Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi

Dwi Setyo Rini dan Nunik Puspitasari


Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat Korespondensi:
Dwi Setyo Rini
Email : dwi_setyo_rini@yahoo.com

ABSTRACT
Infant mortality is the death that happens after the live birth until the age at less one year. Some neonatal health
status are factors that affect infant mortality. The general objective of this research to analyze neonatal health
status that associated with infant mortality in the Sumberasih health center, Sumberasih subdistrict,
Probolinggo, East Java, Indonesia. This study was non-reactive study which analyzed secondary data. This
study used case control design. The number of case samples were 21 infants and control samples were 84
infants. Data was analyzed by Fisher's Exact test. The result showed that was a significant correlation between
some neonatal health status and infant mortality. Neonatal health status included birth weight (p = 0.000; phi
coefficient = 0.503; OR = 13.542), gestational age (p = 0.001; phi coefficient = 0.345; OR = 6.033), apgar
score (p = 0.001; phi coefficient = 0.398), abnormalities for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.535) and
disease for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.718). The conclusion that could be concluded was some
neonatal health status that related to infant mortality. Counseling about infant mortality risk factors and signs of
newborn health were very important for childbearing age women and pregnant women to prevent infant
mortality.

Keywords : infant mortality, birth weight, gestational age, apgar score, abnormalities for infants, disease for
infants

ABSTRAK
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi setelah bayi lahir hidup sampai berumur kurang dari satu tahun.
Beberapa status kesehatan neonatal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kematian bayi. Tujuan umum
dari penelitian ini untuk menganalisis status kesehatan neonatal yang berhubungan dengan kematian bayi di
wilayah Puskesmas Sumberasih, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Jenis penelitian adalah non reaktif dengan menganalisis data sekunder dari Puskesmas Sumberasih.
Penelitian ini menggunakan rancang bangun case control. Jumlah sampel kasus 21 bayi dan sampel kontrol 84
bayi. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistic Fisher’s Exact test. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Status kesehatan neonatal meliputi
berat badan lahir (p = 0,000; koefisien phi = 0,503; OR = 13,542), usia gestasi (p = 0,001; koefisien phi = 0,345;
OR = 6,033), apgar score (p = 0,001; koefisien phi = 0,398), kelainan pada bayi (p = 0,000; koefisien phi =
0,535) dan penyakit pada bayi (p = 0,000; koefisien phi = 0,718). Kesimpulannya adalah ada hubungan antara
status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Konseling tentang faktor risiko kematian bayi dan tanda-tanda
kesehatan bayi baru lahir kepada wanita usia subur (WUS) maupun ibu hamil sangat penting diberikan untuk
mencegah terjadinya kematian bayi.

Kata kunci: kematian bayi, berat badan lahir, usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi, penyakit pada bayi

PENDAHULUAN kelahiran hidup (Badan Perencanaan


Angka Kematian Bayi (AKB) Pembangunan Nasional, 2011). AKB
merupakan salah satu indikator derajat berdasarkan target Rencana Strategi
kesehatan masyarakat karena dapat (Renstra) tahun 2014 adalah 24 kematian
menggambarkan status kesehatan bayi per 1.000 kelahiran hidup
penduduk secara umum. AKB termasuk ke (Kementerian Kesehatan Republik
dalam salah satu indikator tujuan ke empat Indonesia, 2013).
Millenium Development Goals (MDGs). AKB secara global pada tahun 2011
AKB berdasarkan target MDGs pada tahun adalah 37 kematian bayi per 1.000
2015 adalah 23 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia pada

