berdasarkan keterangan diatas, maka
Jenis Kelamin
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Laki-laki 10 13,1
untuk mengetahui bagaimana hubungan Perempuan 66 86,9
keaktifan lansia mengikuti kegiatan posbindu Jenis Pekerjaan
lansia terhadap tingkat kemandirian lansia Berjualan 10 13,1
dalam mengontrol penyakit hipertensi. Tidak Bekerja 66 86,9
Jumlah 76 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 76
METODOLOGI PENELITIAN
responden yang diteliti, distribusi responden
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
berdasarkan umur yaitu lansia yang berumur
Puskesmas Lima Puluh. Penelitian ini
60-74 tahun yaitu sebanyak 72 orang
merupakan penelitian kuantitatif dengan
responden (94,7%). Pada karakteristik
menggunakan desain penelitian deskriptif
berdasarkan jenis kelamin responden sebagian
korelasi dan pendekatan cross sectional.
besar adalah perempuan yaitu sebanyak 66
Populasi dari penelitian ini adalah lansia yang
orang responden (86,9%). Sedangkan
mengikuti posbindu lansia di wilayah kerja
distribusi berdasarkan pekerjaan, sebagian
Puskesmas Lima Puluh. Pengambilan sampel
besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak
menggunakan teknik proportionate purposive
66 orang (86,9%) responden, dan lansia yang
sampling dengan jumlah sampel 76 responden.
173
berjualan hanya 10 orang responden (13,1%). Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 76
responden yang diteliti, distribusi responden
Tabel 2 berdasarkan keaktifan mayoritas lansia aktif
Ditribusi Frekuensi Responden Berdasarkan, Tekanan dalam mengikuti kegiatan posbindu lansia
Darah, Riwayat dirawat di Rumah Sakit, yaitu sebanyak 51 orang (67,1%) responden.
Karakteristik Frekuensi Persentase
2. Analisa bivariat
Tekanan Darah Tabel 5
Ringan 13 14 Hubungan Keaktifan Lansia Mengikuti Kegiatan
Sedang 43 56,6 Posbindu Lansia terhadap Tingkat Kemandirian Lansia
Berat 20 26,3 Mengontrol Penyakit Hipertensi
Riwayat dirawat di rumah sakit Keaktifan Kemandirian Total P-Value
Pernah 8 10,5 Mandiri Tidak
Tidak pernah 68 89,5 N % N % N %
Kotrol rutin Aktif 41 84,3 6 15,7 51 100 0,010
Rutin 62 81,6 Tidak Aktif 17 60,0 12 40,0 25 100
Tidak rutin 14 18,4 Jumlah 58 76,3 18 23,7 76 100
Jumlah 76 100 Tabel diatas menggambarkan hubungan
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 76 antara keaktifan lansia mengikuti kegiatan
orang responden yang diteliti, distribusi posbindu lansia dengan kemandirian lansia
berdasarkan tekanan darah, responden mengontrol penyakit hipertensi. Berdasarkan
mengalalami tekanan darah sedang yaitu hasil Chi-Square diperoleh p value (0,010) < α
sebanyak 43 orang responden (56,6%), dengan = 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan
riwayat dirawat dirumah sakit untuk yang signifikan antara keaktifan lansia
penyembuhan hipertensi sebagian besar lansia mengikuti kegiatan posbindu lansia dengan
tidak pernah dirawat dirumah sakit dengan kemandirian lansia mengontrol penyakit
jumlah 68 orang responden (89,5%), hipertensi
responden juga rutin kontrol memeriksakan
diri ke petugas kesehatan yaitu sebanyak 72 PEMBAHASAN
orang respon(94,7%). 1. Karakteristik Responden
2. Gambaran frekuensi responden a. Umur
berdasarkan keaktifan mengikuti posbindu. Gambaran karakteristik responden pada
Tabel 3 penelitian ini dapat dilihat dari tabel 5 dimana
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat untuk umur rata-rata responden yang
Kemandirian terbanyak pada rentang 60-74 tahun sebanyak
Kemandirian Frekuensi persentase
94,7%. Umur ini dikategorikan dalam
Mandiri 58 76,3 kelompok umur lansia. Hal ini sejalan dengan
Tidak mandiri 18 23,7 hasil penelitian Dita (2015) bahwa mayoritas
Jumlah 76 100 lansia yang aktif mengikuti kegiatan posbindu
yaitu lansia yang berumur 60-74 tahun.
