Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah dengan Kejadian Asfiksi Neonatorum Di

RSUD dr. Iskak Tulungagung

Reni Yuli Astutik1), Nency Ferawati


1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Kediri, Jalan Soekarno Hatta No. 07, Pare Kediri,
Kode Pos 64225
Korespondensi: reniyuliasatutik@ymail.com

ABSTRACT

Birth weight is one factor of neonates that can cause asphyxia neonatorum and is one indicator ofthe
health of the newborn. The result of Riskesdas 2013 explained the low birth weight infants is 10.2% and
WHO data shows every year about 3% of 120 million newborn have asphyxia. This study aims to analyze
the correlation of low birth weight infants with neonatorum asphyxia incidence in dr. Iskak Tulungagung
Hospital year 2016. This study was executed on July 18 to 19 2017 in dr.Iskak Tulungagung Hospital.
The type research used analytical survey with correlational design and retrospective cohort study.
Independent variable was low birth weight infants and dependent variable was neonatorum asphyxia. The
population was 949 and sample was 162 with Simple Random Sampling technique, and used medical
record instruments. From the 162 samples, found that almost half of respondents were 46.9%
experienced low birth weight infants and almost all of the respondents were 88.3% experienced asphyxia
neonatorum. Based on chi square test obtained (p)=0.001<(α)=0,05 and C=0,257, it means there is
significant correlation between low birth weight infants and asphyxia with low correlation neonatorum.
Odds ratio is 9,116, it means that risk of asphyxia neonatorum at low birth weight infants is 9.116 times
great than normal birth weight infant. At the low birth weight infants a lot of risk of problems in the body
because immaturity of organ system, so easily attacked by complications such as an asphyxia
neonatorum.

Keywords: Low birth weight infant, asphyxia neonatorum.

ABSTRAK

Berat badan lahir (BBL) pada bayi merupakan salah satu faktor penyebab asfiksia neonatorum yang
didapatkan pada masa neonatus. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan persentase bayi berat lahir rendah
sebesar 10,2% dan data WHO menunjukkan setiap tahunnya sekitar 3% dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan bayi berat badan lahir rendah dengan
kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian dilaksanakan pada 18 s/d 19 Juli 2017 di RSUD dr. Iskak
Tulungagung. Jenis penelitian survei analitik dengan desain korelasional dan pendekatan kohort
retrospektif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah bayi dengan berat badan lahir rendah dan
variabel dependen adalah asfiksia neonatorum. Populasi 949 responden dan sampel 162 responden
dengan teknik Simple Random Sampling, serta menggunakan instrumen rekam medik. Dari sampel 162
responden didapatkan hampir setengah responden yaitu 46,9% adalah bayi berat lahir rendah dan hampir
seluruh dari responden yaitu 88,3% mengalami asfiksia neonatorum. Berdasarkan pengujian chi kuadrat
didapatkan (p) = 0,001 < (α) = 0,05 dan nilai C = 0,257, berarti ada hubungan yang signifikan antara bayi
berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan tingkat hubungan rendah. Adapun odds
ratio 9,116, (CI = 3.809-46.034) artinya risiko terjadinya asfiksia pada bayi dengan berat lahir rendah
9,116 kali lebih besar dibandingkan bayi dengan berat lahir normal.
Pada bayi dengan berat lahir rendah terdapat risiko yang menjadi masalah pada tubuh dikarenakan
ketidakmatangan sistem organ, sehingga mudah terserang komplikasi seperti asfiksia neonatorum.

