Professional Documents
Culture Documents
602 1709 1 SP PDF
602 1709 1 SP PDF
Abstract
Research on the denial of medical care by hospitals to patients who need emergency care,
it is a normative research, including a study of the principles of law, the rules of law and
systematic law. Primary legal materials derived from legislation, and secondary
materials in the form of literature, documents, archives, legal expert opinion and research
results to the researchers in the field of criminal law, in this case relating to the issues
discussed in this study. In this case the purpose of the study was to determine whether the
denial of hospital to patients who need of medical care is a criminal act, and to determine
whether accountability to civil hospital for medical treatment refusal. Results from the
study of criminal law, written by denial of medical care, including criminal acts, so it can
be prosecuted under the criminal law in accordance with Article 304 and 531 Book Of
The Criminal Justice Act . If the hospitals that perform denial of medical care to patients
who need emergency care, giving rise to the violation of hospital leaders who are
responsible for violations of the law, as stipulated in Article 190 paragraph (1) of Law
No. 36 Year 2009 on Health. A patient who feels aggrieved over denial of medical care
that the hospital, the patient can be sued in a civil suit and claim damages provided for in
Article 58 paragraph (1) of Law No. 36 Year 2009 on Health, and in Article 32 letter q
Law No. 44 of 2009 on Hospital. Denial of medical services to patients in need of
emergency care including patient adverse action, it has been stipulated in Article 1365,
1366, 1367 Book Of The Civil Law.
79
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
hidup yang baik dan sehat serta berhak kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.”
memperoleh pelayanan kesehatan.”1
Sebagai unsur HAM, maka
Dalam permasalahan kesehatan
pemenuhan kesehatan bagi masyarakat
masyarakat, pemerintah berkewajiban
merupakan tanggung jawab Negara,
memastikan warga negaranya tidak sakit
utamanya pemerintah sebagai yang
dan juga berkewajiban untuk memenuhi
dimaksud UUD NRI 1945 amandemen
hak rakyatnya atas kehidupan yang sehat
Pasal 28I ayat (4) yang menetapkan
dan terselenggaranya kondisi-kondisi yang
bahwa, “Perlindungan, pemajuan,
menentukan kesehatan rakyat, karena
penegakan, dan pemenuhan hak asasi
kesehatan telah menjadi bagian dari
manusia adalah tanggung jawab negara,
kehidupan warga Negara, dan untuk
terutama pemerintah.”
menjalankan amanat tersebut Negara harus
Bentuk dari peraturan pelaksana
memenuhi azas pembangunan kesehatan
dari pelayanan kesehatan adalah Undang-
seperti tertulis dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, yang selanjutnya disebut
Kesehatan yaitu:
dengan Undang-Undang Kesehatan.
“Pembangunan kesehatan
Undang-Undang Kesehatan tidak diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan,
menyebutkan mengenai pelayanan
manfaat, perlindungan,
kesehatan pengertian pelayanan kesehatan penghormatan terhadap hak dan
kewajiban, keadilan, gender, dan
dirumuskan sebagai Upaya Kesehatan.
nondiskriminasi dan norma-norma
Upaya Kesehatan diatur dalam Pasal 1 ayat agama.”
(11) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Jika azas pembangunan dapat
2009 tentang Kesehatan yang berbunyi:
terpenuhi maka jaminan pelayanan
“Upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kesehatan bagi masyarakat akan terpenuhi
kegiatan yang dilakukan secara
dengan baik dan upaya kesehatan bagi
terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara masyarakat akan lebih menyeluruh hingga
dan meningkatkan derajat kesehatan
berbagai lapisan masyarakat. Dalam
masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pelayanan kesehatan tidak kalah
pengobatan penyakit, dan pemulihan
pentingnya peran pemerintah untuk
1
UUD NRI 1945 amandemen Pasal 28H memperhatikan pemenuhan kebutuhan
ayat (1)
sarana dan prasarana layanan kesehatan
80
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
yang memadai sehingga dapat mencakup buruknya pelayanan kesehatan yaitu: Dera
semua golongan masyarakat, tidak hanya meninggal setelah ditolak delapan rumah
untuk suatu golongan tertentu yang sakit saat membutuhkan perawatan medis.
berpengaruh tetapi termasuk didalamnya Bayi Dera memiliki kelainan pencernaan
golongan masyarakat tidak mampu, untuk sehingga kondisi fisiknya naik turun.
menikmati kebaikan pelayanan medis Hermansyah, sudah berusaha sekuat
dalam kondisi yang dibutuhkan. tenaga membawa Dera ke Rumah Sakit.
