Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

THE RELATIONSHIP BETWEEN GENETIC LITERACY AND ATTITUDES

TOWARD GENE THERAPY IN MEDICAL STUDENTS IN INDONESIA

Rasyiqah Fitriyah, Lantip Rujito, Diyah Woro Dwi Lestari


Departemen Riset Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Departemen Bioetik Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia

ABSTRACT

Advances in genetic research are common among human genes with many diseases.
These lead into an increase of new approaches for preventing and curing disease.
Increased genetic literacy becomes very important to genetic issue like the use of gene
therapy as one of the advances of genetic technology. This study can see the relationship
between genetic literacy and attitudes toward gene therapy in medical students in
Indonesia. This research is an observational analytic study with cluster sampling method.
There are 492 medical students of 41 Faculties of Medicine in Indonesia conducted this
study by filling out an online questionnaire that has passed the validity and reliability test.
Respondents' answers were calculated and analyzed using Chi Square test. The level of
genetic literacy is divided into two categories: good genetic literacy (> 50% true) and
poor (<50% true). Attitudes utilizing gene therapy are divided into two categories:
disagree and agree. The categories of the attitude towards gene therapy are based on the
median value (36.00) that obtained from the total score of 492 respondents calculated on
the Likert scale. This study shows there are no relationship between genetic literacy level
and attitudes toward gene therapy p> 0,05. There are 24.6% of students who have a good
genetic literacy rate and there are 53.5% of students who have improved gene therapy.
There is no relationship between the level of genetic literacy and attitude towards gene
therapy in medical students in Indonesia.

Keywords: genetic literacy, attitude towards gene therapy, medical students


0

HUBUNGAN TINGKAT LITERASI GENETIK DENGAN SIKAP


PEMANFAATAN TERAPI GEN PADA MAHASISWA KEDOKTERAN DI
INDONESIA

Rasyiqah Fitriyah, Lantip Rujito, Diyah Woro Dwi Lestari


Departemen Riset Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Departemen Bioetik Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia

ABSTRAK

Kemajuan dalam penelitian genetika mengungkapkan banyak kaitan antara gen


manusia dengan banyak penyakit. Hal ini menyebabkan adanya pendekatan baru untuk
pencegahan dan penyembuhan penyakit. Peningkatan literasi genetik menjadi sangat
penting termasuk terhadap pemanfaatan terapi gen yang merupakan salah satu kemajuan
teknologi genetika. Penelitian ini bertujuan melihat adanya hubungan antara literasi
genetik dan sikap terhadap terapi gen pada mahasiswa kedokteran di Indonesia. Penelitian
ini merupakan studi observasional analitik dengan metode pengambilan sampel
menggunakan cluster sampling. Sebanyak 492 dari 41 Fakultas Kedokteran di Indonesia
mengikuti penelitian ini dengan mengisi kuesioner online yang telah melalui uji validitas
dan realibilitas. Jawaban responden dihitung dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Tingkat literasi genetik dibagi dalam dua kategori yaitu tingkat literasi genetik baik (>50%
benar) dan kurang baik (<50% benar). Sikap pemanfaatan terapi gen dibagi dalam dua
kategori yaitu menyetujui dan kurang menyetujui. Pembagian kategori sikap pemanfaatan
terapi gen berdasarkan nilai median (36,00) yang diperoleh dari total skor 492 responden
yang dihitung berdasarkan nilai dari skala Likert. Hasil analisis menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara nilai tingkat literasi genetik dengan sikap pemanfaatan terapi gen
p>0,05. Terdapat 24,6% mahasiswa yang memiliki tingkat literasi genetik yang baik dan
terdapat 53,5% mahasiswa yang menyetujui pemanfaatan terapi gen. Tidak ada hubungan
antara tingkat literasi genetik dengan sikap pemanfaatan terapi gen pada mahasiswa
kedokteran umum di Indonesia.