73
74 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80

tahun 2011 adalah 25 kematian bayi per neonatal sebagai penyebab utama kematian
1.000 kelahiran hidup (World Health bayi adalah asfiksia, berat badan lahir
Organization, 2012). AKB di Indonesia rendah dan infeksi neonatal (Badan
mengalami peningkatan pada tahun 2012 Perencanaan Pembangunan Nasional,
menjadi 32 kematian bayi per 1.000 2011).
kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Penelitian ini memfokuskan pada
Republik Indonesia, 2013). AKB di status kesehatan neonatal yang
Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 masih berhubungan langsung dengan kematian
belum memenuhi target Renstra 2014 serta bayi. Status kesehatan neonatal meliputi
MDGs 2015. berat badan lahir (BBL), usia gestasi,
AKB di Provinsi Jawa Timur pada apgar score, kelainan pada bayi dan
tahun 2012 adalah 28,31 kematian bayi per penyakit pada bayi. Penelitian ini bertujuan
1.000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi untuk menganalisis hubungan status
Jawa Timur pada tahun 2012 belum kesehatan neonatal dengan kematian bayi.
memenuhi target MDGs 2015 dan Renstra
2014. AKB tertinggi di Provinsi Jawa METODE PENELITIAN
Timur pada tahun 2012 terdapat di Penelitian ini merupakan penelitian
Kabupaten Probolinggo sebesar 63,51 non reaktif karena melakukan analisis
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup terhadap data sekunder. Rancang bangun
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dari penelitian menggunakan desain kasus
2013). kontrol. Populasi kasus adalah semua bayi
Data dari Dinas Kesehatan meninggal sebelum berusia 1 tahun di
Kabupaten Probolinggo menyebutkan wilayah Puskesmas Sumberasih pada tahun
bahwa jumlah kematian bayi tertinggi di 2013. Populasi kontrol adalah semua bayi
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013 hidup yang lahir pada tahun 2012/2013 dan
terdapat di wilayah Puskesmas Sumberasih telah berusia lebih dari 1 tahun pada saat
dengan jumlah 21 kematian bayi. Jumlah penelitian (bulan April 2014).
kematian bayi ini mengalami peningkatan Besar sampel kasus dalam penelitian
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 15 ini adalah total populasi kasus sebanyak 21
kematian bayi. Target Puskesmas kematian bayi. Besar sampel kontrol
Sumberasih dalam hal kematian bayi pada diperoleh dengan menggunakan
tahun 2013 adalah 0 kematian, sedangkan perbandingan sampel kasus kontrol 1:4
pencapaiannya melebihi dari target yang sehingga didapatkan total sampel
telah ditetapkan (Puskesmas Sumberasih, penelitian sebanyak 105 sampel (21
2013). sampel kasus dan 84 sampel kontrol).
Banyak faktor yang mempengaruhi Sampel kasus diperoleh dari data rekam
kematian bayi. Faktor langsung penyebab medis kematian bayi, sedangkan sampel
kematian bayi adalah kesehatan dan kontrol diperoleh dari data kohort bayi.
kelangsungan hidup bayi. Faktor tidak Variabel dependen penelitian adalah
langsung penyebab kematian bayi meliputi kematian bayi. Kategori dari variabel
variabel keluarga, konsepsi dan kehamilan, kematian bayi meliputi bayi meninggal
perinatal serta norma perawatan bayi (kelompok kasus) dan bayi hidup
(Mahadevan dkk, 1986). (kelompok kontrol). Variabel independen
Masalah utama sebagai penyebab penelitian adalah status kesehatan neonatal
kematian bayi dan balita terdapat pada saat yang meliputi berat badan lahir (BBL),
neonatal. Enam puluh persen kematian usia gestasi, apgar score, kelainan pada
bayi terjadi pada saat neonatal (Badan bayi dan penyakit pada bayi. Kategori
Kependudukan dan Keluarga Berencana status kesehatan neonatal yang berisiko
Nasional, Badan Pusat Statistik, terhadap terjadinya kematian bayi meliputi
Kementerian Kesehatan, 2013). Masalah berat badan lahir rendah (BBLR),
Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal … 75

prematur, asfiksia, kelainan kongenital dan Besar risiko faktor yang berpengaruh dapat
penyakit infeksi. Kategori status kesehatan dilihat dengan Odds Ratio (OR) dan
neonatal yang tidak berisiko terhadap menggunakan Confidence Interval (CI)
terjadinya kematian bayi meliputi berat sebesar 95%.
badan lahir normal (BBLN), tidak HASIL PENELITIAN
prematur, tidak asfiksia, tidak mempunyai Analisis hubungan status kesehatan
kelainan kongenital dan penyakit infeksi. neonatal dengan kematian bayi
Analisis data hasil penelitian menggunakan uji statistik Fisher’s Exact
menggunakan uji statistik Fisher’s Exact test dapat dilihat pada tabel 1.
test dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.

