Volume 1.no.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilakupasien Hiv/Aids

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Volume 1.No.

2 Tahun 2016 Jurnal Human Care


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN
PERILAKUPASIEN HIV/AIDS
1)
Nur’Ainun Jambak,2) Wiwit Febrina 3) Aria Wahyuni
1)2)& 3)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock
Email :ainunjambak@gmail.com&wiwit.febrina@gmail.com

Submitted: 04-10-2016, Reviewer: 13-11-2016, Accepted: 21-01-2017

ABSTRACT
Treatment of HIV/AIDS can be given by medical and supported by behavioral changes.
This study aims to determine the factors that influence behavior change in patients with
HIV/AIDS. Design of the research is descriptive analytic with cross sectional study. This
research was conducted in a clinic HIV/AIDS of a hospital in Bukittinggi West Sumatera.
The population of this study is that patients with HIV / AIDS who actively visiting the
clinic HIV / AIDS amounted to 98 people. he sample taken by purposive sampling as
many as 82 people with the criteria of patients willing to be sampled. The data were
analyzed using univariate and bivariate analysis (Chi-Square Test). The result showed
most respondents have a high knowledge (61%), high motivation (57.3%), good family
support (51.2%), counseling is high (59.8%) and behavioral changes in a positive
direction (52 , 4%). Statistical analysis showed the relationship between knowledge (p =
0.005; OR = 7), motivation (p = 0.005; OR = 9.84), family support (p = 0.005; OR =
6.57) and counseling HIV / AIDS ( p = 0.005; OR = 7.81) with the change in the
behavior of patients with HIV / AIDS. It can be concluded there is a relation between
knowledge, motivation, counseling and family support behavior change HIV / AIDS
patients.Expected at the hospital and the respondent is always active giving and receiving
counseling in order to reduce the incidence of HIV / AIDS and is expected to families
receiving family members of HIV / AIDS. The next research is done with different
variables such as perception, emotion, age, peer support.
Keywords : Behavioral Change, HIV/AIDS

HIV/AIDS dapat diobati dengan pengobatan medis dan didukung oleh perubahan
perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku pada pasien dengan HIV/AIDS. Desain penelitian ini adalah
deskriptif analitik dengan studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan di klinik
HIV/AIDS di salah satu rumah sakit yang ada di Bukittinggi Sumatera Barat. Populasi
dari penelitian ini adalah pasien dengan HIV/AIDS yang aktif mengunjungi klinik
HIV/AIDS sebesar 98 orang dengan sampel yang diambil oleh purposive sampling
sebanyak 82 orang dengan kriteria pasien bersedia untuk menjadi sampel. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat (Chi-Square Test). Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tinggi (61%),
motivasi tinggi (57,3%), dukungan keluarga yang baik (51,2%), konseling adalah
perubahan tinggi (59,8%) dan perilaku ke arah yang positif (52, 4%). Analisis statistik
menunjukkan hubungan antara pengetahuan (p = 0,005; OR = 7), motivasi (p = 0,005;
OR = 9,84), dukungan keluarga (p = 0,005; OR = 6,57) dan konseling HIV/AIDS (p =
0,005; OR = 7,81) dengan perubahan perilaku pasien dengan HIV/AIDS. Dapat
disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan, motivasi, konseling dan keluarga
perubahan perilaku dukungan pasien HIV/AIDS. Diharapkan di rumah sakit dan
responden selalu memberi aktif dan menerima konseling untuk mengurangi kejadian HIV
/ AIDS dan diharapkan keluarga menerima anggota keluarga dari HIV/AIDS
Kata Kunci : HIV/AIDS, Perubahan Perilaku
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN Penyimpangan perilaku yang dulu


