Jurnal 4

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154


Desember 2015

STUDI ZONASI VEGETASI MANGROVE MUARA DI DESA UMBELE


KECAMATAN BUMI RAYA KABUPATEN MOROWALI
SULAWESI TENGAH

Samsumarlin1), Imran Rachman2), Bau Toknok2)


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Telp: (0451) 422611 – 422355 Fax : (0451) 422844
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi: f.samsumarlin@yahoo.com
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
The size of mangrove forest located in Bumi Raya Sub District, Morowali, Central Sulawesi is
estimated to be about 9.8 ha. Research aimed at observing the mangrove vegetation zonation along
with environmental condition parameter was conducted and taking place in Umbele Village. Primary
and secondary data were collected. Primary data covered aspects such as species and number of
individuals along with various parameters including salinity, acidity, soil textures, dissolved sulphate,
tides on every observation station. Secondary data were collected from literature studies both in
university and public libraries. The results of the study shows that there are about 17 mangrove
species within 10 families located as rear zone. Parameter found to influence the existence of the
mangrove are muddy and sandy soil as well as debrised muddy soil with pH ranging from 36 to 7.8.
Meanwhile, salinity was recorded to range from 1.1 to 2.90 with tidal fluctuation from (0-13) cm to
(13-220) cm.
Key Words : Zonation, Vegetation, Mangrove.

PENDAHULUAN penting sebagai penyedia nutrient bagi biota


perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi
Latar Belakang bermacam biota, penahan abrasi, penahan angin,
Hutan mangrove umumnya terdapat di tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air
seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga
berkembang pada lokasi-lokasi yang mempunyai mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia
hubungan pengaruh pasang surut yang kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat-
merembes pada aliran sungai yang terdapat di obatan, dan lain-lain (Haris, 2013).
sepanjang pesisir pantai (Tarigan, 2008). Ekosistem hutan mangrove merupakan
Kondisi fisiografi pantai Indonesia sangat kawasan hutan di wilayah pantai. Ekosistem
beranekaragam hingga hutan mangrovenya hutan ini tersusun oleh flora yang termasuk
berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. dalam kelompok Rhizoporaceae, Combretaceae,
Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang Meliaceae, Sonneratiaceae, Euphorbiaceae, dan
terlindung atau pantai-pantai yang datar dan Sterculiaceae. Sementara itu, pada zona ke arah
sejajar dengan arah angin. Mangrove tidak darat ditumbuhi oleh jenis paku-pakuan
tumbuh di pantai yang terjal dan berombak kuat (Acrostichum aureum). Ekosistem hutan
dengan arus pasang surut kuat, karena hal ini mangrove merupakan tipe sistem fragile yang
tidak memungkinkan terjadinya pengendapan sangat peka terhadap perubahan lingkungan
lumpur dan pasir. Namun, pada tempat yang padahal ekosistem tersebut bersifat open acces
mempunyai muara sungai besar dan delta yang sehingga meningkatnya ekploitasi sumberdaya
aliran airnya banyak mengandung sedimen mangrove oleh manusia akan menurunkan
lumpur dan pasir, mangrove tumbuh dan luas. kualitas dan kuantitasnya (Wibowo dan
Mangrove seperti ini dapat dijumpai di Handayani, 2006).
Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya (Sukardjo, Hutan mangrove yang ada di Kecamatan
1984). Bumi Raya Kabupaten Morowali Provinsi
Mangrove merupakan ekosistem utama Sulawesi Tengah luasnya mencapai 9,8 ha
pendukung kehidupan yang penting di wilayah (Dinas Kehutanan Kabupaten Morowali, 2008).
pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis Salah satu desa yang ada di Kecamatan Bumi