Pelayanan kesehatan, tidak baik Awalnya, dia membawa bayi itu ke RS
akan berakibat merugikan kepentingan pemerintah dikawasan Jaksel, RS
masyarakat yang memerlukan pelayanan Fatmawati.
medis. Terlebih apabila rumah sakit tidak Namun pihak rumah sakit
memberikan pelayanan yang layak sesuai mengatakan penuh, tidak ada kamar
prosedur yang diatur dalam Kitab Undang- kosong untuk bayi. Kemudian, mereka
Undang Hukum Pidana, yang dapat membawa Dera ke RSCM di Salemba,
menyebabkan pasien menderita kerugian Jakarta Pusat. Namun hasilnya sama.
sehingga mengakibatkan menderita Selanjutnya, Eliyas (ayah dera) dengan
kecacatan ataupun kematian maka hal ditemani ayahnya bergerak ke RS Harapan
tersebut merupakan tindak pidana dan Kita di Slipi, Jakarta Barat, jawaban yang
dapat dipidanakan sesuai hukum yang diterima tidak jauh beda, yakni tidak ada
berlaku di Indonesia. kamar kosong. Mereka terus menyisir
Pada dasarnya kesalahan atau seluruh Rumah Sakit besar di Jakarta.
kelalaian yang dilakukan rumah sakit yang Antara lain, RS Harapan Bunda Pasar
mengakibatkan kerugian pasien, Rebo, RS Tria Dipa, RS Asri Duren Tiga,
seharusnya perlu adanya perhatian RS Budi Asih, dan RS Jakarta Medical
pemerintah untuk menangani Center (JMC) Buncit. Namun dalam lima
permasalahan ini lebih serius lagi sehingga hari tak ada yang bisa merawat putri
tidak akan terjadi kerugian yang lebih pertama pasangan itu. Akhirnya, Dera
parah bagi masyarakat. Banyaknya kasus meninggal dunia.2
Rumah Sakit yang mengakibatkan Dalam permasalahan di atas
kerugian pada pasien merupakan contoh merupakan contoh buruknya pelayanan
buruknya pelayanan rumah sakit terhadap
2
Jawa Pos, selasa 19 Februari 2013,
pasien. Salah satu contoh terhadap Hlm.10.
81
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
83
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
yang komplek serta mempunyai sifat dan tentang kewajiban rumah sakit dalam
ciri serta fungsi – fungsi yang khusus. melakukan pelayanan kesehatan terhadap
Jasa medik yang diberikan mempunyai pasien, yaitu: “Memberi pelayanan
jenis yang sangat beragam, serta kesehatan yang aman, bermutu,
melibatkan berbagia kelompok profesi. antidiskriminasi, dan efektif dengan
Oleh sebab itu hubungan hukum yang mengutamakan kepentingan pasien sesuai
terjadi pada pelayanan kesehatan dengan standar pelayanan rumah sakit.”
melibatkan pasien dengan berbagai pihak Sedangkan dalam Pasal 30 huruf b
yang berada di rumah sakit tersebut. UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Hubungan bisa terjadi antara lain: Sakit mengatur tentang hak rumah sakit
a) Hubungan pasien dengan rumah sakit setelah memberikan pelayanan kesehatan
b) Hubungan pasien dengan dokter atau terhadap pasien, yaitu:
tenaga medik “Menerima imbalan jasa pelayanan
serta menentukan remunerasi,
c) Pasien dengan apotek, dan lain-lain.
insentif, dan penghargaan sesuai
Menurut Undang-Undang Nomor dengan ketentuan peraturan
perUndang-Undangan.”
