ID Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PATERNALISTIK TERHADAP MOTIVASI


KERJA PEGAWAI DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA PADANG

Farera Erlangga, Aldri Frinaldi & Lince Magriasti

Alumni Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial,


Universitas Negeri Padang,
Dan Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Padang

E-mail: tanggar.fe@gmail.com

Abstract
This reasearch started from the writer’s pre-observation in a local institution of
Padang City administration, Social and Human Resource Office of Padang City. The
pre-observation shows problems in leadership and motivation of public servants. The
problem derives from the lack of support of the leaders about the needs of the workers
that can motivate them to do their jobs, and the lack of guidance by the leaders in
conducting tasks. It can be seen from the empty office after lunch because most workers
gets home early, especially when the office heads are going out. Theworkers’ lack of
motivation affect the performance and lack of responsibility for their job assignment,
and many workers do their job carelessly when the heads are not present. This
quantitative reasearch is correlational. The population is the 72 public servants in the
Social and Human Resource Office of Padang City. The sample is measured using slovin
formula, and resulted in 68 samples. Descriptive analysis of the paternalistic leadership
style shows that 73,03% respondents agree, while the public servants’ motivation shows
respondents agree 78,10%. The result of simple regression analysis shows that
paternalistic leadership style influences the workers’ motivation as high as 18,2%, with
44,1% strength where tcount> ttable; which is 3,990 > 1,682.
Key words : Paternalistic Leadership Style, Work Motivation, Public Service

Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi dari hasil pengamatan awal penulis di salah satu
SKPD di Kota Padang yakni pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang yang
menunjukkan bahwa masih terdapatnya masalah mengenai kepemimpinan dan motivasi
kerja pegawai yang ditunjukkan oleh masih kurangnya perhatian pimpinan terhadap
kebutuhan pegawai yang bisa memotivasi pegawai dalam melaksanakan tugas, masih
kurangnya bimbingan pimpinan kepada pegawai didalam pelaksanaan tugas, masih
kurangnya motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas yang diberikan Kepala
Dinas Sosial Kota Padang, setelah jam istirahat suasana kantor sepi karena para
pegawai banyak yang sudah pulang, apalagi jika pimpinan tidak ada di tempat,
Rendahnya motivasi pegawai yang berdampak pada kinerja dan kurangnya rasa
tanggung jawab pegawai terhadap pekerjaannya, dan banyak pegawai yang asal-asalan
mengerjakan tugas-tugasnya pada saat pimpinan tidak berada di tempat. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional. Populasi penelitian ini
adalah keseluruhan pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang berjumlah 72
orang. Dengan pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, sehingga didapat
sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
untuk gaya kepemimpinan paternalistik yang diterapkan untuk kelangsugan hidup

174
Vol. XII No.2 Th. 2013

organisasi di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang berada dalam kategori yang
tinggi dengan perolehan tingkat capaian responden sebesar 73,03%, sedangkan
motivasi kerja pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang juga berada dalam
kategori yang tinggi dengan tingkat capaian responden sebesar 78,10%. Hasil analisis
regresi sederhana menunjukkan bahwa bahwa gaya kepemimpinan paternalistik
berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kota Padang yaitu sebesar 18,2 %, dengan kekuatan sebesar 44,1% dimana nilai
thitung> ttabel, yakni 3,990 > 1,682.
Kata kunci : Gaya Kepemimpinan Paternalistik, Motivasi Kerja, Pegawai

Pendahuluan manusia yang efektif dengan anggota organi-


Menghadapi zaman yang serba cepat sasinya, demi mempermudah atau memper-
pada saat ini menuntut manusia untuk melaku- lancar proses pelaksanaan tugas sehari-hari.
kan tindakan yang cepat juga. Banyak persoalan Dalam melaksanakan tugas sehari-hari didalam
dan masalah yang timbul pada institusi mem- organisasi tentunya perlu adanya suatu motivasi
butuhkan pemecahan atau solusi yang jitu dan kerja, yang berguna untuk mempercepat proses
baru agar bisa menyelesaikan masalah dan per- pencapaian tujuan dari organisasi. Motivasi
soalan yang ada seperti cara mengembangkan kerja itu sendiri dapat timbul dan tumbuh secara
kemampuan agar bisa menghadapi kompetisi di sendirinya dari dalam diri anggota organisasi
masa depan dan melakukan upaya agar visi dan dan dapat pula disebabkan karena adanya
misi yang telah dibuat bisa berjalan dengan dorongan dari pimpinan organisasi dalam arti
baik. Untuk mencapai semua itu dibutuhkan pimpinan memberi motif atau dorongan kepada
kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang anggota organisasi. Sebab tidak dapat dipung-
pemimpin yang benar-benar memenuhi kriteria kiri Sumber Daya Manusia merupakan kebu-
seorang pemimpin, karena seorang pemimpin tuhan mendasar dalam organisasi, yang me-
sangat berperan penting dalam membangun dan rupakan roda penggerak dalam melaksanakan
mengembangkan suatu institusi atau organisasi aktifitas organisasi.
yang dipimpinnya. Pemberian motif merupakan proses dari
Kepemimpinan dikatakan sebagai proses motivasi. Motivasi itu sendiri merupakan proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas- pemberian motif (penggerak) kepada para
aktivitas yang ada hubungannya dengan per- anggotanya sedemikian rupa, sehingga mereka
kerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi mau bekerja dengan ikhlas. Khusus untuk
penting yang terkandung dalam hal ini yaitu: anggota organisasi kenegaraan/pemerintahan,
(1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain seharusnya melaksanakan pekerjaannya dengan
yaitu bawahan maupun pengikut, (2) kepemim- baik dalam rangka memberikan pelayanan yang
pinan melibatkan pendistribusian kekuasaan terbaik kepada masyarakat, dan bukan sebalik-
antara pemimpin dan anggota kelompok secara nya. Kinerja seorang pegawai dalam organisasi
seimbang, karena anggota kelompok bukanlah dipengaruhi faktor pengetahuan, keterampilan
tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk dan motivasi kerja yang diberikan kepada
menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda pegawai (Sondang, 2004: 35).
untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya Menurut Jhon Adair dalam Harbani
melalui berbagai cara. Pada hakikatnya, kepe- Pasalong (2008:163), bahwa “kepemimpinan”
mimpinan merupakan proses mempengaruhi dan “motivasi” ibarat saudara kandung laki-laki
atau memberi contoh dari pemimpin kepada dan perempuan. Sulit dibayangkan jika seorang
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan pemimpin tidak memotivasi bawahannya. Ke-
organisasi (Veithzal Rivai, 2003: 133). berhasilan atau kegagalan suatu organisasi
Untuk menciptakan kepemimpinan yang ditentukan oleh peran seorang pemimpin di
efektif, Setiap pemimpin dituntut memiliki dalam bersikap dan bertindak dalam menjalan-
aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang kan tugas atau kewajibannya. Peran bersikap
usahanya dalam mewujudkan hubungan dan bertindak tersebut terlihat dari cara mem-

175
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

berikan perintah, memberikan tugas, cara ber- Kepemimpinan paternalistik Terhadap Motivasi
komunikasi, membuat keputusan serta cara Kerja Pegawai Di Kantor Dinas Sosial Kota
mendorong semangat bawahannya dan mem- Padang?
berikan motivasi. Peran pimpinan sangat mem-
pengaruhi perilaku bawahannya dalam melaku- Kajian Teoritis
kan aktivitas organisasi dimana pimpinan harus Konsep Kepemimpinan
bisa mengetahui dan memahami kebutuhan Istilah Kepemimpinan berasal dari kata
pegawai dalam pekerjaannya sehari-hari, hal dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau
tersebut akan dapat mencegah atau paling tidak tuntun. Dari kata “pimpin” lahirlah kata kerja
meminimalkan timbulnya permasalahan kepe- “memimpin” yang artinya membimbing atau
gawaian yang ada didalam organisasi tersebut. menuntun. Secara etimologi kepemimpinan
Selama penulis mengadakan obsevasi di dapat diartikan dari kata dasar “pimpin” (dalam
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota bahasa Inggris Lead) berarti bimbing atau
Padang dari tanggal 5 sampai dengan 9 Maret tuntun, dengan begitu didalamnya ada dua
2012, Penulis melihat adalanya beberapa masa- pihak, yaitu yang dipimpin (umat) dan yang
lah yang terjadi disana, seperti kurangnya per- memimpin (imam). Setelah ditambah awalan
hatian pimpinan terhadap kebutuhan pegawai “pe” menjadi “pemimpin” (dalam bahasa
yang bisa memotivasi pegawai dalam melak- Inggris Leader) berarti orang yang mempe-
sanakan tugas, lalu kurangnya bimbingan dari ngaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
pimpinan terhadap pegawai dalam melaksana- komunikasi sehingga orang lain tersebut ber-
kan tugas sehari-hari, dan belum termotivasinya tindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas Apabila ditambah akhiran “an” menjadi “pim-
yang dibebankan kepadanya, serta kurangnya pinan” artinya orang yang mengepalai. Antara
rasa tanggung jawab pegawai terhadap peker- pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan,
jaannya. Penulis melihat, pada hari tertentu yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih oto-
seperti hari Jumat, banyak pegawai yang datang kratis, sedangkan pemimpin (ketua) cenderung
terlambat bahkan tidak hadir, setelah jam lebih demokratis. Setelah dilengkapi dengan
istirahat suasana kantor sepi karena para pega- awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (dalam
wai sudah banyak yang pulang, lingkungan dan bahasa Inggris Leadership) berarti kemampuan
suasana kerja yang tidak harmonis antar dan kepribadian sesorang dalam mempengaruhi
pegawai, dan jika pimpinan sedang tidak berada serta membujuk pihak lain agar melakukan
di tempat, banyak pegawai yang asal-asalan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga
mengerjakan tugas bahkan ada yang tidak hadir dengan demikian yang bersangkutan menjadi
di kantor. awal struktur dan pusat proses kelompok (S.
Wawancara yang penulis lakukan pada Pamudji, 1992:25).
tanggal 6 maret 2012 di Kantor Dinas Sosial Banyak definisi yang diberikan para ahli
dan Tenaga Kerja Kota Padang kepada Dra. mengenai kepemimpinan, diantaranya Stephen
Wirda selaku Kasubag Umum di Kantor Dinas P. Robbins (2001:34) : “Leadership is the abi-
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang, beliau lity to influence a group toward the achieve-
memberikan tanggapannya tentang gaya ke- ment of goals”. (Kepemimpinan adalah suatu
pemimpinan dan motivasi kerja pegawai di kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke
Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota arah pencapaian tujuan). Menurut George R.
Padang “tinggi rendahnya motivasi seorang Terry (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996:90)
pegawai tergantung pada pribadi pegawai : “Leadership is the activity of influencing
tersebut, dan para pegawai belum sepenuhnya people to strive willingly for group objectives”.
mampu mengerjakan tugasnya, mungkin hal ini (Kepemimpinan adalah suatu aktivitas mem-
dikarenakan oleh faktor kesadaran dari diri pengaruhi orang-orang untuk berusaha men-
pegawai dan kurangnya perhatian dari pim- capai tujuan-tujuan kelompok dengan sukarela).
pinan terhadap kebutuhan pegawai yang dapat Menurut Robert Tannenbaum, Irving R.
memotivasi pegawai dalam melaksanakan Weschler, Fred Massarik (Hersey, Blanchard, &
tugas”. Johnson, 1996:90) : “Leadership is interper-
Berdasarkan fenomena di atas maka sonal influence exercised in a situation and
penulis tertarik melakukan penelitian dengan directed through the communication process,
rumusan masalah adalah adakah Pengaruh Gaya toward the attainment of a specified goal or
176
Vol. XII No.2 Th. 2013

