Professional Documents
Culture Documents
ID Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik
ID Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik
ID Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik
E-mail: tanggar.fe@gmail.com
Abstract
This reasearch started from the writer’s pre-observation in a local institution of
Padang City administration, Social and Human Resource Office of Padang City. The
pre-observation shows problems in leadership and motivation of public servants. The
problem derives from the lack of support of the leaders about the needs of the workers
that can motivate them to do their jobs, and the lack of guidance by the leaders in
conducting tasks. It can be seen from the empty office after lunch because most workers
gets home early, especially when the office heads are going out. Theworkers’ lack of
motivation affect the performance and lack of responsibility for their job assignment,
and many workers do their job carelessly when the heads are not present. This
quantitative reasearch is correlational. The population is the 72 public servants in the
Social and Human Resource Office of Padang City. The sample is measured using slovin
formula, and resulted in 68 samples. Descriptive analysis of the paternalistic leadership
style shows that 73,03% respondents agree, while the public servants’ motivation shows
respondents agree 78,10%. The result of simple regression analysis shows that
paternalistic leadership style influences the workers’ motivation as high as 18,2%, with
44,1% strength where tcount> ttable; which is 3,990 > 1,682.
Key words : Paternalistic Leadership Style, Work Motivation, Public Service
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi dari hasil pengamatan awal penulis di salah satu
SKPD di Kota Padang yakni pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang yang
menunjukkan bahwa masih terdapatnya masalah mengenai kepemimpinan dan motivasi
kerja pegawai yang ditunjukkan oleh masih kurangnya perhatian pimpinan terhadap
kebutuhan pegawai yang bisa memotivasi pegawai dalam melaksanakan tugas, masih
kurangnya bimbingan pimpinan kepada pegawai didalam pelaksanaan tugas, masih
kurangnya motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas yang diberikan Kepala
Dinas Sosial Kota Padang, setelah jam istirahat suasana kantor sepi karena para
pegawai banyak yang sudah pulang, apalagi jika pimpinan tidak ada di tempat,
Rendahnya motivasi pegawai yang berdampak pada kinerja dan kurangnya rasa
tanggung jawab pegawai terhadap pekerjaannya, dan banyak pegawai yang asal-asalan
mengerjakan tugas-tugasnya pada saat pimpinan tidak berada di tempat. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional. Populasi penelitian ini
adalah keseluruhan pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang berjumlah 72
orang. Dengan pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, sehingga didapat
sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
untuk gaya kepemimpinan paternalistik yang diterapkan untuk kelangsugan hidup
174
Vol. XII No.2 Th. 2013
organisasi di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang berada dalam kategori yang
tinggi dengan perolehan tingkat capaian responden sebesar 73,03%, sedangkan
motivasi kerja pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang juga berada dalam
kategori yang tinggi dengan tingkat capaian responden sebesar 78,10%. Hasil analisis
regresi sederhana menunjukkan bahwa bahwa gaya kepemimpinan paternalistik
berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kota Padang yaitu sebesar 18,2 %, dengan kekuatan sebesar 44,1% dimana nilai
thitung> ttabel, yakni 3,990 > 1,682.
Kata kunci : Gaya Kepemimpinan Paternalistik, Motivasi Kerja, Pegawai
175
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
berikan perintah, memberikan tugas, cara ber- Kepemimpinan paternalistik Terhadap Motivasi
komunikasi, membuat keputusan serta cara Kerja Pegawai Di Kantor Dinas Sosial Kota
mendorong semangat bawahannya dan mem- Padang?
berikan motivasi. Peran pimpinan sangat mem-
pengaruhi perilaku bawahannya dalam melaku- Kajian Teoritis
kan aktivitas organisasi dimana pimpinan harus Konsep Kepemimpinan
bisa mengetahui dan memahami kebutuhan Istilah Kepemimpinan berasal dari kata
pegawai dalam pekerjaannya sehari-hari, hal dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau
tersebut akan dapat mencegah atau paling tidak tuntun. Dari kata “pimpin” lahirlah kata kerja
meminimalkan timbulnya permasalahan kepe- “memimpin” yang artinya membimbing atau
gawaian yang ada didalam organisasi tersebut. menuntun. Secara etimologi kepemimpinan
Selama penulis mengadakan obsevasi di dapat diartikan dari kata dasar “pimpin” (dalam
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota bahasa Inggris Lead) berarti bimbing atau
Padang dari tanggal 5 sampai dengan 9 Maret tuntun, dengan begitu didalamnya ada dua
2012, Penulis melihat adalanya beberapa masa- pihak, yaitu yang dipimpin (umat) dan yang
lah yang terjadi disana, seperti kurangnya per- memimpin (imam). Setelah ditambah awalan
hatian pimpinan terhadap kebutuhan pegawai “pe” menjadi “pemimpin” (dalam bahasa
yang bisa memotivasi pegawai dalam melak- Inggris Leader) berarti orang yang mempe-
sanakan tugas, lalu kurangnya bimbingan dari ngaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
pimpinan terhadap pegawai dalam melaksana- komunikasi sehingga orang lain tersebut ber-
kan tugas sehari-hari, dan belum termotivasinya tindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas Apabila ditambah akhiran “an” menjadi “pim-
yang dibebankan kepadanya, serta kurangnya pinan” artinya orang yang mengepalai. Antara
rasa tanggung jawab pegawai terhadap peker- pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan,
jaannya. Penulis melihat, pada hari tertentu yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih oto-
seperti hari Jumat, banyak pegawai yang datang kratis, sedangkan pemimpin (ketua) cenderung
terlambat bahkan tidak hadir, setelah jam lebih demokratis. Setelah dilengkapi dengan
istirahat suasana kantor sepi karena para pega- awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (dalam
wai sudah banyak yang pulang, lingkungan dan bahasa Inggris Leadership) berarti kemampuan
suasana kerja yang tidak harmonis antar dan kepribadian sesorang dalam mempengaruhi
pegawai, dan jika pimpinan sedang tidak berada serta membujuk pihak lain agar melakukan
di tempat, banyak pegawai yang asal-asalan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga
mengerjakan tugas bahkan ada yang tidak hadir dengan demikian yang bersangkutan menjadi
di kantor. awal struktur dan pusat proses kelompok (S.