Kata Kunci : Bayi berat lahir rendah, asfiksia neonatorum


Pendahuluan Penelitian menunjukkan sekitar
Pada masa neonatus terjadi 50% dari kematian bayi dialami pada
perubahan dari kehidupan intra uterine periode neonatal. Penanganan BBL
dan ke extra uterine dan terjadi proses yang kurang baik akan berakibat pada
pematangan organ tubuh. Pada bulan timbulnya kelainan-kelainan yang akan
pertama kehidupan, bayi rentan mengakibatkan kecacatan permanen
terhadap gangguan pada kesehatan atau bahkan menyebabkan bayi
sehingga dapat menimbulkan berbagai meninggal. (Dewi, 2010).
masalah kesehatan (Kemenkes RI, Sustainable Development Goals
2014). (SDG’s) 2015-2030 berisi seperangkat
Neonatal dengan komplikasi tujuan transformatif yang menjadi
menjadi salah satu penyebab timbulnya kesepakatan serta menjadi acuan
cacat bahkan bisa menimbulkan seluruh bangsa. SDG’s berisi 17 tujuan,
kematian. Komplikasi tersebut yang di dalam salah satu tujuan yaitu
dianytaranya adalah asfiksia neonatrum, kesehatan untuk semua usia terdapat
hipotermi, ikterus neonatorum, subtujuan bahwa pada tahun 2030
infeksi/sepsis, tetanus neonatorum, Angka Kematian Bayi (AKB)
trauma lahir, sindroma/ gangguan nafas, ditargetkan 12 per 1000 kelahiran
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan hidup.
kelainan kongenital lainnya bahkan Berdasarkan studi pendahuluan di
termasuk dalam kelompok kuning dan Kabupaten Tulungagung tahun 2016
merah pada pemeriksaan dengan diperoleh data BBL sebanyak 15.173
Manajemen Terpadu Bayi Muda jiwa dengan jumlah bayi yang
(MTBM). Berdasarkan data dari mengalami BBLR sebesar 405 jiwa
Kemenkes RI (2015) penyebab (2,67%) dan asfiksia sebesar 1255 jiwa
kematian terbanyak disebabkan adanya (8,27%). Sedangkan AKB sebesar 136
komplikasi asfiksia, BBLR, dan infeksi. jiwa dengan penyebab BBLR 24 jiwa
BBLR adalah bayi yang lahir dengan (17,65%) dan asfiksia 29 jiwa (21,32%)
berat badan < 2.500 gram dengan tanpa (Dinkes Kab. Tulungagung, 2016).
memandang usia kehamilan Berat badan lahir pada bayi
(Proverawati dan Ismawati, 2010). merupakan salah satu faktor penyebab
asfiksia neonatorum yang didapatkan
pada masa neonatus. BBLR lebih KIE terkait personal hygiene masa
dimasukkan dalam kelompok risiko hamil, perencanaan persalinan dalam
tinggi, dikarenakan BBLR memiliki masa reproduksi yang sehat (20-34
resiko kematian lebih tinggi tahun), perlu adanya dukungan sektor
dibadingkan dengan bayi berat lahir lain dalam upaya peningkatan
normal. Selain itu, pada BBLR pendidikan ibu hamil serta status
cenderung terjadi peningkatan ekonomi keluarga (Pantiawati, 2010).
komplikasi asfiksia neonatorum Bayi BBLR dapat terjadi karena
(Fajarwati, dkk, 2015). kurang, cukup atau lebih bulan, yang
Pada BBLR beresiko terhadap berakibat terhadap proses adaptasi
timbulnya masalah pada sistem tubuh, pernafasan saat lahir sehingga bayi
hal ini dikarenakan kondisi tubuh yang dapat mengalami asfiksia (Proverawati
tidak stabil sebagai akibat dari dan Ismawati, 2010).
ketidakmatangan sistem organ. Selain Asfiksia adalah suatu keadaan
itu, pada BBLR cenderung terjadi diamana BBL tidak dapat bernafas
infeksi serta mudah terkena komplikasi. secara spontan dan teratur yang ditandai
Masalah BBLR yang sering terjadi dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
adalah gangguan pada sistem asidosis (Indrayani dan Djami, 2013).
pernafasan, kardiovaskular, ginjal, Asfiksia memerlukan tindakan
hematologi, gastro intestinal, susunan penanganan yang tepat agar dapat
saraf pusat, dan termoregulasi mengatasi gejala ikutan yang akan
(Kemenkes RI, 2014). Salah satu risiko timbul atau untuk mempertahankan
gangguan pada sistem pernafasan hidup (Arief dan Kristiyanasari, 2009).