148
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154
Desember 2015

Raya adalah Desa Umbele. Hutan mangrove menggunakan metode jalur berpetak. Dari setiap
yang ada di Desa Umbele masih terjaga transek, data vegetasi diambil dengan
kealamiannya. Hal ini dapat dibuktikan dari menggunakan metode kuadrat berukuran 10 m x
observasi yang dilakukan, bahwa tumbuhan 10 m untuk pohon berdiameter 10 cm (Ghufran,
mangrove sangat banyak dijumpai dan tumbuh 2012). Dalam plot pengamatan tingkat pohon
subur di daerah laut, payau, serta di daratan. dibuat sub plot berukuran 5 m x 5 m untuk
Namun sayangnya dengan banyaknya tumbuhan mengamati pancang (sapling) T > 1,5 Ø < 10
mangrove yang tumbuh subur di Desa Umbele, cm, dan dalam plot pengamatan tingkat pancang
belum banyak peneliti yang meneliti tentang dibuat sub plot berukuran 2x2 m untuk
mangrove. mengamati semai (seedling) diameter batang <
Rumusan Masalah 1,5 cm (Ningsih, 2008 dalam Wahyuningsih,
Vegetasi mangrove secara khas 2012).
memperlihatkan adanya pola zonasi sesuai Masing-masing jalur terdiri dari 5 plot di
dengan faktor lingkungan yang mendukung sebelah kiri dan 6 plot disebelah kanan, sehingga
mangrove untuk tumbuh subur. Oleh karena itu, diperoleh jumlah plot sebanyak 33 plot. Adanya
maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian perbedaan jumlah plot yang ada disisi kiri dan
ini adalah bagaimanakah zonasi vegetasi kanan dikarenakan ketebalan sabuk yang ada di
mangrove di Desa Umbele Kecamatan Bumi sebelah kanan lebih tebal dibandingkan
Raya Kabupaten Morowali serta bagaimanakah ketebalan sabuk yang ada di sebelah kiri.
kondisi parameter lingkungan yang Teknik pengidentifikasian jenis mangrove
mempengaruhi zonasi mangrove Desa Umbele dapat dilakukan dengan cara melihat
Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. bentuk/karakteristik/ciri umum dari bentuk
Tujuan dan Kegunaan Penelitian pohon, bentuk akar, bentuk buah, dan bentuk
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bunga. Untuk mengurangi tingkat kesalahan
untuk mengetahui zonasi vegetasi mangrove dalam pengidentifikasian, digunakan buku
serta kondisi parameter lingkungan yang Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia
mempengaruhi zonasi mangrove di Desa Umbele oleh Noor, dkk., tahun 2006 (Fadli, 2013). Jalur
Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. (transek) dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah gambar berikut.
untuk mengetahui zonasi vegetasi mangrove
serta kondisi parameter lingkungan yang
mempengaruhi zonasi mangrove di Desa Umbele
Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.

METODE PENELITIAN
Sumber: (Wahyuningsih, 2012)
Waktu dan Tempat Gambar 1. Jalur (Transek) Pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Pengambilan Sampel Tanah dan Air
Februari sampai dengan bulan Maret 2014 dan Cara pengambilan sampel tanah untuk
dilaksanakan di Desa Umbele Kecamatan Bumi mengetahui struktur, tekstur, dan pH tanah dapat
Raya Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah dilihat pada gambar di bawah ini.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah parang, tongkat meter, rol meter, pipa
paralon ukuran 21/2, pH meter, salinometer,
kamera. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel tanah, sampel air,
patok dan tali rafia, botol pelastik, kantong
pelastik, karet, kertas koran, alat tulis menulis
serta buku-buku tentang mangrove.
Metode Penelitian
Penentuan Jenis Vegetasi Gambar 2. Skema titik pengambilan sampel
Pengambilan data dilakukan pada mangrove tanah
muara yang telah ditentukan, dilakukan dengan