Wawancara yang penulis lakukan pada Pamudji, 1992:25).
tanggal 6 maret 2012 di Kantor Dinas Sosial Banyak definisi yang diberikan para ahli
dan Tenaga Kerja Kota Padang kepada Dra. mengenai kepemimpinan, diantaranya Stephen
Wirda selaku Kasubag Umum di Kantor Dinas P. Robbins (2001:34) : “Leadership is the abi-
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang, beliau lity to influence a group toward the achieve-
memberikan tanggapannya tentang gaya ke- ment of goals”. (Kepemimpinan adalah suatu
pemimpinan dan motivasi kerja pegawai di kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke
Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota arah pencapaian tujuan). Menurut George R.
Padang “tinggi rendahnya motivasi seorang Terry (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996:90)
pegawai tergantung pada pribadi pegawai : “Leadership is the activity of influencing
tersebut, dan para pegawai belum sepenuhnya people to strive willingly for group objectives”.
mampu mengerjakan tugasnya, mungkin hal ini (Kepemimpinan adalah suatu aktivitas mem-
dikarenakan oleh faktor kesadaran dari diri pengaruhi orang-orang untuk berusaha men-
pegawai dan kurangnya perhatian dari pim- capai tujuan-tujuan kelompok dengan sukarela).
pinan terhadap kebutuhan pegawai yang dapat Menurut Robert Tannenbaum, Irving R.
memotivasi pegawai dalam melaksanakan Weschler, Fred Massarik (Hersey, Blanchard, &
tugas”. Johnson, 1996:90) : “Leadership is interper-
Berdasarkan fenomena di atas maka sonal influence exercised in a situation and
penulis tertarik melakukan penelitian dengan directed through the communication process,
rumusan masalah adalah adakah Pengaruh Gaya toward the attainment of a specified goal or
176
Vol. XII No.2 Th. 2013
goals”. (Kepemimpinan adalah pengaruh inter- pimpinan pada saat-saat tertentu, sehingga
personal yang dijalankan dalam suatu situasi biasanya langkah berikutnya tidak ada
dan ditunjukkan melalui proses komunikasi, kepastian.
untuk menuju pencapaian dari suatu tujuan atau c) Pimpinan menditeksikan tugas-tugas tertentu
tujuan-tujuan yang spesifik). dan para anggota adalah pelaksanaannya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, d) Pimpinan cendrung untuk mencela atau me-
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah muji secara personal dan tetap menjauhkan
suatu proses untuk mempengaruhi individu- diri dari kegiata kelompok, kecuali dalam
individu lain di dalam kelompok untuk men- hal berdemonstrasi.
capai tujuan bersama pada suatu situasi tertentu. 2. Paternalistik
Dengan demikian, proses kepemimpinan me- Tipe pemimpin yang paternalistik banyak
liputi faktor pemimpin, bawahan, dan situasi. terdapat di lingkungan masyarakat yang masih
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mem- bersifat tradisional, umumnya di masyarakat
perhatikan bawahan dan situasi yang dihadapi yang agraris. Popularitas pemimpin yang pater-
dalam menjalankan kepemimpinannya. nalistik di lingkungan masyarakat demikian di-
sebabkan oleh faktor seperti kuatnya ikatan
Gaya Kepemimpinan primordial, extended family system, kehidupan
Gaya kepemimpinan merupakan kombi- masyarakat yang komunalistik, peranan adat
nasi pengembagan pemikiran sosiologis dan istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan ber-
pendekatan psikologis. Pangkal tolak pemikiran masyarakat, masih dimungkinkannya hubungan
ini adalah ‘pegawai bawahan akan bersedia pribadi yang intim antara seseorang anggota
kerja keras serta termotivasi melaksanakan masyarakat dengan anggota masyarakat yang
tugas (efektif dan efisien), jika pimpinan me- lainnya. Ciri-ciri kepemimpinan paternalistik
rupakan gaya yang akomodatif’. Teori ini ber- adalah:
tumpu pada pandangan bahan terhadap perilaku 1) Pimpinan mampu berperan layaknya se-
atasannya (Prof. Soebagyo Sastrodiningrat : orang bapak.
2002, 42) 2) Terlalu bersifat melindungi.
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana 3) Pengambilan keputusan pada diri pemimpin.
seorang pemimpin melaksanakan fungsi ke- 4) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
pemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh 5) Jarang memberikan kesempatan kepada
mereka yang berusaha dipimpinnya atau bawahan untuk mengembangkan daya kreasi
mereka yang mungkin sedang mengamati dari dan fantasi.
luar (Robert, 1992). James et. al. (1996) me- 6) Menuntut alur atau proses pekerjaan sesuai
ngatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah dengan apa yang telah ada dan dijalankan.
berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh Nilai-nilai organisasional yang dianut
pemimpin dalam proses mengarahkan dan pemimpin paternalistik:
mempengaruhi pekerja. Gaya kepemimpinan a) Mengutamakan kebersamaan.
adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil b) Kepentingan bersama dan perlakuan yang
kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, seragam terlihat menonjol.
sikap, yang sering diterapkan seorang pemim- c) Hubungan atasan dengan bawahan lebih ber-
pin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja sifat informal.
dan motivasi bawahannya (Tampubolon, 2007). d) Pemimpin paternalistik terlalu melindungi
Pola umum Gaya Kepemimpinan menu- para bawahan yang pada gilirannya dapat
rut Gibson ada 4, yaitu otoriter, paternalistik, berakibat bahwa para bawahan itu takut
laissez faire dan demokrasi (Kartini Kartono, bertindak karena takut berbuat kesalahan.
