Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Kegawatdaruratan Dengan Waktu Tanggap Pada Pasien Jantung Koroner
Hubungan Kegawatdaruratan Dengan Waktu Tanggap Pada Pasien Jantung Koroner
Hubungan Kegawatdaruratan Dengan Waktu Tanggap Pada Pasien Jantung Koroner
Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan (IGD). IGD merupakan gerbang utama jalan
yang memerlukan penanganan cepat, tepat, dan masuknya penderita gawat darurat. IGD adalah
cermat dalam menentukan prioritas suatu instalasi bagian rumah sakit yang
kegawatdaruratan pasien untuk mencegah melakukan tindakan berdasarkan triage terhadap
kecacatan dan kematian (Mahyawati dan pasien (Musliha, 2010).
Widaryati, 2015). Salah satu indikator keberhasilan
Salah satu fasilitas kesehatan yang penanggulangan medik penderita gawat darurat
memberikan pelayanan kegawatdaruratan adalah adalah kecepatan memberikan pertolongan yang
Rumah Sakit dengan Instalasi Gawat Darurat memadai kepada penderita gawat darurat baik
471
472 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, November 2017, hlm 471-477
pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu faktor resiko yang ada pada seseorang maka
bencana. Keberhasilan waktu tanggap atau semakin besar pula kemungkinan orang itu
respon time sangat tergantung kepada kecepatan menderita PJK (Zahrawardani, 2012).
yang tersedia serta kualitas pemberian Berdasarkan statistik World Health
pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau Organization (WHO), saat ini PJK merupakan
mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam isu kesehatan global yang sangat penting
perjalanan hingga pertolongan rumah sakit mengingat penyakit ini tercatat sebagai
(Haryatun dan Sudaryanto, 2008). pembunuh nomor satu di dunia dengan jumlah
Waktu tanggap adalah waktu yang 17, 3 juta kematian (Maatilu, dkk, 2014). WHO
dihitung pada saat pasien tiba di depan pintu juga memprediksi bahwa pada tahun 2030 jumlah
rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau kematian akibat PJK akan meningkat sebesar
respon time dari 2 petugas Instalasi Gawat 33% atau menjadi 23 juta kematian di dunia.
Darurat sampai selesai proses penanganan gawat Berdasarkan studi pendahuluan di Medical
darurat (Haryatun dan Sudaryanto, 2008). Record Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Mekanisme waktu tanggap, disamping Palembang diketahui bahwa terjadi penurunan
menentukan keluasan rusaknya organ-organ jumlah kasus PJK sebanyak 10% di tahun 2015.
dalam, juga dapat mengurangi beban Sedangkan pada tahun 2016 hanya terjadi
pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan penurunan 1%.
pertotolongan yang diberikan pada pasien yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
datang ke Instalasi gawat darurat memerlukan Maatilu (2014) di IGD RSUP Prof. DR. R. D.
standar sesuai dengan waktu tanggap yang cepat Kandou Manado didapatkan hasil bahwa
dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai response time perawat dalam penanganan kasus
dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber gawat darurat rata-rata lambat (>5 menit). Begitu
daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Darurat rumah sakit sesuai standar (Keputusan Noor (2009) di IGD RSUP Persahabatan yang
Menteri Kesehatan, 2009). Salah satu penyakit menyatakan bahwa waktu tanggap 7.45 menit.
yang membutuhkan waktu tanggap yang baik Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
adalah penyakit jantung koroner. penelitian ini adalah diketahuinya hubungan
Penyakit jantung dan pembuluh darah kegawatdaruratan dengan waktu tanggap pada
merupakan suatu kelainan yang terjadi pada pasien jantung koroner di IGD RSI Siti Khadijah
organ jantung dengan akibat terjadinya gangguan Palembang.
fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis
(Depkes RI, 2007). Penyakit Jantung Koroner
(PJK) adalah ketidaksanggupan jantung bekerja METODE
yang dapat terjadi secara akut maupun kronik dan
timbul karena kekurangan suplai darah pada Jenis penelitian kuantitatif, desain
miokardium sehubungan dengan proses penyakit penelitian adalah survey analitik dengan
pada sistem nadi koroner. Manifestasinya dapat pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang
berupa angina pektoris, infark miokard, fibrilasi menekankan waktu observasi data variabel
ventricular atau kematian jantung mendadak independen dan dependen dinilai pada suatu saat.
