Professional Documents
Culture Documents
Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Mencit
Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Mencit
net/publication/277176847
CITATIONS READS
2 2,908
3 authors, including:
Intan Wiratmini
Udayana University
5 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Intan Wiratmini on 09 June 2016.
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe.) terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.). Pemberian ekstrak temu putih
diberikan secara oral setiap hari dengan menggunakan spait selama 35 hari. Terdapat 4 kelompok perlakuan
yaitu kelompok kontrol diberi 0 mg ekstrak/kg bb (Mo), kelompok perlakuan I diberi 100 mg ekstrak/kg bb (M1),
kelompok perlakuan II diberi 200 mg ekstrak/kg bb (M2) dan kelompok perlakuan III diberi 300 mg ekstrak/kg
bb (M3), masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak temu putih selama 35 hari dapat menurunkan motilitas dan viabilitas pada spermatozoa bila dibandingkan
dengan kontrol.
Kata kunci : Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.), mencit (Mus musculus L.), viabilitas, motilitas,
spermatozoa.
ABSTRACT
This research was aimed to study the effect of temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) extract treatment on
viability and motility of mice (Mus musculus L.) spermatozoa. The extract was given orally once a day in 35 days.
The animals were divided into four groups; one control group and three treatment groups with six replicates. (M0
= control group; M1 = group was given 100 mg/Kg body weight/day; M2 = group was given 200 mg/Kg body
weight/day; M3 = group was given 300 mg/Kg body weight/day). The result of the study showed that motility
and viability of spermatozoa were decreased significantly (p< 0.05) after receiving temu putih (C. zedoaria (Berg.)
Roscoe.) extract for 35 days.
Keywords : Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.), mice (Mus musculus L.), viability, mortility, spermatozoa
Naskah ini diterima tanggal 9 Maret 2010 disetujui tanggal 31Mei 2010
20
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih [Elfira Dzikri Ashfahani,dkk]
motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga diberikan pada hewan uji.
kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak Variabel yang diukur yaitu kualitas spermatozoa,
motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya meliputi motilitas spermatozoa dan viabilitas spermatozoa
(normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada yang diambil dari bagian kauda epididimis. Pengamatan
kepala, midpiece atau ekor), konsentrasi atau jumlah motilitas dan viabilitas spermatozoa dilakukan di bawah
spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa mikroskop cahaya. Kauda epididimis yang diperoleh
(Arsyad dan Hayati, 1994). pada hewan perlakuan diletakkan dalam cawan petri
Senyawa flavonoid yang memiliki aktifitas, seperti yang telah berisi 2 ml NaCl 0,9%, pengerjaan selanjutnya
estrogen, diduga dapat menekan fungsi hipofisis anterior mengikuti prosedur pemeriksaan WHO (Arsyad dan
untuk mensekresikan FSH dan LH (Middleton et Hayati, 1994).
al., 2000 dalam Suartha, 2005). Penurunan jumlah
mitosis sel-sel spermatogenik dan penurunan jumlah HASIL
lapisan sel spermatogenik pada tubulus seminiferus
testis terjadi setelah pemberian ekstrak rimpang temu Motilitas Spermatozoa
putih secara terus-menerus selama 33 hari (Handajani, Pemberian ekstrak temu putih berpengaruh nyata
2003), walaupun demikian pada semua dosis masih terhadap motilitas kategori a (spermatozoa bergerak
dapat dihasilkan spermatozoa. Karena itu masih perlu sangat cepat), b (spermatozoa bergerak kurang cepat/
diadakan penelitian terhadap viabilitas dan motilitas lambat, maju lurus ke depan), c (spermatozoa gerak
spermatozoa yang dihasilkan. di tempat) dan kategori d (spermatozoa diam/tidak
bergerak) pada P < 0,05. Hal ini dapat dilihat pada
MATERI DAN METODE perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan (Tabel 1). Berdasarkan Uji Duncan dengan
Sampel dalam penelitian ini adalah mencit jantan Post Hoc Test terdapat perbedaan yang bermakna antara
fertil, strain Balb-C, berat 25 ± 3 gram. Sampel dibagi M0, M1, M2 dan M3 untuk motilitas spermatozoa kategori
menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol (M0) a, begitu juga untuk kategori d terdapat perbedaan yang
dan 3 kelompok perlakuan (M1, M2 dan M3). Tiap-tiap bermakna antara M0, M1, M2 dan M3, sedangkan untuk
kelompok terdiri dari 6 ekor mencit sebagai ulangan. kategori b tidak terdapat perbedaan yang bermakna
Mencit dipelihara dalam kandang, diberi makan dan antara M0 dan M1, begitu juga untuk kategori c tidak
minum secara ad libitum. Kelompok kontrol (M0) diberi 0 terdapat perbedaan yang bermakna antara M2 dan
mg ekstrak/kg bb, kelompok perlakuan I (M1) diberi 100 M3 . Selisih nilai rata-rata dari persentase motilitas
mg ekstrak/kg bb, kelompok perlakuan II (M2) diberi spermatozoa kategori a, kategori b, kategori c dan
200 mg ekstrak/kg bb dan kelompok perlakuan III (M3) kategori d dapat dilihat pada histogram (Gambar 1).