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 76 b. Jenis kelamin
responden yang diteliti, distribusi responden Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
berdasarkan tingkat kemandirian mayoritas 76 orang responden diperoleh sebagian besar
lansia mandiri dalam mengontrol penyakit responden berjenis kelamin perempuan
hipertensi yaitu sebanyak 58 orang (76,3%) sebanyak 66 orang responden (86,9%)
responden sedangkan responden laki-laki hanya
berjumlah 10 orang responden (13,1%). Hal
Tabel 4 ini sejalan dengan penelitian Mega (2015)
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan jenis kelamin tertinggi responden adalah
Keaktifan Frekuensi persentase perempuan yaitu sebanyak 36 responden
Akti 51 67,1 (78,3%) sedangkan laki-laki sebanyak 10
Tidak aktif 25 32,9 responden (21,7%).
Jumlah 76 100 Penelitian ini menunjukkan bahwa yang
banyak aktif dalam mengikuti kegiatan
174
posbindu yaitu perempuan. Ketika kunjungan lansia tidak pernah dirawat dirumah sakit
ke pelayanan kesehatan menunjukkan lebih dalam waktu 3 bulan terakhir.
banyak perempuan, maka membuktikan bahwa Berdasarkan hasil wawancara terhadap
perempuan lebih perhatian akan kesehatan responden, lansia yang pernah dirawat
tubuh dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih dirumah sakit sebagian besar diakibatkan oleh
rajin untuk mencari informasi-informasi pusing yang datang secara tiba-tiba dan
tentang kesehatan. Pada tahun 2013 prevalensi menyebabkan jatuh, namun ada juga lansia
hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding yang mengatakan bahwa mereka pernah
laki-laki. dirawat dirumah sakit karena obat sudah habis
c. Jenis Pekerjaan dan tidak mengonsumsi obat apapun seperti
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa obat tradisional.
responden tidak bekerja sebanyak 66 orang f. Kontrol Rutin
(86,9%) responden. Responden tidak bekerja Responden berdasarkan kontrol rutin
aktif dalam mengikuti kegiatan posbindu mayoritas responden rutin yaitu sebanyak 72
lansia, hal ini sesuai dengan penelitian bahwa orang (94,7%) responden. Lansia mengalami
pekerjaan mempunyai pengaruh yang penyakit hipertensi, rutin melakukan
signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan pemeriksaan terhadap penyakitnya. Lansia
Posbindu Lansia sering memeriksakan penyakitnya kepada
Hasil penelitian Dita (2015) menyatakan dokter baik itu di Puskesmas ataupun rumah
bahwa, dari hasil penlitian diketahui pekerjaan sakit.
tidak memiliki hubungan dengan keaktifan Sampai saat ini, hipertensi masih
lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia. merumakan tantangan besar di Indonesia.
Bekerja merupakan kegiatan utama untuk Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi
pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga yang sering di temukan pada pelayanan
lansia mengabaikan untuk ikut berpartisipasi kesehatan primer. Hal ini merupakan masalah
dalam kegiatan posyandu lansia. Hal ini sesuai kesehatan dengan prevalensi yang tinggi,yaitu
dengan penelitian bahwa pekerjaan tidak sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap 2013.
pemanfaatan pelayanan posbindu lansia. Berdasarkan hasil wawancara dengan
d. Tekanan Darah responden, lansia rutin melakukan kontrol
Hasi penelitian menunjukkan bahwa rutin ke puskesmas ataupun kerumah sakit,
responden mengalalami tekanan darah sedang lansia menyadari bahwa kunjungan ke
yaitu sebanyak 56 orang responden (56,6%). puskesmas bukan hanya untuk mendapatkan
Berdasarkan hasil penelitian Agustina (2014) obat, tetapi juga untuk mengetahui tekanan
dapat dilihat bahwa lansia yang mengalami darah dan penjelasan lansung dari dokter.