(WHO, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
PJK terjadi bila pembuluh arteri koroner perawat di IGD RSI Siti Khadijah Palembang
tersebut tersumbat atau menyempit karena Tahun 2017 yang berjumlah 30 orang.
endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk Teknik Pengambilan sampel dalam
di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut penelitian ini adalah Total Sampling. Maka
aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri jumlah sampel yang akan diambil dalam
lainnya, tidak hanya pada arteri koroner penelitian ini adalah sebanyak 30 responden.
(Citrakesumasari, 2008). Sampel yang akan diteliti adalah seluruh
Faktor yang berperan penting terhadap perawat di IGD RSI Siti Khadijah Palembang
timbulnya PJK meliputi 2 faktor resiko, yaitu yang memenuhi kriteria inklusi.
faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak Teknik pengumpulan data dengan cara
dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat observasi waktu tanggap (kecepatan dan
dimodifikasi seperti dislipidemia, hipertensi, ketepatan) perawat di IGD RSI Siti Khadijah
diabetes mellitus dan merokok. Sedangkan faktor Palembang.
resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia,
jenis kelamin dan riwayat keluarga yang
menderita penyakit jantung. Semakin banyak
Apriani, Hubungan Kegawat Daruratan dengan Waktu Tanggap pada Pasien Jantung Koroner 473
waktu tanggap tidak tepat sebanyak 3 responden Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
(10,0%). penelitian yang dilakukan oleh Mahyawati dan
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Widaryati (2015) dari 55 responden yang
chi square didapatkan p-value=0,003 ≤ α=0,05 mendapatkan waktu tanggap (kecepatan) cepat
sehingga Ho ditolak, Ha diterima yang berarti sebanyak 38 orang (69,1%) dan responden yang
adahubungan yang signifikan antara mendapatkan waktu tanggap lambat sebanyak 17
kegawatdaruratan terhadap waktu tanggap responden (30,9%). Kecepatan waktu tanggap ini
(ketepatan) pada pasien jantung koroner di IGD dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
RSI Siti Khadijah Palembang. lama kerja di IGD, tingkat pendidikan perawat
yang terdiri dari S1 dan DIII keperawatan, usia,
serta pendidikan non formal seperti pelatihan
PEMBAHASAN kegawatdaruratan yang menunjang (BTCLS,
BNLS dan disaster management) yang telah
Kegawatdaruratan pada Pasien Jantung diikuti dan lama kerja perawat di IGD mayoritas
Koroner telah bekerja di IGD di atas 5 tahun.
Peneliti berasumsi bahwa pasien yang
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 datang ke IGD RSI Siti Khadijah Palembang
responden, responden dengan kegawatdaruratan dengan waktu tanggap sangat cepat lebih banyak
prioritas I sebanyak 5 responden (16,7%), dibandingkan dengan waktu tanggap cepat. Ini
responden dengan kegawatdaruratan prioritas II merupakan hal yang sangat penting, karena jika
sebanyak 22 responden (73,3%), sedangkan pasien mendapatkan penanganan yang lambat
responden dengan kegawatdaruratan prioritas III maka dapat membahayakan nyawa pasien atau
sebanyak sebanyak 3 responden (10,0%). bisa mengakibatkan kematian. Hal di atas sesuai
Kegawatdaruratan pasien dapat mengalami dengan teori yang dikemukan Sabriyati (2012),
perburukan kondisi atau akan semakin gawat bahwa semakin cepat waktu tanggap perawat
hingga terjadi komplikasi dan kematian, apabila maka akan berdampak positif yaitu dapat
tidak ditangani dengan segera. Sangat penting mengurangi beban pembiayaan, tidak terjadi
dalam memprioritaskan kegawatan pasien sesuai komplikasi, menurunnya angka morbiditas dan
dengan proses triase karena akan mempermudah mortalitas karena kinerja perawat yang sangat
untuk tindakan selanjutnya sesuai kebutuhan tinggi dan cepat dalam memberikan penanganan.