2006: 35). Adapun ciri-ciri dari masing-masing e) Hanya pemimpin yang mengetahui seluk
gaya kepemimpinan menurut Gibson tersebut beluknya organisasional, sehingga keputus-
adalah sebagai berikut: an diambil oleh pemimpin dan bawahan
1. Otoriter tinggal melaksanakannya saja. Konsekuensi-
Ciri-ciri perilaku kepemimpinan otoriter nya, para bawahan tidak dimanfaatkan se-
adalah: bagai sumber informasi, ide, dan saran. Para
a) Semua perilaku kebijaksanaan ditentukan bawahan tidak didorong untuk berfikir ino-
oleh pimpinan. vatif dan kreatif.
b) Langkah kegiatan tekhnis ditentukan oleh 3. Laissez Faire
177
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
3) Kebalikan dari kelompok P2, adalah mereka kan keserasian kerjasama yang sesungguhnya.
yang sebenarnya mempunyai kemampuan, Dia sendiri terdorong oleh motivasi kepenting-
akan tetapi tidak mau bekerja (jadi malas), an kelompoknya. Berusaha mencari kemajuan,
tidak punya keyakinan akan dirinya sendiri, pengakuan atas prestasinya dan keamanan, baik
ini disebut kelompok P3 bagi bawahan maupun dirinya sendiri. Hubung-
4) Kebalikan dari kelompok P1, mereka yang an kerja atasan-bawahan adalah saling meng-
memang mempunyai kemampuan, dan juga ayomi (informa) give and take. Terjalin komu-
sekaligus mempunyai kemaua bekerja (jadi nikasi dua arah yang harmonis, suasana kerja
rajin) untuk bekerja, mereka disebut sebagai tenang dan akrab
kelompok P4 Selanjutnya gaya kepemimpinan menurut
Jadi angka urut dari P1, P2, P3 dan P4 BPKP (Keputusan Kepala BPKP KEP-134/K/
adalah untuk menunjukkan urutan tingkat per- SU/2005) yang disebut dengan role model
kembngan tabiat bawahan dari yang rendah dalam keputusan tersebut disebutkan salah satu
sampai yang tinggi. Sesuai urutan tingkat per- faktor penting penentu keberhasilan pengem-
kembangan bawahan tersebut, maka harus di- bangan budaya kerja dalam lingkungan suatu
terapkan pula gaya kepemimpinan yang sesuai organisasi adalah adanya keteladanan dari
(kode G). pimpinan. Pimpinan organisasi mempunyai
Gaya Kepemimpinan menurut R. K. lingkar pengaruh yang luas, sehingga perilaku
Burns dari Universitas Chicago (kepemimpinan pimpinan akan menjadi contoh bagi para
dalam organisasi; Yukl Gary, 2010: 56) yang bawahan untuk bertindak dan berperilaku. Peri-
membagi menjadi empat gaya kepemimpinan : laku pimpinan yang baik sesuai dengan nilai-
1) Gaya Bereucratic – Regulative nilai yang dianut organisasi akan memudahkan
Tipe ini yang mengatur, yang diutama- usaha untuk mengubah perilaku bawahannya.
kannya keselamatan dirinya. Tipe ini tidak Dengan demikian, keteladanan merupakan
berani beranjak dari tempatnya. Dia benar- faktor kunci keberhasilan dalam menanamkan
benar mengikuti peraturan secara harfiah. Per- nilai-nilai. Untuk menanamkan nilai-nilai yang
gaulan dengan bawahan kurang sekali, dia tidak dianut sehingga terintegrasi dan tercermin
mau berkomunikasi. Akhirnya semangat ba- dalam setiap operasionalisasi kegiatan organi-
wahan pun umumnya kurang acuh. Tipe ini sasi serta perilaku setiap anggota organisasi
kurang tepat menjadi pemimpin suprvisi. bukanlah hal yang mudah. Perlu suatu aksi
2) Gaya Autocatic - Regulative nyata yang diimplementasikan dengan komit-
Tipe pemimpin ini selalu mencari ke- men penuh agar penanaman nilai-nilai tersebut
kuasaan dan tanggung jawab yang palling enak berhasil diwujudkan. Suatu aksi nyata yang
baginya. Dia sangat kritis dan mendetail dalam digagas adalah “Role Model”. Menurut
mengawasi bawahannya. Tipe ini mempraktek- Britannica Encyclopedia, pengertian role model
kan komunikasi satu arah, melaksanakan tugas- adalah sebagai berikut: “a person whose
nya tanpa menghiraukan perasaan bawahannya. behavior in a particular role is imitated by
Dia melakukan pekerjaannya, bertolak pada others”. Dengan demikian role model adalah
kekuasaan dan sedikit sekali perhatian pada pejabat atau pimpinan yang selalu mempro-
bawahannya. Dalam kepemimpinan ini tercipta mosikan dan menjalankan keteladanan berperi-
suasana antagonis. laku atas peran tertentu dalam setiap kesempat-
3) Gaya Idiocratic – Manipulatic an yang memungkinkan di lingkungan organi-
Tipe diplomat ini dapat bergaul dengan sasi bersangkutan dan dijadikan contoh oleh
baik dengan pimmpinan atasan, maupun dengan pegawai bawahannya.
pegawai bawahan. Motivasinya yang utama Dari berbagai macam gaya kepemimpin-
adalah kemajuan an keamanan bagi setiap an yang dipaparkan di atas, maka dalam pene-
individu. Dia sering berhubungan dengan litian ini penulis akan berfokus gaya kepemim-
bawahannya, aka tetapi tetap dalam batas-batas pinan paternalistik saja sebagai bentuk pem-
sebagai atasan. Suasan yang diciptakan karena- batasan dalam penelitian yang dilakukan.
nya dalah iklim persaingan dan antara para
bawahannya mementingkan tujuan masing- Konsep Motivasi Kerja Pegawai
masing. Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu
4) Gaya Democratic – Integrative “movere” yang artinya bergerak. Defenisi dasar
Tipe pemimpin ini tujuannya mencipta- motivasi menurut Daft ( dalam Wijaya, 1999:
179
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
156), adalah dorongan yang bersifat internal sehingga menurunkan ketegangan. Ketika
atau eksternal pada diri individu yang menim- individu berhasil mendapatkan makanan,
bulkan antusiasme dan ketekunan untuk me- kemudian rasa lapar pun hilang dan individu
ngejar tujuan-tujuan spesifik. Hasibuan (2001: kembali beraktifitas seperti biasanya.