Acquired Immune Deficiency dilakukan oleh pasien HIV adalah
Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan berganti-ganti pasangan dalam
gejala penyakit yang disebabkan oleh melakukan hubungan
Human Immunodeficiency Virus (HIV). seksual.Menggunakan alat suntik yang
Virus HIV ditemukan dalam cairan tidak steril dan penggunaannya yang
tubuh terutama pada darah, cairan dilakukan secara bergantian khususnya
sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. pada pasien penahun. Penyimpangan
Virus tersebut merusak sistem kekebalan perilaku individu maupun masyarakat
tubuh manusia dan mengakibatkan tersebut mempunyai pengaruh yang
turunnya atau hilangnya daya tahan besar terhadap potensi peningkatan
tubuh sehingga mudah terjangkit penyebaran penyakit
penyakit infeksi (Marubeny, 2013). HIV HIV/AIDS.Penanganan penyakit
(Human Immunodeficiency Virus) HIV/AIDS jelas tidak mungkin
adalah virus yang menyerang sistem mengandalkan penanganan dari segi
kekebalan tubuh manusia dan medis saja, melainkan juga memerlukan
melemahkan kemampuan tubuh untuk perhatian tentang faktor
melawan segala penyakit yang perilaku.Perilaku merupakan faktor
datang.Pada saat kekebalan tubuh mulai terbesar kedua setelah faktor lingkungan
melemah, maka menimbulkan masalah yang mempengaruhi kelompok atau
kesehatan. Gejala umum yang timbul masyarakat.
antara lain demam , batuk, atau diare Perubahan yang dilakukan pasien
secara terus-menerus. Kumpulan gejala HIV/AIDS antara lain perubahan sosial,
penyakit akibat lemahnya sistem perubahan kesehatan dan lain-lain.
kekebalan tubuh ini disebut dengan Perubahan perilaku tersebut terjadi
AIDS (Acquired Immune Deficiency karena mereka mendapatkan pendidikan
syndrome) (Murni, 2011) kesehatan, konseling dan arahan dari
United Nation Programeon petugas kesehatan.Perubahan perilaku
HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan yang dijalani pasien HIV/AIDS antara
pada tahun 1993 jumlah penderita HIV lain lebih rajin olahraga, lebih
di dunia sebanyak 12 juta orang dan memperhatikan asupan makanan yang
pada akhir tahun 2000 sebanyak 20 juta dikonsumsi, melakukan kegiatan seperti
orang. Prevalensi AIDS pada tahun 1993 akupuntur, mendengar ceramah dan
sebesar 900.000, sedangkan pada akhir tidak berganti-ganti pasangan.
tahun 2000 sebesar 2 juta.Pada tahun Hasil pendataan Depkes Provinsi
2001 insidensi infeksi HIV–baru pada Sumatera Barat memiliki jumlah
anak sebanyak 800.000 dengan 580.000 kumulatif AIDS sampai tahun 2012
kematian akibat HIV/AIDS.Dari sebanyak 802 kasus. Jumlah kumulatif
800.000 anak, 65.000 kasus positif penderita HIV/AIDS di Kota
diperkirakan terjadi di Asia Selatan dan Bukittinggi pada tahun akhir September
Asia Tenggara (Widoyono, 2011).Di 2013 tercatat sebanyak 165.Dari data
Asia terdapat 4.9 juta yang terinfeksi tersebut Kota Bukittinggi mendapat
HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi rangking kedua dalam jumlah penderita
baru dan telah menyebabkan kematian HIV/AIDS se-Sumbar (Ditjen PP & PL,
300 ribu orang di tahun 2007. Cara 2013).Studi pendahuluan yang
penularan di Asia sangat bervariasi, dilakukan disebuah rumah sakit di Kota
namun yang mendorong epidemi adalah Bukittinggi didapatkan jumlah pasien
tiga perilaku yang berisiko tinggi: seks HIV/AIDS pada tahun 2013 sebanyak
komersial yang tidak terlindungi, 91 orang.Sampai pada bulan Juni 2014
berbagi alat suntik di kalangan terdapat 98 pasien HIV/AIDS yang lama
pengguna napza dan seks antar lelaki dan masih aktif menjalani pengobatan
yang tidak terlindungi (KPAN& Mboi, dan konseling di Poliklinik. Rata-rata
2010). kunjungan pasien pada hari senin dan
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

kamis adalah 4-5 orang perhari. Pasien menggunakan uji statistik yang
yang berkunjung tidak hanya pasien digunakan adalah uji chi-square
yang positif terkena HIV,namun ada HASIL DAN PEMBAHASAN
juga pasien yang beresiko yang ingin A. Analisa Univariat
melakukan test HIV. Analisa univariat bertujuan untuk
Berpijak pada fenomena tersebut dan mengetahui distribusi frekuensi
melihat Kota Bukittinggi merupakan pengetahuan, motivasi, dukungan
salah satu kota yang kental dengan nilai keluarga, konseling dan perubahan
spiritual maka penting dilakukan perilaku.
penelitian yang bertujuan melihat
perubahan perilaku ke arah yang lebih Hasil data yang telah dilakukan
baik sehingga dapat mengurangi angka terhadap 82 responden HIV/AIDS di
terjadi HIV AIDS yang tercatat di kota Poliklinik menunjukkan bahwa lebih
Bukittinggi. Tujuan penelitian ini adalah dari sebagian yaitu 50 responden (61%)
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai pengetahuan yang tinggi
berhubungan dengan perubahan prilaku dengan pengetahuan yang rendah ada 32
pasien HIV/AIDS di salah rumah sakit responden (39%). Hasil penelitian ini
yang ada di Kota Bukittinggi. sejalan dengan penelitian Nugrahaeni
(2009) tentang Pengaruh Konseling
METODE PENELITIAN Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Jenis penelitian ini adalah analitik ODHA (Studi Di Kec. Margahayu
dengan desain penelitian Cross Bandung), dimana dari hasil analisis
Sectional Study, untuk melihat univariat penelitian dari 58 orang
hubungan pengetahuan, motivasi, responden menunjukan sebagian
dukungan keluarga, dan konseling responden mempunyai pengetahuan
terhadap perubahan perilaku pasien yang tinggi. Hasil penelitian ini juga
HIV/AIDS. Populasi dalam penelitian sejalan dengan penelitian yang
ini adalah semua pasien HIV/AIDS yang dilakukan Anurmalasari (2010) tentang
tercatat di Poliklinik berjumlah 98 orang Hubungan Antara Pemahaman Tentang
sedangkan sampel diambil HIV/AIDS Dengan Kecemasan Tertular
menggunakan teknik pengambilan HIV/AIDS Pada WPS (Wanita Penjaja
sampling purposive sampling sebanyak Seks) Langsung di Cilacap, dari hasil
82 orang dengan kriteria pasien bersedia univariatmenunjukkan bahwa
menjadi sampel saat dilakukan terdapatsebagian besar responden
penelitian. Alat pengumpulan data yaitu memiliki pemahaman yag tinggi tentang
kuesioner tentang pengetahuan yang HIV/AIDS. Kondisi tersebut
diadop dari Budiman tahun 2013, menunjukkan bahwa semakin
motivasi, dukungan keluarga, konseling, tinggiPemahaman Tentang HIV/AIDS
dan perilaku pasien HIV/AIDS yang yang dimiliki subjek maka Kecemasan
sudah dilakukan uji validitas dan TertularHIV/AIDS semakin
reliabilitas sehingga dapat digunakan tinggi.Sebaliknya, semakin rendah
dalam penelitian. Analisa data meliputi Pemahaman TentangHIV/AIDS yang
analisa univariat dan bivariat dengan dimiliki subjek maka Kecemasan
Tertular HIV/AIDS semakinrendah.
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