149
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154
Desember 2015

Pengambilan sampel tanah dilakukan D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi
dengan cara menancapkan pipa berukuran 1/2 jenis lainya atau komunitas berada dalam
dengan panjang 60 cm ke dalam tanah pada titik kondisi stabil.
yang telah ditentukan, kemudian ditutup D = 1 berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis
lainya atau komunitas berada dalam kondisi
menggunakan plastik agar tanah atau sampel
labil karena terjadi tekanan ekologis.
tidak keluar dari pipa. Sampel tanah yang
b. Rumus frekuensi (F)
diambil sebanyak 8 sampel, yang diambil dari 𝐾𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
sisi kanan muara sebanyak 4 titik (2 titik di 𝐹=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
bagian depan dan 2 titik di bagian belakang) dan
sisi kiri muara sebanyak 4 titik (2 titik di bagian HASIL DAN PEMBAHASAN
depan dan 2 titik di bagian belakang).
Kedelapan pipa sampel tanah dibawa ke Hasil
laboratorium. Jenis mangrove pada lokasi penelitian
Pengambilan sampel air dilakukan dengan Berikut merupakan jenis-jenis mangrove
cara mengambil air dengan menggunakan botol yang telah teridentifikasi di Desa Umbele
plastik. Sampel air diambil sebanyak 8 sampel, Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali
yaitu 4 sampel di sebelah kanan muara dan 4 Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
sampel dari sebelah kiri muara.
Tabel 1. Jenis-jenis mangrove yang ada dilokasi
Pengukuran Sampel Tanah, Air dan
penelitian.
Frekuensi Genangan Air
Parameter yang diukur yakni salinitas, pH, Tingkat
No. Nama Famili Pertumbuhan
tekstur, sulfat terlarut pada masing-masing titik.
Ph Pc S
Pengukuran salinitas air laut dilakukan dengan
Nypa fruticans
mengambil sampel air pada titik pengamatan 1. Arecaceae + + +
Wurmb.
sampel tanah. Selain itu dilakukan juga 2.
Bruguiera hainessii
Rhizophoraceae + + +
C.G.Roger
pengukuran frekuensi genangan/tinggi Bruguiera gymorrhiza
rendahnya pasang surut air laut dengan 3. Rhizophoraceae + + +
(L.) Lamk
menggunakan tongkat ukuran ± 2 m. 4.
Bruguiera sexangula
Rhizophoraceae + + +
(Lour.) Poir
Analisis Data Bruguiera exaristata
Data yang ddidapatkan dianalisis deskriptif 5. Rhizophoraceae + + +
Ding Hou
yaitu interpretasi data sifat tanah yang diperoleh 6.
Xylocarpus granatum
Meliaceae + + +
Koen.
dari pemeriksaan di Laboratorium Enviroment Acrostichum
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako sebagai 7. Pteridaceae + - +
speciosum Wilid.
fakta yang menggambarkan kondisi tanah yang 8. Acanthus ilicifolius L. Rubiaceae + - +
ada di lapangan, salinitas air laut dan frekuensi Morinda citrifollia
genangan air laut di lokasi tersebut. 9. Rubiaceae + + +
(L.)
Status kondisi komunitas dapat ditentukan Sonneratia alba J.E
10. Sonneratiaceae - + -
Smith
dengan menggunakan indeks dominansi Acrostichum aureum
(Fachrul, 2007 dalam Awwaludin, dkk., 2011) 11. Pteridaceae + - +
Linn.
dan frekuensi sebagai berikut: 12. Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae - + -
a. Rumus dominansi (D) 13. Sonneratia ovata Back Sonneratiaceae + - -
Avicennia lanata
14. Avicenniaceae + +
(Ridley)
Heritiera globosa
15. Sterculiaceae + + +
Kostermans
Heritiera littoralis
16. Sterculiaceae + - -
D = Indeks dominansi-Simpson Dryad. Ex W.Ait
17. Passiflora foetida (L.) Leguminoceae + - -
Ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
S = Jumlah jenis Pembahasan
Keterangan : Pada daerah muara sungai di Desa Umbele
Indeks dominansi-Simpson ini bernilai antara 0–1 terdapat 17 jenis mangrove yang tumbuh yang
dengan deskripsi sebagai berikut : termasuk dalam 10 famili yakni famili
Arecaceae (Nypa fruticans Wurmb.), famili
Rhizophoraceae (Bruguiera hainessii