hipertensi ringan dengan jenis kelamin laki- Petugas puskesmas mengatakan bahwa, obat
laki sebanyak 33 orang, sementara itu lansia yang diberikan kepada lansia hanya untuk
yang memiliki hipertensi ringan pada jenis beberapa hari saja, agar lansia datang kembali
kelamin perempuan sebanyak 28 orang. Hal jika obat sudah habis, hal ini dilakukan agar
ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan lansia rutin mengontrol penyakit hipertensi
antara umur dan jenis kelamin dengan secara teratur.
penyakit hipertensi. 2. Gambaran Keaktifan Lansia Mengikuti
e. Riwayat dirawat di Rumah Sakit Posbindu Lansia
Hasi dari penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
76 responden yang diteliti, distribusi lansia aktif dalam mengikuti kegiatan
berdasarkan dirawat di rumah sakit untuk posbindu lansia yaitu sebanyak 51 orang
penyembuhan hipertensi mayoritas responden responden (67,1%). Penelitian ini bertolak
tidak pernah dirawat di rumah sakit yaitu belakang dengan hasil penelitian Siti (2016)
sebanyak 68 orang responden (89,5%). Hal ini banyaknya responden yang tidak aktif
menunjukkan bahwa lansia mampu mengatasi melakukan kunjungan ke posyandu lansia di
penyakitnya secara mandiri, sehingga ketika wilayah puskesmas di karenakan melihat
mengalami peningkatan pada tekanan darah, kondisi fisik dari lansia tersebut. Lansia biasa
175
datang ke posyandu hanya pada saat lansia kemandirian lansia mengontrol penyakit
mengalami keluhan penyakitnya. Adapun hipertensi. Lansia yang aktif mengikuti
alasan lansia yang lain di karenakan lansia posbindu lansia sebanyak 58 responden, yang
rutin memeriksakan kondisi kesehatannya di dimana 41 lansia mampu mandiri, dan 6 lansia
rumah sakit. tidak mampu mandiri dalam mengontrol
3. Gambaran Tingkat Kemandirian penyakit hipertens. Sedangkan lansia yang
Mengatasi Penyakit Hipertensi tidak aktif berjumlah 29 responden, dimana
Penelitian ini menunjukkan bahwa lansia responden yang mandiri sebanyak 17 orang
mampu mandiri dalam mengontrol penyakit dan responden yang tidak mandiri sebanyak 12
hipertensi yaitu sebanyak 58 orang (76,3%) orang. Maka dapat disimpulkan bahwa
responden, dan lansia yang tidak mandiri semakin aktif lansia mengikuti kegiatan
sebanyak 16 orang (23,7%) responden. Sejalan posbindu lansia yang dilakukan setiap bulan
dengan penelitian suhartini (2014) bahwa ada maka lansia akan semakin mandiri mengontrol
pengaruh yang signifikan faktor kesehatan penyakit hipertensi.
terhadap kemandirian orang lanjut usia, pada
kelompok mandiri sebagian besar responden SIMPULAN
mempunyai kondisi kesehatan baik 87,7%, dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kelompok tidak mandiri berada pada karakteristik responden paling banyak berusia
kesehatan sedang sebanyak 17 orang. 60-74 tahun sebanyak 94,7%, berjenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dengan persentase 86,9%, jenis
lansia yang mengalami penyakit dengan pekerjaan yaitu tidak bekerja sebanyak 86,9%,
kondisi kesehatan yang baik maka tingkat riwayat penyakit mengalami penyakit
kemandirian dalam mengontrol penyakit akan hipertensi ringan sebanyak 56,6% , responden
semakin meningkat. Kondisi kesehatan yang tidak pernah dirawat dirumah sakit dalam 3
baik akan dapat melakukan aktivitas apapun bulan terakhir sebanyak 89,5% dan rutin
tanpa minta pertolongan orang lain. Sedangkan kontrol ke puskesmas sebanyak 81,6%.