goals”. (Kepemimpinan adalah pengaruh inter- pimpinan pada saat-saat tertentu, sehingga
personal yang dijalankan dalam suatu situasi biasanya langkah berikutnya tidak ada
dan ditunjukkan melalui proses komunikasi, kepastian.
untuk menuju pencapaian dari suatu tujuan atau c) Pimpinan menditeksikan tugas-tugas tertentu
tujuan-tujuan yang spesifik). dan para anggota adalah pelaksanaannya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, d) Pimpinan cendrung untuk mencela atau me-
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah muji secara personal dan tetap menjauhkan
suatu proses untuk mempengaruhi individu- diri dari kegiata kelompok, kecuali dalam
individu lain di dalam kelompok untuk men- hal berdemonstrasi.
capai tujuan bersama pada suatu situasi tertentu. 2. Paternalistik
Dengan demikian, proses kepemimpinan me- Tipe pemimpin yang paternalistik banyak
liputi faktor pemimpin, bawahan, dan situasi. terdapat di lingkungan masyarakat yang masih
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mem- bersifat tradisional, umumnya di masyarakat
perhatikan bawahan dan situasi yang dihadapi yang agraris. Popularitas pemimpin yang pater-
dalam menjalankan kepemimpinannya. nalistik di lingkungan masyarakat demikian di-
sebabkan oleh faktor seperti kuatnya ikatan
Gaya Kepemimpinan primordial, extended family system, kehidupan
Gaya kepemimpinan merupakan kombi- masyarakat yang komunalistik, peranan adat
nasi pengembagan pemikiran sosiologis dan istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan ber-
pendekatan psikologis. Pangkal tolak pemikiran masyarakat, masih dimungkinkannya hubungan
ini adalah ‘pegawai bawahan akan bersedia pribadi yang intim antara seseorang anggota
kerja keras serta termotivasi melaksanakan masyarakat dengan anggota masyarakat yang
tugas (efektif dan efisien), jika pimpinan me- lainnya. Ciri-ciri kepemimpinan paternalistik
rupakan gaya yang akomodatif’. Teori ini ber- adalah:
tumpu pada pandangan bahan terhadap perilaku 1) Pimpinan mampu berperan layaknya se-
atasannya (Prof. Soebagyo Sastrodiningrat : orang bapak.
2002, 42) 2) Terlalu bersifat melindungi.
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana 3) Pengambilan keputusan pada diri pemimpin.
seorang pemimpin melaksanakan fungsi ke- 4) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
pemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh 5) Jarang memberikan kesempatan kepada
mereka yang berusaha dipimpinnya atau bawahan untuk mengembangkan daya kreasi
mereka yang mungkin sedang mengamati dari dan fantasi.
luar (Robert, 1992). James et. al. (1996) me- 6) Menuntut alur atau proses pekerjaan sesuai
ngatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah dengan apa yang telah ada dan dijalankan.
berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh Nilai-nilai organisasional yang dianut
pemimpin dalam proses mengarahkan dan pemimpin paternalistik:
mempengaruhi pekerja. Gaya kepemimpinan a) Mengutamakan kebersamaan.
adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil b) Kepentingan bersama dan perlakuan yang
kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, seragam terlihat menonjol.
sikap, yang sering diterapkan seorang pemim- c) Hubungan atasan dengan bawahan lebih ber-
pin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja sifat informal.
dan motivasi bawahannya (Tampubolon, 2007). d) Pemimpin paternalistik terlalu melindungi
Pola umum Gaya Kepemimpinan menu- para bawahan yang pada gilirannya dapat
rut Gibson ada 4, yaitu otoriter, paternalistik, berakibat bahwa para bawahan itu takut
laissez faire dan demokrasi (Kartini Kartono, bertindak karena takut berbuat kesalahan.
2006: 35). Adapun ciri-ciri dari masing-masing e) Hanya pemimpin yang mengetahui seluk
gaya kepemimpinan menurut Gibson tersebut beluknya organisasional, sehingga keputus-
adalah sebagai berikut: an diambil oleh pemimpin dan bawahan
1. Otoriter tinggal melaksanakannya saja. Konsekuensi-
Ciri-ciri perilaku kepemimpinan otoriter nya, para bawahan tidak dimanfaatkan se-
adalah: bagai sumber informasi, ide, dan saran. Para
a) Semua perilaku kebijaksanaan ditentukan bawahan tidak didorong untuk berfikir ino-
oleh pimpinan. vatif dan kreatif.
b) Langkah kegiatan tekhnis ditentukan oleh 3. Laissez Faire
177
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

Ciri-ciri kepemimpinannya adalah: perjelas persyaratan peran dan tugas.


a) Kebebasan sepenuhnya untuk megambil ke- 3) Gaya kepemimpinan transformasional.
putusan, yang diberikan kepada kelompok Adalah gaya kepemimpinan yang meng-
maupun individual tanpa banyak campur inspirasi para pengikut untuk melampaui ke-
tangan pimpinan pentingan pribadi mereka dan mampu mem-
b) Bermacam-macam bahan atau data diberi- bawa dampak yang mendalam dan luar biasa
kan. Pimpinan dengan jelas menyatakan pada pribadi para pengikut.
hanya akan memberikan bahan informasi 4) Gaya kepemimpinan visioner.
bila diminta saja. Pemimpin tidak meng- Merupakan gaya kepemimpinan yang
ambil keaktifan dalam pembahasan bersama mampu menciptakan dan mengartikulasikan
kelompok visi yang realistis, kredibel, dan menarik me-
c) Sama sekali tidak berpartisipasi serta kurang ngenai masa depan organisasi atau unit
becus menjadi pemimpin organisasi yang tengah tumbuh.
d) Jarang memberikan komentar secara spontan Sedangkan Gaya Kepemimpinan menurut
terhadap kegiatan bawahannya, kecuali bila Paul Hersey & Kenneth H Blanchard adalah
ditanya. Tidak ada usaha-usaha untuk me- Gaya Kepemimpinan Situasional (Soebagyo
ngatur jalanya pekerjaan. sastrodiningrat; 2002, 63) yaitu pola-pola peri-
4. Demokrasi laku pemimpin yang digunakan untuk mempe-
Ciri-ciri perilaku kepemimpina demok- ngaruhi aktuivitas orang-orang yang dipimpin
ratik adalah: untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi
a) Semua kebijaksanaan dibahas dan ditentu- yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
kan bersama oleh kelompok, dengan do- bawahan. Kepemimpinan bersifat situasional ini
rongan dan bantuan pimpinan dibagi atas empat sebagai berikut:
b) Perspektif kegiatan diperoleh selama masa 1) Instruktif
pembahasan, langkah-langkah umum ke- 2) Konsulatif
bijaksanaan kelompok digariskan terlebih 3) Parsitipatif
dahulu dan jika diperlukan dapat meminta 4) Delegatif
nasihat teknis. Pimpinan memberikan saran Keempat gaya kepemimpinan tersebut
beberapa alternative prosedur yang dapat didalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
dipilih situasi dan kondisi bawahan, sehingga diharap-
c) Para pegawai bawahan bebas untuk bekerja- kan bahwa pelaksanaan tugas dan pekerjaan
sama dengan siapa saja yang mereka dapat terlaksana dengan baik.
senangi. Pembagian tugas pekerjaan diserah- Untuk selajutnya gaya kepemimpinan
kan kepada kelompok untuk ditentukan ber- oleh Hersey dan Kenneth (Soebagyo
sama sastrodiningrat ; 2002, 63 ) disingkat atau diberi
d) Pemimpin selalu objektif dan berfikir serba simbol sebagai berikut :
fakta dalam memberikan semangat pada a) G1 untuk gaya instruktif
kelompok. b) G2 untuk gaya konsultatif
Gaya kepemimpinan menurut Robbins c) G3 untuk gaya parsitipatif
dibagi atas 4 yaitu, gaya kepemimpinan kharis- d) G4 untuk gaya delegatif
matik, gaya kepemimpinan transaksional, gaya Hersey dan Kenneth mendeskripsikan
kepemimpinan transformasional dan gaya kepe- bahwa tabiat manusia (bawahan) itu ditentukan
mimpinan visioner (Kartini Kartono, 2006: 80) pula oleh kondisi atau kesiapannya masing-
yaitu sebagai berikut: masing.
1) Gaya kepemimpianan Kharismatik. Misalnya ada ciri-ciri orang sebagai
Adalah gaya kepemimpinan yang me- berikut:
micu para pengikutnya dengan memperlihatkan 1) Mereka yang disamping memang tidak siap,
kemampuan heroik atau luar biasa ketika karena tidak memiliki kemempuan (kurang
mereka mengamati perilaku tertentu pemimpin terdidik/kurang terlatih) dan juga memeng
mereka malas atau tidak mau bekerja, kelompok ini
2) Gaya kepemimpinan transaksional diberi kode P1
Adalah gaya kepemimpinan yang me- 2) Mereka yang sebenarnya tidak memiliki ke-
mandu atau memotivasi para pengikutnya me- mampuan, namun memiliki kemauan kerja
nuju ke sasaran yang ditetapkan dengan mem- (rajin), kelompok ini di beri kode dengan P2
178
Vol. XII No.2 Th. 2013