Tabel1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Motivasi, Dukungan Keluarga,


Konseling, Dan Perubahan Perilaku Pasien HIV/AIDS
No Kategori Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan
1 Rendah 32 39
2 Tinggi 50 61
Total 82 100
Motivasi
1 Rendah 35 42,7
2 Tinggi 47 57,3
Total 82 100
Dukungan Keluarga
1 Tidak Mendukung 40 48,8
2 Mendukung 42 51,2
Total 82 100
Konseling HIV/AIDS
1 Rendah 33 40,2
2 Tinggi 49 59,8
Total 82 100
Perubahan Perilaku
1 Tidak Berubah 39 47,6
2 Berubah 43 52,4
Total 82 100

Responden yang memiliki responden (57,3%) mempunyai motivasi


pengetahuan rendah disebabkan yang tinggi. Penelitian ini sejalan
kurangnya keaktifan dalam mencari dengan penelitian yang dilakukan Lely
informasi yang berhubungan dengan (2010) tentang faktor-faktor yang
pencegahan dan perubahan perilaku mempengaruhi motivasi ODHA dalam
HIV/AIDS.Sebagian besar responden pencegahan HIV/AIDS di Puskesmas
beranggapan bahwa mereka tidak perlu Kedung Mundu Semarang, dimana
mengetahui hal yang berhubungan dalam penelitiannya menyatakan bahwa
dengan perubahan perilaku pasien motivasi HIV/AIDS yang tinggi sebesar
HIV/AIDS karena perubahan perilaku 61,7%. Mariana dkk (2008) dalam
dapat berubah dengan kemauan dari penelitiannya juga menunjukkan bahwa
individu itu sendiri.Selain itu sebesar 78.9% responden memiliki
berdasarkan wawancara dengan Kepala motivasi yang tinggi tentang perubahan
Ruangan di tempat penelitian diketahui perilaku HIV/AIDS. Dan juga Hasil ini
pasien HIV/AIDS hanya mendapatkan sejalan dengan penelitian Mahardining
penyuluhan kesehatan dalam bentuk (2010) tentang Hubungan Antara
konseling tapi waktunya Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan
terbatas.Sedangkan bagi responden yang Keluarga Dengan Kepatuhan Terapi
memiliki pengetahuan tinggi disebabkan ARV Odha disebutkan bahwa persentase
tingginya rasa ingin tahu tentang terbesar responden memiliki motivasi
perubahan perilaku HIV/AIDS sehingga tinggi sebesar (68,2%) adanya hubungan
mereka cenderung sudah tahu beberapa yang signifikan antara motivasi minum
hal tentang pengertian faktor-faktor obat dengan kepatuhan terapi ARV.
yang mempengaruhi perubahan perilaku Menurut asumsi peneliti rendahnya
tersebut. motivasi responden disebabkan faktor
Hasil pengumpulan data yang telah pengetahuan yang rendah dan sikap
dilakukan dari 82 responden lebih dari yang apatis pada HIV/AIDS terhadap
sebagian responden sebanyak 47 perubahan perilaku dan mereka
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