142) motivasi adalah pemberian daya peng- Wexly & Yulk yang dikutip dalam
gerak yang menciptakan kegairahan seseorang Harbani Pasolong (2008) mengatakan bahwa
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif motivasi kerja adalah pemberian dorongan atau
dan terintegrasi dengan segala daya upayanya sesuatu yang melatar belakangi seseorang untuk
untuk mencapai kepuasan. melakukan suatu atau tingkah laku. Sejalan
Menurut Jones (Sondang, 2004: 14), dengan itu Maier juga mengatakan motivasi
motivasi berhubungan erat dengan bagaimana kerja adalah faktor yang menyebabkan orga-
perilaku itu dimulai, dikuatkan, didukung, di- nisme berbuat seperti apa yang dia perbuat dan
arahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam Asa’ad juga mengemukakan motivasi kerja
apakah yang timbul organisme ketika semua ini adalah merupakan sesuatu yang menimbulkan
berlangsung. semangat atau dorongan kerja. (Harbani
Sedangkan motivasi menurut Gibson dkk Pasolong, 2008: 140).
(dalam Hersey, 1996: 185), adalah kekuatan Motivasi kerja merujuk pada kekuatan
yang mendorong seseorang pegawai yang me- internal/eksternal seseorang yang membangkit-
nimbulkan dan mengarahkan Selanjutnya moti- kan antusiasme dan perlawanan untuk melaku-
vasi menurut Luthans (dalam Sayuti, 2004: 270 kan serangkaian tindakan tertentu, motivasi
), adalah sebagai sebuah proses yang dimulai kerja mempengaruhi produktivitas dan sebagian
dari adanya kekurangan baik secara fisiologis tugas seseorang manajer adalah menyalurkan
mapun psikologis yang memunculkan perilaku motivasi menuju pencapaian tujuan organisasi
atau dorongan yang diarahkan untuk mencapai (Daft, 2007: 363).
sebuah tujuan spesifik atau insentif. Dengan Motivasi kerja mengandung tiga hal yang
demikian, kunci utama untuk memahami proses amat penting. Pertama, pemberian motivasi
motivasi bergantung pada pengertian dan kerja berkaitan langsung dengan usaha pen-
hubungan antara kebutuhan, dorongan dan capaian tujuan dan berbagai sasaran organi-
insentif. sasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa
Dari berbagai defenisi di atas, maka dalam tujuan dan sasaran organisasi telah
dapat dijelaskan unsur-unsur motivasi sebagai tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota
berikut: organisasi. Pemberian motivasi hanya akan
1) Kebutuhan (needs) adalah keadaan yang me- efektif apabila dalam diri bawahan yang di-
munculkan ketidak seimbangan dan keku- gerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan ter-
rangan baik secara fisiologis maupun secara capainya tujuan maka tujuan pribadipun akan
spikologis. Kebutuhan dapat diartikan seba- ikut pula tercapai. Kedua, motivasi merupakan
gai sesuatu keadaan internal yang menye- proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan
babkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran
Misalnya jika tubuh kita membutuhkan intensitas kemauan seseorang. Apabila sese-
energi lebih, maka tubuh membutuhkan orang termotivasi, maka akan berusaha keras
makanan untuk memenuhi kekurangan untuk melakukan sesuatu. Ketiga, kebutuhan.
energi tersebut. Makanan merupakan sesuatu Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang
hal yang menarik untuk diperoleh agar me- yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi
muaskan kebutuhan akan rasa lapar. menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum
2) Dorongan (drives) adalah motif yang me- terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang
micu munculnya perilaku tertentu untuk me- pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu
ngurangi atau memenuhi kebutuhan. Misal- pada diri seseorang.
nya jika tubuh kita kekurangan makanan, Di samping itu, Maslow dalam E.
keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa Koeswara (1995: 223) menjelaskan bahwa
lapar, kemudian rasa lapar menimbulkan motivasi kerja mempengaruhi individu secara
ketegangan secara fisiologis sehingga men- keseluruhan bukan secara bagian. Selanjutnya,
dorong individu untuk mencari makanan. Chung dan Megginson dalam Faustino Cardoso
3) Insentif adalah segala sesuatu yang memuas- Gomes (1995: 177-178) berpendapat bahwa
kan, mengurangi dan memenuhi kebutuhan motivasi kerja dirumuskan sebagai perilaku
180
Vol. XII No.2 Th. 2013
yang ditujukan pada sasaran. Motivasi kerja orang-orang senang mengerjakannya. Orang
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi
oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. karena pekerjaannya itu betul-betul berharga
Motivasi kerja berkaitan erat dengan kepuasan bagi orang-orang yang termotivasi, sehingga
pekerja dan performansi pekerjaan. orang tersebut akan akan bekerja keras. Kinerja
Motivasi merupakan daya pendorong akan dipantau oleh individu yang bersangkutan
yang mengakibatkan seseorang anggota orga- dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
nisasi mau dan rela untuk mengerahkan ke- pengawasan serta semangat juangnya akan
mampuan dalam bentuk tenaga dan waktunya tinggi (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 16-17).
untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan
dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai Teori-teori Motivasi Kerja
sasaran organisasi yang ditentukan sebelumnya Teori Motivasi Higiene
(Sondang P. Siagian: 2004: 138). Pendapat lain
Dikemukakan oleh Frederick Hezberg
mengatakan bahwa motivasi kerja merupakan
dalam Sondang P. Siagian (2004: 164) yang
kekuasaan yang dilembagakan (institutiona-
mengatakan hubungan individu dengan pekerja-
lized) didasarkan atas hukum yang menentukan
annya merupakan hubungan dasar dan bahwa
misi organisasi yang menguasakan para
sikap seseorang terhadap kerja dapat sangat me-
anggotanya untuk melaksanakan kegiatan-
nentukan kesuksesan atau kegagalan individu
kegiatannya (Kast Fremon E. And James E.