Tabel 1. Hubungan Status Kesehatan Neonatal dengan Kematian Bayi


Variabel Variabel Dependen p Kuat OR 95% CI
Independen Kasus Kontrol Hubungan
Berat Badan Lahir (BBL)
BBLR 13 (61,9%) 9 (10,7%)
(<2.500gram)
0,000 0,503 13,542 4,420 - 41,49
BBLN 8 (38,1%) 75 (89,3%)
(≥2.500gram)
Usia Gestasi
Prematur 10 (47,6%) 11 (13,1%)
0,001 0,345 6,033 2,079 -17,509
Tidak Prematur 11 (52,4%) 73 (86,9%)
Apgar Score
Asfiksia 4 (19,0%) 0 (0,0%)
0,001 0,398 - -
Tidak Asfiksia 17 (81,0%) 84 (100,0%)
Kelainan pada Bayi
Ada kelainan 7 (33,3%) 0 (0,0%)
kongenital
Tidak ada 14 (66,7%) 84 (100,0%) 0,000 0,535 - -
kelainan
kongenital
Penyakit pada Bayi
Ada penyakit 12 (57,1%) 0 (0,0%)
infeksi
0,000 0,718 - -
Tidak ada 9 (42,9%) 84 (100,0%)
penyakit infeksi

Tabel 1 menunjukkan bahwa ada neonatal yang berhubungan dengan


hubungan antara status kesehatan neonatal kematian bayi.
(meliputi berat badan lahir, usia gestasi,
apgar score, kelainan pada bayi dan Hubungan antara Berat Badan Lahir
penyakit pada bayi) dengan kematian bayi. (BBL) dengan Kematian Bayi
Bayi pada kelompok kasus sebagian besar Hasil uji statistik Fisher’s Exact Test
mempunyai berat badan lahir rendah diperoleh nilai p = 0,000 (p<α) sehingga
sebesar 61,9% dan sebagian besar menunjukkan bahwa ada hubungan antara
mempunyai penyakit infeksi sebesar berat badan lahir (BBL) dengan kematian
57,1%. Bayi pada kelompok kontrol bayi. Kuat hubungan antara dua variabel
sebagian besar mempunyai berat badan didapatkan dari nilai koefisien phi sebesar
lahir normal (89,3%), tidak prematur 0,503 yang berarti arah hubungan positif,
(86,9%), tidak mengalami asfiksia semakin kecil berat badan lahir bayi, maka
(100,0%), tidak mempunyai kelainan kemungkinan semakin kecil tidak terjadi
kongenital (100,0%) dan tidak mempunyai kematian bayi atau semakin besar berat
penyakit infeksi (100,0%). Berikut ini badan lahir bayi, maka kemungkinan
penjelasan tentang status kesehatan semakin besar tidak terjadi kematian bayi.
76 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80