mengangggap tidak ada kepedulian keluarga selalu mengatur aktifitas


pada usaha konselor dalam membentuk responden serta memberikan dukungan
perubahan perilaku tersebut. Hal ini emosional berupa simpati dan empati
cukup realistis untuk menunjang pada pasien HIV/AIDS.
mengapa kebanyakan responden Hasil pengumpulan data yang telah
memiliki motivasi yang rendah terhadap diketahui dari 82 responden sebagian
perubahan perilaku. Namun masih besar sebanyak 49 responden (59,8%)
adanya motivasi yang tinggi responden mempunyai konseling yang tinggi
disebabkan faktor pengetahuan yang terhadap HIV/AIDS. Konseling
baik dan sikap yang positif terhadap merupakan suatu proses bantuan
usaha konselor dalam perubahan pemecahan masalah klien agar dapat
perilaku. Hal ini terlihat dari hasil menyesuaikan dirinya secara efektif
observasi dimana sebagian besar dengan dirinya sendiri dan dengan
responden menganggap konselor lingkungannya, yang dilakukan seorang
membantu mereka untuk meningkatkan konselor kepada klien secara bersama-
kesehatan. sama, dimana klien mengambil
Hasil pengumpulan data yang telah keputusan atas masalahnya sendiri baik
diketahui dari 82 responden lebih dari kehidupan di masa sekarang maupun
sebagian responden sebanyak 42 yang akan dating. Konseling bertujuan
responden (51,2%) mempunyai untuk mencegah penularan HIV,
dukungan keluarga yang mendukung. mengubah perilaku ODHA (orang yang
Hasil penelitian sejalan dengan hidup dengan HIV/AIDS), pemberian
penelitian yang dilakukan Handayani dukungan yang dapat menumbuhkan
(2011) tentang faktor-faktor yang motivasi mereka dan meningkatkan
berhubungan dengan perubahan perilaku kualitas hidup pasien HIV/AIDS
pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja (Priyanto 2012, p.81).
Puskesmas Jatinangor didapatkan lebih Hasil penelitian sejalan dengan
dari setengah responden mendapat penelitian yang dilakukan Sumarlin
dukungan yang baik dari keluarga (2013) tentang Faktor-Faktor Yang
(53,45%). Memengaruhi Perubahan Perilaku Pada
Menurut asumsi peneliti tidak Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT
adanya dukungan dari keluarga Bunga Harapan RSUD Banyumas
disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan lebih dari sebagian besar
didapat keluarga dan keluarga responden mempunyai intensitas
cenderung menganggap perubahan konseling yang tinggi dalam perubahan
perilaku pasien HIV/AIDS akan terjadi perilaku (53,45%). Menurut analisa
dengan sendirinya atas dasar kesadaran peneliti, tingkat konseling yang rendah
pasien itu sendiri. Hasil obeservasi pada responden disebabkan responden
menunjukkan beberapa responden banyak yang masih keliru tentang
belum berani untuk mengungkapkan manfaat konseling, dan dampak setelah
statusnya kepada keluarga dan sebagian melakukan konseling karena adanya
responden merasa tidak ada yang anggapan bahwa kurangnya
memberikan semangat dan tidak adanya kepercayaan responden terhadap
keinginan keluarga untuk membantu konselor dan merasa konseling tidak
responden untuk memanfaatkan begitu mempengaruhi kehidupan
konselor serta tidak adanya keluarga mereka. Namun pada beberapa
yang mau menemani atau mengantar responden yang mempunyai konseling
pada saat berobat. Dukungan keluarga tinggi disebabkan adanya anggapan
yang baik disebabkan responden merasa konseling memberikan efek yang positif
cukup diperhatikan dalam menjalankan terhadap perubahan perilaku yang terjadi
aktifitasnya.Sebagian besar responden pada pasien HIV/AIDS. Responden
merasa diperhatikan dengan meluangkan merasakan mendapatkan informasi yang
waktu untuk mendengar keluhan dan penting, yakni alternatif dalam
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

pengembangan pribadi berupa sekitar yang memberikan informasi


penambahan ketrampilan sehingga penting dalam perubahan perilaku
pasien HIV/AIDS merasa kualitas hidup kesehatan. Responden beranggapan
yang lebih baik bahwa mereka tidak perlu melakukan
Hasil pengumpulan data yang telah hal yang berhubungan dengan perilaku
diketahui dari 82 responden lebih dari kesehatan seperti tidak melakukan
sebagian besar sebanyak 43 responden pemeriksaan rutin ke rumah sakit dan
(52,4%) mengalami perubahan perilaku tidak ingin mencari tahu mengenai
pada pasien HIV/AIDS. Hasil penelitian pengobatan dan isu terbaru tentang
sejalan dengan penelitian yang penyakit AIDS. Sedangkan bagi
dilakukan Sumarlin (2013) tentang responden yang memiliki perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang tinggi disebabkan adanya
perubahan perilaku pada pasien motivasi yang tinggi disertai niat untuk
HIV/AIDS di Klinik VCT Bunga merubah perilaku dan dukungan yang
Harapan RSUD Banyumas didapatkan baik dari keluarga dan masyarakat
sebagian responden melakukan terhadap perubahan perilaku kesehatan
perubahan perilaku setelah diadakan pasien HIV/AIDS.
konseling (78,9%). Menurut asumsi
peneliti responden yang tidak ada B. Analisa Bivariat
perubahan perilaku disebabkan Analisa bivariat digunakan untuk
kurangnya kesadaran responden dalam mengetahui hubungan pengetahuan,
perubahan perilaku kearah yang positif motivasi, dukungan keluarga, konseling
dan tidak adanya dukungan lingkungan dan perubahan perilaku