3) Kebalikan dari kelompok P2, adalah mereka kan keserasian kerjasama yang sesungguhnya.
yang sebenarnya mempunyai kemampuan, Dia sendiri terdorong oleh motivasi kepenting-
akan tetapi tidak mau bekerja (jadi malas), an kelompoknya. Berusaha mencari kemajuan,
tidak punya keyakinan akan dirinya sendiri, pengakuan atas prestasinya dan keamanan, baik
ini disebut kelompok P3 bagi bawahan maupun dirinya sendiri. Hubung-
4) Kebalikan dari kelompok P1, mereka yang an kerja atasan-bawahan adalah saling meng-
memang mempunyai kemampuan, dan juga ayomi (informa) give and take. Terjalin komu-
sekaligus mempunyai kemaua bekerja (jadi nikasi dua arah yang harmonis, suasana kerja
rajin) untuk bekerja, mereka disebut sebagai tenang dan akrab
kelompok P4 Selanjutnya gaya kepemimpinan menurut
Jadi angka urut dari P1, P2, P3 dan P4 BPKP (Keputusan Kepala BPKP KEP-134/K/
adalah untuk menunjukkan urutan tingkat per- SU/2005) yang disebut dengan role model
kembngan tabiat bawahan dari yang rendah dalam keputusan tersebut disebutkan salah satu
sampai yang tinggi. Sesuai urutan tingkat per- faktor penting penentu keberhasilan pengem-
kembangan bawahan tersebut, maka harus di- bangan budaya kerja dalam lingkungan suatu
terapkan pula gaya kepemimpinan yang sesuai organisasi adalah adanya keteladanan dari
(kode G). pimpinan. Pimpinan organisasi mempunyai
Gaya Kepemimpinan menurut R. K. lingkar pengaruh yang luas, sehingga perilaku
Burns dari Universitas Chicago (kepemimpinan pimpinan akan menjadi contoh bagi para
dalam organisasi; Yukl Gary, 2010: 56) yang bawahan untuk bertindak dan berperilaku. Peri-
membagi menjadi empat gaya kepemimpinan : laku pimpinan yang baik sesuai dengan nilai-
1) Gaya Bereucratic – Regulative nilai yang dianut organisasi akan memudahkan
Tipe ini yang mengatur, yang diutama- usaha untuk mengubah perilaku bawahannya.
kannya keselamatan dirinya. Tipe ini tidak Dengan demikian, keteladanan merupakan
berani beranjak dari tempatnya. Dia benar- faktor kunci keberhasilan dalam menanamkan
benar mengikuti peraturan secara harfiah. Per- nilai-nilai. Untuk menanamkan nilai-nilai yang
gaulan dengan bawahan kurang sekali, dia tidak dianut sehingga terintegrasi dan tercermin
mau berkomunikasi. Akhirnya semangat ba- dalam setiap operasionalisasi kegiatan organi-
wahan pun umumnya kurang acuh. Tipe ini sasi serta perilaku setiap anggota organisasi
kurang tepat menjadi pemimpin suprvisi. bukanlah hal yang mudah. Perlu suatu aksi
2) Gaya Autocatic - Regulative nyata yang diimplementasikan dengan komit-
Tipe pemimpin ini selalu mencari ke- men penuh agar penanaman nilai-nilai tersebut
kuasaan dan tanggung jawab yang palling enak berhasil diwujudkan. Suatu aksi nyata yang
baginya. Dia sangat kritis dan mendetail dalam digagas adalah “Role Model”. Menurut
mengawasi bawahannya. Tipe ini mempraktek- Britannica Encyclopedia, pengertian role model
kan komunikasi satu arah, melaksanakan tugas- adalah sebagai berikut: “a person whose
nya tanpa menghiraukan perasaan bawahannya. behavior in a particular role is imitated by
Dia melakukan pekerjaannya, bertolak pada others”. Dengan demikian role model adalah
kekuasaan dan sedikit sekali perhatian pada pejabat atau pimpinan yang selalu mempro-
bawahannya. Dalam kepemimpinan ini tercipta mosikan dan menjalankan keteladanan berperi-
suasana antagonis. laku atas peran tertentu dalam setiap kesempat-
3) Gaya Idiocratic – Manipulatic an yang memungkinkan di lingkungan organi-
Tipe diplomat ini dapat bergaul dengan sasi bersangkutan dan dijadikan contoh oleh
baik dengan pimmpinan atasan, maupun dengan pegawai bawahannya.
pegawai bawahan. Motivasinya yang utama Dari berbagai macam gaya kepemimpin-
adalah kemajuan an keamanan bagi setiap an yang dipaparkan di atas, maka dalam pene-
individu. Dia sering berhubungan dengan litian ini penulis akan berfokus gaya kepemim-
bawahannya, aka tetapi tetap dalam batas-batas pinan paternalistik saja sebagai bentuk pem-
sebagai atasan. Suasan yang diciptakan karena- batasan dalam penelitian yang dilakukan.
nya dalah iklim persaingan dan antara para
bawahannya mementingkan tujuan masing- Konsep Motivasi Kerja Pegawai
masing. Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu
4) Gaya Democratic – Integrative “movere” yang artinya bergerak. Defenisi dasar
Tipe pemimpin ini tujuannya mencipta- motivasi menurut Daft ( dalam Wijaya, 1999:
179
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

156), adalah dorongan yang bersifat internal sehingga menurunkan ketegangan. Ketika
atau eksternal pada diri individu yang menim- individu berhasil mendapatkan makanan,
bulkan antusiasme dan ketekunan untuk me- kemudian rasa lapar pun hilang dan individu
ngejar tujuan-tujuan spesifik. Hasibuan (2001: kembali beraktifitas seperti biasanya.
142) motivasi adalah pemberian daya peng- Wexly & Yulk yang dikutip dalam
gerak yang menciptakan kegairahan seseorang Harbani Pasolong (2008) mengatakan bahwa
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif motivasi kerja adalah pemberian dorongan atau
dan terintegrasi dengan segala daya upayanya sesuatu yang melatar belakangi seseorang untuk
untuk mencapai kepuasan. melakukan suatu atau tingkah laku. Sejalan
Menurut Jones (Sondang, 2004: 14), dengan itu Maier juga mengatakan motivasi
motivasi berhubungan erat dengan bagaimana kerja adalah faktor yang menyebabkan orga-
perilaku itu dimulai, dikuatkan, didukung, di- nisme berbuat seperti apa yang dia perbuat dan
arahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam Asa’ad juga mengemukakan motivasi kerja
apakah yang timbul organisme ketika semua ini adalah merupakan sesuatu yang menimbulkan
berlangsung. semangat atau dorongan kerja. (Harbani
Sedangkan motivasi menurut Gibson dkk Pasolong, 2008: 140).
(dalam Hersey, 1996: 185), adalah kekuatan Motivasi kerja merujuk pada kekuatan
yang mendorong seseorang pegawai yang me- internal/eksternal seseorang yang membangkit-
nimbulkan dan mengarahkan Selanjutnya moti- kan antusiasme dan perlawanan untuk melaku-
vasi menurut Luthans (dalam Sayuti, 2004: 270 kan serangkaian tindakan tertentu, motivasi
), adalah sebagai sebuah proses yang dimulai kerja mempengaruhi produktivitas dan sebagian
dari adanya kekurangan baik secara fisiologis tugas seseorang manajer adalah menyalurkan
mapun psikologis yang memunculkan perilaku motivasi menuju pencapaian tujuan organisasi
atau dorongan yang diarahkan untuk mencapai (Daft, 2007: 363).
sebuah tujuan spesifik atau insentif. Dengan Motivasi kerja mengandung tiga hal yang
demikian, kunci utama untuk memahami proses amat penting. Pertama, pemberian motivasi
motivasi bergantung pada pengertian dan kerja berkaitan langsung dengan usaha pen-
hubungan antara kebutuhan, dorongan dan capaian tujuan dan berbagai sasaran organi-
insentif. sasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa
Dari berbagai defenisi di atas, maka dalam tujuan dan sasaran organisasi telah
dapat dijelaskan unsur-unsur motivasi sebagai tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota
berikut: organisasi. Pemberian motivasi hanya akan
1) Kebutuhan (needs) adalah keadaan yang me- efektif apabila dalam diri bawahan yang di-
munculkan ketidak seimbangan dan keku- gerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan ter-
rangan baik secara fisiologis maupun secara capainya tujuan maka tujuan pribadipun akan
spikologis. Kebutuhan dapat diartikan seba- ikut pula tercapai. Kedua, motivasi merupakan
gai sesuatu keadaan internal yang menye- proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan
babkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran
Misalnya jika tubuh kita membutuhkan intensitas kemauan seseorang. Apabila sese-
energi lebih, maka tubuh membutuhkan orang termotivasi, maka akan berusaha keras
makanan untuk memenuhi kekurangan untuk melakukan sesuatu. Ketiga, kebutuhan.
energi tersebut. Makanan merupakan sesuatu Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang
hal yang menarik untuk diperoleh agar me- yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi
muaskan kebutuhan akan rasa lapar. menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum
2) Dorongan (drives) adalah motif yang me- terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang
micu munculnya perilaku tertentu untuk me- pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu
ngurangi atau memenuhi kebutuhan. Misal- pada diri seseorang.
nya jika tubuh kita kekurangan makanan, Di samping itu, Maslow dalam E.
keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa Koeswara (1995: 223) menjelaskan bahwa
lapar, kemudian rasa lapar menimbulkan motivasi kerja mempengaruhi individu secara
ketegangan secara fisiologis sehingga men- keseluruhan bukan secara bagian. Selanjutnya,
dorong individu untuk mencari makanan. Chung dan Megginson dalam Faustino Cardoso
3) Insentif adalah segala sesuatu yang memuas- Gomes (1995: 177-178) berpendapat bahwa
kan, mengurangi dan memenuhi kebutuhan motivasi kerja dirumuskan sebagai perilaku
180
Vol. XII No.2 Th. 2013