adalah asfiksia. Sedangkan upaya untuk menekan
Upaya untuk menurunkan komplikasi-komplikasi dari kejadian
prevalensi bayi BBLR yaitu asfiksia yaitu dengan diberikan
meningkatkan Antenatal Care (ANC) intervensi berupa resusitasi tepat waktu
secara berkala yaitu paling sedikit 4 kali sehingga efek biokimia akibat asfiksia
selama hamil yang dimulai sejak dapat dikembalikan dengan demikian
trimester I, KIE terkait perkembangan kerusakan otak dan organ dapat dicegah
dan pertumbuhan janin intra uterine, (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
KIE tanda bahaya masa hamil serta
Berdasarkan dampak dan masalah responden dan yang tidak BBLR
yang timbul maka peneliti bermaksud sebanyak 86 responden dengan
untuk melakukan penelitian tentang menggunakan teknik simple random
“Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah sampling.
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Instrumen yang digunakan adalah
di RSUD dr. Iskak Tulungagung”. lembar pengumpul data. Penelitian ini
dilakukan dengan cara melihat dokumen
atau rekam medik bayi baru lahir di
METODE PENELITIAN
RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun
Jenis penelitian survei analitik yang
2016.
menggunakan desain penelitian
korelasional dengan pendekatan kohort HASIL PENELITIAN
retrospektif. Analisa data dalam 1. Data Umum
penelitian ini menggunakan uji Chi 1) Karakteristik Bayi Baru Lahir
Square. Berdasarkan Cara Persalinan
Pada penelitian ini yang merupakan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
variabel bebas adalah bayi berat lahir hampir seluruh dari responden yaitu
rendah sedangkan yang merupakan 77,2% dilahirkan dengan cara
variabel terikat adalah asfiksia persalinan spontan dan sebagian kecil
neonatorum. dari responden yaitu 22,8% dilahirkan
Penelitian menggunakan polupasi secara SC.
seluruh bayi baru lahir di RSUD dr.
Tabel 1: Karakteristik Bayi Baru Lahir
Iskak Tulungagung tahun 2016
Berdasarkan Cara Persalinan di RSUD
sebanyak 949 responden dengan bayi dr. Iskak Tulungagung Tahun 2016
yang mengalami BBLR sebanyak 317 Cara Jumlah Persentase
responden dan bayi yang tidak Persalinan
Spontan 125 77,2%
mengalami BBLR sebanyak 632
SC 37 22,8%
responden. Data yang diperoleh dari Jumlah 162 100,0%
penelitian ini yaitu data periode bulan
Januari sampai dengan Desember 2016, 2) Karakteristik Berdasarkan Cairan
sehingga didapatkan sampel sebanyak Ketuban
162 responden yang terdiri dari Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
kelompok BBLR sebanyak 76 hampir setengah responden yaitu 45,1%
yang lahir dengan cairan ketuban jernih (79,0%) yang ibunya tidak mengalami
dan sebagian kecil dari responden yaitu ketuban pecah dini.
10,5% lahir dengan cairan ketuban Tabel 4: Karakteristik Bayi Baru Lahir
Berdasarkan Pecahnya Air Ketuban di
bercampur mekonium. RSUD dr. Iskak Tulungagung Tahun
Tabel 2: Karakteristik Bayi Baru Lahir 2016
Berdasarkan Cairan Ketuban di RSUD KPD Jumlah Persentase
dr. Iskak Tulungagung Tahun 2016 Tidak KPD 128 79,0%
Cairan Jumlah Persentase KPD 34 21,0%
Ketuban
Jernih 73 45,1% Jumlah 162 100,0%
Keruh 72 44,4%
Bercampur 17 10,5% 2. Data Khusus
Mekonium
Jumlah 162 100,0% 1). Berat Lahir Bayi
Tabel 5 menunjukkan hampir setengah
3) Karakteristik Bayi Baru Lahir
responden yaitu 76 responden (46,9%)
Berdasarkan Usia Gestasi
lahir dengan keadaan BBLR dan
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar
sebagian besar dari responden yaitu 86
dari responden yaitu 69,1% dilahirkan
responden (53,1%) lahir dengan
pada usia gestasi aterm dan sebagian
keadaan tidak BBLR.