Nilai OR menunjukkan bahwa bayi berat kematian bayi. Perhitungan besar risiko
badan lahir rendah (BBLR) mempunyai (OR) tidak dapat dilakukan karena ada
risiko 13,542 kali lebih besar salah satu sel yang bernilai 0.
menyebabkan kematian bayi dibandingkan
dengan bayi berat badan lahir normal Hubungan antara Kelainan pada Bayi
(BBLN). Nilai OR bermakna karena nilai dengan Kematian Bayi
95% Confidence Interval tidak melewati Analisis uji statistik Fisher’s Exact
angka 1 sehingga dapat ditarik kesimpulan Test menunjukkan bahwa ada hubungan
bahwa berat badan lahir bayi merupakan antara kelainan pada bayi dengan kematian
faktor risiko dari kematian bayi di wilayah bayi (p = 0,000; p<α). Kuat hubungan
Puskesmas Sumberasih. antara dua variabel didapatkan dari nilai
koefisien phi sebesar 0,535 yang berarti
Hubungan antara Usia Gestasi dengan arah hubungan positif, semakin banyak
Kematian Bayi kelainan yang diderita bayi, maka
Analisis menggunakan uji statistik kemungkinan semakin tinggi terjadi
Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai p = kematian bayi atau semakin sedikit
0,001 (p<α) sehingga terdapat hubungan kelainan yang diderita bayi, maka
antara usia gestasi dengan kematian bayi. kemungkinan semakin rendah terjadi
Nilai koefisien phi menunjukkan kuat kematian bayi. Besar risiko (OR) tidak
hubungan antara dua variabel sebesar dapat dibaca karena ada salah satu sel yang
0,345 yang berarti arah hubungan positif, bernilai 0.
semakin kecil usia gestasi bayi, maka
semakin kecil menyebabkan tidak Hubungan antara Penyakit pada Bayi
terjadinya kematian bayi atau semakin dengan Kematian Bayi
besar usia gestasi bayi, maka kemungkinan Berdasarkan analisis uji Fisher’s
semakin besar tidak terjadi kematian bayi. Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 (p<α)
Nilai OR menunjukkan bahwa bayi yang menunjukkan bahwa ada hubungan
prematur mempunyai risiko 6,033 kali antara penyakit pada bayi dengan kematian
lebih besar menyebabkan kematian bayi bayi. Kuat hubungan antara dua variabel
dibandingkan dengan bayi tidak prematur. diperoleh dari nilai koefisien phi sebesar
Nilai 95% Confidence Interval tidak 0,718 yang menunjukkan arah hubungan
melewati angka 1 yang berarti nilai OR positif, semakin banyak penyakit yang
bermakna sehingga dapat disimpulkan diderita bayi, maka kemungkinan semakin
bahwa usia gestasi merupakan faktor risiko tinggi terjadi kematian bayi atau semakin
dari kematian bayi di wilayah Puskesmas sedikit penyakit yang diderita bayi, maka
Sumberasih. kemungkinan semakin rendah terjadi
kematian bayi. Nilai OR (besar risiko)
Hubungan antara Apgar Score dengan tidak dapat dihitung karena ada salah satu
Kematian Bayi sel yang bernilai 0.
Uji statistik Fisher’s Exact Test
menunjukkan nilai p = 0,001 (p<α) PEMBAHASAN
sehingga ada hubungan antara apgar score Hubungan antara Berat Badan Lahir
dengan kematian bayi. Kuat hubungan (BBL) dengan Kematian Bayi
antara dua variabel didapatkan dari nilai Bayi BBLR memiliki risiko
koefisien phi sebesar 0,398 yang berarti morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
arah hubungan positif, semakin tinggi dibandingkan dengan bayi BBLN.
apgar score, maka kemungkinan semakin Penyumbang utama penyebab kematian
tinggi tidak terjadi kematian bayi atau neonatal adalah BBLR (Departemen
semakin rendah apgar score maka Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
kemungkinan semakin rendah tidak terjadi Kematian bayi di Kabupaten Probolinggo
pada tahun 2013 sebagian besar
Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal … 77