yang ditujukan pada sasaran. Motivasi kerja orang-orang senang mengerjakannya. Orang
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi
oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. karena pekerjaannya itu betul-betul berharga
Motivasi kerja berkaitan erat dengan kepuasan bagi orang-orang yang termotivasi, sehingga
pekerja dan performansi pekerjaan. orang tersebut akan akan bekerja keras. Kinerja
Motivasi merupakan daya pendorong akan dipantau oleh individu yang bersangkutan
yang mengakibatkan seseorang anggota orga- dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
nisasi mau dan rela untuk mengerahkan ke- pengawasan serta semangat juangnya akan
mampuan dalam bentuk tenaga dan waktunya tinggi (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 16-17).
untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan
dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai Teori-teori Motivasi Kerja
sasaran organisasi yang ditentukan sebelumnya Teori Motivasi Higiene
(Sondang P. Siagian: 2004: 138). Pendapat lain
Dikemukakan oleh Frederick Hezberg
mengatakan bahwa motivasi kerja merupakan
dalam Sondang P. Siagian (2004: 164) yang
kekuasaan yang dilembagakan (institutiona-
mengatakan hubungan individu dengan pekerja-
lized) didasarkan atas hukum yang menentukan
annya merupakan hubungan dasar dan bahwa
misi organisasi yang menguasakan para
sikap seseorang terhadap kerja dapat sangat me-
anggotanya untuk melaksanakan kegiatan-
nentukan kesuksesan atau kegagalan individu
kegiatannya (Kast Fremon E. And James E.
itu. Hezberg menelaah pertanyaan ”Apa yang
Rosenzweig, 1991:520). Sedangkan menurut
diinginkan orang-orang dari pekerjaan mereka
Winardi (2000: 137) motivasi pada hakekatnya
?” dari respon yang diberikan, Hezberg me-
merupakan dorongan dan dapat pula dikatakan
nyimpulkan bahwa ketika orang senang me-
suatu kegiatan motif, artinya bahwa motivasi
ngenai pekerjaan mereka sangat berbeda dari
kerja merupakan keinginan yang terdapat pada
jawaban yang diberikan ketika mereka merasa
seseorang individu yang merangsang untuk
tidak senang. Individu yang merasa senang atau
melakukan tindakan.
puas dengan pekerjaannya cenderung mengait-
Motivasi kerja sangat diperlukan untuk
kan faktor intrinsik seperti kemajuan, prestasi,
meningkatkan kinerja bawahan pada sebuah
pengakuan, dan tanggung jawab diri mereka
organisasi baik organisasi Pemerintah maupan
sendiri. Di lain pihak, bila mereka tidak puas,
organisasi privat seperti yang diungkapkan oleh
cenderung mengaitkan dengan faktor-faktor
Zainun (1989 : 10) bahwa motivasi kerja dapat
ekstrinsik seperti gaji, kebijakan perusahaan
dilihat sebagai bagian yang fundamental dari
dan kondisi kerja.
kegiatan manajemen, sehingga segala sesuatu-
Hezberg berpendapat bahwa apabila para
nya dapat ditunjukkan kepada pengarahan
manejer ingin memberi motivasi pada para
potensi dan daya manusia dengan jalan me-
bawahannya, yang perlu ditekankan adalah
nimbulkan, menghidupkan, dan menumbuhkan
faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas,
tingkat keinginan yang tinggi, kebersamaan
yaitu dengan mengutamakan faktor-faktor moti-
dalam menjalankan tugas-tugas perorangan
vasional yang sifatnya intrinsik. Karena me-
maupun kelompok dalam organisasi.
rupakan hal yang lumrah dalam kehidupan
Berdasarkan konsep-konsep motivasi
ilmiah bahwa kritik dilemparkan pada teori atau
kerja di atas, motivasi kerja merupakan suatu
pandangan tertentu, yaitu
dorongan dari dalam maupun dari luar diri se-
a) Prosedur yang digunakan Hezberg terbatasi
seorang untuk mengerjakan suatu tugas dengan
oleh metodologinya. Bila semuanya berlang-
sebaik-baiknya karena kebutuhan, yang didasar-
sung baik, orang cenderung menganggap itu
kan pada kerangka acuan keberhasilan. Atau
berkat diri mereka. Sebaliknya, mereka me-
dengan kata lain, kesediaan, dorongan dan
nyalahkan lingkungan luar jika terjadi ke-
upaya seseorang yang mengarahkan perilaku-
gagalan.
nya untuk melaksanakan tugas dan tanggung-
b) Keandalan metodologi Hezberg dipertanya-
jawabnya dengan baik yang diukur melalui
kan. Karena penilai harus melakukan penaf-
indikator: memperoleh imbalan, terjalinnya
siran, mungkin mereka dapa mencemari pe-
kerjasama, penghargaan, aktualisasi diri dan
nemuan dengan menafsirkan respon tertentu
kepuasan dalam lingkungan kerja.
dengan cara tertentu namun di sisi lain me-
Sesuatu yang dikerjakan karena ada
lakukan respon lain yang serupa dengan cara
motivasi yang mendorongnya akan membuat
181
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

berbeda. Teori X dan Y


c) Tidak digunakannya ukuran total kepuasan Douglas McGregor (dalam Aldri dan
apapun. Dengan kata lain, seseorang dapat Muhamad Ali, 2011) dalam pendapat terdapat
tidak menyukai bagian dari pekerjaannya, dua konsep teori yaitu bahwa Teori X dan Teori
akan tetapi masih berpikir bahwa pekerjaan Y. Dalam konsepsi teori X ini diasumsikan
itu dapat diterimanya. manusia cenderung berperilaku negatif. Kemu-
d) Teori itu tidak konsisten dengan riset dian dalam teori Y diasumsikan berperilaku
sebelumnya. Teori dua faktor mengabaikan positif.
variabel-variabel situasi. Asumsi dalam Teori ”X” manusia mem-
e) Hezberg mengasumsikan hubungan antara punyai ciri-ciri sebagai berikut :
kepuasan dan produktifitas. Tetapi metodo- a) Para pekerja pada dasarnya tidak senang
logi riset yang dia gunakan hanya meman- bekerja, mereka harus dipaksa dan apabila
dang kepuasan, bukan produktifitas. Untuk mungkin akan berusaha mengelakkannya.
membuat agar riset semacam itu relevan, b) Karena para pekerja tidak senang bekerja,
kita harus mengasumsikan hubungan yang mereka harus dipaksa, diawasi atau diancam
kuat antara kepuasan dan produktifitas. dengan berbagai tindakan positif agar tujuan
Implikasi teori ini adalah bahwa seorang organisasi tercapai.
pekerja mempunyai persepsi berkarya tidak c) Para pekerja akan berusaha mengelakkan
sekedar mencari nafkah, akan tetapi sebagai tanggungjawab dan hanya akan bekerja apa-
wahana untuk memuaskan berbagai kepenting- bila menerima perintah untuk melakukan
an dan kebutuhannya, bagaimanapun kebutuhan sesuatu.
itu dikategorikan. d) Kebanyakan pekerja akan menempatkan pe-
muasan kebutuhan fisiologis dan kemanan di
Teori ”ERG” atas faktor-faktor lain yang berkaitan dengan
Dikemukakan oleh Clayton Aldever ( pekerjaannya dan tidak akan menunjukkan
Sondang, 2004: 177 ), menurut Clayton ada tiga keinginan atau ambisi untuk maju.
kelompok kebutuhan inti yaitu Existense Asumsi dalam teori ”Y” manusia me-
(eksistensi), Relatedness, (keterhubungan) dan miliki ciri-ciri :
Growth (pertumbuhan). a) Para pekerja memandang kegiatan bekerja
Teori ERG juga mengandung dimensi sebagai hal yang alamiah seperti halnya ber-
frustasi-regresi. Teori ERG menyangkal argu- main dan beristirahat.
men Maslow yang mengatakan bahwa individu b) Para pekerja akan berusaha melakukan tugas
akan tetap pada tingkat kebutuhan tertentu tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha
sampai kebutuhan tersebut terpenuhi, teori ERG mengendalikan diri sendiri.
mengatakan bahwa tingkat kebutuhan tertentu c) Pada umumnya para pekerja akan menerima
pada urutan lebih tinggi terhalang, maka hasrat tanggungjawab yang lebih besar.
individu untuk meningkatkan kebutuhan tingkat d) Para pekerja akan berusaha menunujukkan
lebih rendahnya akan berlangsung ketidakmam- kreativitasnya dan oleh karenanya akan ber-
puan memuaskan kebutuhan akan interaksi pendapat bahwa pengambilan keputusan me-
sosial, misalnya, mungkin meningkatkan hasrat rupakan tanggungjawab mereka juga dan
untuk memiliki lebih banyak uang atau kondisi bukan semata-mata tanggungjawab orang-
kerja yang lebih baik. Jadi frustasi (halangan) orang yang menduduki jabatan manajerial.
dapat mendorong mundur kebutuhan yang lebih
mudah. Teori Motivasi Mclelland
Ringkasannya, teori ERG berargumen Menurut Mclelland (Robbins, 2001;
seperti Maslow, bahwa kebutuhan tingkat lebih Aldri dan Muhamad Ali, 2011), ada tiga hal
rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat yang melatar belakangi motivasi seseorang:
untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih tinggi, a. The Need for Achievement ( n-ach)
tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi se-
Kebutuhan akan Prestasi/Pencapaian Ke-
bagai motivastor pada saat yang sama, dan
butuhan akan prestasi adalah kebutuhan sese-
frustasi ketika berusaha memuaskan kebutuhan
orang untuk memiliki pencapaian signifikan,
tingkat lebih tinggi dapat menghasilkan regresi
menguasai berbagai keahlian, atau memiliki
ke kebutuhan tingkat lebih rendah.
standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach
182
Vol. XII No.2 Th. 2013

tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tan- 2) Pengakuan orang lain,


tangan baru dan mencari tingkat kebebasan 3) Tanggung jawab,
yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n- 4) Peluang untuk maju,
ach yang tinggi di antaranya adalah pujian dan 5) Kepuasan kerja itu sendiri,
imbalan akan kesuksesan yang dicapai, 6) Kemungkinan mengembangkan karier.
perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan Sedangkan faktor pemelihara (mainte-
keinginan untuk menghadapi tantangan. nance factor) disebut juga hygiene faktor yang
Tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi merupakan faktor yang berkaitan dengan pe-
mereka adalah pengakuan dari masyarakat. menuhan kebutuhan untuk memelihara keber-
b. The Need for Authority and Power (n-pow) adaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan
ketentraman dan kesehatan.
Kebutuhan akan Kekuasaan, Kebutuhan
Faktor ini juga disebut dissatisfier (sum-
ini didasari oleh keinginan seseorang untuk me-
ber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pe-
ngatur atau memimpin orang lain. Menurut
menuhan kebutuhan tingkat rendah yang di-
Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan ke-
kualifikasikan kedalam faktor ekstrinsik, yang
kuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Contoh dari
meliputi :
kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin
1) Kompensasi,
perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi
2) Keamanan dan keselamatan kerja,
agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan
3) Kondisi kerja,
kemana perusahaannya akan bergerak. Sedang-
4) Status,
kan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang
5) Prosedur perusahaan,
misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti Nelson
6) Gaya dan mutu dari pimpinan serta dari
Mandela, yang memiliki kekuasaan dan meng-
hubungan interpersonal diantara teman se-
gunakan kekuasaannya tersebut untuk kepen-
jawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.
tingan sosial, seperti misalnya perdamaian.
Senada dengan itu Sunarto (2004 : 11)
c. The Need for Affiliation (n-affil)
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
Kebutuhan akan Afiliasi/Keanggotaan, motivasi adalah tujuan dan harapan. Karyawan
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan
oleh keinginan untuk mendapatkan atau men- baik apabila memiliki tujuan yang jelas dan
jalankan hubungan yang baik dengan orang dapat menghasilkan imbalan yang layak bisa
lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut
oleh sesamanya. McClelland mengatakan Wahdjosumidjo (1997 : 52) ”faktor-faktor yang
bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mempengaruhi motivasi adalah faktor ekstern
mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika dan intern yaitu faktor ekstern adalah kebijakan
ia merasa ingin disukai, maka ia akan melaku- yang telah ditetapkan, persyaratan pekerjaan
kan apapun agar orang lain suka akan keputus- yang harus dipenuhi karyawan, tersedianya
annya. sarana dan prasarana yang mendukung pelak-
sanaan pekerjaan, dan gaya kepemimpinan ter-
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi hadap bawahannya. Sedangkan faktor intern
Kerja adalah kemampuan bekerja, semangat kerja,
Menurut Frederick Herzberg dalam tanggung jawab, rasa kebersamaan dalam ke-
Wahdjosimidjo (1997 : 56) mengembangkan hidupan kelompok, prestasi serta produktifitas
teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori kerja”.
factor tentang motivasi kerja. Dua faktor itu Disamping itu, Saydan dalam Sayuti
dinamakan faktor pemuas (motivation factor) (2004: 59) menyebutkan bahwa motivasi kerja
yang disebut dengan satisfier atau intrinsic seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya
motivation dan faktor pemelihara (maintenance dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
factor) yang disebut dengan disatisfier atau internal yang berasal dari proses psikologis
intrinsic motivation. Faktor pemuas yang di- dalam diri seseorang, dan faktor eksternal yang
sebut juga motivator yang merupakan faktor berasal dari luar diri (environment factors).
pendorong seseorang untuk berprestasi yang 1) Faktor internal, yang terdiri dari :
bersumber dari dari dalam diri seseorang ter- a) Kematangan pribadi
sebut (kondisi intrinsik) antara lain : b) Tingkat pendidikan
1) Prestasi yang diraih, c) Keinginan dan harapan pribadi
183
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