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal
1 ayat (1), ditetapkan bahwa Rumah Sakit
Hak-hak rumah sakit adalah segala
adalah: “Institusi pelayanan kesehatan
sesuatu yang berhubungan dengan
yang menyelenggarakan pelayanan
kepentingan rumah sakit dalam melakukan
kesehatan perorangan secara paripurna
pelayanan kesehatan atau pelayanan medis
yang menyediakan pelayanan rawat inap,
yang dilindungi oleh hukum yang berlaku,
rawat jalan, dan gawat darurat.’’
sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) huruf f
Dalam menyelenggaran pelayanan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
medis, rumah sakit mempunyai hak dan
tentang Rumah Sakit, menetapkan bahwa:
kewajiban untuk memberikan pelayanan
“Mendapatkan perlindungan hukum dalam
kesehatan atau pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kesehatan.”
sesuai dengan Undang-Undang. Hak dan
Sedangkan kewajiban-kewajiban rumah
kewajiban rumah sakit diatur dalam
sakit adalah segala sesuatu yang
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
berhubungan dengan beban atau tanggung
tentang Rumah Sakit Bab VIII, dalam
jawab rumah sakit untuk melaksanakan
Pasal 29 ayat (1) huruf b UU No 44 Tahun
pemenuhan kebutuhan yang menjadi hak
2009 tentang Rumah Sakit mengatur
pasien. Dengan demikian pelayanan medis
84
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
atau pelayanan kesehatan bukan hak dari orang-orang yang kurang mampu sesuai
rumah sakit melainkan kewajiban rumah dengan Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-
sakit untuk melakukan pelayanan Undang Republik Indonesia Nomor 44
kesehatan. Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Dalam Undang-Undang Dasar menetapkan bahwa: “Menjamin
1945 telah mengatur tentang hak asasi pembiayaan pelayanan kesehatan di
manusia dalam menerima pelayanan Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang
kesehatan yang tertuang dalam Pasal 28H tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
ayat (1), yaitu: “Setiap orang berhak hidup perUndang-Undangan.”
sejahtera lahir dan batin, bertempat Kewajiban rumah sakit untuk
tinggal, dan mendapatkan lingkungan memberikan pelayanan kesehatan bagi
hidup yang baik dan sehat serta berhak orang-orang yang tidak mampu dalam
memperoleh pelayanan kesehatan.” Pasal 29 ayat (1) huruf e dan f Undang-
Selain rumah sakit yang Undang Republik Indonesia Nomor 44
berkewajiban memberikan pelayanan Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
kesehatan, dokter sebagai tenaga medis menetapkan bahwa: (e). “Menyediakan
dilingkungan rumah sakit juga sarana dan pelayanan bagi masyarakat
berkewajiban untuk memberikan tidak mampu atau miskin; (f).
pelayanan kesehatan terhadap pasien “Melaksanakan fungsi sosial antara lain
sebagaimana, diatur dalam Pasal 51 ayat dengan memberikan fasilitas pelayanan
(1) huruf a Undang-Undang Nomor 29 pasien tidak mampu/ miskin, pelayanan
Tahun 2004 tentang Praktisi Kedokteran, gawat darurat tanpa uang muka, ambulan
yaitu : “Memberikan pelayanan medis gratis, pelayanan korban bencana dan
sesuai dengan standar profesi dan standar kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi
prosedur operasional serta kebutuhan misi kemanusiaan”.
medis pasien.” Pasal tersebut diatas merupakan
Kewajiban yang harus dilaksanakan penjabaran lebih lanjut Pasal 28H ayat (1)
tersebut ditujukan pada orang-orang yang UUD NRI 1945 yang secara sah tidak
memiliki biaya untuk berobat, melainkan hanya mewajibkan pemerintah, tetapi
pada semua orang termasuk mereka yang semua pihak yang berkomitmen untuk
tidak mampu secara financial. Dalam hal mengelola rumah sakit, artinya bahwa
ini Pemerintah menjamin pembiayaan bagi Pasal tersebut menjadi kewajiban semua
85
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
rumah sakit baik Rumah Sakit Pemerintah professional suatu profesi yang
Maupun Rumah Sakit Swasta. Pelanggaran diterjemahkan kedalam standar perilaku
terhadap Pasal 29 ayat (1) huruf e dan f anggotanya. Nilai professional paling
tersebut akan ada konsekuensi hukum bagi utama adalah keinginan untuk memberikan
rumah sakit baik pidana, perdata maupun pengabdian kepada masyarakat.7
administrasi. Kode etik rumah sakit adalah tata
Kode Etik Pada Pelayanan Medis Rumah cara yang memuat rangkuman nilai-nilai
Sakit. dan norma-norma dalam kegiatan rumah
Pengertian Etika (Etimologi), sakit guna dijadikan pedoman bagi semua
berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, pihak yang terlibat dan berkepentingan
yang berarti watak kesusilaan atau adat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
5
kebiasaan. Istilah etika pada awalnya perumahsakitan di Indonesia.8
bersumber dari istilah Latin yang Apeldron menyatakan bahwa “ada
merupakan dari istilah mores dan ethos. peraturan-peraturan tingkah laku lain dari
Kedua kata ini merupakan rangkaian dari pada hukum, segala peraturan itu yang
konsep mores of a community dan ethos of mengandung petunjuk bagaimana manusia
the people yang dapat diartikan dengan bertindak-tanduk, jadi peraturan-peraturan
kesopanan suatu masyarakat dan akhlak yang menimbulkan kewajiban-kewajiban
manusia.6 bagaimana kita tangkap dengan nama
Kode etik dapat diartikan pola etika.”9 Dalam pengertian yang luas etika
aturan, tata cara, tanda, pedoman etis itu mencakup peraturan hukum, agama,
dalam melakukan suatu kegiatan atau adat istiadat, sopan santun dan sebagainya.