150
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154
Desember 2015

C.G.Roger, Bruguiera gymorrhiza (L.) Lamk, atau komunitas berada dalam kondisi stabil.
Bruguiera sexangula (Lour.) Poir, dan Namun, pada jenis Bruguiera exaristata Ding
Bruguiera exaristata Ding Hou), famili Hou menunjukkan angka yang lebih dari 1 yakni
Meliaceae (Xylocarpus granatum Koen.), famili 1,1 pada frekuensi dan 1,202 pada dominansi.
Pteridaceae (Acrostichum speciosum Wilid.) dan Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan untuk
Acrostichum aureum Linn.), famili Rubiaceae jenis tersebut tumbuh sangat mendukung, dapat
(Acanthus ilicifolius L. dan Morinda citrifollia dilihat dari kondisi ekologi dari Bruguiera
(L.)), famili Sonneratiaceae (Sonneratia alba J.E exaristata Ding Hou yang hidup pada substrat
Smith dan Sonneratia ovata Back), famili berpasir dan toleran terhadap salinitas yang
Malvaceae (Hibiscus tiliaceus L.), famili tinggi berdasarkan pada angka salinitas di
Avicenniaceae (Avicennia lanata (Ridley)), stasiun II yang tinggi pada tabel 3. Menurut
Famili Sterculiaceae (Heritiera globosa Noor, dkk., (2006), Bruguiera exaristata Ding
Kostermans dan Heritiera littoralis Dryad. Ex Hou tumbuh di sepanjang jalur air atau menuju
W.Ait). dan famili Leguminose (Passiflora bagian belakang lokasi mengrove. Kadang-
foetida (L.)). kadang ditemukan suatu kelompok yang hanya
Berdasarkan hasil perhitungan Jumlah (S), terdiri dari jenis tersebut. Substrat yang cocok
Dominansi (D) dan frekuensi (F) pada stasiun I adalah tanah liat dan pasir. Toleran terhadap
dan stasiun II, didapatkan hasil seperti pada tabel salinitas yang tinggi. Hipokotil relatif kecil dan
2 berikut ini: mudah tersebar oleh pasang surut atau banjir.
Tabel 2. Perhitungan dominansi dan frekuensi Anakan tumbuh tidak baik di bawah lindungan.
Stasiun I dan II Bunga dan buah terjadi sepanjang tahun.
Sama halnya dengan frekuensi pada ke-17
STASIUN 1 dan II jenis mangrove, didapatkan kisaran angka 0-1,
No Nama Jenis
S F D hal ini menunjukkan bahwa frekuensi jenis di
1. Nypa fruticans Wurmb. 150 3,5 0,0387
ekosistem muara sungai di Desa Umbele masih
2. Bruguiera hainessii C.G Roger
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan
507 5,2 0,8899
Bruguiera gymnorrhiza (L.)
berkurangnya populasi tumbuhan mengrove
3. akibat pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat
Lamk 415 4,2 0,3436
4.
Bruguiera sexangula (Lour.) sekitar hutan.
Poir 89 1,2 0,0318
Karakteristik Habitat Hutan Mangrove di
5. Bruguiera exaristata Ding Hou 195 1,4 1,202 Desa Umbele
6. Xylocarpus granatum Koen. 43 2,4 0,0078 Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
7. Acrostichum speciosum Wilid. 19 0,5 0,0009
Laboratorium Enviroment Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako terhadap keadaan tekstur
8. Acanthus ilicifolius L. 88 2,4 0,017 tanah, tingkat keasaman (pH) tanah dan air,
0,0000
9. Morinda citrifolia (L.)
8 0,5 8 salinitas tanah dan air, kandungan sulfat terlarut
10. Sonneratia alba J.E Smith
0,0000 dalam tanah serta pasang surut air laut pada
1 0,2 1 mangrove muara dapat disajikan pada tabel 3
0,0037
11. Acrostichum aureum Linn.
38 0,8 6 berikut:
12. Hibiscus tiliaceus L. 2 0,2 0,0001 Tabel 3. Parameter Lingkungan (Tanah dan Air)
13. Sonneratia ovata Back Tanah Air
7 0,1 0,0009
14. Avicennia lanata (Ridley) 6 0,2 0,0007 N
Salinitas