d) Kebutuhan kan observasi penulis pada instansi pemerintah


e) Kelelahan dan kebosanan ini terdapat beberapa masalah mengenai gaya
f) Kepuasan kerja. kepeimimpinan dan motivasi kerja pegawai.
2) Faktor eksternal, yang terdiri dari : Populasi dalam penelitian ini adalah
a) Pola perilaku pimpinan (gaya kepe- pegawai kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja
mimpinan yang diterapkan) Kota Padang yang berjumlah 72 orang, yang
b) Kompensasi yang memadai dapat dilihat dalam tabel 1 berkut:
c) Ada jaminan karir
d) Status dan tanggungjawab Tabel 1. Jumlah Pegawai berdasarkan
e) Peraturan yang fleksibel Golongan
Dan selanjutnya dalam penelitian ini No Golongan Jumlah Karyawan
penulis menggunakan teori motivasi menurut 1 Orang
1. IV/c
Mclelland yang menyatakan bahwa seseorang
mempunyai kebutuhan yang berhubungan 2. IV/a 13 Orang
dengan tempat dan suasana di dalam organisasi 3. III/d 22 Orang
dimana dia bekerja. 4. III/c 8 Orang
5. III/b 9 Orang
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Motivasi Kerja Pegawai 6. III/a 15 Orang
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah 7. II/d 1 Orang
laku pemimpin dalam mengarahkan, mempe- 8. II/c 1 Orang
ngaruhi, mendorong dan mengendalikan serta 1 Orang
9. II/b
memberi orang lain atau bawahan motivasi me-
nuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka 10. II/a 3 Orang
pendek maupun jangka panjang. Ini berarti gaya 11. I/c 3 Orang
kepemimpinan dengan motivasi memiliki ke- Jumlah 72 Orang
kuatan yang kuat (Danim, 2004 : 30). Sumber: data dari Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan Padang Tahun 2012
strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan Sampel ditentukan menggunakan formula
seorang pemimpin ketika ia mencoba mem- Slovin (Husein Umar, 2005: 18) dengan rumus:
pengaruhi kinerja dan motivasi bawahannya
(Tampubolon, 2007).

Metodologi Penelitian Keterangan :


Jenis penelitian ini adalah penelitian n = Ukuran sampel
regresi linear sederhana. Husani Umar (2003: N = Ukuran populasi
40) mengatakan bahwa penelitian regresi linear e = Persen kelonggaranan ketidaktelitian karena
sederahana dirancang untuk melihat pengaruh kesalahan pengambilan sampel yang masih
antara variable terikat dan variabel bebas. dapat di tolelir atau diinginkan, yang dalam
penelitian ini sebesar 3%
Variabel adalah objek penelitian/apa yang men-
Dengan memakai rumus tersebut, maka
jadi titik perhatian suatu penelitian (Sugiono,
didapat ukuran sampel yaitu jumlah masyarakat
2005: 96). Ada dua variabel dalam penelitian
yang dijadikan sampel, dengan langkah sebagai
ini yaitu: Variabel bebas (Independen) (X) yaitu
berikut:
;Gaya Kepemimpinan Paternalistik Dari Kepala
Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Padang.
Kemudian Variabel terikat (Dependen) (Y)
yaitu; Motivasi Kerja dari pegawai Kantor = 72
Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Padang. 1 + 0,0648
Lokasi tempat pengambilan data atau lokasi = 67, 61 = 68 (dibulatkan)
penelitian akan dilakukan di Kantor Dinas
Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Padang. Dipilih- Data yang diperlukan dalam penelitian
nya instansi pemerintahan ini sebagai tempat ini meliputi data primer dan data sekunder
penelitian atas pertimbangan bahwa berdasar- adalah :
184
Vol. XII No.2 Th. 2013

a) Data primer yaitu data yang diambil oleh Instrumen yang digunakan untuk meng-
peneliti dengan menyebarkan angket kepada ukur Gaya Kepemimpinan Paternalistik dan
pegawai mengenai Gaya Kepemimpinan Motivasi Kerja adalah angket yang disusun
Paternalistik dan Motivasi Kerja pegawai di menurut Skala Likert, yang terdiri dari lima
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota kategori dari pernyataan angket yang bersifat
Padang. positif dan negatif, hal ini dapat dilihat pada
b) Data sekunder yaitu data pendukung yang tabel 2.
bisa diperoleh dari sumber kedua seperti
dokumen dari instansi terkait. Selain itu juga Tabel 2. Skala Likert
berasal dari literatur-literatur yang terdapat No. Klasifikasi Positif Negatif
di perpustakaan dan internet yang men- 1. Sangat Setuju (SS) 5 1
dukung penelitian. 2. Setuju (S) 4 2
Teknik dan alat pengumpulan data dalam 3. Ragu-ragu (RR) 3 3
penelitian ini menggunakan angket atau kuesio- 4. Tidak Setuju (TS) 2 4
ner. Pernyataan dalam kuesioner tersebut ber-
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
kaitan dengan Pengaruh Gaya kepemimpinan
Paternlistik terhadap motivasi kerja pegawai di Sumber: Sugiyono, 2005: 93
Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Padang.
Tabel 3. Item-Total Statistics variabel X
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
VAR00001 63.6333 44.585 .647 .864
VAR00002 63.6333 44.654 .477 .869
VAR00003 63.4333 45.013 .526 .868
VAR00004 63.1333 43.775 .608 .864
VAR00005 63.1000 44.990 .548 .867
VAR00006 63.5000 44.741 .593 .866
VAR00007 63.3667 44.240 .599 .865
VAR00008 63.3667 44.999 .462 .870
VAR00009 63.1667 44.006 .605 .864
VAR00010 64.0000 44.690 .311 .880
VAR00011 63.1333 45.361 .470 .869
VAR00012 63.6000 44.317 .618 .864
VAR00013 63.5333 45.361 .413 .872
VAR00014 63.3667 43.895 .587 .865
VAR00015 63.9333 45.995 .244 .882
VAR00016 63.4000 43.903 .622 .864
VAR00017 63.6333 45.689 .400 .872
VAR00018 63.4667 45.568 .497 .869
Sumber: data hasil olahan 2012
Tabel 4. Item-Total Statistics Variabel Y
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
VAR00001 31.6000 9.697 .551 .794
VAR00002 31.6667 9.264 .599 .788
VAR00003 31.7000 9.872 .369 .822
VAR00004 31.9333 10.202 .447 .807
VAR00005 31.6667 9.540 .587 .790
VAR00006 31.7667 9.771 .492 .802
VAR00007 31.8000 10.786 .454 .808
VAR00008 31.7000 9.597 .607 .788
185
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
VAR00001 31.6000 9.697 .551 .794
VAR00002 31.6667 9.264 .599 .788
VAR00003 31.7000 9.872 .369 .822
VAR00004 31.9333 10.202 .447 .807
VAR00005 31.6667 9.540 .587 .790
VAR00006 31.7667 9.771 .492 .802
VAR00007 31.8000 10.786 .454 .808
VAR00008 31.7000 9.597 .607 .788
VAR00009 31.7667 9.633 .601 .789
Sumber: data hasil olahan 2012
Untuk uji validitas ini digunakan bantuan
softwere SPSS versi 16. Valid atau tidaknya Reliabilitas Instrumen Penelitian
pertanyaan yang diuji dapat dilihat dari Reliabilitas menunjukkan sejauhmana
corrected item-total correlation, jika nilainya hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat di-
negatif atau kecil dari r tabel, maka nomor item percaya. Suatu alat ukur dikatakan Reliabel
tersebut tidak valid dan sebaliknya dengan apabila alat ukur tersebut dapat memberikan
kriteria: hasil yang sama apabila diberikan kepada
r o ≥ r tab valid subjek yang berbeda dalam waktu yang berbeda
r o < r tab tidak valid juga. Rumus yang digunakan untuk uji Reliabi-
Berdasarkan hasil pengolahan data untuk litas adalah rumus Alpha Cronbach (Arikunto,
variabel X (gaya kepemimpinan paternalistik), 2002 :171) sebagai berikut:
dari seluruh item pernyataan yaitu sebanyak 18
item pernyataan diketahui bahwa 16 item
pernyataan mendapatkan nilai Corrected Item-
Total Correlation > r tabel yang mana nilai r
tabel untuk n = 30 adalah 0,361. Sedangkan 2
item pernyataan lain (item 10 dan item 15)
memperoleh nilai Corrected Item-Total
Correlation < r tabel. Untuk lebih jelasnya dapat Dengan α = 0,05 maka instrumen di-
dilihat pada tabel 3. nyatakan Reliabel jika nilai Cronbach Alpha’s
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa ≥0,7 (Nilai berdasarkan tabel r (pearson
untuk item pernyataan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, product moment) untuk sampel uji (N) 30). Dari
11, 12, 13, 14, 16, 17, 18 dinyatakan valid pengujian reliabilitas instrument atau angket
dimana nilai Corrected Item-Total Correlation penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
> r tabel yang mana nilai r tabel untuk n = 30
adalah 0,361. selanjutnya untuk item pernyata- Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas
an no 10 dan 15 dinyatakan tidak valid dan No. Variabel Hasil uji Reliabilitas
akan dibuang dan tidak dipakai dalam peneliti- 1. Gaya kepemimpinan 0,875 Reliabel
an, sehingga sisa item pernyataan untuk varia- paternalistik
bel X yang tinggal adalah sebanyak 16 item 2. Motivasi kerja 0,817 Reliabel
yang seluruhnya dipakai untuk angket dalam Sumber : hasil penelitian 2012 (data diolah)
penelitian.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikata-
Untuk hasil pengolahan data variabel Y
kan bahwa kedua variabel dalam penelitian ini
(motivasi kerja) dari seluruh item pernyataan
dikatakan realibel dengan penjelasan sebagai
yaitu sebanyak 9 item pernyataan, seluruhnya
berikut :
mendapatkan nilai Corrected Item-Total
a) Variabel Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Correlation > r tabel (0,361) Untuk lebih jelasnya
(X)
dapat dilihat pada tabel 4.
Dari analisis yang dilakukan terhadap
Berdasarkan table 4 di atas, maka seluruh
data hasil uji coba menunjukan bahwa nilai
item pernyataan sebanyak 9 item dari 3 indika-
Cronbach’s Alpha variabel ini sebesar 0,875
tor untuk variabel Y dipakai dalam penelitian.
186
Vol. XII No.2 Th. 2013

> 0,7. Artinya angket untuk variabel Gaya dalam tabel 7.