pasien (Mahyawati dan Widaryati, 2015). Di Jika waktu tanggap perawat lambat maka akan
ruang IGD sendiri ada 4 prioritas, yaitu prioritas I berdampak negatif yaitu keluasan rusaknya
(merah), prioritas II (kuning), prioritas III (hijau) organ-organ dalam dengan maksud akan terjadi
dan prioritas IV (hitam) (Musliha, 2010). komplikasi, kecacatan bahkan kematian.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mahyawati dan Waktu Tanggap (Ketepatan) pada Pasien
Widaryati (2015) dari 55 responden didapatkan Jantung Koroner
32 responden (58,2%) yang termasuk ke dalam
prioritas II (pasien dengan darurat tidak gawat), Berdasarkan hasil penelitian setelah
16 responden (29,1%) yang termasuk ke dalam dilakukan analisis data, peneliti mendapatkan
prioritas I dan 7 responden (12,7%) yang hasil dari 30 responden yang mendapatkan waktu
termasuk ke dalam prioritas III. tanggap (ketepatan) tepat sebanyak 23 responden
Peneliti berasumsi bahwa pasien yang (76,7%) sedangkan waktu tanggap (ketepatan)
datang ke IGD RSI Siti Khadijah Palembang dengan tidak tepat sebanyak 7 responden
lebih banyak pada prioritas II dibandingkan (23,3%).
dengan prioritas I dan III. Hal tersebut dibuktikan Hasil penelitian ini sejalan dengan
dari hasil analisis univariat variabel independen. penelitian yang dilakukan oleh Rahil (2012) dari
20 responden yang mendapatkan waktu tanggap
Waktu Tanggap (Kecepatan) pada Pasien (ketepatan) tepat sebanyak 17 responden (85%)
Jantung Koroner dan responden yang mendapatkan waktu tanggap
(ketepatan) tidak tepat sebanyak 3 responden
Hasil penelitian setelah dilakukan analisis (15%). Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang
data, peneliti mendapatkan hasil dari 30 masuk ke IGD RSUD Panembahan Senopati
responden yang mendapatkan waktu tanggap Bantul mendapatkan respon time yang tepat dari
(kecepatan) sangat cepat sebanyak 23 responden perawat dengan pelayanan waktu < 5 menit dan
(76,7%) sedangkan waktu tanggap (kecepatan) keadaan ini menunjukkan jika sudah
dengan cepat sebanyak 7 responden (23,3%). terpenuhinya standar IGD sesuai dengan
Apriani, Hubungan Kegawat Daruratan dengan Waktu Tanggap pada Pasien Jantung Koroner 475
Keputusan Menteri Kesehatan Republik tidak adanya kepala ruang yang memantau
Indonesia tahun 2009 bahwa indikator waktu sehingga motivasi kerja perawat pelaksana di
tanggap di IGD adalah harus ≤ 5 menit. IGD menurun, yang berdampak pada kinerja dan
Berdasarkan data di atas peneliti berasumsi pelayanan yang tidak maksimal. Dibandingkan
bahwa pasien yang datang ke IGD RSI Siti jika adanya seorang pemimpin pada shift pagi
Khadijah Palembang dengan waktu tanggap yang memberikan arahan, mengatasi masalah dan
(ketepatan) tepat lebih banyak dibandingkan pengawasan pada setiap tindakan yang dilakukan
dengan waktu tanggap (ketepatan) tidak tepat. oleh perawat pelaksana di ruang IGD. Menurut
Dalam hal ini waktu tanggap (ketepatan) Setyawan (2015) perawat IGD dituntut untuk
sangatlah penting, karena jika terlambat sedikit selalu menjalankan perannya di berbagai situasi
saja dalam memberikan tindakan medis pada dan kondisi yang emliputi tindakan penyelamatan
pasien maka dapat mengakibatkan kondisi pasien pasien secara professional khususnya penanganan
menjadi lebih buruk lagi. pada pasien gawat darurat.