Salinitas
Tekstur

Sampel
Sulfat

15. Heritiera globasa Kostermans o.


pH

pH

6 0,8 0,0011
Heritiera littoralis Dryand ex.
16.
W.Ait 2 0,1 0,0001
17. Passiflora foetida (L.) 7 0,2 0,0001 1. LBD 7,3 1,92 15,59 7,4 2
2. Bagian L 7,8 2,13 18,41 7,3 2
Dari tabel 2, berdasarkan perhitungan nilai 3. depan LBD 7,7 2,33 16,89 7,3 1,7
dominansi pada kedua stasiun dengan mengacu 4. LBD 5,6 1,45 17,60 6,8 1,1
pada nilai indeks dominansi-Simpson (Fachrul, 5. LBP 7,8 2,80 18,20 7,3 1,9
6. Bagian LBP 6,4 2,26 17,65 6,9 1,9
2007 dalam Awwaludin, dkk., 2011) diketahui 7. Belakang LBP 7,6 2,43 19,07 7,9 1,8
untuk semua tingkat pertumbuhan mangrove 8. LBP 5,9 2,90 20,18 6,9 2,1
berada dalam kisaran 0-1, hal ini berarti tidak Keterangan: LBD = Lempung Berdebu; L = Lempung;
terdapat jenis yang mendominasi jenis lainnya LBP = Lempung Berpasir

151
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154
Desember 2015

Pada daerah dengan tingkat ketebalan tabel 3, sehingga zonasi yang terbentuk pada
mangrove yang tinggi cenderung mempunyai vegetasi mangove di lokasi penelitian hanya 1
kelas tekstur lempung liat berdebu, hal ini zona.
disebabkan karena adanya dekomposisi serasah Menurut Buckmandan Brady, (1982) dalam
yang ikut menentukan kelas tekstur tanah dan Basuki (2006), tanah bertekstur lempung
adanya pengikatan partikel debu dan liat oleh berpasir mengandung koloid lebih banyak dan
akar vegetasi mangrove sehingga lama-kelamaan memiliki kemampuan menyerap kation lebih
partikel tersebut akan mengendap dan banyak daripada tanah pasir. Kandungan liat
membentuk lumpur. Sedangkan pada daerah dan bahan organik dalam tanah berpengaruh
tanpa vegetasi mangrove kelas teksturnya pada kemampuan pertukaran kation tanah (Foth,
cenderung berpasir karena tidak adanya vegetasi 1988 dalam Basuki, 2006).
yang mengikat partikel lumpur (Setiawan, 2013). Tanah lempung berpasir bertekstur halus
Pada tabel 3, sampel A1 sampai dengan dan gembur, drainasenya kurang baik sebab pada
sampel A4, rata-rata memiliki tekstur tanah yang tanah gembur terdapat ruang pori-pori yang
sebagian besar adalah lempung. Pada kondisi dapat diisi oleh air tanah dan udara, sehingga
seperti ini, tumbuh beberapa jenis mangrove tanah memiliki daya pegang atau daya simpan
seperti Nypa fruticans Wurmb., Bruguiera air yang tinggi. Tanah yang lempung sangat
hainessii C.G Roger, Bruguiera gymnorrhiza baik untuk pertumbuhan tanaman sebab air tanah
(L.) Lamk, Bruguiera sexangula (Lour.) Poir, dan udara bergerak lancar, temperatur stabil,
Xylocarpus granatum Koen., Acrostichum yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan jasad
speciosum Willd., Acanthus ilicifolius L., renik tanah dalam proses pelapukan bahan