Kepemimpinan Paternalistik reliabel. Tabel 7. Karakteristik Reponden
b) Variabel Motivasi Kerja (Y) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari analisis yang dilakukan terhadap No Tingkat Jumlah %
data hasil uji coba menunjukan bahwa nilai Pendidikan (orang)
Cronbach’s Alpha variabel kepuasan kerja 1 SD 0 0
sebesar 0,817 > 0,7. Artinya angket untuk 2 SLTP 4 5,88
variabel Motivasi Kerja reliabel. 3 SLTA 13 19,12
4 DIPLOMA 5 7,36
Y  a  bX
5 S1 40 58,82
Dimana  y  x    x xy 
2 6 S2 6 8,82
a
n x   y 
2 2 7 S3 0 0
JUMLAH 68 100
n xy   x  y  Sumber : hasil penelitian 2012 (data diolah)
b
n x 2   x 
2

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa


Keterangan: responden yang memiliki tingkat pendidikan
Y : hasil pentransformasian linear data
a : konstanta penambahan terhadap hasil
SD tidak ada, sedangkan 4 orang (5,88%)
perkalian responden memiliki tingkat pendidikan SLTP,
b : konstanta perkalian 13 orang (19,12%) memiliki tingkat pendidikan
X : nilai variabel predictor SLTA, 5 orang (7,36%) memiliki tingkat
Dikutip dalam Sudjana (2008) pendidikan Diploma, 40 orang (58,82%)
Uji t (regresi parsial), merupakan uji memiliki tingkat pendidikan S1, 6 orang
hipotesisi untuk mengetahui apakah variabel X (8,82%) memiliki tingkat pendidikan S2,
berpengaruh terhadap variabel Y. Selanjutnya sedangkan S3 tidak ada. Dari data tabel 4
untuk menguji signifikansinya digunakan uji t menunjukan bahawa responden dominan
menggunakan bantuan program SPSS versi 16 memiliki tingkat pendidikan S1 yang sangat
dengan ketentuan sebagai berikut: berpengaruh pada kemampuannya mengisi
Jika t hitung > t tabel , maka HO ditolak dan angket yang diberikan. Jadi dari data tersebut
Ha diterima, pada α = 0,05 dapat menunjukan kemampuan responden
Jika t hitung < t tabel , maka HO diterima dan untuk mengisi pernyataan dalam angket dapat
Ha ditolak, pada α = 0,05. dipertanggungjawabkan.
Karakteristik berdasarkan lama bekerja
Hasil Penelitian dan Pembahasan disajikan dibawah ini.
Karakteristik Responden Tabel 8. Karakteristik Responden
Berikut ini adalah tabel yang berisikan Berdasarkan Lama Bekerja
karakteristik responden di Dinas Sosial dan No. Lama bekerja Jumlah (orang) %
Tenaga Kerja berdasarkan jenis kelamin. 1 ≤ 10 tahun 20 28,57
Tabel 6. Karakteristik Reponden 2 11-20 tahun 34 50
Berdasarkan Jenis Kelamin 3 21-30 tahun 8 11,90
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) %
4 31-40 tahun 6 9,53
1 Laki-laki 31 45,24
5 ≥41 tahun 0 0
2 Perempuan 37 54,76
Jumlah 68 100
Jumlah 68 100
Sumber : hasil penelitian 2012 (data diolah)
Sumber: hasil penelitian 2012 (data diolah)
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa
Pada tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa 20 orang (28,57%) telah bekerja selama kurang
31 orang ( 45,24%) responden memiliki jenis dari 10 tahun, 34 orang (50%) telah bekerja
kelamin laki dan 37 orang (54,76%) responden selama antara 11-20 tahun, 8 orang (11,90%)
memiliki jenis kelamin perempuan. Secara rata- telah bekerja antara 1-30 tahun, 8 orang (9,53
rata dapat dikatakan bahwa PNS di Dinas Sosial %) telah bekerja antara 31-40. Dari tabel 8
dan Tenaga Kerja Kota Padang lebih banyak dapat dikatakan bahwa rata-rata responden be-
perempuan dari pada laki-laki. Karakteristik kerja antara 11-20 tahun dan dibawah 10 tahun.
responden berdasarkan tingkat pendidikan
187
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

Karakteristik berdasarkan tingkat golong- Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa


an disajikan dalam tabel 9. 3 orang (4,41%) memiliki tingkat golongan I,
Tabel 9. Karakteristik Responden 11 orang (16,18%) memiliki tingkat golongan
Berdasarkan Tingkat Golongan II, 51 orang (75%) memiliki tingkat golongan
No. Tingkat Jumlah % III dan 3 orang (4,41%) memiliki tingkat
Golongan (orang) golongan IV. Tabel 9 menunjukan bahwa rata-
1 Golongan I 3 4,41 rata responden memiliki tingkat golongan III,
2 Golongan II 11 16,18 ini menandakan bahwa PNS di Dinas Sosial dan
3 Golongan III 51 75 Tenaga Kerja Kota Padang sudah memiliki
4 Golongan IV 3 4,41 tingkat golongan yang tinggi untuk jenjang
Jumlah 68 100 karir yang mereka miliki.
Sumber : hasil penelitian 2012 (data diolah)
Tabel 10. Deskripsi Variabel Gaya Kepemimpinan Paternalistik
No Indikator variable TCR Kategori
1. Bersikap layaknya bapak atau ayah 71,67 Tinggi
2. Terlalu bersifat melindungi 76,67 Tinggi
3. Kaku dalam pengambilan keputusan 72,35 Tinggi
4. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar 76,47 Tinggi
5. Kurangnya kreasi dan fantasi dalam palaksanaan tugas 69,70 Tinggi
6. Proses pekerjaan yang kaku 71,17 Tinggi
Variabel X 73,03 Tinggi
Sumber: hasil penelitian 2012 (data diolah)

Deskriptif Variabel Penelitian 73,03%.


Deskripsi variabel penelitian bertujuan Sedangkan deskripsi indikator bersikap
untuk melihat gambaran karakteristik dari layaknya bapak atau ayah dikatakan tinggi,
variabel bebas terhadap variabel terikat. Ada- dimana diperoleh TCR 71,67%. Indikator
pun yang menjadi variabel bebas dalam pene- terlalu bersifat melindungi dikatakan tinggi,
litian ini adalah gaya kepemimpinan paterna- dimana diperoleh TCR 76,67%. Untuk
listik, sedangkan yang menjadi variabel terikat indikator kaku dalam pengambilan keputusan
adalah motivasi kerja. dikategorikan tinggi dimana TCR 72,53.
Deskripsi variabel gaya kepemimpinan Indikator Selalu bersikap maha tahu dan maha
paternalistik secara keseluruhan dapat dilihat benar juga tinggi dimana TCR 76,47%. Lalu
pada tabel 10. untuk indikator Kurangnya kreasi dan fantasi
Pengkategorian atau penafsiran hasil dari dalam palaksanaan tugas dikatakan tinggi
tingkat capaian responden dapat dilihat pada dengan TCR 69,70%. Dan untuk indikator
tabel 11. Proses pekerjaan yang kaku dengan kategori
Tabel 11. Kriteria Penafsiran tinggi dimana TCR 71,17%.
Interval Kategori b) Deskripsi variabel motivasi kerja (Y)
81% - 100% Sangat Tinggi Deskripsi variabel lingkungan kerja
61% - 80% Tinggi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 12.
1% - 60% Cukup Tinggi Berdasarkan perhitungan diatas, dapat di-
21% - 40% Rendah lihat bahwa untuk variabel motivasi kerja ber-
0% - 20% Rendah Sekali ada pada kategori tinggi dimana TCR 78,10%.
Sumber : Sugiono, 2005: 89 Hal ini diartikan bahwa motivasi kerja pegawai
di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
Data tentang gaya kepemimpinan pater- dapat dikatakan tinggi. Untuk masing-masing
nalistik yang diperoleh melalui penyebaran indikator dari Motivasi Kerja, yaitu indikator
angket kepada pegawai yang ada di Dinas The Need for Achievement dikatakan tinggi
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang dengan dengan TCR 78,34%. Indikator The Need for
sampel 68 orang, secara keseluruhan dapat di- Authority and Power juga dikatakan tinggi,
lihat bahwa Gaya Kepemimpinan Paternalistik dengan TCR 77,06%. Dan indikator The Need
dinilai tinggi, dimana diperoleh TCR sebesar for Affiliation dikatakan tinggi dengan TCR
188
Vol. XII No.2 Th. 2013

78,92%.
Tabel 12. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja
No Indikator variable TCR Kategori
1 The Need for Achievement ( n-ach) atau Kebutuhan 78,34 Tinggi
akan Prestasi
2 The Need for Authority and Power (n-pow) atau 77,06 Tinggi
Kebutuhan akan Kekuasaan
3 The Need for Affiliation (n-affil) atau Kebutuhan akan 78,92 Tinggi
Afiliasi / Keanggotaan
Variabel Y 78,10 Tinggi
Sumber : hasil penelitian 2012 ( data diolah )

Tabel 13. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


GKP MK
N 68 68
a
Normal Parameters Mean 58.4265 35.1471
Std. Deviation 3.15432 3.57130
Most Extreme Differences Absolute .134 .141
Positive .134 .141
Negative -.105 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.103 1.162
Asymp. Sig. (2-tailed) .175 .134
a. Test distribution is Normal.