Maka peneliti berasumsi keberhasilan
Hubungan Kegawatdaruratan terhadap waktu tanggap sangat tergantung kepada
Waktu Tanggap (Kecepatan) kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian
pertolongan untuk menyelamatkan nyawa pasien
Hasil penelitian didapatkan tentang yang datang dengan kegawatdaruratan khususnya
kegawatdaruratan terhadap waktu tanggap pasien jantung koroner.
(kecepatan) diperoleh data bahwa dari 30
responden yang termasuk ke dalam prioritas II Hubungan Kegawatdaruratan terhadap
dengan waktu tanggap sangat cepat sebanyak 18 Waktu Tanggap (Ketepatan)
responden (60,0%) dan waktu tanggap cepat
sebanyak 4 responden (13,3%) responden, lebih Hasil penelitian kegawatdaruratan terhadap
banyak di bandingkan dengan prioritas I dengan waktu tanggap (ketepatan) diperoleh data bahwa
waktu tanggap sangat cepat sebanyak 5 dari 30 responden yang termasuk ke dalam
responden (16,7%) dan prioritas III dengan waktu prioritas II dengan waktu tanggap tepat sebanyak
tanggap cepat sebanyak 3 responden (10,0%). 18 responden (60,0%) dan waktu tanggap tidak
Dari hasil uji statistik pearson chi square tepat sebanyak 4 responden (13,3%) lebih banyak
diperoleh ρ-value=0,003 (<ɑ 0,05), maka dapat di bandingkan prioritas I dengan waktu tanggap
disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan tepat sebanyak 5 responden (16,7%) dan prioritas
antara kegawatdaruratan dengan waktu tanggap III dengan waktu tanggap tidak tepat sebanyak 3
(kecepatan) pada pasien jantung koroner. responden (10,0%). Dari hasil uji statistik
Mekanisme waktu tanggap juga dapat pearson chi square diperoleh ρ-value=0,003 (<ɑ
mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada
ketepatan pertolongan yang diberikan pada hubungan signifikan antara kegawatdaruratan
pasien yang memerlukan standar sesuai dengan terhadap waktu tanggap (ketepatan) pada pasien
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat jantung koroner.
menjamin suatu penanganan gawat darurat Menurut Depkes RI (2010), ketepatan
dengan waktu tanggap yang cepat dan waktu dalam memberikan pelayanan medis
penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai kepada pasien mempunyai batas waktu yang
dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber telah ditentukan yaitu sangat tepat ≤5 menit dan
daya manusia dan manajemen rumah sakit atau tidak tepat >5 menit.
puskesmas sesuai standar (Kelmanutu, 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahil (2012), tentang “Faktor-Faktor
penelitian Mahyawati dan Widaryati (2015) Yang Berhubungan Dengan Lama Waktu
tentang “Hubungan Kegawatdaruratan Pasien Tanggap Perawat Pada Penanganan Asma Di
Dengan Waktu Tanggap Perawat Di IGD RS Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Senopati Bantul”. Menyatakan bahwa ada
Menyatakan bahwa ada hubungan hubungan signifikan antara kegawatdaruratan
signifikan antara kegawatdaruratan dengan waktu dengan waktu tanggap ρ value=0,018 (<ɑ 0,05).
tanggap dengan nilai ρ-value=0,037 (<ɑ=0,05). Berkaitan dengan penyakit asma, maka sangat
Dengan keeratan hubungan 0,327 yang berarti penting sekali dalam melakukan penanganan
memiliki hubungan yang tidak erat antara dengan cepat. Karena kalau tidak ditangani
kegawatdaruratan pasien dengan waktu tanggap dengan cepat akan mengancam jiwa pasien saat
perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah serangan asma kambuh. Penderita yang berisiko
Yogyakarta. Ini dapat dikarenakan pada shift sore tinggi mengalami kematian adalah penderita yang
476 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, November 2017, hlm 471-477
datang dengan serangan berat, penyakit asmanya 3. Responden yang mendapatkan waktu tanggap
jarang dikontrol, respon sebagian atau tidak (ketepatan) sangat tepat juga sebesar 76,7%.