kecil dari responden yaitu 9,9% Tabel 5: Distribusi Frekuensi Berat
dilahirkan pada usia gestasi postterm. Lahir Bayi di RSUD dr. Iskak
Tulungagung Tahun 2016
Tabel 3: Karakteristik Bayi Baru Lahir
Berdasarkan Usia Gestasi di RSUD dr. BBLR Jumlah Persentase
Iskak Tulungagung Tahun 2016
Usia Gestasi Jumlah Persentase Tidak 86 53,1%
BBLR
Aterm 112 69,1%
BBLR 76 46,9%
Preterm 34 21,0%
Jumlah 162 100,0%
Postterm 16 9,9%
Jumlah 162 100,0% 2). Asfiksia Neonatorum
Tabel 6 menunjukkan hampir seluruh
4) Karakteristik Bayi Baru Lahir
dari responden yaitu 143 responden
Berdasarkan Pecahnya Air Ketuban
(88,3%) mengalami asfiksia
Tabel 4 menunjukkan sebagian kecil
neonatorum dan sebagian kecil dari
dari responden yaitu 34 responden
responden yaitu 19 responden (11,7%)
(21,0%) yang ibunya mengalami
tidak mengalami asfiksia neonatorum.
ketuban pecah dini dan hampir seluruh
dari responden yaitu 128 responden
Tabel 6: Distribusi Frekuensi Asfiksia dengan kejadian asfiksia neonatorum di
Neonatorum di RSUD dr. Iskak
Tulungagung. RSUD dr. Iskak Tulungagung. Adapun
odds ratio 9,116, (CI = 3.809-46.034)
Asfiksia Jumlah Persentase
Neonatorum artinya risiko terjadinya asfiksia pada
Tidak Asfiksia 19 11,7%
bayi dengan berat lahir rendah 9,116
Asfiksia 143 88,3%
kali lebih besar dibandingkan bayi
Jumlah 162 100,0%
dengan berat lahir normal.
3). Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorumdi
RSUD dr. Iskak Tulungagung Pembahasan
1. Bayi Berat Lahir Rendah
Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa
dari total sampel BBL 162 responden Berdasarkan tabel 5, hampir
didapatkan BBLR yang mengalami setengah responden yaitu 46,9% lahir
asfiksia neonatorum adalah hampir dengan keadaan BBLR. Sedangkan
seluruh dari responden yaitu 97,4% dan pada tabel 3 menunjukkan sebagian
bayi yang tidak BBLR yang mengalami besar responden yaitu 69,1% dilahirkan
asfiksia neonatorum adalah hampir pada usia gestasi aterm dan sebagian
seluruh dari responden 80,2%. kecil dari responden yaitu 9,9%
Tabel 7: Tabulasi Silang Hubungan Bayi dilahirkan pada usia gestasi postterm.
Berat Lahir Rendah dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum di RSUD dr. Iskak BBLR adalah berat badan (BB)
Tulungagung bayi kurang dari 2500 gram (Sukarni
BBLR Asfiksia Total (%) dan Sudarti, 2014). BBLR berdasarkan
Neonatorum
Ya Tidak masa gestasi digolongkan menjadi dua,
N % N % N % prematuritas murni dan dismaturitas
BBLR 74 97,4% 2 2,6% 76 100,0%
Tidak 69 80,2% 17 19,8% 86 100,0% (Pantiawati, 2010). Kejadian BBLR
BBLR
Jumlah 143 88,3% 19 11,7% 162 100,0% disebabkan karena kelahiran prematur.