Tabel 2. Hubungan pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga, konseling dengan


perubahan perilaku pasien HIV/AIDS
Perubahan Perilaku Total
p OR
Variabel Tidak Berubah
Value 95% CI
n % N % N %
Pengetahuan
Rendah 24 75 8 25 32 100 7
0,005
Tinggi 15 30 35 70 50 100 (2,56- 19,08)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Motivasi
Rendah 27 77,1 8 22,9 35 100 9,84
0,005
Tinggi 12 25,5 35 74,5 47 100 (3,52-27,45)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Dukungan Keluarga
Tidak 28 70 12 30 40 100 6,57
0,005
Mendukung 11 26,2 31 73,8 42 100 (2,50-17,25)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Konseling
Rendah 25 75,8 8 24,2 33 100 7,81
0,005
Tinggi 14 28,6 35 71,4 49 100 (2,84-21,42)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100

Dari tabel diatas 2.hasil analisis pengetahuan rendah tidak mempunyai


hubungan antara pengetahuan dengan perubahan perilaku, sedangkan diantara
perubahan perilaku pasien HIV/AIDS responden yang mempunyai
diperoleh bahwa ada sebanyak 24 dari pengetahuan tinggi sebanyak 15 dari 50
32 (75%) responden yang mempunyai (30%) responden tidak mengalami
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

perubahan perilaku. Hasil uji statistic pencegahannya maka penanganannya


diperoleh nilai p = 0,005 maka dapat akan percuma.
disimpulkan bahwa ada hubungan Hasil analisis hubungan antara
pengetahuan dengan perubahan perilaku motivasi dengan perubahan perilaku
pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada
analisis diperoleh pula nilai OR 7 sebanyak 27 dari 35 (77,1%) responden
artinya responden yang mempunyai yang mempunyai motivasi rendah tidak
pengetahuan rendah berpeluang 7 kali mengalami perubahan perilaku,
tidak mengalami perubahan perilaku sedangkan diantara responden yang
dibandingkan dengan responden yang mempunyai motivasi tinggi sebanyak 12
mempunyai pengetahuan tinggi. dari 47 (25,5%) responden tidak
Hasil penelitian sejalan dengan mengalami perubahan perilaku. Hasil uji
penelitian yang dilakukan Sumarlin statistic diperoleh nilai p = 0,005 maka
(2013) tentang Faktor-Faktor Yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Mempengaruhi Perubahan Perilaku Pada motivasi dengan perubahan perilaku
Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil
Bunga Harapan RSUD Banyumas analisis diperoleh pula nilai OR 9,84
dengandesain penelitian cross sectional artinya responden yang mempunyai
menunjukkan terdapat hubungan yang motivasi rendah berpeluang 9,84 kali
signifikan antara pengetahuandengan tidak mengalami perubahan perilaku
perubahan perilaku, dengannilai p dibandingkan dengan responden yang
=0,019. Sumarlin menambahkan bahwa mempunyai motivasi tinggi.
semakin tinggi pengetahuan maka Hasil penelitian sejalan dengan
semakin tinggi seseorang meningkatkan penelitian yang dilakukan Handayani
perubahan perilaku.Menurut analisa (2011) tentang Faktor-faktor yang
peneliti pada responden dengan berhubungan dengan perubahan perilaku
pengetahuan yang rendah dan pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja
melakukan perubahan perilaku hal ini Puskesmas Jatinangor dengan desain
mungkin bisa dijelaskan bahwa karena penelitian cross sectional dengan 40
mereka bersikap positif terhadap responden menunjukkan terdapat
perilaku kesehatan, sehingga mereka hubungan yang signifikan antara
cenderung untuk mencari tahu tentang motivasi dengan perubahan perilaku,
perilaku kesehatan yang baik. Hal ini dengan nilai p =0,002. Motivasi
dibuktikan dengan jawaban responden merupakan faktor utama dalam
yang sudah banyak mengetahui perubahan perilaku.Menurut asumsi
perubahan perilaku kesehatan dan peneliti adanya motivasi yang tinggi
berusaha mencari informasi mengenai tapi tidak melakukan perubahan
pengobatan dan isu terbaru tentang perilaku dapat disebabkan tidak adanya
penyakit AIDS. Bagi mereka yang dukungan dari keluarga dan dukungan
berpengetahuan tinggi dan tidak lingkungan dalam membentuk
melakukan perubahan perilaku hal ini perubahan perilaku serta adanya sikap
mungkin bisa disebabkan motivasi yang yang negative dan apatis dengan kondisi
sudah tidak ada dan menyerah dengan yang ddapi. Perubahan perilaku dapat
kondisi yang dihadapi. Misalnya hal ini disebabkan oleh faktor interna dan
bisa dijelaskan dengan perilaku yang ekstern faktor intern datang dari dalam
kurang peduli terhadap pemeriksaan diri sendiri seperti pengetahuan dan
kesehatan dan tidak ingin mencari tahu sikap sedangkan faktor eksternal berupa
hal-hal yang berhubungan dengan dukungan keluarga dan sosial.Bagi
perubahan perilaku kesehatan tersebut responden yang mempunyai motivasi
sebaik apapun pengetahuan seseorang rendah tapi melakukan perubahan
terhadap suatu penyakit tapi jika tidak perilaku mungkin disebabkan faktor
ada dorongan atau motivasi untuk internal dan eksternal. Faktor intern
diantaranya adanya pengalaman pahit
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