Morinda citrifolia (L.), Sonneratia alba J.E organik di dalam tanah (Lingga, 1986 dalam
Smith, Acrostichum aureum Linn., Hibiscus Basuki, 2006).
tiliaceus L., Passiflora foetida (L.). Terbentuknya substrat. Arus inilah yang
Sama halnya dengan pembahasan menyebabkan semakin kecilnya partikel debu,
sebelumnya, jika dilihat pada tabel 3, sampel B1 karena arus dalam keadaan pasang dan surut
sampai dengan sampel B4 rata-rata memiliki yang tinggi dapat menghambat pengendapan
tekstur tanah yang sebagian besar adalah partikel debu. Pada waktu pasang, ombak
lempung berpasir. Pada kondisi seperti ini, membawa partikel debu ke zona belakang
tumbuh beberapa jenis mangrove seperti Nypa mangrove, dan ketika terjadi surut, partikel-
fruticans Wurmb., Bruguiera hainessii C.G partikel debu tersebut ikut tertarik kembali.
Roger, Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk, Sedangkan partikel pasir telah lebih dulu
Bruguiera exaristata Ding Hou, Xylocarpus mengendap. Ini dikarenakan partikel yang lebih
granatum Koen., Acrostichum speciosum Wilid., besar mengendap lebih cepat dari pada partikel
Acanthus ilicifolius L., Morinda citrifolia (L.), yang lebih kecil dan arus yang kuat
Sonneratia ovata Back, Avicennia lanata mempertahankan partikel dalam suspensi lebih
(Ridley), Heritiera globasa Kostermans dan lama dari arus yang lemah (Arief, 2003 dalam
Heritiera littoralis Dryand ex. W.Ait. Indah, 2008).
Pada sebagian besar hutan mangrove yang Dari dua tabel tersebut di atas, dapat dilihat
sudah dipengaruhi kegiatan manusia bahwa semua tekstur tanah baik dari stasiun I
(antropogenik) pada umumnya zonasi sulit maupun stasiun II memiliki karakteristik yang
ditentukan, selain itu zonasi mangrove juga bisa sebagian besar tersusun atas tanah lempung.
dipengaruhi tingginya sedimentasi dan Menurut Hilel (1996) dalam Kamangi (2013)
perubahan habitat (Susanto, 2013). menyatakan bahwa tanah berlempung terdiri dari
Jika diamati, antara stasiun I dan stasiun II campuran yang seimbang partikel-partikel kasar
memiliki beberapa jenis spesies yang hampir dan halus, hingga sifatnya yang berbeda
sama. Persamaan jenis tumbuhan mangrove ditengah-tengah antara pasir, debu dan liat. Hal
yang hidup pada masing-masing stasiun, ini menyebabkan lempung sering dianggap
menunjukkan bahwa substrat atau tempat sebagai tanah yang optimal bagi pertumbuhan
tumbuh tumbuhan mangrove di kedua stasiun pohon, karena kapasitas tanah ini menahan air
memiliki tekstur yang sama, yakni berlempung. dan unsur hara lebih baik dibanding tanah
Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3, berpasir, sedangkan drainase dan aerasenya lebih
dimana jenis tumbuhan mangrove yang ada pada baik dibanding liat.
tabel 2 tidak jauh berbeda dengan yang ada pada