pekerjaan. Kode etik merupakan pola Dalam KBBI disebutkan etika adalah nilai
aturan atau tata cara sebagai pedoman mengenai baik dan buruk, juga mengenai
berperilaku. Dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban moral (akhlak) yang
profesi, bahwa kode etik merupakan tata
cara atau aturan yang menjadi standart
kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode
etik menggambarkan nilai-nilai 7
http://pakgalih.wordpress.com/2009/04/0
7/pengertian-dan-fungsi-kode-etik/, diakses pada
22 Mei 2016.
5 8
http://erniritonga123.blogspot.com/2010/ Aturan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
01/definisi-etika.html. Diakses pada 22 Mei 2016. (KODERASI)
6 9
Bahder Johan Nasution, 2005, Hukum Apeldorn, 2000, Pengantar Ilmu Hukum,
Kesehatan, P.T. Rineka Cipta, Jakarta. Hlm. 9. P.T. Pradmya Paranita, Jakarta. Hlm.22.
86
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
88
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
denda paling banyak empat ribu lima ratus ada pimpinan (direktur) atau tenaga medis
rupiah.” (dokter), hal ini diperjelas pada Pasal 190
Selain itu, Pasal 531 KUHP juga ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
mengatur tentang perbuatan pidana tentang 2009 Tentang Kesehatan.
penolakan pelayanan medis: “Barangsiapa Jika yang melakukan penolakan
ketika menyaksikan bahwa ada orang yang pelayanan medis terhadap pasien hanya
sedang menghadapi maut, tidak memberi seorang karyawan biasa yang bukan
pertolongan yang dapat diberikan padanya termasuk tenaga kesehatan (dokter) dalam
tanpa selayaknya menimbulkan bahaya rumah sakit, maka yang
bagi diriya ataupun orang lain, diancam, pertanggungjawaban pidana yaitu
jika kemudian orang itu meninggal, pimpinan fasilitas kesehatan atau tenaga
dengan pidana kurungan paling lama tiga medis, karena semua perintah yang
bulan atau pidana denda paling banyak dilakukan karyawan ataupun bawahan
empat ribu lima ratus rupiah.’’ tersebut semua kehendak dari pimpinan
Dalam pasal 304 dan 531 KUHP fasilitas kesehatan ataupun tenaga medis
merupakan perbuatan pasif, dimana jika hal ini atas nama peritah jabatan yang
seseorang tidak melakukan perbuatan fisik diatur dalam Undang-Undang.
apapun, tetapi seseorang tersebut telah Jika perintah atas nama pribadi
mengabaikan kewajiban hukumnya. Unsur maka staf karyawan juga dapat dipidana,
pasal 304, dengan sengaja membiarkan Undang-Undang mengatur pemidanaan
seseorang dalam keadaan sengsara, oleh pimpinan fasilitas kesehatan dan
misalnya: penolakan perawatan medis tenaga medis dijerat Pasal 190 ayat (1)
yang dilakukan oleh rumah sakit. Dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
dalam Unsur pada pasal 531, dengan Tentang Kesehatan, yaitu: “Pimpinan
sengaja tidak memberikan pertolongan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
terhadap seseorang yang membutuhkan tenaga kesehatan yang melakukan praktik
perawatan medis diancam pidana. atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan
Tindakan penolakan dilakukan oleh kesehatan yang dengan sengaja tidak
rumah sakit, maka pertanggungjawaban memberikan pertolongan pertama terhadap
pidana sepenuhnya adalah pimpinan pasien yang dalam keadaan gawat darurat
fasilitas kesehatan jika atas perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
jabatan, karena dalam rumah sakit pasti ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
90
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) Undang Kesehatan lebih memberatkan
tahun dan denda paling banyak hukuman terhadapan pelaku yang telah
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).” melakukan tindak pidana.