Tabel 14. ANOVA Table


Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
MK * Between (Combined) 368.676 14 26.334 2.873 .003
GKP Groups Linearity 166.078 1 166.078 18.117 .000
Deviation from Linearity 202.599 13 15.585 1.700 .088
Within Groups 485.853 53 9.167
Total 854.529 67

Uji Asumsi Klasik Uji Linearitas


Uji Normalitas Sebaran Data Uji linearitas dipergunakan untuk melihat
Pengujian normalitas data untuk menge- apakah model yang dibangun mempunyai
tahui distribusi suatu data mengikuti atau men- hubungan linear atau tidak. a adalah linear, ber-
dekati distribusi normal. Dari analisis yang di- dasarkan hasil analisis data untuk uji linearitas
lakukan menunjukkan bahwa data berdistribusi seperti yang ada dalam tabel 15. Ada dua hasil
normal. Hasil pengujian gejala normalitas ter- yang perlu kita lihat pertama adalah kolom f-
sebut dapat diamati dari tabel 13. linearity dan kolom f-deviation from linearity.
Dari tabel 13 diatas dapat dibaca bahwa f-linearity menunjukkan sejauh mana jika varia-
nilai Sig untuk variabel gaya kepemimpinan bel dependen diprediksi berbaring persis di
paternalistik (X) adalah 1.103, sedangkan untuk garis lurus. Hasil analisis menunjukkan signifi-
variabel motivasi kerja memiliki nilai Sig se- kan (<0.05) maka model linier cocok diterapkan
besar 1.162, karena nilai yang diperoleh dari dalam penelitian. sedangkan f-deviation from
kedua variabel lebih besar dari standar norma- linearity menunjukkan hal ini semakin signifi-
litas yaitu > 0,05 artinya data dalam penelitian kan nilai F nya maka semakin besar kasus
ini berdistribusi normal. devian. Hasil penelitian menunjukkan nilai Sig
>0.05 pada kolom deviation from linearity
maka data kita dapat dikatakan berhubungan

189
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

secara linier. Hasil pengolahan data statistik melalui


teknik analisis regresi sederhana mengahsilkan
Analisis Regresi Linear Sederhana gambaran sebagaimana terlihat pada tabel 15.
Tabel 15. Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.985 7.319 .818 .416
GKP .499 .125 .441 3.990 .000
a. Dependent Variable: MK
Sumber: hasil olahan data 2012
Dari tabel 15 diatas dapat dilihat hasil Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Padang, dimana
persamaan regresi sederhana sebagai berikut: nilai R yang dihasilkan adalah sebesar 0,441
Y = 5,985 + 0,499X atau 44,1%.
Angka yang diperoleh dari persamaan Tabel 16. Model Summaryb
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Adjusted R Std. Error of
a. Konstanta (a) Model R R Square Square the Estimate
Nilai konstanta yang diperoleh adalah 1
.441a .194 .182 3.22972
5,985. hal ini berarti bahwa jika tidak
diperhitungkan variabel independen yaitu gaya a. Predictors: (Constant), GKP
kepemimpinan paternalistik, maka besarnya b. Dependent Variable: MK
motivasi kerja pada Dinas Sosial dan Tenaga Sumber : hasil olahan data 2012
Kerja Kota Padang adalah 5,985.
b. Uji t
b. Koefisien Regresi X (bX)
Setelah dihitung regresi sederhana, maka
Nilai koefisien variabel gaya kepemim- selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
pinan paternalistik (X) adalah sebesar 0,499 menggunakan uji t. Pada uji t yang ingin di uji
dengan thitung 3,990% (sig 0,000 < 0,05). Hal ini dalam penelitian ini adalah Ha (hipotesis
menandakan bahwa gaya kepemimpina alternatif) dimana rumusnya adalah terdapat
paternalistik berpengaruh terhadap motivasi pengaruh yang signifikan dari gaya kepemim-
kerja pegawai. Artinya setiap peningkatan satu pinan paternalistik terhadap motivasi kerja
satuan dari gaya kepemimpinan paternalistik pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga kerja
akan meningkatkan motivasi kerja pegawai Kota Padang.
sebesar 0,499. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai
thitung yang diperoleh adalah sebesar 3,990. Nilai
Pengujian Hipotesis tersebut jelas lebih besar dari nilai ttabel pada
a. Koefisiem determinasi (R²) taraf signifikasi 0,05 yakni sebesar 1,682 (3,990
> 1,682) yang artinya Ha diterima dan Ho
Analisis ini bertujuan untuk mengukur
ditolak. Dengan demikian dapat ditarik ke-
seberapa besar konstribusi variabel bebas ter-
simpulan bahwa gaya kepemimpinan paterna-
hadap variabel terikat.
listik berpengaruh signifikan terhadap motivasi
Pada tabel 16 hasil pengujian menghasil-
kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga
kan nilai R sebesar 0,441a dan nilai R square
Kerja Kota Padang.
yang dihasilkan sebesar 0,194. Sementara nilai
Adjusted R square yang dihasilkan sebesar
Gaya Kepemimpinan Paternalistik
0,182. Hal ini bearti konstribusi variabel bebas
Hal tersebut sejalan dengan hasil pene-
terhadap variabel terikat adalah sebesar 18,2%.
litian yang penulis lakukan, Gaya Kepemim-
Sedangkan 81,8% sisanya dipengaruhi oleh
pinan Paternalistik memiliki kekuatan yang
variabel lain yang tidak teridentifikasi dalam
cukup kuat dalam mempengaruhi Motivasi
penelitian. Adapun kekuatan pengaruh Gaya
Kerja Pagawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kepemimpinan Paternalistik di nilai cukup kuat
Kota Padang dengan nilai R 0,441 atau 44,1%.
mempengaruhi Motivasi Kerja pegawai Dinas
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik
190
Vol. XII No.2 Th. 2013

tentang peranannya dalam kehidupan organisasi kepadanya.


dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan
Tabel 17. Coefficientsa Uji t
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 5.985 7.319 .818 .416
GKP .499 .125 .441 3.990 .000
a. Dependent Variable: MK

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah TCR 69,70%, artinya para pegawai merespon
laku pemimpin dalam mengarahkan, mempe- baik hal yang demikian, dan untuk indikator
ngaruhi, mendorong dan mengendalikan serta Proses pekerjaan yang kaku dengan kategori
memberi orang lain atau bawahan motivasi me- tinggi, dengan TCR 71,17%, yang artinya sikap
nuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka pemimpin yang menuntut menjalankan proses
pendek maupun jangka panjang. Ini berarti gaya pekerjaan berdasarkan peraturan dan prosedur
kepemimpinan memiliki kekuatan dalam mem- yang berlaku mendapat respon yang baik dari
pengaruhi motivasi kerja (Danim, 2004 : 30). para pegawai.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif apa- Dengan terpenuhinya semua indikator
bila dikaitkan dengan hal diatas, dapat dimaknai dari variabel Gaya Kepemimpinan Paternalistik
bahwa Gaya Kepemimpinan Paternalistik yang dimana hasil dari penyebaran angket menunjuk-
diterapkan oleh Kepala Dinas di Dinas Sosial kan kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
dan Tenaga Kerja Kota Padang secara keselu- Gaya Kepemiman Paternalistik memang benar
ruhan dapat dikategorikan tinggi dengan per- digunakan atau diterapkan oleh Kepala Dinas
olehan tingkat capaian responden sebesar Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang.
73,03%.
Hal ini berarti gaya kepemimpinan pater- Motivasi Kerja
nalistik yang diterapkan oleh Kepala Dinas, Untuk masing-masing indikator, yaitu
mendapat respon yang baik dari para pegawai. indikator The Need for Achievement dikatakan
Untuk masing-masing indikator dari Gaya Ke- tinggi, dimana TCR 78,34%, hal ini berarti
pemimpinan Paternalistik yaitu indikator ber- bahwa kesempatan yang diberikan Kepala
sikap layaknya bapak atau ayah berdasarkan Dinas untuk mengikuti pelatihan dan diklat
hasil analisis deskriptif dapat dikatakan tinggi, membuat pegawai dapat memenuhi kebutuhan-
yang mana diperoleh TCR 71,67%, dan untuk nya untuk dapat memiliki pencapaian yang
indikator terlalu bersifat melindungi juga di- signifikan dalam melakukan suatu tugas serta
katakan tinggi, yang mana diperoleh TCR 76,67 pekerjaan dan juga dalam menguasai berbagai
%, artinya harapan para bawahan atau pegawai keahlian didalam melakukan tugas dan peker-
yang terwujud atas keinginan agar pemimpin jaan, yang dapat memotivasi pegawai dalam
mereka mampu berperan sebagai bapak yang mewujudkan pelayanan yang prima dan optimal
bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai dibidang kesejahteraan sosial dan ketenagaker-
tempat bertanya dan untuk memperoleh petun- jaan di kota padang. Indikator The Need for
juk sudah dapat tercapai, lalu indikator kaku Authority and Power dikatakan tinggi, dengan
dalam pengambilan keputusan dikategorikan TCR 77,06%, yang berarti bahwa Apresiasi
tinggi, yang mana TCR 72,53%, hal ini berarti yang diberikan Kepala Dinas atas pekerjaan
pengambilan keputusan yang kaku juga men- pegawai, membuat pegawai memiliki perasaan
dapat respon yang baik dari para pegawai, positif yang timbul dari prestasinya didalam
indikator Selalu bersikap maha tahu dan maha melakukan pekerjaan, sehingga dapat memper-
benar juga dinilai tinggi, yang mana diperoleh tahankan posisinya dalam pekerjaan serta usul-
TCR 76,47%, yang berarti sikap maha tahu dan an promosi jabatan, yang membuatnya memi-
maha benar dari kepala dinas juga mendapat liki kesempatan akan posisi yang lebih tinggi
respon yang baik dari para pegawai, untuk dari sebelumnya, sehingga dapat memotivasi
indikator kurangnya kreasi dan fantasi dalam pegawai dalam melaksanakan tugas dan pe-
palaksanaan tugas juga dikatakan tinggi, dengan kerjaannya.
191
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