152
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154
Desember 2015

Hal ini sesuai dengan data jenis tumbuhan air yang ada di sekitar mereka sangat tinggi,
mangrove dimana beberapa jenis mangrove seperti Bruguiera sexangula (Lour.) Poir,
sesuai dengan kondisi ekologinya memang Bruguiera exaristata Ding Hou, Acrostichum
tumbuh pada daerah berlumpur seperti Nypa speciosum Wilid., Acrostichum aureum Linn.,
fruticans Wurmb., Bruguiera gymnorrhiza (L.) dan Avicennia lanata (Ridley).
Lamk, Acrostichum speciosum Willd., Tingginya salinitas tergantung pada waktu
Sonneratia alba J.E Smith, Sonneratia ovata penggenangan air laut dan besar kecilnya air laut
Back, dan Avicennia lanata (Ridley). Selain itu yang bercampur dengan air tawar. Semakin
ada pula spesies dari jenis mangrove ikutan besar air laut daripada air tawar maka semakin
seperti Morinda citrifolia L., jenis mangrove tinggi pula salinitasnya.
ikutan seperti Hibiscus tiliaceus L. dan Tinggi dan waktu penggenangan air laut di
Passiflora foetida (L.) tidak dapat digolongkan suatu lokasi pada saat pasang juga menentukan
dalam substrat berlumpur karena kedua jenis salinitas. Salinitas juga merupakan salah satu
tumbuhan ini hidup pada daerah pantai yang faktor dalam menentukan penyebaran tumbuhan
berpasir dan sangat memerlukan cahaya mangrove. Di samping salinitas juga menjadi
matahari. faktor pembatas untuk spesies tertentu.
Derajat keasaman (pH) merupakan Walaupun beberapa spesies tumbuhan mangrove
gambaran jumlah atau ion hidrogen dalam memiliki mekanisme adaptasi yang tinggi
perairan. Apabila pH dalam kisaran terlalu terhadap salinitas, namun bila suplai air tawar
tinggi maupun terlalu rendah dan tidak dapat tidak tersedia, hal ini akan menyebabkan kadar
toleransi oleh mangrove maka akan garam tanah dan air mencapai kondisi ekstrem
mengakibatkan kematian pada mangrove sehingga mengancam kelangsungan hidupnya
tersebut (Susana, 2013). (Dahuri, 2003 dalam Kordi G., 2012).
Derajat keasaman (pH) tanah dan air yang Pasang yang terjadi di kawasan mangrove
kedua-duanya bersifat masam yakni 5,6, agak sangat menentukan zonasi tumbuhan dan
masam yakni 6,9 dan basa yakni 7,8. Namun, komunitas hewan yang berasosiasi dengan
jika dilihat dari data pH tersebut, rata-rata semua ekosistem mangrove (Alwidakdo, 2014). Tinggi
pH mendekati netral atau netral. Kondisi pasang surut yang mempengaruhi pertumbuhan
salinitas air berpengaruh kepada salinitas tanah pada setiap jenis mangrove muara yang tumbuh
dan pH tanah di hutan mangrove. Nilai pH di di lokasi penelitian memiliki nilai yang beragam,
hutan mangrove akan lebih tinggi dibanding namun dalam penelitian ini dapat ditentukan
hutan lain yang tidak terpengaruh oleh salinitas pasang terendah yaitu dengan nilai 0 cm, pasang
air. Umumnya pH tanah pada hutan mangrove sedang yakni 139 cm sedangkan pasang tertinggi
berada pada kisaran 6-7, meskipun ada beberapa adalah 220 cm. Pasang terendah dengan nilai 0
yang nilai pH tanahnya di bawah 5 (Bengen, cm terjadi akibat air laut yang tidak dapat
2000). menjangkau bagian belakang sabuk, sehingga air
Tingkat salinitas pada mangrove muara tidak dapat mengenai tiang pengukur.
mempunyai salinitas rendah yakni berkisar
antara 1-2 dengan yang menghampiri angka 3. KESIMPULAN
Rendahnya salinitas pada mangrove muara
dikarenakan volume pasokan air sungai yang Berdasarkan hasil penelitian dan
lebih besar dibandingkan dengan volume pembahasan di atas, maka dapat ditarik
pasokan air laut pada saat pasang. Hal ini kesimpulan sebagai berikut:
dikarenakan sungai yang menjadi tempat tumbuh 1. Jenis vegetasi mangove yang tumbuh di Desa
vegetasi mangrove tersebut menjadi tempat Umbele Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
bermuaranya beberapa sungai lain yang ada di Morowali Sulawesi Tengah ada 17 jenis dan
lokasi penelitian tersebut, sehingga termasuk dalam 10 famili yang terdapat pada
mempengaruhi tinggi rendahnya salinitas. zona belakang.
Berdasarkan sifat ekologi tumbuhan 2. Parameter yang mempengaruhi pertumbuhan
mangrove, ada beberapa jenis tumbuhan vegetasi mangrove yakni tekstur lempung,
mangrove yang memiliki sifat toleran terhadap depan dan belakang dengan pH 5,6 sampai
salinitas yang tinggi serta hidup pada daerah dengan 7,8, Salinitas 1,1 sampai dengan 2,90
yang tergenang air laut. Beberapa tumbuhan ini serta tinggi pasang surut 0-13 cm sampai
tumbuh dengan baik walaupun kadar garam pada dengan 13-220 cm.