Apabila menimbulkan kematian Semua tentang aturan hukum yang
dalam penolakan pelayanan medis oleh menyangkut di bidang kesehatan, dalam
rumah sakit, maka dapat dijerat Pasal 190 beberapa hal yang terdapat kemajuan yang
ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun mampu menjamin terlaksananya profesi
2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan kesehatan dan terlaksananya perlindungan
sebagai berikut: “Dalam hal perbuatan hukum terhadap pasien dan dokter.17
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Banyaknya aturan hukum yang telah
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau dibuat oleh pemerintah di bidang
kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, semata-mata bertujuan untuk
kesehatan dan/atau tenaga kesehatan melindungi kepentingan penyelenggaraan
tersebut dipidana dengan pidana penjara kesehatan bagi masyarakat dan penegakan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda hukum itu sendiri.
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu Pengertian Hubungan Pasien dan Rumah
miliar rupiah).” Sakit dari Hukum Perdata
Pimpinan fasilitas pelayanan Hubungan pasien dan rumah sakit
kesehatan juga dapat dijerat Pasal 304 adalah hubungan antara subyek hukum dan
KUHP terhadap pelayanan kesehatan subyek hukum. Diatur oleh kaidah-kaidah
yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Hukum Perdata dan memenuhi hubungan
Dan juga dapat djerat Pasal 531 KUHP, yang mengatur tentang hak dan
karena adanya pelanggaran tindak pidana. kewajiban.18 Didalam rumah sakit dokter
Tetapi pasal-pasal dalam KUHP tidak bertugas melaksanakan kewajiban rumah
menguntungkan korban dikarenankan sakit.
hukuman yang tidak sebanding dengan Sedangkan kedudukan pasien
kerugian yang ditanggung oleh korban sebagai pihak yang wajib memberikan
sebagai pihak yang dirugian. Yang sesuai kontra-prestasi atas pelayanan medis yang
dengan permasalahan diatas adalah diberikan pihak rumah sakit. Hubungan
menggunakan Pasal 190 ayat (1) dan (2)
17
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Bahder Johan Nasution. Op.cit. Hlm. 93.
18
Wila Chandrawila Supriadi, 2001,
Tentang Kesehatan, karena Undang- Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung. Hlm.
10.
91
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Rumah sakit dan pasien adalah meliputi tetapi di Undang-Undang Nomor 44 tahun
pemenuhan hak dan kewajiban dalam 2009 tentang Rumah Sakit juga mengatur
melakukan pelayanan medis secara timbal hak untuk menuntut rumah sakit apabila
balik. rumah sakit tidak memberikan pelayanan
sesuai dengan standar, hal ini diatur dalam
Tanggung Gugat Rumah Sakit Secara Pasal 32 huruf q Undang-Undang Nomor
Perdata Atas Penolakan Medis Terhadap 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Pasien sebagai berikut: “Menggugat dan/atau
Hubungan antara rumah sakit dan menuntut rumah sakit apabila rumah sakit
pasien merupakan hubugan perdata yang diduga memberikan pelayanan yang tidak
dalam hubunganya menekankan sesuai dengan standar baik secara perdata
pelaksanaan hak-hak dan kewajiban- ataupun pidana.”
kewajiban antara rumah sakit dan pasien Barang siapa menimbulkan
secara timbal balik. Rumah sakit kerugian terhadap orang lain harus
berkewajiban memenuhi hak-hak pasien memberikan ganti rugi atas kerugian
dan begitu juga dengan pasien seseorang tersebut. Maka penolakan
berkewajiban dalam memenuhi hak-hak perawatan medis yang dilakukan yang
rumah sakit. Jika ada kegagalan rumah dilakukan rumah sakit sehingga
sakit dalam memenuhi hak-hak pasien menimbulkan kerugian disebut juga
yang berakibat merugikan pasien sehingga perbuatan melanggar hukum, yang
hal ini dapat digugat secara perdata, tercantum pada Pasal 1365 Kitab Undang-
sebagaimana diatur dalam Pasal 58 ayat Undang Hukum Perdata, yaitu: “Tiap
(1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 perbuatan yang melanggar hukum dan
tentang Kesehatan, yaitu: “Setiap orang membawa kerugian kepada orang lain,
berhak menuntut ganti rugi terhadap mewajibkan orang yang menimbulkan
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau kerugian itu karena kesalahannya untuk
penyelenggaraan kesehatan yang menggantikan kerugian tersebut.”