disebabkan oleh BBLR. Kematian bayi di dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini
wilayah Puskesmas Sumberasih sebagian didukung oleh penelitian Wandira dan
besar juga disebabkan oleh BBLR. Indawati (2012) di Kabupaten Sidoarjo
Hasil uji statistik menunjukkan yang menyebutkan bahwa lebih dari 50%
bahwa ada hubungan antara berat badan kematian bayi terjadi pada bayi prematur.
lahir dengan kematian bayi. Hasil Bayi prematur dapat disebabkan oleh ibu
penelitian ini didukung oleh penelitian hamil yang kurang gizi, anemia, umur
Djaja dkk (2009), yang menyebutkan hamil terlalu muda atau terlalu tua di atas
bahwa prevalensi bayi neonatal yang 35 tahun dan penyakit penyerta kehamilan
meninggal dengan BBLR mempunyai (Manuaba, 1998).
risiko kematian 8,5 kali lebih besar Bayi prematur mempunyai organ
dibandingkan dengan bayi neonatal yang tubuh yang belum berfungsi sempurna
mempunyai BBLN. Hasil penelitian ini sehingga mengalami banyak masalah
juga didukung oleh penelitian Roifah kesehatan dan kesulitan untuk hidup di luar
(2013) pada data survey Dinas Kesehatan uterus ibunya. Bayi prematur juga rentan
Provinsi Jawa Timur yang menyimpulkan terhadap penyakit infeksi karena daya
bahwa terdapat hubungan antara berat tahan tubuh terhadap infeksi berkurang,
badan lahir rendah dan gizi buruk dengan antibodi belum terbentuk sempurna, daya
angka kematian bayi. Penelitian Sarwani fagositosis dan reaksi terhadap peradangan
dan Aji (2011) di RSUD Margono belum berjalan dengan baik
Soekarjo Purwokerto juga menyimpulkan (Prawirohardjo, 2005).
bahwa BBLR merupakan salah satu Bayi prematur biasanya selalu
determinan dekat yang berpengaruh mempunyai berat badan lahir rendah
terhadap kematian perinatal. (Green dan Wilkinson, 2012). Hasil
Masalah kesehatan pada saat penelitian di wilayah Puskesmas
neonatal (bayi berumur 0 – 28 hari) Sumberasih menunjukkan bahwa sebagian
menjadi masalah utama penyebab besar 66,7% bayi prematur adalah bayi
kematian pada bayi. Kematian bayi tidak dengan BBLR. Bayi prematur berisiko
hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, mengalami sejumlah masalah kesehatan,
namun banyak faktor yang saling berkaitan baik jangka pendek maupun jangka
menyebabkan kematian bayi, termasuk panjang. Bayi prematur memiliki sistem
masalah BBLR. Berat badan lahir bayi tubuh bayi yang imatur dan cadangan
yang semakin rendah, maka kejadian nutrisi yang kurang sehingga berisiko
morbiditas dan mortalitas semakin tinggi. terhadap terjadinya komplikasi kelahiran
Kelahiran bayi BBLR dapat (Green dan Wilkinson, 2012).
disebabkan oleh kelahiran sebelum Bayi prematur dapat mengalami
waktunya (prematur) dan gangguan gangguan pertumbuhan mental dan fisik
pertumbuhan selama dalam kandungan sehingga akan menjadi beban keluarga.
(Departemen Kesehatan Republik Perkembangan mental dan intelektual bayi
Indonesia, 2008). Bayi BBLR rentan prematur berjalan lambat yang
terhadap berbagai gangguan masalah menyebabkan kesulitan dalam mengikuti
kesehatan, seperti hipotermia dan infeksi. perkembangan ilmu pengetahuan dan
(Prawirohardjo, 2008). teknologi. Perkembangan alat vital bayi
prematur belum sempurna sehingga dapat
Hubungan antara Usia Gestasi dengan menyebabkan beberapa gangguan, meliputi
Kematian Bayi ikterus, gangguan fungsi hati, sindrom
Usia gestasi merupakan salah satu pernapasan, asfiksia neonatal dan infeksi
faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal (Manuaba, 1998).
bayi. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara usia gestasi
78 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80

Hubungan antara Apgar Score dengan salah satu determinan dekat yang
Kematian Bayi berpengaruh terhadap kematian perinatal.
Asfiksia merupakan penyebab utama Kelainan kongenital ada yang dapat
kematian bayi urutan ketiga setelah BBLR menyebabkan kematian bayi ataupun
dan kelainan kongenital di Kabupaten kecacatan. Bayi yang lahir dengan kelainan
Probolinggo pada tahun 2013. Bayi yang kongenital pada umumnya juga memiliki
menderita asfiksia dan tidak asfiksia dapat berat badan lahir rendah. Bayi BBLR yang
dilihat dari apgar score yang terdapat pada disertai kelainan kongenital akan
kartu ibu hamil. Hasil uji statistik meninggal dalam minggu pertama awal
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kehidupan sebesar 20% (Prawirohardjo,
apgar score dengan kematian bayi. Hasil 2005). Hasil penelitian di wilayah
penelitian ini didukung oleh penelitian Puskesmas Sumberasih menunjukkan
Wandira dan Indawati (2012) di bahwa terdapat 3 bayi meninggal dengan
Kabupaten Sidoarjo yang menyebutkan kelainan kongenital disertai kondisi bayi
bahwa dari kematian bayi yang BBLR.
teridentifikasi, sebanyak 4 bayi meninggal Usia ibu saat hamil merupakan salah
disertai asfiksia. satu faktor yang menyebabkan terjadinya
Asfiksia pada bayi dapat disebabkan kelainan kongenital. Kehamilan ibu pada
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah usia di atas 35 tahun berisiko melahirkan
faktor ibu (umur ibu, paritas dan anemia) bayi dengan kelainan kongenital, di
dan berat bayi lahir (Herianto dkk, 2012). antaranya adalah sindrom down (Manuaba,
Asfiksia yang terjadi pada bayi atau 1998). Kelainan kongenital dapat dicegah
asfiksia perinatal dapat menyebabkan dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin.
beberapa gangguan kesehatan yang Kelainan kongenital dapat diketahui
berisiko terhadap kematian bayi. Beberapa dengan menggunakan pemeriksaan
gangguan kesehatan akibat asfiksia adalah ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban
hipoksemia, hiperkarbia, penurunan dan pemeriksaan darah janin
perfusi, asidosis dan hipoglikemia yang (Prawirohardjo, 2005).
menimbulkan kerusakan pada seluruh
sistem tubuh bayi (Green dan Wilkinson, Hubungan antara Penyakit pada Bayi
2012). dengan Kematian Bayi
Penyakit pada bayi merupakan salah
Hubungan antara Kelainan pada Bayi satu faktor yang berhubungan dengan
dengan Kematian Bayi kematian bayi. Hasil uji statistik
Kelainan kongenital merupakan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
salah satu penyebab utama kematian bayi penyakit pada bayi dengan kematian bayi.
urutan kedua setelah BBLR di Kabupaten Hasil penelitian ini didukung oleh
Probolinggo pada tahun 2013. Kelainan penelitian Sarwani dan Aji (2011) di
kongenital yang diderita oleh bayi di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
wilayah Puskesmas Sumberasih meliputi yang menyimpulkan bahwa infeksi pada
serotinus, cacat bawaan spina bifida, un bayi merupakan salah satu determinan
enchepalus, congenital heart disease dekat yang berpengaruh pada kematian
(CHD) dan atrisia orsophagus. perinatal. Beberapa penyakit infeksi yang
Hasil uji statistik menunjukkan diderita bayi sebagai penyebab kematian
bahwa ada hubungan antara kelainan pada bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih
bayi dengan kematian bayi. Hasil meliputi Respiratory Distress Syndrom
penelitian ini didukung oleh penelitian (RDS), sepsis, infeksi bakteri, pneumonia,
Sarwani dan Aji (2011) di RSUD Margono hipotermi, Respiratory Oxygen, infeksi
Soekarjo Purwokerto yang menyimpulkan saluran pencernaan, ISPA dan gastro
bahwa kelainan kongenital merupakan enteritis.
Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal … 79