itu. Hezberg menelaah pertanyaan ”Apa yang
Rosenzweig, 1991:520). Sedangkan menurut
diinginkan orang-orang dari pekerjaan mereka
Winardi (2000: 137) motivasi pada hakekatnya
?” dari respon yang diberikan, Hezberg me-
merupakan dorongan dan dapat pula dikatakan
nyimpulkan bahwa ketika orang senang me-
suatu kegiatan motif, artinya bahwa motivasi
ngenai pekerjaan mereka sangat berbeda dari
kerja merupakan keinginan yang terdapat pada
jawaban yang diberikan ketika mereka merasa
seseorang individu yang merangsang untuk
tidak senang. Individu yang merasa senang atau
melakukan tindakan.
puas dengan pekerjaannya cenderung mengait-
Motivasi kerja sangat diperlukan untuk
kan faktor intrinsik seperti kemajuan, prestasi,
meningkatkan kinerja bawahan pada sebuah
pengakuan, dan tanggung jawab diri mereka
organisasi baik organisasi Pemerintah maupan
sendiri. Di lain pihak, bila mereka tidak puas,
organisasi privat seperti yang diungkapkan oleh
cenderung mengaitkan dengan faktor-faktor
Zainun (1989 : 10) bahwa motivasi kerja dapat
ekstrinsik seperti gaji, kebijakan perusahaan
dilihat sebagai bagian yang fundamental dari
dan kondisi kerja.
kegiatan manajemen, sehingga segala sesuatu-
Hezberg berpendapat bahwa apabila para
nya dapat ditunjukkan kepada pengarahan
manejer ingin memberi motivasi pada para
potensi dan daya manusia dengan jalan me-
bawahannya, yang perlu ditekankan adalah
nimbulkan, menghidupkan, dan menumbuhkan
faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas,
tingkat keinginan yang tinggi, kebersamaan
yaitu dengan mengutamakan faktor-faktor moti-
dalam menjalankan tugas-tugas perorangan
vasional yang sifatnya intrinsik. Karena me-
maupun kelompok dalam organisasi.
rupakan hal yang lumrah dalam kehidupan
Berdasarkan konsep-konsep motivasi
ilmiah bahwa kritik dilemparkan pada teori atau
kerja di atas, motivasi kerja merupakan suatu
pandangan tertentu, yaitu
dorongan dari dalam maupun dari luar diri se-
a) Prosedur yang digunakan Hezberg terbatasi
seorang untuk mengerjakan suatu tugas dengan
oleh metodologinya. Bila semuanya berlang-
sebaik-baiknya karena kebutuhan, yang didasar-
sung baik, orang cenderung menganggap itu
kan pada kerangka acuan keberhasilan. Atau
berkat diri mereka. Sebaliknya, mereka me-
dengan kata lain, kesediaan, dorongan dan
nyalahkan lingkungan luar jika terjadi ke-
upaya seseorang yang mengarahkan perilaku-
gagalan.
nya untuk melaksanakan tugas dan tanggung-
b) Keandalan metodologi Hezberg dipertanya-
jawabnya dengan baik yang diukur melalui
kan. Karena penilai harus melakukan penaf-
indikator: memperoleh imbalan, terjalinnya
siran, mungkin mereka dapa mencemari pe-
kerjasama, penghargaan, aktualisasi diri dan
nemuan dengan menafsirkan respon tertentu
kepuasan dalam lingkungan kerja.
dengan cara tertentu namun di sisi lain me-
Sesuatu yang dikerjakan karena ada
lakukan respon lain yang serupa dengan cara
motivasi yang mendorongnya akan membuat
181
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
a) Data primer yaitu data yang diambil oleh Instrumen yang digunakan untuk meng-
peneliti dengan menyebarkan angket kepada ukur Gaya Kepemimpinan Paternalistik dan
pegawai mengenai Gaya Kepemimpinan Motivasi Kerja adalah angket yang disusun
Paternalistik dan Motivasi Kerja pegawai di menurut Skala Likert, yang terdiri dari lima
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota kategori dari pernyataan angket yang bersifat
Padang. positif dan negatif, hal ini dapat dilihat pada
b) Data sekunder yaitu data pendukung yang tabel 2.
bisa diperoleh dari sumber kedua seperti
dokumen dari instansi terkait. Selain itu juga Tabel 2. Skala Likert
berasal dari literatur-literatur yang terdapat No. Klasifikasi Positif Negatif
di perpustakaan dan internet yang men- 1. Sangat Setuju (SS) 5 1
dukung penelitian. 2. Setuju (S) 4 2
Teknik dan alat pengumpulan data dalam 3. Ragu-ragu (RR) 3 3
penelitian ini menggunakan angket atau kuesio- 4. Tidak Setuju (TS) 2 4
ner. Pernyataan dalam kuesioner tersebut ber-
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
kaitan dengan Pengaruh Gaya kepemimpinan
Paternlistik terhadap motivasi kerja pegawai di Sumber: Sugiyono, 2005: 93
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Padang.
Tabel 3. Item-Total Statistics variabel X
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
VAR00001 63.6333 44.585 .647 .864
VAR00002 63.6333 44.654 .477 .869
VAR00003 63.4333 45.013 .526 .868
VAR00004 63.1333 43.775 .608 .864
VAR00005 63.1000 44.990 .548 .867
VAR00006 63.5000 44.741 .593 .866
VAR00007 63.3667 44.240 .599 .865
VAR00008 63.3667 44.999 .462 .870
VAR00009 63.1667 44.006 .605 .864
VAR00010 64.0000 44.690 .311 .880
VAR00011 63.1333 45.361 .470 .869
VAR00012 63.6000 44.317 .618 .864
VAR00013 63.5333 45.361 .413 .872
VAR00014 63.3667 43.895 .587 .865
VAR00015 63.9333 45.995 .244 .882
VAR00016 63.4000 43.903 .622 .864
VAR00017 63.6333 45.689 .400 .872
VAR00018 63.4667 45.568 .497 .869
Sumber: data hasil olahan 2012
Tabel 4. Item-Total Statistics Variabel Y
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
VAR00001 31.6000 9.697 .551 .794
VAR00002 31.6667 9.264 .599 .788
VAR00003 31.7000 9.872 .369 .822
VAR00004 31.9333 10.202 .447 .807
VAR00005 31.6667 9.540 .587 .790
VAR00006 31.7667 9.771 .492 .802
VAR00007 31.8000 10.786 .454 .808
VAR00008 31.7000 9.597 .607 .788
185
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
78,92%.