diberi 300 mg ekstrak/kg bb. Pemberian dilakukan pada
siang hari setiap hari, sekali sehari selama 35 hari secara Viabilitas Spermatozoa
oral menggunakan sonde (yang berujung tumpul) Pemberian ekstrak temu putih berpengaruh nyata
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak terhadap viabilitas spermatozoa kategori hidup dan mati
Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dari hasil pada P < 0,05. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan
penelitian ini dianalisa secara statistika dengan analysis antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
of variance (ANOVA) satu faktor perlakuan dengan (Tabel 1). Berdasarkan Uji Duncan dengan Post Hoc Test
6 pengulangan yang dilanjutkan dengan metode Uji terdapat perbedaan yang bermakna antara M0, M1, M2
Duncan taraf 5% menggunakan software SPSS Release dan M3 untuk kategori hidup, sedangkan untuk kategori
for Window versi 15. mati tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
Pembuatan ekstrak temu putih dilakukan dengan M2 dan M3.
metode Harbon (1987). Rimpang temu putih sebanyak Pada histogram (Gambar 2) terlihat selisih nilai
1 kg diperoleh dari pasar dibersihkan, kemudian diiris rata-rata dari persentase viabilitas spermatozoa kategori
tipis dan dikeringanginkan. Rimpang yang Tabel 1. Rataan motilitas dan viabilitas spermatozoa pada kauda epididimis mencit
sudah kering kemudian diblender sampai (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah pemberian
berbentuk serbuk. Serbuk yang dihasilkan ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) selama 35 hari.
dimaserasi dengan metanol selama 72 jam, No Perlakuan
Variabel
M0 M1 M2 M3
lalu disaring dengan kertas Whatman. Cairan
1 Molitas Kategori a 47,42 ± 2,35a 31,67 ± 2,82b 25,00 ± 1,58C 18,92 ± 1,36d
yang didapat kemudian dievaporasi dengan Spermatozoa Kategori b 22,25 ± 1,78a 23,25 ± 2,64a 20,25 ± 1,69bc 18,67 ± 2,18c
Rotary Vacum Evaporator dengan suhu 40oC (%)
Kategori c 19,33 ± 1,03a 27,42 ± 1,59b 33,83 ± 1,63c 33,25 ± 2,68c
sampai didapatkan hasil akhir berupa ekstrak Kategori d 11,00 ± 0,89a 17,67 ± 1,78b 20,92 ± 2,18c 29,19 ± 2,14d
kasar (crude extract). Ekstrak temu putih yang 2 Viabilitas Hidup 66,50 ± 3,63a 58,25 ± 3,17b 47,83 ± 0,43c 43,17 ± 0,37d
Spermatozoa Ma 33,50 ± 3,63a 41,75 ± 3,17b 52,18 ± 4,23c 56,67 ± 3,87c
diperoleh pada masing-masing dosis (100 (%)
mg, 200 mg dan 300 mg) dilarutkan terlebih Keterangan : Angka yang diiku huruf yang sama pada baris yang sama menyatakan dak ada pengaruh yang
dahulu ke dalam 2 ml aquades sebelum nyata akibat perlakuan pada p<0,05 berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil.
21
JURNAL BIOLOGI VOLUME XIV NO.1 JUNI 2010
35 a
30
b terhadap sekresi testosteron oleh sel Leydig. Disamping
25
20
c berperan dalam spermatogenesis, hormon testosteron
15 d juga berperan dalam maturasi spermatozoa di epididimis
10 (Robaire dan Hermo, 1988). Dengan adanya gangguan
5
0
terhadap sekresi testosteron maka kualitas spermatozoa
1M0 M1
2 3M2 M3
4 seperti motilitas spermatozoa menjadi terganggu.