153
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 3, Nomor 2 Hal: 148-154
Desember 2015

DAFTAR PUSTAKA Kamangi, A., 2013. Perbandingan Karakteristik


Tempat Tumbuh Mangrove Pantai dan
Alwidakdo, A. 2014. Studi Pertumbuhan Muara Di Desa Binuntuli Kecamatan
Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi Liang Kabupaten Banggai Kepulauan,
Hutan Mangrove di Desa Tanjung Fakultas Kehutanan, Universitas
Limau Kecamatan Muara Badak Tadulako, Palu.
Kabupaten Kutai Kartanegara, Noor, Y., R., Khazali, M., Suryadiputra, I.N.N.,
Universitas 17 Agustus, Samarinda. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove
Awwaluddin, A., Hariyanto, S., Widyaleksana, di Indonesia, Cetakan Ke-2, Wetlands
T., 2011. Struktur dan Status Komunitas International dan Ditjen PHKA, Bogor.
Mangrove di Ekosistem Muara Kali Setiawan, H., 2013. Status Ekologi Hutan
Lamong Jawa Timur, Universitas Mangrove Pada Berbagai Tingkat
Airlangga,www.http://biologi.fst.unair.a Ketebalan, Balai Penelitian Kehutanan,
c.id/wpcontent/uploads/2012/04/Struktur Makassar.
-dan-status-komunitas-mangrove-di- Susana, Raza’i, T., S., dan Melani, W., R., 2013.
ekosistem-muara-kali-Lamong.pdf, Struktur Vegetasi Mangrove di Sungai
(Diakses tanggal 28 November 2014). Ladi Kelurahan Kampung Bugis
Fadli, S., 2013. Studi Zonasi Mangrove di Kecamatan Tanjung pinang Kota
Muara Sungai Kawal Kelurahan Kawal Provinsi Kepulauan Riau, Riau,
Kecamatan Gunung KijangKabupaten www,http://jurnal.umrah.ac.id/wp-
Bintan, Kepulauan Riau, www. content/uploads/2013/08/Jurnal_Susana_
http://jurnal.umrah.ac.id/wp- 070210431020-MSP-Pdf-2013.pdf
content/uploads/2013/08/Sahrol-Fadli- (Diakses tanggal 30 November 2014).
090254241073.pdf (Diakses tanggal 21 Sukardjo, S., 1984. Ekosistem Mangrove, Pusat
November 2014). Penelitian Biologi Laut, Lembaga
Ghufron, H., K., K., M., 2012. Ekosistem Oseanologi Nasional-LIPI, Jakarta.
Mangrove: Potensi, Fungsi, dan Susanto, A., H., 2013. Struktur Komunitas
Pengelolaan cet-1, Rineka Cipta, Mangrove di Sekitar Jembatan
Jakarta. Suramadu Sisi Surabaya, Surabaya.
Haris., H., Kamal, E., dan Suparno, 2013. Tarigan M., S., 2008. Sebaran dan Luas Hutan
Ekologi Dan Vegetasi Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir Teluk
Mangrove Di Air Bangis Kabupaten Pising Utara Pulau Kabaena Provinsi
Pasaman Barat (Studi Kasus : Pulau Sulawesi Tenggara, makara, sains, vol.
Panjang Dan Pulau Tamiang), 12, no. 2, november 2008: 108-112,
Universitas Bung Hatta, Sumatera Barat, Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian
www,http://www.ejurnal.bunghatta.ac.id Oseanografi, LIPI, Jakarta 14430,
/index.php?journal=JPSC2&page=article Indonesia.
&op=view&path[]=1451&path[]=1312 Wahyuningsih, E., P., 2012. Struktur dan
(Diakses tanggal 29 November 2014). Komposisi Vegetasi Mangrove di Desa
Indah, R. 2008. Perbedaan Substrat Dan Lalombi Kecamatan Banawa Selatan
Distribusi Jenis Mangrove (Studi Kasus Kabupaten Donggala, Fakultas
: Hutan Mangrove Di Kota Tarakan), Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Borneo, Tarakan, Alam, Universitas Tadulako, Palu.
www,http://repository.borneo.ac.id/jspui Wibowo, K., dan Handayani, T., 2006.
/bitstream/123456789/513/1/8.Perbedaa Pelestarian Hutan Mangrove Melalui
n%20Substrat%20%20%28Rosaria%20I Pendekatan Mina Hutan (Silvofishery),
ndah%2c%20Abdul%20Jabarsyah%2c% Jurnal Teknik Lingkungan: Vol. 7 No. 3.
20Asbar%20Laga%29.pdf (Diakses
tanggal 30 November 2014).

154

You might also like