Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan Audio Story Book Untuk Siswa Siswi Tuna Netra Di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
Pengembangan Audio Story Book Untuk Siswa Siswi Tuna Netra Di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
Pengembangan Audio Story Book Untuk Siswa Siswi Tuna Netra Di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
ABSTRACT
A. Latar Belakang
Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia tidak bisa dipungkiri sering mengalami
kontradiksi dengan teori pembelajaran bahasa yang seharusnya digunakan untuk
mengajar. Misalnya dalam teori pembelajaran bahasa kedua (Second Language
Acquisition theory), menunjukkan bahwa seorang anak belajar karena adanya
kebutuhan untuk itu, dan mereka dapat memenuhinya melalui belajar bahasa (Krashen,
1987). Dalam hal ini, anak memerlukan bahasa untuk berkomunikasi, bukan sekedar
materi pelajaran yang cenderung mengacu pada pembahasan tata bahasa.
Dalam kaitannya dengan kegiatan yang variatif, salah satu kegiatan yang bisa
diterapkan adalah Storytelling. Menurut Cameron (2001), storytelling dijabarkan
sebagai aktifitas lisan yang tidak hanya meminta siswa untuk mendengar saja namun
siswa bisa ikut di dalam cerita tersebut. Namun demikian, para siswa siswi tuna netra
ini bisa terfasilitasi jika mereka bisa belajar bahasa Inggris dengan paparan yang
mereka dapatkan melalui cerita, bisa diakses dengan mudah. Oleh karena itu, kegiatan
ini dirancang untuk memberi kesempatan yang sama bagi siswa siswi tuna netra agar
bisa belajar bahasa Inggris melalui audio story book dengan mudah.
B. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis ini meliputi definisi Audio Books dan Storytelling dalam
konteks pembelajaran dan pengajaran bahasa.
1. Audio Books
Audio books adalah salah satu cara untuk memberi paparan kepada siswa siswi
pembelajar Bahasa Inggris terutama dengan tingkat kesulitan bahasa yang lumayan
kompleks. Selain itu, audi books juga bisa menjadi sarana untuk expressive reading.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), audio didefinisikan sebagai
‘bersifat dapat didengar’, sedangkan buku adalah lembar kertas yang dicetak.
Sehingga makna audio book disini adalah rekaman teks buku atau bahan tertulis
yang dibacakan oleh seorang atau kelompok orang penyuara.
2. Storytelling
Storytelling adalah kegiatan mendongeng. Dalam audio story book, kemampuan
mendongeng sangat diperlukan karena dengan keterampilan tersebut cerita yang
disampaikan menjadi terasa hidup dan pesan yang disampaikan dapat dengan
mudah dipahami. Dalam konteks program ini, cerita rakyat asli Indonesia yang
dibuat dalam Bahasa Inggris dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
C. Analisis Situasi
Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) didirikan berdasarkan
Firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an Surat ‘Abasa ayat 3 dan 4 yang menjelaskan
bahwa tunanetra memiliki potensi untuk diberikan pendidikan dan pengajaran dibidang
mental, spiritual, agama dan ketrampilan, kecerdasan serta ilmu pengetahuan sehingga
perlu didirikan lembaga atau yayasan sebagai sarana atau wadah untuk melaksanakan
dan mengamalkan ayat tersebut.
Berdirinya Yaketunis merupakan ide dari seorang tunanetra bernama Supardi
Abdusomat. Pada saat itu beliau berkunjung ke Perpustakaan Islam di Jl. Mangkubumi
No. 38 menemui Bapak H. Moch. Solichin Wakil Kepala Perpustakaan Islam.
Kedatangan beliau bermaksud sharing kepada Bapak. H. Moch. Solichin mengenai
bagaimana caranya mengangkat harkat martabat warga tunanetra. Akhirnya disepakati
untuk mendurukan yayasan yang diberi bnama Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
(Yaketunis) Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 1964 dengan alamat : Jl. Mangkubumi
No. 38 Yogyakarta, Akta Notaris No. 10 Tahun 1964 Notaris: Soerjanto Partaningrat,
SH, dengan ijin operasional No. 188/0622/V.I tanggal 16 Maret 2009.
Di sekolah jenjang SD di yayasan ini, memiliki koleksi buku-buku di
perpustakaan untuk semua mata pelajaran termasuk Bahasa Inggris. Namun demikian,
buku-buku tersebut berupa cetakan braille, bukan audio dan jumlahnya juga sangat
minimal. Oleh karena itu, adanya program ini akan membantu yayasan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran terutama bahasa Inggris.
D. Tujuan Pelaksanaan
Untuk menjawab permasalahan tersebut, dirancanglah program Pengembangan
Audio Story Book bagi siswa siswi tuna netra dalam bentuk:
1. Pembuatan audio story book
2. Menyediakan SDA (resources) berkaitan dengan cerita-cerita rakyat Indonesia dan
mancanegara dalam bentuk audio
3. Pendampingan oleh mahasiswa
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini meliputi tiga rangkaian
yaitu pre program, whilst program, dan post program. Dalam pre program, kami meyortir
dan mengadaptasi cerita-cerita bahasa Inggris baik dari dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya dipilih 6 (enam) cerita sesuai dengan tingkatan kemampuan siswa-siswi.
Dalam tahapan whilst program, telah dilaksanakan sesi rekaman 6 (enam) cerita yang telah
dipilih sebelumnya. Pada tahap terakhir yaitu post program, mahasiswa akan diterjunkan
ke kelas-kelas di Yayasan Yaketunis untuk menjadi fasilitator dan motivator siswa-siswi
penyandang disabilitas untuk menemani mereka dalam mendengarkan audio book yang
sudah siap pakai.
Figure 1. Metode Pelaksanaan Program
Mensortir dan
Proses Pendampingan
mengadaptasi
Rekaman Belajar menggunakan
Cerita audio book
Menyesuaikan
bahasa Inggris Proses Editing
dalam cerita
SIMPULAN
Kegiatan pengabdian berupa pengembangan audio story book ini menghasilkan
beberapa kesimpulan, yakni pengembangan media ini:
1. Menumbuhkan kreatifitas bagi pelaksana program.
2. Mampu menciptakan media pembelajaran dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa
Inggris.
3. Menambah minat siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris.
Cameron, E (2011) Copper stories: Imaginative geographies and material orderings of the
central Canadian Arctic. In: Baldwin, A, Cameron, L, Kobayashi, A (eds) Rethinking
the Great White North. Vancouver: UBC Press, 169–190.
Krashen, S.D. (1987). Principles and Practice in Second Language Acquisition. Englewood
Cliffs, N.J. : Prentice-Hall International.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online