Prematuritas murni atau dikenal dengan
Hasil pengujian chi kuadrat
istilah Neonatus Kurang Bulan Sesuai
didapatkan hasil uji signifikan (p) = Masa Kehamilan (NKB-SMK) dapat
0,001 dengan taraf kesalahan (α) = 0,05,
diidentifikasi pada masa kehamilan <
sehingga p < α maka H0 ditolak dan H1 37 minggu , namun BB sesuai dengan
diterima, berarti ada hubungan yang
BB dengan umur kehamilan.
signifikan antara bayi berat lahir rendah
Umur kehamilan akan memiliki BBLR dan hampir setengah dari
resiko terjadinya BBLR, hal ini responden yaitu 27,8% dengan usia
dikarenakan berat badan bayi secara gestasi aterm yang mengalami BBLR.
biologis akan terus meningkat sesuai Hal ini menunjukkan bahwa lebih
dengan berdasarkan usia kehamilan. banyak bayi yang mengalami berat
Menurut Purwanto dan Wahyuni badan kurang dari berat badan pada usia
(2017), bayi prematur umumnya kehamilan yang sesungguhnya, yaitu di
disebabkan karena lepasnya plasenta bawah persentil 10 pada kurva
lebih cepat. Bayi yang lahir prematur pertumbuhan intrauterin dengan istilah
mempunyai alat tubuh dan organ yang lain Kecil untuk Masa Kehamilan
belum berfungsi normal untuk bertahan (KMK) yang berarti bayi terjadi
hidup di luar rahim. Fungsi organ tubuh dismaturitas.
semakin kurang sempurna dan Dari uraian diatas dapat diketahui
prognosisnya semakin kurang baik bahwa meskipun prematuritas menjadi
sejalan dengan semakin muda umur salah satu penyebab dari BBLR, tetapi
kehamilan. BBLR sering mengalami hal tersebut tidak selalu menjadi
komplikasi atau penyulit akibat kurang penyebab utama. Oleh karena itu
matangnya organ serta masa gestasi sangat penting untuk menjaga
yang kurang. kehamilan, baik pada ibu yang berisiko
Pada setiap tahap proses kehamilan, maupun tidak berisiko, untuk
ibu hamil membutuhkan nutrisi memperoleh kehamilan yang sehat dan
makanan dengan kandungan zat gizi persalinan selamat.
yang berbeda-beda dan disesuaikan
2. Asfiksia Neonatorum
dengan perkembangan janin dan kondisi
tubuh ibu. Kebutuhan energi janin Berdasarkan tabel 6 dari total
diperoleh dari cadangan energi yang sampel 162 responden didapatkan
disimpan ibu selama tahap sebelumnya hampir seluruh dari responden yaitu
(Purwanto dan Wahyuni, 2017). 88,3% mengalami asfiksia neonatorum.
Sedangkan dari penelitian yang Asfiksia neonatorum merupakan
telah dilakukan, ditemukan sebagian suatu kejadian gagal bernafas secara
kecil dari responden yaitu 15,4% pada spontan dan teratur yang terjadi pada
usia gestasi preterm yang mengalami BBL segera setelah kelahiran,
akibatnya oksigen tidak dapat masuk ke dibandingkan dengan persalinan buatan.
dalam tubuh bayi dan karbondioksida Persalinan spontan memiliki risiko yang
tidak dapat dikeluarkan. (Dewi, 2010). sedikit, seperti risiko perdarahan.
Menurut Maryunani dan Nurhayati Proses pemulihan setelah persalinan
(2008), pengembangan paru BBL secara umumnya lebih cepat. Selain itu,
fisiologis akan terjadi dalam menit persalinan spontan dapat merangsang
pertama kelahiran, yang selanjutkan alveoli untuk memproduksi kolostrum
akan diikuti oleh keteraturan yang akan menentukan terhadap
pernafasan. Asfiksia pada BBL akan keberhasilan dalam menyusui.