Perlakuan Selain itu penurunan motilitas spermatozoa
kemungkinan disebabkan oleh senyawa alkaloid yang
Gambar 1. Diagram batang motilitas spermatozoa pada kauda epididimis
mencit (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah diduga dapat mengganggu aktifitas enzim ATP-ase
pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) pada membran sel spermatozoa dibagian tengah ekor
selama 35 hari. (Kong et al., 1985 dalam Nisa, 2004). Enzim ATP-ase
tersebut berfungsi mempertahankan homeostasis internal
70
untuk ion natrium dan kalium. Jika aktivitas enzim
60
ATP-ase terganggu, maka homeostasis ion natrium
Viabilitas ( % )
50
dan kalium akan terganggu sehingga konsentrasi Na+
40 Hidup intrasel meningkat, gradien Na+ melintasi membran
30 Mati sel akan menurun sehingga pengeluaran Ca2+ juga
20 akan mengalami penurunan (Ganong, 2001). Apabila
10 ion Ca2+ berkurang maka membran akan kehilangan
0 kemampuannya untuk mengangkut bahan-bahan terlarut
1 M0 2 M1 3 M2 4 M3 ke dalam sitoplasma (Salisbury dan Ross, 1995 dalam
Perlakuan Haryati, 2003). Dengan terganggunya permeabilitas
Gambar 1. Diagram batang motilitas spermatozoa pada kauda epididimis membran sperma akan menyebabkan terganggunya
mencit (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah transpor nutrien yang diperlukan oleh spermatozoa
pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
selama 35 hari.
untuk pergerakannya.
Terjadinya penurunan jumlah spermatozoa yang
hidup, juga disebabkan oleh terganggunya sekresi hormon
hidup dan untuk kategori mati. Viabilitas spermatozoa testosteron oleh sel leydig setelah pemberian ekstrak
mencit setelah diberi ekstrak temu putih dengan dosis temu putih. Stanier dan Forsling (1990) mengatakan
100 mg ekstrak/kg bb mengalami penurunan dan bahwa hormon testosteron berperan dalam menjaga
semakin menurun pada dosis 200 dan 300 mg ekstrak/ kelangsungan hidup spermatozoa di dalam epididimis.
kg bb. Penelitian yang dilakukan oleh Ashok dan Meenakshi
(2004) terhadap tikus putih yang diberi ekstrak kunyit
PEMBAHASAN (Curcuma longa L.), kandungan flavonoid pada kunyit
dapat menyebabkan terganggunya sekresi hormon
Pemberian ekstrak temu putih selama 35 hari dapat testosteron. Sehingga dengan adanya penurunan sekresi
menyebabkan terjadinya penurunan motilitas dan hormon testosteron akan mengakibatkan kelangsungan
viabilitas spermatozoa mencit. Epididimis berperan hidup spermatozoa di dalam epididimis mengalami
dalam proses maturasi spermatozoa. Di epididimis, penurunan. Terganggunya permeabilitas membran
spermatozoa mendapat tambahan produk sekretori sperma oleh senyawa alkaloid yang terkandung pada
seperti karnitin, gliserylphosphorylcholin dan juga rimpang temu putih juga dapat menyebabkan penurunan
memodifikasi struktur glikoprotein pada permukaan spermatozoa yang hidup, yang berakibat mengganggu
spermatozoa (Johnson dan Everitt, 1988). Penelitian transpor nutrien yang diperlukan spermatozoa untuk
yang dilakukan oleh Ashok dan Meenakshi (2004) daya tahan hidupnya.
mengenai pemberian ekstrak kunyit (Curcuma longa L.)
terhadap tikus putih menunjukkan terjadinya penurunan SIMPULAN
berat epididimis. Penurunan berat epididimis ini diduga
disebabkan oleh kandungan senyawa flavonoid yang Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak temu putih
terdapat dalam kunyit yang juga terdapat pada temu dapat menurunkan motilitas dan viabilitas spermatozoa
putih. Flavonoid tersebut merupakan suatu senyawa mencit dibandingkan dengan kontrol. Penurunan
yang bersifat estrogenik, karena mampu merangsang motilitas dan viabilitas spermatozoa tergantung pada
pembentukan estrogen dalam tubuh (Cambie dan dosis yang diberikan. Semakin tinggi dosis ekstrak temu
Brewis, 1995 ; Robinson, 1995 dalam Sumapta 2005) putih, motilitas dan viabilitas spermatozoa semakin
yang akan meningkatkan kadar estrogen. Peningkatan turun.
22
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih [Elfira Dzikri Ashfahani,dkk]
23