menimbulkan kerugian akibat kesalahan Dalam Pasal 1365 yang dimaksud
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan dengan perbuatan melanggar hukum
yang diterimanya”. adalah suatu perbuatan yang melanggar
Tidak hanya di Undang-Undang hukum yang dilakukan oleh seseorang atas
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan kesalahannya sehingga menimbulkan
92
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
akibat kerugian terhadap pihak lain. Dapat Pasal 1370 KUHPerdata.20 Apabila
disimpulkan bahwa kesalahan berdasarkan kematian pasien terjadi karena kesengajaan
perbuatan melanggar hukum melahirkan dari pihak Rumah sakit dalam melakukan
pertanggungjawaban hukum, baik terhadap pelayanan medis, maka dalam hal ini
perbuatannya sendiri maupun terhadap Rumah sakit yang bertanggung jawab
perbuatan orang yang berada di bawah untuk memberikan ganti rugi.
tanggung jawab dan pengawasan.19
Dalam hal penolakan rumah sakit Penyelesaian Tuntutan oleh Pasien
termasuk tindakan malpraktek perdata, Terhadap Rumah Sakit Tanpa Harus
karena telah menyebabkan luka ataupun Mengajukan Gugatan di Pengadilan.
mati terhadap seseorang yang diduga Penyelesaian kasus penolakan
disebabkan oleh kelalaian, kesalahan dan pelayanan medis seharusnya di selesaikan
pelanggaran hukum oleh pihak rumah melalui pengajuan gugatan di Pengadilan.
sakit. Pertanggungjawaban malpraktek Dalam pengajuan gugatan di Pengadilan
tidak hanya disebabkan adanya perjanjian dapat mewujudkan akibat hukum yang
antara pasien dan rumah sakit ataupun lebih jelas dalam permasalahan pelayanan
wansprestasi, tetapi juga karena tidak medis.
dilaksanakannya kewajiban-kewajiban Dalam kenyataannya banyak
yang seharusnya dilakukan menurut kalangan yang tidak menyukai
Undang-Undang yang berlaku ataupun menyelesaikan permasalahannya melalui
standar dalam melaksanankan pelayanan Pengadilan dengan berbagia alasan,
medis. Tindakan malpraktek juga termasuk diantaranya terlalu banyak biaya yang
dalam Pasal 1365, Pasal 1366, dan Pasal harus dikeluarkan, waktu yang terlalu
1367 KUHPerdata, karena dalam ketiga lama, proses pemeriksaan terbuka dan
pasal didalamnya telah mengatur unsur vonis yang dijatuhkan berujung pada
kesalahan dan kelalaian. menang- kalah sehingga menimbulkan
Adapun mengenai hilangnya nyawa hubungan kemitraannya terputus.
seseorang baik karena perbuatan sengaja Dari hal ini banyak kalangan yang
atau kerena kelalaian adalah diatur dalam menginginkan lembaga alternatif dalam
menyelesaikan permasalahan tanpa harus
20
Cansil, 1991, Pengantar Hukum
19
Bahder Johan Nasution, Op.cit. Hlm. Kesehatan Indonesia, P.T. Rineka Cipta, Jakarta.
67. Hlm. 244.
93
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
melalui Pengadilan. Lembaga diluar tetapi dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-
Pengadilan sudah diatur dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan tentang alternatif
Sengketa. penyelesaian sengketa, yang berbunyi:
Dalam permasalahan pelayanan “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat
medis antara pasien dan Rumah sakit, melalui alternatif penyelesaian sengketa
dapat diselesaiakan dengan diluar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pengadilan dengan Lembaga Arbitase diselesaikan dalam pertemuan langsung
menurut Undang-Undang Nomor 30 oleh para pihak dalam waktu paling lama
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan 14 (empat belas) hari dan hasilnya
Alternatif Penyelesaian Sengketa dengan dituangkan dalam suatu kesepakatan
menggunakan metode negosiasi dan tertulis.”