terjadi apabila terdapat gangguan dalam Sedangkan persalinan SC adalah
pertukaran gas atau transport oksigen persalinan buatan yang dilakukan
dari ibu ke janin. Kondisi tersebut dapat dengan bantuan alat. Persalinan SC
terjadi saat hamil, bersalin ataupun berisiko terhadap adanya komplikasi
segera setelah bayi lahir. Keadaan janin atau keadaan yang tidak memungkinkan
selama kehamilan dan persalinan perlu baik dari ibu maupun terjadinya gawat
dievaluasi, karena diketahui bahwa janin. Pada persalinan secara SC, ada
sebagian besar asfiksia pada BBL sering beberapa ketidaknyamanan yang
kali merupakan kelanjutan dari asfiksia dirasakan meski diantaranya akan
janin. timbul rasa nyeri yang kadarnya dapat
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari berbeda-beda. Selain itu, proses
total sampel 162 responden didapatkan pemulihan cenderung berlangsung lebih
hampir seluruh dari responden yaitu lama, sehingga waktu rawat inap lebih
77,2% dilahirkan dengan cara lama dibandingkan persalinan spontan
persalinan spontan dan sebagian kecil (Novidawasti, 2014).
dari responden yaitu 22,8% dilahirkan Dalam penelitian ini ditemukan
dengan secara SC. Menurut bayi yang dilahirkan dengan persalinan
Novidawasti (2014), persalinan spontan spontan dan mengalami asfiksia
merupakan proses persalinan yang neonatorum adalah sebagian besar dari
dilakukan secara alami, yaitu melalui responden yaitu 68,5%, sedangkan bayi
jalan lahir. Banyak manfaat yang dapat yang dilahirkan dengan persalinan SC
diperoleh apabila ibu bersalin secara dan mengalami asfiksia neonatorum
spontan. Biaya persalinan lebih murah adalah sebagian kecil dari responden
yaitu 19,8%. Hal ini tidak sesuai dengan signifikan 0,000 < 0,05, menunjukkan
teori yang dikemukakan oleh Dewi bahwa ada hubungan antara ketuban
(2010), yang menyebutkan bahwa mekonium dengan kejadian asfiksia
faktor yang berhubungan dengan bayi baru lahir.
asfiksia neonatorum diantaranya adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) juga
jenis persalinan. Jenis persalinan SC merupakan salah satu penyebab dari
termasuk dalam resiko tinggi, maka asfiksia neonatorum. Menurut Gilang,
besar kemungkinan bayi akan terjadi dkk (2011), hasil Chi-square yang
asfiksia neonatorum. Hal ini juga tidak sudah dilakukan koreksi didapat p-value
sesuai dengan pendapat Novidawasti sebesar 0,004 (<0.05), yang berarti
(2014), bahwa bayi yang lahir dengan menunjukan bahwa ada hubungan KPD
SC memiliki risiko lebih tinggi untuk dengan kejadian asfiksia neonatorum.
mengalami asfiksia dibandingkan Sedangkan menurut Rahmawati
dengan persalinan spontan karena pada dan Ningsih (2016), hasil uji statistik
SC terjadi perubahan fisiologis akibat Chi-square didapatkan p value = 0,00,
proses kelahiran yang menyebabkan dengan demikian dapat disimpulkan
terganggunya sistem pernafasan. bahwa ada hubungan yang bermakna
Selain jenis persalinan, adanya antara ketuban pecah dini dengan
mekonium kental dalam cairan ketuban kejadian asfiksia di RSUD Pariaman.
dapat menyebabkan asfiksia Kedua penelitian tersebut sesuai
(Maryunani dan Nurhayati, 2008). Hal dengan hasil penelitian ini yang
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa bayi yang
yang menyatakan bahwa ditemukan mengalami asfiksia neonatorum disertai
bayi yang lahir dengan ketuban dengan riwayat persalinan mengalami
bercampur mekonium dan mengalami ketuban pecah dini adalah sebagian
asfiksia neonatorum adalah sebagian kecil dari responden yaitu 17,9%. KPD
kecil dari responden yaitu 4,9%. akan menyebabkan kelahiran bayi
Penelitian ini juga tidak sesuai asfiksia neonatorum bila disertai dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh penyulit lainnya. (Wahyuni, 2013). Hal
Lestari dan Arzukah (2016), yang ini disebabkan oleh karena terjadinya
menyatakan bahwa berdasarkan hasil kekurangan oksigen pada janin didalam
analisa data dengan tingkat kemaknaan/ uterus dan dan hal ini berkaitan dengan
faktor yang muncul pada saat hamil, sistem tubuh yang disebabkan oleh
bersalin, atau segera setelah bayi lahir. ketidakstabilan kondisi tubuh.