dari keluarga responden karena virus Hasil penelitian sejalan dengan


HIV/AIDS yang telah mengalami penelitian yang dilakukan Siahaan
penurunan kualitas hidup sehingga (2011) tentang Pengaruh Dukungan
menuntut mereka untuk melakukan Keluarga Terhadap Program Pengobatan
perubahan perilaku.Faktor ekstern Pasien Hiv-Aids di Posyansus Rumah
seperti kondisi rumah yang sehat dan Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
lingkungan yang selalu mendukung para Medan Tahun 2011 dengan desain
pasien HIV/AIDS. penelitian cross sectional dengan 30
Hasil analisis hubungan antara responden menunjukkan ada pengaruh
dukungan keluarga dengan perubahan keluarga terhadap program pengobatan
perilaku pasien HIV/AIDS diperoleh Hiv/Aids dengan nilai P =0,003. Hasil
bahwa ada sebanyak 28 dari 40 (70%) penelitian ini juga relevan dengan
responden yang tidak mempunyai penelitian yang dilakukan Hestri
dukungan keluarga tidak mengalami Sumarlin (2013) tentang Faktor-Faktor
perubahan perilaku, sedangkan diantara Yang Memengaruhi Perubahan Perilaku
responden yang mempunyai dukungan Pada Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT
keluarga sebanyak 31 dari 42 (73,8%) Bunga Harapan RSUD Banyumas
responden dengan perubahan perilaku. dengan desain penelitian cross sectional
Hasil uji statistic diperoleh nilai p = dengan 38 responden menunjukkan
0,005 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
ada hubungan keluarga dengan antara dukungan keluarga dengan
perubahan perilaku pada pasien perubahan perilaku, dengan nilai p
HIV/AIDS. Dari hasil analisis diperoleh =0,000.Berdasarkan hasil penelitian
pula nilai OR= 6,57 artinya responden diketahui bahwa responden yang
yang tidak mempunyai dukungan memiliki dukungan keluarga yang tidak
keluarga peluang /risiko 6,57 kali tidak mendukung cenderung mengalami
mengalami perubahan perilaku perubahan perilaku yang tidak baik
dibandingkan dengan responden yang disebabkan ketidakpedulian keluarga
mempunyai dukungan keluarga yang terhadap salah satu anggota keluarganya
mendukung yang sakit seperti tidak adanya tindak
Keluarga merupakan tempat yang lanjut keluarga ataupun proteksi
paling nyaman untuk seseorang dalam keluarga terhadap perubahan perilaku
menghadapi segala persoalan hidup, kesehatan responden. Disamping itu
berbagi kebahagiaan dan tempat juga terdapat responden yang memiliki
tumbuhnya harapan-harapan akan hidup dukungan keluarga yang tidak
yang lebih baik (Helebec, 2009 dalam mendukung tapi mengalami perubahan
Yaswita, 2014). Pemberian kesempatan perilaku disebabkan responden
oleh keluarga bagi ODHA untuk mendapatkan motivasi dan dorongan
mengekspresikan kesedihan, masalah, dari pihak luar seperti teman-teman dan
dan stressor yang dialaminya dapat tokoh agama yang selalu membina
menurunkan tingkat stress dan akhlak responden sehingga terjadi
melindunginya dari efek negatif stress perubahan perilaku yang baik.Hal ini
sehingga dapat menurunkan angka juga dapat diketahui dari responden
kejadian HIV/AIDS. Eagly & Chaiken yang mendapat dukungan keluarga
(1993) dalam Yaswita (2014), dimana pasien selama menjalani
menyatakan bahwa pihak yang program pengobatan berjalan dengan
memberikan dukungan (motivator) lancar dan baik. Sedangkan pasien yang
sangat berperan dalam memotivasi dukungan keluarga kurang merasa
individu untuk merubah perilakunya. psikologinya terganggu, terkadang
Makin tinggi status pihak yang memberi pasien dalam mengkonsumsi obat tidak
dukungan makin besar kemungkinan sesuai dengan jadwal yang
individu merubah perilakunya. ditetapkan.Sedangkan sebagian
responden yang memiliki dukungan
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