mediasi, untuk memberi kemudahan dalam Dalam penempatan oleh Undang-
menyelesaikan masalah pelayanan medis. Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
a. Negosiasi Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Istilah dari kata negosiasi berasal Sengketa, Negosiasi sebagai langkah
dari inggris Negotiation yang artinya pertama dalam metode penyelesaian
perundingan, adanya orang yang sengketa, karena cara termurah dan
mengadakan negosiasi disebut dengan penyelesaiannya dilakukan lebih tertutup
“negosiator”. Menurut Fisher R dan sehingga kerahasiaan permasalahan yang
William Ury; Negoisasi adalah telah diselesai dapat terjaga dengan baik
komunikasi dua arah dirancang untuk dibangding dengan cara lain.
mencapai kesepakatan pada saat b. Mediasi
keduabelah pihak memiliki berbagai Istilah dari kata negosiasi berasal
kepentingan yang sama atau berbeda.21 dari inggris “Mediation” yang artinya
Dalam Undang-Undang Nomor 30 penyelesaian sengketa dengan menengahi.
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Seseorang yang menjadi penengah dalam
Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak mediasi disebut dengan “Mediator”.
merumuskan tentang pengertian negosiasi, Mediasi adalah cara penyelesaian dengan
melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga
21
http://pedulihukum.blogspot.com/2009/0
2/negoisasi-dan-mediasi.html, diakses 04 Mei yang dapat diterima (accertable) Artinya
2016.
94
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
22
Ibid.
95
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
dilakukan rumah sakit terhadap pasien Perdata, jika perbuatan melawan hukum
dan termasuk tindakan pidana. Dalam Pasal 1370 KUHPerdata. Gugatan dapat
hal ini seharusnya rumah sakit dilarang diajukan di Pengadilan Negeri, dalam
menolak pasien yang membutuhkan hal ini harapan yang ingin dicapai
2009 tentang Kesehatan telah mengatur: hukum yang lebih jelas. Tetapi dalam
pelayanan kesehatan, baik pemerintah memakan waktu yang begitu lama dan
maupun swasta dilarang menolak biaya yang begitu besar dan banyak
96
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
b. Peradilan yang cepat, mudah, dan biaya Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 hasil amandemen
murah, sangat diperlukan sebagaimana
keempat
amanat pada Undang-Undang Nomor
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
48 Tahun 2009 Tentang Kehakiman,
tentang Kesehatan
tetapi kenyataannya proses tidak cepat,
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
tidak sederhana dan biaya mahal.
tentang Rumah Sakit (LNRI Tahun
Keadaan tersebut merugikan korban. 2009 Nomor 153)
Untuk mempercepat penyelesaian
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
gugatan ganti rugi tersebut. Pemerintah tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
perlu membentuk lembaga khusus yang
menjadi institusi penegakan untuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyelesaikan masalah tersebut. Atau
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
ditegaskan dalam pasal mengenai tentang Praktisi Kedokteran (LNRI
Tahun 2004 Nomor 116)
sanksi, misal adalah cacat seumur hidup
yang menimbulkan korban tidak Kode Etik Rumah sakit Indonesia
produktif lagi dikenakan ganti rugi 2
Undang-Undang No 30 Tahun 1999
milyar, sehingga lebih berat hukuman tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (LNRI Tahun
maka pelanggaran akan lebih
1999 Nomor 138)
berkurang.
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Daftar Pustaka
Tahun 2008 tentang Prosedur
Buku Mediasi di Pengadilan
97
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
http://alfarisifadjari.com/mengenal-mal-
praktek-medis/, diakses pada 26 Kamus
februari 2016. Poerwo Darminto, ____, Kamus Besar
http://erniritonga123.blogspot.com/2010/0 Bahasa Indonesia, _____________
1/definisi-etika.html diakses pada 22
Mei 2016.
http://pakgalih.wordpress.com/2009/04/07/
pengertian-dan-fungsi-kode-etik/
diakses pada 22 Mei 2016.
http://bangkaiemas.blogspot.com/201
3/04/peran-komite-medik-
komite-etik-dan.html. Diakses
pada 23 Mei 2016.
http://www.suarapembaruan.com/hom
e/abdullah-hehamahua-sanksi-
sesuai-
pelanggaran/9508. Diakses
pada 23 Mei 2016.
http://pedulihukum.blogspot.com/200
9/02/negoisasi-dan-
mediasi.html, diakses pada 04
Mei 2016.
98
Volume 1 No.1 April 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380