Tabel 12. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja
No Indikator variable TCR Kategori
1 The Need for Achievement ( n-ach) atau Kebutuhan 78,34 Tinggi
akan Prestasi
2 The Need for Authority and Power (n-pow) atau 77,06 Tinggi
Kebutuhan akan Kekuasaan
3 The Need for Affiliation (n-affil) atau Kebutuhan akan 78,92 Tinggi
Afiliasi / Keanggotaan
Variabel Y 78,10 Tinggi
Sumber : hasil penelitian 2012 ( data diolah )
189
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah TCR 69,70%, artinya para pegawai merespon
laku pemimpin dalam mengarahkan, mempe- baik hal yang demikian, dan untuk indikator
ngaruhi, mendorong dan mengendalikan serta Proses pekerjaan yang kaku dengan kategori
memberi orang lain atau bawahan motivasi me- tinggi, dengan TCR 71,17%, yang artinya sikap
nuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka pemimpin yang menuntut menjalankan proses
pendek maupun jangka panjang. Ini berarti gaya pekerjaan berdasarkan peraturan dan prosedur
kepemimpinan memiliki kekuatan dalam mem- yang berlaku mendapat respon yang baik dari
pengaruhi motivasi kerja (Danim, 2004 : 30). para pegawai.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif apa- Dengan terpenuhinya semua indikator
bila dikaitkan dengan hal diatas, dapat dimaknai dari variabel Gaya Kepemimpinan Paternalistik
bahwa Gaya Kepemimpinan Paternalistik yang dimana hasil dari penyebaran angket menunjuk-
diterapkan oleh Kepala Dinas di Dinas Sosial kan kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
dan Tenaga Kerja Kota Padang secara keselu- Gaya Kepemiman Paternalistik memang benar
ruhan dapat dikategorikan tinggi dengan per- digunakan atau diterapkan oleh Kepala Dinas
olehan tingkat capaian responden sebesar Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang.
73,03%.
Hal ini berarti gaya kepemimpinan pater- Motivasi Kerja
nalistik yang diterapkan oleh Kepala Dinas, Untuk masing-masing indikator, yaitu
mendapat respon yang baik dari para pegawai. indikator The Need for Achievement dikatakan
Untuk masing-masing indikator dari Gaya Ke- tinggi, dimana TCR 78,34%, hal ini berarti
pemimpinan Paternalistik yaitu indikator ber- bahwa kesempatan yang diberikan Kepala
sikap layaknya bapak atau ayah berdasarkan Dinas untuk mengikuti pelatihan dan diklat
hasil analisis deskriptif dapat dikatakan tinggi, membuat pegawai dapat memenuhi kebutuhan-
yang mana diperoleh TCR 71,67%, dan untuk nya untuk dapat memiliki pencapaian yang
indikator terlalu bersifat melindungi juga di- signifikan dalam melakukan suatu tugas serta
katakan tinggi, yang mana diperoleh TCR 76,67 pekerjaan dan juga dalam menguasai berbagai
%, artinya harapan para bawahan atau pegawai keahlian didalam melakukan tugas dan peker-
yang terwujud atas keinginan agar pemimpin jaan, yang dapat memotivasi pegawai dalam
mereka mampu berperan sebagai bapak yang mewujudkan pelayanan yang prima dan optimal
bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai dibidang kesejahteraan sosial dan ketenagaker-
tempat bertanya dan untuk memperoleh petun- jaan di kota padang. Indikator The Need for
juk sudah dapat tercapai, lalu indikator kaku Authority and Power dikatakan tinggi, dengan
dalam pengambilan keputusan dikategorikan TCR 77,06%, yang berarti bahwa Apresiasi
tinggi, yang mana TCR 72,53%, hal ini berarti yang diberikan Kepala Dinas atas pekerjaan
pengambilan keputusan yang kaku juga men- pegawai, membuat pegawai memiliki perasaan
dapat respon yang baik dari para pegawai, positif yang timbul dari prestasinya didalam
indikator Selalu bersikap maha tahu dan maha melakukan pekerjaan, sehingga dapat memper-
benar juga dinilai tinggi, yang mana diperoleh tahankan posisinya dalam pekerjaan serta usul-
TCR 76,47%, yang berarti sikap maha tahu dan an promosi jabatan, yang membuatnya memi-
maha benar dari kepala dinas juga mendapat liki kesempatan akan posisi yang lebih tinggi
respon yang baik dari para pegawai, untuk dari sebelumnya, sehingga dapat memotivasi
indikator kurangnya kreasi dan fantasi dalam pegawai dalam melaksanakan tugas dan pe-
palaksanaan tugas juga dikatakan tinggi, dengan kerjaannya.
191
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
Dan indikator The Need for Affiliation oleh Kepala Dinas dinilai kurang bagus diterap-
dinilai tinggi, dimana TCR 78,92%, yang ber- kan karena dapat memberi dampak terhadap
arti bahwa sikap dari kepala dinas yang meng- motivasi kerja pegawai.