Dan indikator The Need for Affiliation oleh Kepala Dinas dinilai kurang bagus diterap-
dinilai tinggi, dimana TCR 78,92%, yang ber- kan karena dapat memberi dampak terhadap
arti bahwa sikap dari kepala dinas yang meng- motivasi kerja pegawai.
utamakan kebersamaan serta mendahulukan ke- Kurang bagusnya gaya kepemimpinan
pentingan bersama, membuat para pegawai paternalistik yang memberi pengaruh terhadap
dapat memenuhi kebutuhan mereka akan rasa motivasi kerja pegawai ini disebabkan oleh hal
keanggotaan didalam organisasi yang juga negatif dari kepemimpinan paternalistik seperti
dapat memotivasi para pegawai didalam melak- kaku dalam proses pekerjaan dan jarang mem-
sanakan tugas dan pekerjaannya. berikan kesempatan untuk menyalurkan ide-ide
Motivasi kerja merupakan suatu dorong- yang dapat mempermudah pelaksanaan tugas
an dari dalam maupun dari luar diri seseorang sehingga membuat motivasi pegawai dalam
untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik- bekerja rendah, lalu jarang memberikan kesem-
baiknya karena kebutuhan, yang didasarkan patan untuk berfikir inovativ dan kreatif dalam
pada kerangka acuan keberhasilan. Teori moti- bekerja sehingga membuat motivasi untuk be-
vasi kerja Menurut Mclelland (Robbins, 2001: kerja pun rendah, dan hanya pemimpin yang
173), ada tiga hal yang melatar belakangi mengetahui seluk beluknya organisasional, se-
motivasi seseorang: The Need for Achievement hingga keputusan diambil oleh pemimpin dan
(n-ach); The Need for Authority and Power (n- bawahan tinggal melaksanakannya saja, konse-
pow); The Need for Affiliation (n-affil). Dalam kuensinya adalah para bawahan tidak diman-
hasil penelitian ini menunjukkan untuk Moti- faatkan sebagai sumber informasi, ide, dan
vasi Kerja pegawai Dinas Sosial dan Tenaga saran yang membuat motivasi pegawai dalam
Kerja Kota Padang dapat di kategorikan tinggi, bekerja pun menjadi rendah. Selain itu, kaitan-
yang mana TCR yang di peroleh adalah sebesar nya dengan motivasi kerja menurut Mc Lelland,
78,10%. untuk sikap dari pemimpin paternalistik yang
jarang memberikan kesempatan pada pegawai
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik untuk mengambil inisiatif sendiri dalam me-
terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas Sosial nyelesaikan pekerjaan, sehingga pegawai jadi
dan Tenaga Kerja Kota Padang kurang berprestasi dalam bekerja, yang mem-
Setelah dilakukan penelitian terhadap buat pegawai tidak dapat memenuhi kebutuhan
pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota akan prestasi. Serta sikap kepala dinas yang
Padang, dan dilanjutkan dengan analisis data, jarang memberkan kesempatan pada pegawai
hasil analisis statistik dengan menggunakan untuk mengambil keputusan sendiri atau kata
program SPSS 16 menunjukkan adanya penga- lain tidak adanya wewenang dari pegawai untuk
ruh yang signifikan antara Gaya Kepemimpinan mengambil keputusan dalam menghadapi per-
Paternalistik dengan motivasi kerja pegawai. soalan yang terjadi dalam pelaksanaan pekerja-
Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji hipo- an, membuat pegawai tidak dapat memenuhi
tesis yang dilakukan menggunakan program kebutuhan akan kekuasaan, serta sikap dari
SPSS versi 16, dimana nilai thitung>ttabel, yakni pemimpin paternalistik yang masih mungkin-
3,990 > 1,682, artinya Gaya Kepemimpinan kan adanya hubungan pribadi yang intim antara
Paternalistik berpengaruh signifikan terhadap pimpinan dengan seorang atau salah satu
Motivasi Kerja pegawai pada Dinas Sosial dan pegawai pun membuat pegawai merasa tidak
Tenaga Kerja Kota Padang. Adapun besar dapat memenuhi kebutuhan akan rasa keang-
pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik gotaan di dalam organisasi.
terhadap Motivasi Kerja pegawai pada Dinas Hasil analisis stastistik tersebut mem-
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang adalah buktikan teori dari Frederick Herzberg dalam
sebesar 18,2%, sisanya 81,8% dipengaruhi oleh Wahdjosimidjo (1997 : 56), yang mengatakan
faktor lain yang tidak terdeteksi dalam pene- ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi motivasi
litian ini. Sedangkan untuk kekuatan variabel kerja yang dinamakan faktor pemuas (moti-
Gaya Kepemimpinan Paternalistik dalam mem- vation factor) yang disebut dengan satisfier
pengaruhi Motivasi Kerja Pegawai Dinas Sosial atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara
dan Tenaga Kerja Kota Padang dikatakan cukup (maintenance factor) salah satu dari faktor
kuat dengan nilai R yang dihasilkan adalah pemelihara ini dalah Gaya dan mutu dari
0,441 atau 44,1%. Artinya gaya kepemimpinan pimpinan serta dari hubungan interpersonal
paternalistik yang digunakan atau diterapkan diantara teman sejawat, dengan atasan, dan
192
Vol. XII No.2 Th. 2013

dengan bawahan, yang artinya gaya kepemim- nalistik dalam mempengaruhi Motivasi Kerja
pinan merupakan salah satu faktor yang mem- Pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
pengaruhi motivasi kerja pegawai. Dan juga Padang adalah 0,441 atau 44,1%.
sejalan dengan pendapat Wahdjosumidjo (1997: Dalam meningkatkan Motivasi Kerja
52) yang mengatakan “faktor-faktor yang mem- pegawai, maka harus diawali dengan menentu-
pengaruhi motivasi adalah faktor intern dan kan cara atau gaya kepemimpinan yang tepat
faktor ekstern. Faktor ekstern yang dimaksud untuk dijalankan atau diterapakan dalam orga-
adalah kebijakan yang telah ditetapkan, per- nisasi. Karena gaya kepemimpinan yang tepat
syaratan pekerjaan yang harus dipenuhi karya- dan cocok akan membuat motivasi orang-orang
wan, tersedianya sarana dan prasarana yang atau pegawai didalam organisasi tersebut dalam
mendukung pelaksanaan pekerjaan, dan gaya bekerja dapat meningkat. Dari hasi penelitian
kepemimpinan terhadap bawahannya. menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut Paternalistik yang digunakan atau diterapkan
dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Gaya oleh Kepala Dinas dinilai cukup kuat pengaruh-
Kepemimpinan Paternalistik terhadap Motivasi nya terhadap motivasi kerja pegawai Dinas
Kerja pegawai di Dinas Sosial dan Tenaga Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang, oleh
Kerja Kota Padang. karena itu disarankan kepada kepala dinas
untuk menggunakan atau menerapkan gaya
Simpulan kepemimpinan yang lebih membawa pengaruh
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- yang lebih kuat terhadap motivasi pegawai
bahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; dalam bekerja. Hal lain yang dapat dilakukan
gaya Kepemimpinan Paternalistik di Dinas untuk dapat meningkat Motivasi Kerja pegawai
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang dapat Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang
kategori tinggi dengan perolehan tingkat capai- dikemudian hari adalah dengan mendorong
an responden sebesar 73,03%. Artinya Gaya pegawai untuk bersikap inovatif dan organisasi
Kepemimpinan Paternalistik yang diterapkan mempertimbangkan dampak hasil terhadap
oleh Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja individu yang ada dalam organisasi sehingga
Kota Padang untuk kelangsungan hidupan ke- dapat menimbulkan peningkatan Motivasi
lanjutan organisasi mendapat respon yang baik Kerja Pegawai.
dari para pegawai, dan dengan terpenuhinya
semua indikator dari variabel Gaya Kepemim- Daftar Rujukan
pinan Paternalistik, hal ini menunjukkan bahwa Aldri Frinaldi, & Muhamad Ali Embi. 2011.
Gaya Kepemiman Paternalistik memang benar Pengaruh Budaya Kerja Etnik Terhadap
digunakan atau diterapkan oleh Kepala Dinas Budaya Kerja Keadilan dan Keterbukaan
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang. PNS dalam Membangun Masyarakat
Melalui hasil penelitian pula dapat di- Madani dan Demokrasi (Studi Pada
ketahui bahwa tingkat Motivasi Kerja pegawai Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat).
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang Prosiding Seminar Nasional FISIP-UT.
katakan tinggi dengan perolehan tingkat capai- http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfpro
an responden sebesar 78,10%. Artinya motivasi siding2/fisip201136.pdf dicapai tarikh 5
pegawai dalam menjalankan pekerjaan dan Mac 2012.
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada- Daft, Richard L. 2007. Manajemen. Jakarta:
nya dapat dikatakan baik. Salemba Empat
Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan
Danim Sudarman. 2004. Motivasi Kepemim-
diketahui nilai thitung>ttabel, yakni 3,990 > 1,682
pinan dan Efektivitas Kelompok.
dengan Sig < 0,05 . Artinya terdapat pengaruh
Penerbit Rineka Cipta.
yang signifikan dari Gaya Kepemimpinan
Paternalistik terhadap Motivasi Kerja pegawai Ermaya Suradinata. 2008. Kepemimpinan
pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Daerah dan Nasional. Jakarta: Elex
Padang. Adapun besar pengaruh Gaya Ke- Media Komputindo
pemimpinan Paternalistik terhadap Motivasi Hadari Nawawi. 2004. Kepemimpinan Meng-
Kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga efektifkan Organisasi. Yogyakarta:
Kerja Kota Padang adalah sebesar 18,2%, dan Gajah Mada University Press.
kekuatan variabel Gaya Kepemimpinan Pater-
193
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik ...

---------, 1998. Manajemen Sumber Daya 31074 diakses pada tanggal 22 februari
Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2012
Harbani Pasolong. 2008. Kepemimpinan Nila Sari Ardi. 2007. Pengaruh Intensif,
Birokrasi. Bandung: Alfabeta. Lingkungan Kerja, dan Gaya Kepe-
Hersey, Paul. 1996. Manajemen Perilaku mimpinan Terhadap Motivasi Kerja
Organisasi, (Terjemahan). Jakarta: Pegawai Satpol PP Kota Padang. Tesis.
Gramedia Magister Manajemen Universitas Negeri
Padang (tidak dipublikasikan).
Husani Umar & Purnomo Setiadi. 2003. Jakarta
: Bumi Aksara Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organi-
sasi, Jakarta: Bumi Aksara
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multi-
variatie dengan Program SPSS. S Pamudji. 1992. Kepemimpinan Peme-
Semarang: Universitas Diponegoro. rintahan di Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Sayuti. 2004. Motivasi dan Faktor-faktor
Cipta yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Ghalia.
Kartini Kartono. 2006. Pemimpin dan Kepe-
mimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Sondang P Siagian. 2004. Teori Motivasi dan
Persad. Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Soebagyo Sastrodiningrat. 2002. Manajemen
Kualitatif. Bandung: PT Remaja dan Kepemimpinan. Jakarta: Radar Jaya
Radakarya Offset
Malayu S.P. Hasibuan. 1996. Organisasi dan Sugiono. 1999. Metode Penelitian Adminis-
Motivasi: Dasar Peningkatan Produk- trasi. Bandung: Alfabeta.
tifitas. Jakarta: Bumi Aksara -----------. 2005. Metode Penelitian Kuanti-
Malthis, Robert L & John H. Jackson. 1992. tatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Manajemen Sumber Daya Manusia, Alfabeta
Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Pene-
----------, 2001. Manajemen Sumber Daya litian Suatu Pendekatan Praktek.
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: Rineka Cipta
Malyusdi. 2008. Pengaruh Kepemimpinan, -------------, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu
Intensif, dan Iklim Kerja Terhadap Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Motivasi Kerja Pegawai pada Dinas Cipta.
Pendidikan Kota Padang. Tesis. Sunarto. 2004. Perilaku Organisasi.
Magister Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta : Amus.
Padang (tidak dipublikasikan). Tampubolon Manahan P. 2007. Perilaku Ke-
Maxwell, Jhon C. 1995. Mengembangkan organisasian (Organization Behavior).
Kepemimpinan di Dalam Diri Anda. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia
(Terjemahan). Jakarta: Binarupa Indonesia.
Aksara. Veithsal Rivai. 2003. Kepemimpinan dan
Miftah Thoha. 2005. Perilaku Orgamisasi, Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja
Konsep, Dasar dan Aplikasinya. Grafindo.
Jakarta : Raja Grafindo. Wahdjosimidjo. 1997. Kepemimpinan dan
Moenir A.S. 1986. Kepemimpinan Kerja: Motivasi. Bogor : Ghalia.
Peranan, Teknik dan Wijaya. 1996. Peranan Motivasi dalam
Keberhasilannya. Jakarta: Bina Aksara Kepemimpinan. Jakarta : Akademika.
Muhammad Abdul jawwad. 2004. Menjadi Yulk, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam
Manajer Sukses. Jakarta: Gema Insani Oganisasi. Jakarta: PT Indeks.
Press.
m.compas.com/news/read/data/2010.07.16.082

194
Vol. XII No.2 Th. 2013

Catatan Akhir : Artikel ini berasal dari skripsi penulis dengan judul yang sama, dengan Bapak
Aldri Frinaldi, S.H., M.Hum sebagai Pembimbing I dan Ibu Lince Magriasti, SIP., M.Si sebagai
Pembimbing 2, kepada beliau berdua diucapkan terima kasih.

195

You might also like