keluarga yang mendukung tapi tidak bahwa konseling kesehatan reproduksi


mengalami perubahan perilaku remaja berpengaruh terhadap perubahan
disebabkan adanya sikap dan persepsi perilaku dengan p-value 0,0005.
yang selalu negative dalam hal apapun Menurut analisa peneliti,
sehinga berakibat pada perilaku responden yang mempunyai konseling
sedangkan responden yang memiliki yang tinggi tapi tidak mengalami
dukungan yang baik tapi mengalami perubahan perilaku disebabkan adanya
perubahan perilaku disebabkan adanya stigma yang negatif dari lingkungan dan
sikap dan motivasi yang baik dalam diskriminasi dalam sosialisasi di
merubah perilaku yang tidak baik lingkugan responden.Hal ini terlihat dari
Hasil analisis hubungan antara hasil wawancara responden yang
konseling dengan perubahan perilaku merasakan konselor kurang
pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada memotivasinya dalam membentuk
sebanyak 25 dari 33 (75,8%) responden perilaku yang positif.konselor cenderung
yang mempunyai konseling rendah tidak menunggu pasien dalam
mengalami perubahan perilaku mengungkapkan permasalahan terlebih
sedangkan diantara responden yang dahulu sehingga rasa kedekatan antara
mempunyai konseling tinggi sebanyak konselor dan pasien kurang. Rasa putus
35 dari 49 (71,4%) responden dengan asa dan rasa duka yang berkelanjutan
perubahan perilaku. Hasil uji statistic juga menjadi faktor perubahan
diperoleh nilai p = 0,005 maka dapat perilaku.Saat ini, pasien sangat
disimpulkan bahwa ada hubungan membutuhkan dukungan dari berbagai
konseling dangan perubahan perilaku pihak, tidak hanya dari keluarga namun
pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil juga dari kontribusi pemerintah yakni
analisis diperoleh pula nilai OR= 7,81 melalui konseling dalam memberikan
artinya responden yang tidak pemberdayaan keterampilan sehingga
mempunyai peran konseling peluang rasa putus asa pasien dapat menurun.
/risiko 7,81 kali tidak mengalami Pasien juga akan merasa lebih terpacu
perubahan perilaku dibandingkan untuk menjalani kehidupannya yang
dengan responden yang mempunyai lebih baik lagi. Dengan pelatihan
konseling rendah. keterampilan yang diperoleh pasien
Konseling HIV/AIDS merupakan maka hasil karya yang diciptakan dapat
dialog antara seseorang (klien) dengan berguna bagi kehidupan sehari-hari
pelayanan kesehatan (konselor) yang pasien maupun untuk orang
bersifat rahasia, sehingga sekitarnya.Namun responden yang
memungkinkan orang tersebut mampu mempunyai tingkat konseling rendah
menyesuaikan atau mengadaptasi diri tapi mengalami perubahan perilaku
dengan stress dan sanggup membuat disebabkan pengetahuan, adanya
keputusan bertindak berkaitan dengan dukungan dari orang terdekat dan sikap
HIV/AIDS.Konseling merupakan yang positif dalam mencegah penularan
interaksi yang terjadi antara dua orang, HIV/AIDS dengan mengubah perilaku
yang satu disebut konselor dan lainnya pasien HIV/AIDS tidak hanya
sebagai klien yang berlangsung dalam membutuhkan informasi belaka, tetapi
kerangka profesional mengarah pada yang jauh lebih penting adalah
kemungkinan terjadinya perubahan pemberian dukungan yang dapat
perilaku pada klien (Nursalam, 2007). menumbuhkan motivasi mereka,
Penelitian ini sejalan dengan pentingnya konseling akan mendorong
penelitian Nugrahaeni (2009) tentang HIV/AIDS untuk melakukan tindakan
Pengaruh Konseling Kesehatan preventif atau promotif dalam kesehatan
Terhadap Perubahan Perilaku ODHA reproduksi.
(Studi di Kecamatan Suka Miskin
Bandung) analisis data menggunakan uji
Mann Whitney Test dan diperoleh hasil
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

Penjaja Seks) Langsung Di Cilacap.