Penyakit infeksi dapat disebabkan serta tanda-tanda kesehatan bayi baru lahir.
oleh beberapa faktor, seperti riwayat Pemantauan terhadap ibu hamil yang
kehamilan ibu dengan komplikasi, riwayat berisiko tinggi juga perlu dilakukan untuk
kelahiran (persalinan lama dan persalinan mencegah bayi lahir dengan status
dengan tindakan) serta riwayat bayi baru kesehatan neonatal yang berisiko.
lahir (trauma lahir dan prematur)
(Prawirohardjo, 2008). Penyakit infeksi DAFTAR PUSTAKA
terutama pada bayi dengan BBLR dapat
menyebar dengan cepat dan menimbulkan Badan Kependudukan dan Keluarga
angka kematian yang tinggi (Manuaba, Berencana Nasional, Badan Pusat
1998). Hasil penelitian di wilayah Statistik, Kementerian Kesehatan, 2013.
Puskesmas Sumberasih menunjukkan Survei Demografi dan Kesehatan
bahwa terdapat 58,3% bayi meninggal Indonesia 2012. Jakarta.
yang mempunyai penyakit infeksi disertai Badan Perencanaan Pembangunan
dengan kondisi BBLR. Nasional, 2011. Laporan Pencapaian
Imunitas bayi baru lahir masih Tujuan Pembangunan Milenium di
rendah sehingga mudah terkena berbagai Indonesia 2011. Jakarta:
penyakit infeksi. Penyakit infeksi KementerianPerencanaanPembangunan
seringkali ditemukan pada bayi dengan Nasional.http://www.bappenas.go.id/fil
berat badan lahir rendah. Bayi baru lahir es/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-
mendapatkan imunitas transplasenta tujuan-pembangunan-milenium-di-
terhadap kuman yang berasal dari ibunya indonesia-
sehingga apabila bayi terpapar kuman dari 2011__20130517105523__3790__0.pdf
orang lain, maka bayi tidak mempunyai (sitasi 19 November 2013).
imunitas terhadap kuman tersebut Departemen Kesehatan Republik
(Prawirohardjo, 2005). Indonesia, 2008. Perawatan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode
SIMPULAN DAN SARAN kanguru. Jakarta: Health
Kesimpulan TechnologyAssessmentIndonesia.http://
Kelompok kasus sebagian besar buk.depkes.go.id/index.php?option=co
mempunyai status kesehatan neonatal yang m_docman&task=doc_download&gid=
berisiko seperti BBLR dan penyakit 278&Itemid=142 (sitasi 1 Juni 2014).
infeksi, sedangkan kelompok kontrol Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
sebagian besar mempunyai status 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
kesehatan neonatal yang tidak berisiko Timur Tahun 2012. Surabaya.
seperti BBLN, tidak prematur, tidak http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/do
mengalami asfiksia, tidak mempunyai kumen/1380615402_PROFIL_KESEH
kelainan kongenital dan penyakit infeksi. ATAN_PROVINSI_JAWA_TIMUR_2
Status kesehatan neonatal yang meliputi 012.pdf (sitasi 30 November 2013).
berat badan lahir (BBL), usia gestasi, Djaja, S., D. Hapsari, N. Sulistyowati,
apgar score, kelainan pada bayi dan Dina dan B. Lolong, 2009. Peran
penyakit pada bayi berhubungan dengan Faktor Sosio-Ekonomi, Biologi dan
kematian bayi di wilayah Puskesmas Pelayanan Kesehatan terhadap
Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Kesakitan dan Kematian Neonatal.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
Saran Majalah Kedokteran Indonesia, volume
Puskesmas Sumberasih seharusnya 59,
menyediakan pelayanan konseling terpadu nomor8.http://indonesia.digitaljournals.
kepada wanita usia subur (WUS) yang org/index.php/idnmed/article/download/
akan menikah dan ibu hamil tentang faktor 660/652 (sitasi 25 Mei 2014).
risiko yang menyebabkan kematian bayi
80 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80