utamakan kebersamaan serta mendahulukan ke- Kurang bagusnya gaya kepemimpinan
pentingan bersama, membuat para pegawai paternalistik yang memberi pengaruh terhadap
dapat memenuhi kebutuhan mereka akan rasa motivasi kerja pegawai ini disebabkan oleh hal
keanggotaan didalam organisasi yang juga negatif dari kepemimpinan paternalistik seperti
dapat memotivasi para pegawai didalam melak- kaku dalam proses pekerjaan dan jarang mem-
sanakan tugas dan pekerjaannya. berikan kesempatan untuk menyalurkan ide-ide
Motivasi kerja merupakan suatu dorong- yang dapat mempermudah pelaksanaan tugas
an dari dalam maupun dari luar diri seseorang sehingga membuat motivasi pegawai dalam
untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik- bekerja rendah, lalu jarang memberikan kesem-
baiknya karena kebutuhan, yang didasarkan patan untuk berfikir inovativ dan kreatif dalam
pada kerangka acuan keberhasilan. Teori moti- bekerja sehingga membuat motivasi untuk be-
vasi kerja Menurut Mclelland (Robbins, 2001: kerja pun rendah, dan hanya pemimpin yang
173), ada tiga hal yang melatar belakangi mengetahui seluk beluknya organisasional, se-
motivasi seseorang: The Need for Achievement hingga keputusan diambil oleh pemimpin dan
(n-ach); The Need for Authority and Power (n- bawahan tinggal melaksanakannya saja, konse-
pow); The Need for Affiliation (n-affil). Dalam kuensinya adalah para bawahan tidak diman-
hasil penelitian ini menunjukkan untuk Moti- faatkan sebagai sumber informasi, ide, dan
vasi Kerja pegawai Dinas Sosial dan Tenaga saran yang membuat motivasi pegawai dalam
Kerja Kota Padang dapat di kategorikan tinggi, bekerja pun menjadi rendah. Selain itu, kaitan-
yang mana TCR yang di peroleh adalah sebesar nya dengan motivasi kerja menurut Mc Lelland,
78,10%. untuk sikap dari pemimpin paternalistik yang
jarang memberikan kesempatan pada pegawai
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik untuk mengambil inisiatif sendiri dalam me-
terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas Sosial nyelesaikan pekerjaan, sehingga pegawai jadi
dan Tenaga Kerja Kota Padang kurang berprestasi dalam bekerja, yang mem-
Setelah dilakukan penelitian terhadap buat pegawai tidak dapat memenuhi kebutuhan
pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota akan prestasi. Serta sikap kepala dinas yang
Padang, dan dilanjutkan dengan analisis data, jarang memberkan kesempatan pada pegawai
hasil analisis statistik dengan menggunakan untuk mengambil keputusan sendiri atau kata
program SPSS 16 menunjukkan adanya penga- lain tidak adanya wewenang dari pegawai untuk
ruh yang signifikan antara Gaya Kepemimpinan mengambil keputusan dalam menghadapi per-
Paternalistik dengan motivasi kerja pegawai. soalan yang terjadi dalam pelaksanaan pekerja-
Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji hipo- an, membuat pegawai tidak dapat memenuhi
tesis yang dilakukan menggunakan program kebutuhan akan kekuasaan, serta sikap dari
SPSS versi 16, dimana nilai thitung>ttabel, yakni pemimpin paternalistik yang masih mungkin-
3,990 > 1,682, artinya Gaya Kepemimpinan kan adanya hubungan pribadi yang intim antara
Paternalistik berpengaruh signifikan terhadap pimpinan dengan seorang atau salah satu
Motivasi Kerja pegawai pada Dinas Sosial dan pegawai pun membuat pegawai merasa tidak
Tenaga Kerja Kota Padang. Adapun besar dapat memenuhi kebutuhan akan rasa keang-
pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik gotaan di dalam organisasi.
terhadap Motivasi Kerja pegawai pada Dinas Hasil analisis stastistik tersebut mem-
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang adalah buktikan teori dari Frederick Herzberg dalam
sebesar 18,2%, sisanya 81,8% dipengaruhi oleh Wahdjosimidjo (1997 : 56), yang mengatakan
faktor lain yang tidak terdeteksi dalam pene- ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi motivasi
litian ini. Sedangkan untuk kekuatan variabel kerja yang dinamakan faktor pemuas (moti-
Gaya Kepemimpinan Paternalistik dalam mem- vation factor) yang disebut dengan satisfier
pengaruhi Motivasi Kerja Pegawai Dinas Sosial atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara
dan Tenaga Kerja Kota Padang dikatakan cukup (maintenance factor) salah satu dari faktor
kuat dengan nilai R yang dihasilkan adalah pemelihara ini dalah Gaya dan mutu dari
0,441 atau 44,1%. Artinya gaya kepemimpinan pimpinan serta dari hubungan interpersonal
paternalistik yang digunakan atau diterapkan diantara teman sejawat, dengan atasan, dan
192
Vol. XII No.2 Th. 2013
dengan bawahan, yang artinya gaya kepemim- nalistik dalam mempengaruhi Motivasi Kerja
pinan merupakan salah satu faktor yang mem- Pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
pengaruhi motivasi kerja pegawai. Dan juga Padang adalah 0,441 atau 44,1%.
sejalan dengan pendapat Wahdjosumidjo (1997: Dalam meningkatkan Motivasi Kerja
52) yang mengatakan “faktor-faktor yang mem- pegawai, maka harus diawali dengan menentu-
pengaruhi motivasi adalah faktor intern dan kan cara atau gaya kepemimpinan yang tepat
faktor ekstern. Faktor ekstern yang dimaksud untuk dijalankan atau diterapakan dalam orga-
adalah kebijakan yang telah ditetapkan, per- nisasi. Karena gaya kepemimpinan yang tepat
syaratan pekerjaan yang harus dipenuhi karya- dan cocok akan membuat motivasi orang-orang
wan, tersedianya sarana dan prasarana yang atau pegawai didalam organisasi tersebut dalam
mendukung pelaksanaan pekerjaan, dan gaya bekerja dapat meningkat. Dari hasi penelitian
kepemimpinan terhadap bawahannya. menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut Paternalistik yang digunakan atau diterapkan
dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Gaya oleh Kepala Dinas dinilai cukup kuat pengaruh-
Kepemimpinan Paternalistik terhadap Motivasi nya terhadap motivasi kerja pegawai Dinas
Kerja pegawai di Dinas Sosial dan Tenaga Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang, oleh
Kerja Kota Padang. karena itu disarankan kepada kepala dinas
untuk menggunakan atau menerapkan gaya
Simpulan kepemimpinan yang lebih membawa pengaruh
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- yang lebih kuat terhadap motivasi pegawai
bahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; dalam bekerja. Hal lain yang dapat dilakukan
gaya Kepemimpinan Paternalistik di Dinas untuk dapat meningkat Motivasi Kerja pegawai
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang dapat Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
kategori tinggi dengan perolehan tingkat capai- dikemudian hari adalah dengan mendorong
an responden sebesar 73,03%. Artinya Gaya pegawai untuk bersikap inovatif dan organisasi
Kepemimpinan Paternalistik yang diterapkan mempertimbangkan dampak hasil terhadap
oleh Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja individu yang ada dalam organisasi sehingga
Kota Padang untuk kelangsungan hidupan ke- dapat menimbulkan peningkatan Motivasi
lanjutan organisasi mendapat respon yang baik Kerja Pegawai.
dari para pegawai, dan dengan terpenuhinya
semua indikator dari variabel Gaya Kepemim- Daftar Rujukan
pinan Paternalistik, hal ini menunjukkan bahwa Aldri Frinaldi, & Muhamad Ali Embi. 2011.