Simpulan Diunduh dari
Penelitian ini memberikan :http://eprints.unsri.ac.id(12-02-
kesimpulan bahwa sebagian besar 2015)
responden memiliki pengetahuan yang Budiman.et. al. 2013.Kapita selekta
tinggi, motivasi yang tinggi, memiliki Kuesioner pengetahuan dan Sikap
dukungan keluarga yang baik dan Dalam Penelitian Kesehatan:
mendapatkankan konseling yang sering Jakarta: Salemba Medika
serta adanya perubahan perilaku ke ara DITJEN PP & PL. 2013.Laporan Situasi
yang positif. Serta adanya hubungan Perkembangan HIV&AIDS di
antara pengetahuan, motivasi, dukungan Indonesia Tahun 2013.Diunduh di
keluarga, konseling dengan perubahan http://pppl.depkes.go.id/_asset/_dow
perilaku pasien HIV/AIDS. nload/Laporan%20HIV%20AIDS%2
Penelitian ini memberikan 0TW%204%202013.pdf.Jakarta:
kontribusi kepada pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan RI
agar lebih aktif memberikan pendidikan Handayani. 2011. Faktor-faktor yang
kesehatan tentang pencegahan dan Berhubungan dengan Perubahan
penularan penyakit HIV/AIDS Perilaku pada Pasien HIV/AIDS di
khususnya tentang perubahan perilaku wilayah kerja Puskesmas
kesehatan pasien HIV/AIDS secara Jatinangor.Skripsi Unpad
berkala di lingkungan Rumah sakit, Sumarlin, H. 2013. Faktor-faktor yang
puskesmas ataupun tempat pelayanan Mempengaruhi Perubahan Perilaku
kesehatan lainnya. Di samping itu perlu Pasien HIV/AIDS di Klinik VCT
menginformasikan tentang pentingnya Bunga Harapan RSUD Banyumas
menjaga keefektifan konseling antara FK-MIPA Jurusan Keperawatan
pasien dan tenaga kesehatan dalam Universitas Jendral Soedirman
menghadapi perubahan perilaku Purwokerto
kesehatan. Diharapkan kepada pasien Lely, K. 2010. Faktor-faktor yang
HIV/AIDS agar berpartisipasi dalam mempengaruhi motivasi ODHA
kegiatan konseling dalam membentuk dalam Pencegahan HIV/AIDS di
perubahan perilaku pencegahan dan Puskesmas Kedung Mundu
penularan HIV/AIDS dan kualitas hidup Semarang. Diunduh dari:
yang lebih baik dan memilih sumber http://digilib.unimus.ac.id (05-02-
yang tepat dan benar dalam mencari 2015)
informasi tentang perubahan atau isu-isu Mahardining, A. 2010. Hubungan
kesehatan tentang HIV/AIDS dari Antara Pengetahuan, Motivasi, Dan
berbagai media elektronik dan media Dukungan Keluarga Dengan
cetak dan keluarga agar Kepatuhan Terapi Arv Odha.
mempertahankan dukungan yang Diunduh dari:
diberikan kepada pasien yang http://journal.unnes.ac.id/index.php/k
mengalami HIV/AIDS. Diharapkan emas ( 12-02-2015)
kepada peneliti selanjutnya agar dapat Mariana, dkk. 2008. Hubungan
melakukan penelitian selanjutnya Pengetahuan dan Sikap Remaja
dengan mengunakan rencana penelitian Tentang Penanggulangan HIV/AIDS
yang berbeda dan variabel yang berbeda di SMAN 42 Kota Semarang. Skripsi
seperti persepsi, emosi, umur, dukungan Undip
kelompok sebaya. Marubeny, S. 2013. “Perbedaan Respon
Sosial Penderita HIV/AIDS yang
Referensi Mendapat Dukungan Keluarga dan
Anurmalasari, R. 2010. Hubungan Tidak Mendapat Dukungan Keluarga
Antara Pemahaman Tentang di Balai Kesehehatan Paru
Hiv/Aids Dengan Kecemasan Masyarakat (BPKM)
Tertular Hiv/Aids Pada Wps (Wanita Semarang”.Jurnal Keperawatan
Volume 1.No.2 Tahun 2016 Jurnal Human Care

Komunitas Volume 1. Halm 43-51. 1 dan Sikap ODHA (Studi di


Mei 2013 Kec.Margahayu Bandung).Skripsi
Mboi, N. 2010. Hiv/Aids Research Unpad
Inventori. Jakarta: KPAN Priyanto, A. 2012. Komunikasi dan
Murni, S. 2011. Seri buku kecil “hidup Konseling: Aplikasi dalam Sarana
dengan HIV/AIDS”. Jakarta: Pelayanan Kesehatan untuk Perawat
Yayasan Spiritia dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, dkk.2007. Asuhan Siahaan,R. 2011. Pengaruh Dukungan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi Keluarga Terhadap
HIV/AIDS.Jakarta: Salemba Medika ProgramPengobatan Pasien Hiv-
Yaswita, N. 2014. Hubungan Dukungan Aids Di Posyansus Rumah Sakit
Kelompok Sebaya, Motivasi Umum Pusat Haji Adam Malik
Instrinsik, dan Dukungan Keluarga Medan Tahun 2011.Skripsi. USU
Terhadap Kepatuhan Minum Obat KPAN, 2010.Strategi dan Rencana Aksi
Antiretroviral (ARV) pada Penderita Nasional Penanggulangan HIV dan
HIV/AIDS Di Poliklinik Serunai AIDS 2010-2014. Jakarta: KPAN
RSUD Dr. Achmad Mochtar Widoyono, 2011.Penyakit Tropis;
Bukittinggi Tahun 2014.Skripsi. Epidemiologi, Penularan,
STIKes Fort De Kock Bukittinggi Pencegahan & Pemberantasannya.
Nugrahaeni, A. 2008. Pengaruh Jakarta: Erlangga
Konseling Terhadap Pengetahuan

You might also like