respon terhadap pengobatan dan keterlambatan 4. Ada hubungan kegawatdaruratan dengan
penilaian berat serangan baik oleh tenaga waktu tanggap (kecepatan) pada pasien
kesehatan atau penderita. jantung koroner dengan ρ-value=0,003
Maka peneliti berasumsi pada saat pasien (ρ<0,05).
yang datang dengan kegawatdaruratan khususnya 5. Ada hubungan kegawatdaruratan dengan
pasien jantung koroner mendapatkan penangan waktu tanggap (ketepatan) pada pasien
yang tepat. Karena jika tidak akan mengancam jantung koroner dengan ρ-value=0,003
jiwa pasien terlebih lagi jika saat serangan terjadi (ρ<0,05).
dan hal ini dapat mengakibatkan kondisi menjadi
semakin buruk bahkan dapat mengakibatkan
kematian. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Citrakesumasari. 2012. Anemia Gizi Masalah dan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUP Prof.
Pencegahannya. Yogyakarta: Kaliaka. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal
Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Penyakit Keperawatan, 2(2).
Jantung dan Pembuluh Darah. Mahyawati dan Widaryati. 2015. Hubungan
Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Kegawatdaruratan Pasien Dengan Waktu
Depkes RI. 2010. Sistem Penanggulangan Gawat Tanggap Perawat di IGD RS PKU
Darurat Terpadu. Jakarta: Departemen Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi,
Kesehatan Republik Indonesia. Program Studi Ners, STIKES Aisyiah
Haryatun, Nunuk & Sudaryanto. 2008. Perbedaan Yogyakarta.
Waktu Tanggap Tindakan Keperawatan Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat.
Pasien Cedera Kepala Kategori I-V Di Yogyakarta: Nuha Medikal.
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Noor. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Moewardi. Jurnal Berita Ilmu Response Time Pada Penanganan Pasien
Keperawatan. Instalasi Gawat Darurat RSUP
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Persahabatan. Tidak Dipublikasikan.
Indonesia. 2009. StandarInstalasi Gawat Rahil, Nazwar Hamdani. 2012. Faktor-Faktor
Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta: yang Berhubungan dengan Lama Waktu
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tanggap Perawat pada Penanganan Asma
Kelmanutu, L. S., Sidin, A. I., & Maidin, A. di Instalasi Gawat Darurat RSUD
2013. Saredimensi Mutu Pelayanan Pada Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Respati Yogyakarta.
Daerah Karel Sadsuitubun Langgur Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013. 2015. Medical Record Rumah Sakit Islam
Maluku Tenggara. Siti Khadijah Palembang. Palembang.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/han Sabriyanti. 2012. Faktor-Faktor yang
dle/123456789/5601/Jurnal%20Bu%20Lev Berhubungan dengan Ketepatan Waktu
ina.pdf;sequence=1. Tanggap Penanganan Kasus pada
Maatilu, V., Mulyadi, N., & Malara, R. 2014. Response Time I di Instalasi Gawat
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Darurat Bedah dan Non-Bedah RSUP
Response Time Perawat pada Penanganan DR.Wahidi Sudirohusodo. Jurnal
Apriani, Hubungan Kegawat Daruratan dengan Waktu Tanggap pada Pasien Jantung Koroner 477
Universitas Hasanudin. http:// World Health Organization. 2008. The Top Ten
pasca.unhas.ac.id (Diakses tanggal 28 Causes of Death.
Februari 2014). http://www.who.int/mediacentre/factsheets
Setyawan, Heru. 2015. Gambaran Pengetahuan /fs310_2008.pdf (Diakses pada 17 Maret
Peran Perawat dalam Ketepatan Waktu 2010).
Tanggap Penanganan Kasus Gawat Zahrawardani, D., Herlambang, K. S., &
Darurat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Anggraheny, H. D. 2012. Analisis Faktor
Sakit Umum Daerah Karanganyar. Skripsi, Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Program Studi S-1 Stikes Kusuma Husada, di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal
Surakarta. Kedokteran Muhammadiyah, 1(3).