Ketuban yang pecah akan menimbulkan Ketidakmatangan sistem organ pada
oligohidroamnion sehingga akan BBLR tersebut, akan meningkatkan
menimbulkan tekanan pada tali pusat risiko infeksi yang meningkat dan
yang akan memicu terjadinya hipoksia mudah terjadi komplikasi. Masalah
bahkan asfiksia. BBLR yang sering terjadi adalah
Asfiksia neonatorum disebabkan gangguan pada sistem pernafasan,
oleh multifaktorial dan dapat terjadi susunan saraf pusat, kardiovaskular,
pada kelahiran bayi manapun. Untuk itu hematologi, gastro intestinal, ginjal dan
perlu adanya peningkatan pelatihan termoregulasi.
kompetensi bagi tenaga kesehatan Salah satu risiko gangguan pada
maternal dan neonatal khususnya, agar sistem pernafasan adalah asfiksia. Bayi
dapat memberikan pelayanan yang BBLR dapat terjadi karena kurang,
kompeten dan berkualitas, sehingga cukup atau lebih bulan, semuanya
dapat melakukan penangan asfiksia berdampak pada proses adaptasi
dengan benar dan tepat waktu, serta pernafasan waktu lahir sehingga
tidak menyebabkan kerusakan otak dan mengalami asfiksia lahir (Proverawati
organ yang akibatnya akan ditanggung dan Ismawati, 2010).
sepanjang hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rahmawati dan Ningsih (2016), bahwa
3. Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah bayi yang lahir mengalami berat badan
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum lahir rendah umumnya mengalami
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan asfiksia neonatorum yaitu 77,3%, dari
bahwa BBLR yang mengalami asfiksia pada bayi yang lahir dengan berat badan
neonatorum adalah hampir seluruh dari normal. Hal ini dikarenakan bayi yang
responden yaitu 97,4% dan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
tidak BBLR yang mengalami asfiksia 2500 gram biasanya diakibatkan
neonatorum adalah hampir seluruh dari komplikasi kehamilan yang di alami
responden juga yaitu 80,2%. oleh ibu di masa kehamilan seperti
Menurut Kemenkes RI (2014), anemia, kelahiran prematur dan lain
pada BBLR timbul banyak risiko pada sebagainya, komplikasi seperti ini yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap 3. Ada hubungan yang signifikan antara
kejadian asfiksia neonatorum pada bayi BBLR dengan kejadian asfiksia
diwaktu kelahiran. Berat badan bayi neonatorum.
lahir rendah sering di pengaruhi oleh
DAFTAR PUSTAKA
persalinan pre-term, sehingga organ dari
alat pernafasan belum dalam keadaan Arief dan Kristiyanasari, W. (2009).
Neonatus & Asuhan
terbentuk sempurna. (Walyani, 2015). Keperawatan Anak. Yogyakarta
Penelitian ini didukung oleh : Nuha Medika.
penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi, V. N. L. (2010). Asuhan
Nayeri (2012), yang menyatakan bahwa Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika.
pada kelompok kasus sebanyak 182
bayi yang mengalami asfiksia Dinkes Kabupaten Tulungagung.
(2016). AKB, Jumlah Bayi Berat
dipengaruhi oleh faktor resiko Lahir Rendah dan Jumlah
diantaranya emergensi SC, partus Asfiksia Neonatorum.
Tulungagung
preterm, BBLR, Apgar score pada 5
menit pertama kurang dari 6, bayi Dinkes Provinsi Jawa Timur. (2015).
Profil Kesehatan Provinsi Jawa
dengan tindakan resusitasi, lilitan tali Timur Tahun 2015 . Surabaya.
pusat. Diunduh 12 Mei 2017.
Diperoleh dari
Dari uraian diatas diketahui bahwa http://www.dinkes.jawatimur.go.
BBLR sangat rentan terhadap berbagai id/.