Green, C.J. dan Wilkinson, J.M., Jakarta: : Yayasan Bina Pustaka


2012.Rencana Asuhan Keperawatan Sarwono Prawirohardjo.
Maternal & Bayi Baru Lahir. Puskesmas Sumberasih, 2013. Profil
Terjemahan oleh Monica Ester, Ns.Nur Puskesmas Sumberasih Tahun 2013.
Meity Sulistia Ayu, Yasmin Asih, Agus Probolinggo:Puskesmas Sumberasih.
Sutarna. Jakarta: Buku Kedokteran Roifah, I., 2013. Hubungan Berat Badan
EGC. Lahir Rendah dan Gizi Buruk dengan
Herianto, S.M. Sarumpaet, dan Rasmaliah, Angka Kematian Bayi pada Data
2012. Faktor-Fator yang Survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Timur. Mojokerto: STIKES Bina Sehat.
Neonatorum di Rumah Sakit Umum ST http://ejournal.stikes-
Elisabeth Medan Tahun 2007-2012. ppni.ac.id/article/3/1/article.pdf (sitasi
Medan: Universitas Sumatera 25 Mei 2014).
Utara.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/g Sarwani, D. dan Aji, B., 2011. Pemodelan
kre/article/download/4215/1905 (sitasi Kuantitatif Determinan-Determinan
1 Juni 2014). yang Mempengaruhi Kematian
Kementerian Kesehatan Republik Perinatal (Studi Kasus RSUD Margono
Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Soekarjo Purwokerto). Prosiding
Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data Seminar
danInformasi.http://www.depkes.go.id/ Nasional.http://journal.unsil.ac.id/jurnal
downloads/Profil%20Kesehatan_2012 /prosiding/9/9dwi_unsoed(5).pdf.pdf
%20(4%20Sept%202013).pdf (sitasi 23 (sitasi 1 Juni 2014).
November 2013). Wandira, A.K. dan Indawati, R., 2012.
Mahadevan, K., P.J. Reddy, dan D. A. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di
Naidu, 1986. Fertility and Mortality Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika
Theory, Methodology and Empirical dan Kependudukan, Volume 1 Nomor
Issues. New Delhi: Sage Publications 1, Agustus 2012: 33-42
India. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Ari
Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, nta%20Kusuma%20Wandira-
Penyakit Kandungan Dan Keluarga Rachmah%20(Volume%201%20Nomor
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. %201).pdf (sitasi 13 November 2013).
Jakarta: EGC. World Health Organization, 2012. Levels
Prawirohardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan. & Trends in Child Mortality. New
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono York: United Nations Childrenis
Prawirohardjo. Fundhttp://www.who.int/maternal_child
Prawirohardjo, S., 2008. Pelayanan _adolescent/documents/levels_trends_c
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. hild_mortality_2012.pdf?ua=1 (sitasi 14
Juli 2014).

You might also like