Gaya Kepemiman Paternalistik memang benar Pengaruh Budaya Kerja Etnik Terhadap
digunakan atau diterapkan oleh Kepala Dinas Budaya Kerja Keadilan dan Keterbukaan
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang. PNS dalam Membangun Masyarakat
Melalui hasil penelitian pula dapat di- Madani dan Demokrasi (Studi Pada
ketahui bahwa tingkat Motivasi Kerja pegawai Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat).
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang Prosiding Seminar Nasional FISIP-UT.
katakan tinggi dengan perolehan tingkat capai- http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfpro
an responden sebesar 78,10%. Artinya motivasi siding2/fisip201136.pdf dicapai tarikh 5
pegawai dalam menjalankan pekerjaan dan Mac 2012.
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada- Daft, Richard L. 2007. Manajemen. Jakarta:
nya dapat dikatakan baik. Salemba Empat
Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan
Danim Sudarman. 2004. Motivasi Kepemim-
diketahui nilai thitung>ttabel, yakni 3,990 > 1,682
pinan dan Efektivitas Kelompok.
dengan Sig < 0,05 . Artinya terdapat pengaruh
Penerbit Rineka Cipta.
yang signifikan dari Gaya Kepemimpinan
Paternalistik terhadap Motivasi Kerja pegawai Ermaya Suradinata. 2008. Kepemimpinan
pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Daerah dan Nasional. Jakarta: Elex
Padang. Adapun besar pengaruh Gaya Ke- Media Komputindo
pemimpinan Paternalistik terhadap Motivasi Hadari Nawawi. 2004. Kepemimpinan Meng-
Kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga efektifkan Organisasi. Yogyakarta:
Kerja Kota Padang adalah sebesar 18,2%, dan Gajah Mada University Press.
kekuatan variabel Gaya Kepemimpinan Pater-
193
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...
---------, 1998. Manajemen Sumber Daya 31074 diakses pada tanggal 22 februari
Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2012
Harbani Pasolong. 2008. Kepemimpinan Nila Sari Ardi. 2007. Pengaruh Intensif,
Birokrasi. Bandung: Alfabeta. Lingkungan Kerja, dan Gaya Kepe-
Hersey, Paul. 1996. Manajemen Perilaku mimpinan Terhadap Motivasi Kerja
Organisasi, (Terjemahan). Jakarta: Pegawai Satpol PP Kota Padang. Tesis.
Gramedia Magister Manajemen Universitas Negeri
Padang (tidak dipublikasikan).
Husani Umar & Purnomo Setiadi. 2003. Jakarta
: Bumi Aksara Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organi-
sasi, Jakarta: Bumi Aksara
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multi-
variatie dengan Program SPSS. S Pamudji. 1992. Kepemimpinan Peme-
Semarang: Universitas Diponegoro. rintahan di Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Sayuti. 2004. Motivasi dan Faktor-faktor
Cipta yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Ghalia.
Kartini Kartono. 2006. Pemimpin dan Kepe-
mimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Sondang P Siagian. 2004. Teori Motivasi dan
Persad. Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Soebagyo Sastrodiningrat. 2002. Manajemen
Kualitatif. Bandung: PT Remaja dan Kepemimpinan. Jakarta: Radar Jaya
Radakarya Offset
Malayu S.P. Hasibuan. 1996. Organisasi dan Sugiono. 1999. Metode Penelitian Adminis-
Motivasi: Dasar Peningkatan Produk- trasi. Bandung: Alfabeta.
tifitas. Jakarta: Bumi Aksara -----------. 2005. Metode Penelitian Kuanti-
Malthis, Robert L & John H. Jackson. 1992. tatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Manajemen Sumber Daya Manusia, Alfabeta
Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Pene-
----------, 2001. Manajemen Sumber Daya litian Suatu Pendekatan Praktek.
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: Rineka Cipta
Malyusdi. 2008. Pengaruh Kepemimpinan, -------------, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu
Intensif, dan Iklim Kerja Terhadap Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Motivasi Kerja Pegawai pada Dinas Cipta.
Pendidikan Kota Padang. Tesis. Sunarto. 2004. Perilaku Organisasi.
Magister Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta : Amus.
Padang (tidak dipublikasikan). Tampubolon Manahan P. 2007. Perilaku Ke-
Maxwell, Jhon C. 1995. Mengembangkan organisasian (Organization Behavior).
Kepemimpinan di Dalam Diri Anda. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia
(Terjemahan). Jakarta: Binarupa Indonesia.
Aksara. Veithsal Rivai. 2003. Kepemimpinan dan
Miftah Thoha. 2005. Perilaku Orgamisasi, Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja
Konsep, Dasar dan Aplikasinya. Grafindo.
Jakarta : Raja Grafindo. Wahdjosimidjo. 1997. Kepemimpinan dan
Moenir A.S. 1986. Kepemimpinan Kerja: Motivasi. Bogor : Ghalia.
Peranan, Teknik dan Wijaya. 1996. Peranan Motivasi dalam
Keberhasilannya. Jakarta: Bina Aksara Kepemimpinan. Jakarta : Akademika.
Muhammad Abdul jawwad. 2004. Menjadi Yulk, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam
Manajer Sukses. Jakarta: Gema Insani Oganisasi. Jakarta: PT Indeks.
Press.
m.compas.com/news/read/data/2010.07.16.082
194
Vol. XII No.2 Th. 2013
Catatan Akhir : Artikel ini berasal dari skripsi penulis dengan judul yang sama, dengan Bapak
Aldri Frinaldi, S.H., M.Hum sebagai Pembimbing I dan Ibu Lince Magriasti, SIP., M.Si sebagai
Pembimbing 2, kepada beliau berdua diucapkan terima kasih.
195