responden yang tidak mandiri cenderung Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76
berada pada kondisi kesehatan sedang orang responden yang aktif mengikuti kegiatan
sehingga dalam melakukan aktifitas masih posbindu lansia adalah sebanyak 47 orang
membutuhkan bantuan orang lain. responden dan sisanya 29 orang responden
4. Hubungan Keaktifan Lansia Mengikuti yang tidak aktif mengikuti kegiatan posbindu
Posbindu Lansia Tergadap Kemandirian lansia, dan hasil penelitian menunjukkan
Lansia Mengontrol Penyakit Hipertensi bahwa sebanyak 41 orang responden mandiri
Penelitian yang dilakukan pada 76 orang dalam mengontrol penyakit hipertensi dan
responden memperlihatkan bahwa mayoritas sisanya 17 orang responden tidak mandiri.
responden aktif dalam mengikuti kegiatan Berdasarkan hasil uji Chi-Square keaktifan
posbindu lansia sebanyak 51 orang responden lansia mengikuti kegiatan posbindu lansia
(67,1%) dan responden yang mandiri dengan kemandirian lansia mengontrol
mengontrol penyakit hipertensi sebanyak 58 penyakit hipertensi diperoleh nilai p=0,010 <
orang responden (76,3%). Hasil uji statistik 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan
diperoleh p value (0,040) < (0,05) yang signifikan antara keaktifan lansia
menunjukkan ada hubungan yang signifikan mengikuti kegiatan posbindu lansia terhadap
antara keaktifan lansia mengikuti kegiatan kemandirian lansia mengontrol penyakit
posbindu lansia dengan kemandirian lansia hipertensi di Puskesmas Limapuluh.
mengontrol penyakit hipertensi. Hal ini
dikarenakan semakin aktif lansia mengikuti SARAN
kegiatan posbindu lansia maka tingkat 1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
kemandirian lansia mengontrol penyakit Penelitian ini dapat menjadi informasi
hipertensi akan meningkat. yang berguna untuk meningkatkan
Hasil penelitian ini memperlihatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian
bahwa keaktifan lansia mengikuti kegiatan keperawatan yang berkaitan dengan
posbindu lansia sangat mempengaruhi keaktifan lansia mengikuti kegiatan
176
posbindu lansia dengan tingkat Anugrah, Y. (2015). Analisis pelaksanaan
kemandirian lansia mengontrol penyakit posyandu lansia lanjut usia di
hipertensi. kecamatan medan deli tahun 2017.
2. Bagi pihak Puskesmas Diperoleh tanggal 02 September 2017
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dari http://repository.usu.ac.id/handle/
masukan bagi institusi dalam Dinkes Kota Pekanbaru. (2016). Rekapan
meningkatkan pelayanan kesehatan penyakit terbanyak Kota Pekanbaru.
terutama dalam peningkatan keaktifan Pekanbaru: Dinkes Kota Pekanbaru.
lansia mengikuti kegiatan posbindu
lansia terhadap kemandirian lansia Dita. (2015) Faktor Dominan Lansia Aktif
mengontrol penyakit hipertensi. Mengikuti Posyandu Di Dusun
3. Bagi masyarakat Ngentak. Diunduh 22 Januari 2018
Diharapkan penelitian ini dapat Dari
menambah informasi bagi masyarakat Http://Ejournal.Almaata.Ac.Id/Index.P
tentang hubungan keaktifan lansia hp/JNKI/Article/View/176
mengikuti kegiatan posbindu lansia Erpandi. (2013). Posyandu lansia :
terhadap kemandirian lansia mengontrol mewujudkan lansia sehat, mandir, &
penyakit hipertensi di Puskesmas Lima produktif. Jakarta: EGC
Puluh. Gani (2017). Hubungan Antara Tingkat
4. Bagi peneliti Selanjutnya Pengetahuan Lansia Dengan Keaktifan
Peneliti ini dapat dijadikan sebagai Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan
informasi dan data tambahan bagi Posyandu Lansia Di Dusun Bendungan
peneliti keperawatan selanjutnya yang Wilayah Kerja Puskesmas Wisata Dau
ingin melakukan penelitian keperawatan Malang . Diunduh 22 Januari 2018
terkait posbindu lansia dan kemandirian Dari
lansia. Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Ph
p/Fikes/Article/Download/686/547
UCAPAN TERIMAKASIH Ismawati dkk. (2016). Posyandu & desa siaga.
Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan Yogyakarta: Nuha Medika
dan bimbingan dari berbagai pihak dalam Lestari, F. G. (2015). Faktor- faktor yang
penyelesaian penelitian ini. memengaruhi kejadian hipertensi pada
lansia di wilayah kerja puskesmas
1
Risky Rati Yolanda Br Bangun : silinda Kabupaten serdang bedagai
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Universitas Riau, Indonesia http://repository.usu.ac.id/handle/
2
Ns.Herlina,M.Kep.,Sp.Kep.Kom: Dosen Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.
Departemen Keperawatan Komunitas Fakultas J. (2011). Buku ajar fundamental
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia keperawatan, ed. 7. Jakarta: EGC.
3
Ns.Safri, M.Kep.,Sp.Kep.MB : Dosen Kemenkes RI. (2013). Buletin jendela data dan
Departemen Keperawatan Medikal Bedah informasi kesehatan semester I.
Fakultas Keperawatan Universitas Riau, ISSN2088270x.http://www.depkes.go.i
Indonesia d/download.php?file=download/pusdati
n/buletin/buletin-lansia.pdf.
Kemenkes RI. (2014). pusat data dan
DAFTAR PUSTAKA informasi hipertensi. Jakarta:
Agustina, S. ( 2014). Faktor-Faktor yang KementerianKesehatan
Berhubungan dengan Hipertensi Pada RI.http://www.spiritia.or.id/dokumen/p
Lansia di Atas Umur 65 Tahun. edoman-tbnasional2014.pdf
Diunduh 20 januari 2018 dari Mega, A. (2016). Hubungan Peran Kader
http://jurnal.htp.ac.id/index.php/kesko Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti
m/article/download/70/57/ Kegiatan Posyandu Lansia Rw 1 Desa
Ketangan Wilayah Kerja Puskesmas
177
Sukomoro Kabupaten Maketang. Suhartini, R. (2004). Faktor-Faktor yang
Diunduh 22 Januari 2018 dari Mempengaruhi Kemandirian Orang
jurnal.bhmm.ac.id/index.php/jurkes/ Lanjut Usia di Kelurahan Jombangan.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik Diunduh 20 Mei 2015 dari
dan geriatrik, ed. 3. Jakarta: EGC. http://www.damandiri.or.id. Susenas,
Ode, S. L. (2016). Asuhan keperawatan C. (2009).
gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Tajudin. (2015). Faktor-Faktor Yang
Permenkes RI No. 25. (2016). Rencana Aksi Berhubungan Dengan Keaktifan Lansia
Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun Yang Berkunjung Ke Posyandu Lansia
2016-2019. Mawar Kelurahan Parit Lalang Di
Pusat data dan Informasi Kementrian Wilayah Kerja Puskesmas Melintang
Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Kota Pangkalpinang. Diunduh 22
analisi lanjut usia. Diperoleh tanggal 05 Januari 2018 Dari
September 2017 dari Http://Poltekkestjk.Ac.Id/Ejurnal/Index
http://www.depkes.go.id/download.php .Php/Jk/Article/View/190
?file=download/pusdatin/infodatin/info Widyanto, F. C. (2014). Keperawatan
datin%20lansia%202016.pdf komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Sunaryo, et al. (2016). Asuhan keperawatan World Health Organization (WHO). (2015). Q
gerontik.. Yogyakarta: Andi. and as on hrpypertension.

178

You might also like