Gilang, Notoatmodjo, H dan
masalah, salah satunya adalah rentan Rakhmawatie, M.D. (2011).
mengalami asfiksia neonatorum. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Ketidakmatangan sistem organ menjadi Asfiksia Neonatorum (Studi di
salah satu pemicu utama terjadinya RSUD Tugurejo Semarang).
Semarang. Diunduh 12 Mei
asfiksia neonatorum. 2017. Diperoleh dari
SIMPULAN http://jurnal.unimus.ac.id/index.
php/kedokteran/article/viewFile/
1. Hampir setengah responden adalah 1300/1353
bayi yang lahir dengan keadaan
Fajarwati, N, Andayani, P dan Rosida
BBLR yaitu 46,9%. L. (2016). Hubungan antara
2. Hampir seluruh dari responden Berat Badan Lahir dan Kejadian
Asfiksia Neonatorum di RSUD
adalah bayi mengalami asfiksia Ulin Banjarmasin. Banjarmasin.
neonatorum yaitu 88,3%. Diunduh 12 Mei 2017.
Diperoleh dari
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/i Neonatal). Jakarta : Trans Info
ndex.php/jbk/article/viewFile/35 Media.
4/294.
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan
Indrayani dan Djami, M. E. U. (2013). BBLR. Yogyakarta : Nuha
Asuhan Persalinan dan Bayi medika.
Baru Lahir. Jakarta : CV. Trans
Info Media. Proverawati, A dan Ismawati, C.
(2010). BBLR Berat Badan
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Lahir Rendah. Yogyakarta :
Indonesia 2015. Jakarta. Nuha Medika.
Diunduh 12 Mei 2017. Purwanto, A. D. dan Wahyuni, C. U.
Diperoleh dari (2017). Hubungan Umur
http://www.kemenkes.go.id/. Kehamilan, Kehamilan Ganda,
Hipertensi dan Anemia dengan
Lestari, Y. A. dan Arzukah, R. L. Kejadian Bayi Berat Lahir
(2016). Hubungan antara Rendah (BBLR). Surabaya.
Ketuban Mekonium dengan Diunduh 12 Mei 2017.
Kejadian Asfiksia Bayi Baru Diperoleh dari
Lahir. Mojokerto: Diunduh 12 http://e-
Mei 2017. Diperoleh dari journal.unair.ac.id/index.php/JB
https://ejournal.stikes- E/article/viewFile/1627/2555.
ppni.ac.id/index.php/keperawata
n-bina-sehat-/article/view/263 Rahmawati, L. dan Ningsih, M. P.
(2016). Faktor-Faktor yang
Nayeri, F, Shariat, M and Shakeri, A. Berhubungan dengan Kejadian
(2012). Perinatal Risk Factors Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di
for Neonatal Asphyxia in Vali-e- Ruang Medical Record RSUD
Asr Hospital Tehran Iran. Iran: Pariaman. Padang. Diunduh 12
Iranian Journal of Reproductive Mei 2017. Diperoleh dari
Medicine. Diunduh pada 23 http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.p
Maret 2017. Diperoleh dari hp/Prada/article/view/139.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/PMC4163276/. Sukarni, I dan Sudarti. (2014). Patologi
Kehamilan, Persalinan, Nifas
Novidawasti, A. (2014). Hubungan dan Neonatus Resiko Tinggi.
antara Jenis Persalinan dengan Yogyakarta : Nuha Medika.
Tingkat Asfiksia Neonatorum di
Rumah Sakit Panembahan Sulistyawati, A dan Nugraheny, E.
Senopati Bantul Tahun 2013. (2010). Asuhan Kebidanan pada
Yogyakarta Diunduh 12 Mei Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
2017. Diperoleh dari Medika.
http://opac.unisayogya.ac.id/889
/. Wahyuni, S. (2013). Asuhan Neonatus,
Maryunani, A dan Nurhayati. (2008). Bayi, & Balita. Jakarta : EGC.
Buku Saku Asuhan Bayi Baru
Lahir Normal (Asuhan Walyani, E. S. (2015). Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal.
Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

You might also like