Kata kunci: Tingkat literasi genetik, terapi gen, mahasiswa kedokteran umum
1

PENDAHULUAN
Kemajuan dalam penelitian genetika mengungkapkan banyak kaitan antara gen
manusia dengan banyak penyakit. Hal ini menyebabkan adanya pendekatan baru untuk
pencegahan dan penyembuhan penyakit. Kemajuan penelitian genetika tidak lagi hanya
berfokus terhadap penyakit dengan gangguan single gene seperti penyakit
phenylketonuria, tetapi juga mengarah kepada penyakit-penyakit kronis seperti kanker
payudara dan infark miokard yang juga diawali oleh kerusakan gen pada sel-sel penyusun
jaringannya (Petrucelli, et al., 2013).
Dengan adanya kemajuan tersebut, kebutuhan peningkatan literasi genetik menjadi
penting. Literasi genetik didefinisikan sebagai pengetahuan yang cukup dan pemahaman
tentang prinsip-prinsip genetik. Pengetahuan ini berguna untuk membuat keputusan yang
menopang partisipasi efektif pada keputusan sosial tentang masalah genetik (Goltz et al.,
2016).
Salah satu kemajuan dari teknologi genetik saat ini adalah terapi gen. Terapi gen
dapat kita definisikan secara luas sebagai perlakuan transfer materi genetik yang bertujuan
untuk menyembuhkan penyakit atau minimal memperbaiki kondisi klinis dari seorang
pasien. Dengan diselipkannya materi genetik yang baru kepada sel tertentu, diharapkan
akan terjadi perubahan terhadap kondisi dari sel-sel tersebut (Patil, et al., 2012).
Terapi gen menjadi harapan baru dalam dunia medis terutama untuk penyakit-
penyakit yang dengan prognosis buruk dan sulit disembuhkan. Uji klinis yang
membuktikan terapi gen bisa memberi hasil yang baik pada terapi kanker (Tani, et al.,
2011).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat literasi genetik
dengan sikap pemanfaatan terapi gen pada mahasiswa kedokteran umum di Indonesia.
Hipotesis penelitian ini berupa adanya hubungan tingkat literasi genetik dengan sikap
pemanfaatan terapi gen pada mahasiswa kedokteran umum di Indonesi. Penelitian lain
menyebutkan individu yang memiliki pengetahuan kurang dapat mengembangkan sikap
yang kurang baik terhadap penerapan genetika (Halverson, et.al., 2010).

METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional.
2

Subjek Penelitian
Jumlah subjek penelitian sebanyak 492 orang. Metode cluster sampling dalam
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan cakupan wilayah. Seluruh universitas anggota
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) dengan prodi pendidikan dokter
dilakukan pendataan dan diperoleh sebanyak 70 universitas. Universitas-universitas
tersebut dikelompokkan menjadi 4 cluster berdasarkan wilayah kerja ISMKI, dan masing-
masing wilayah terdiri atas minimal 97 orang sampel agar jumlah sampel minimal
terpenuhi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah mahasiswa masih terdaftar aktif dan
bersedia menjadi responden penelitian, sedangkan kriteria ekslusi penelitian ini adalah
mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
Pengambilan Data
Data penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur tingkat literasi genetik dan
kuesioner sikap pemanfaatan terapi gen. Kuesioner diperoleh dari jurnal-jurnal penelitian
yang berbahasa Inggris telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner dilakukan
uji coba yang diikuti oleh 43 oresponden secara online.
Hasil uji validitas menyatakan bahwa 15 soal yang telah dibuat oleh peneliti untuk
kuesioner tingkat literasi genetik, terdapat 6 soal tidak valid dan 9 soal valid. Soal-soal
yang tidak valid dilakukan perbaikan dan pembuatan soal baru. Perhitungan realibilitas
dengan menggunakan bantuan SPSS memperoleh hasil nilai reliabilitas untuk kuesioner
tingkat literasi genetik adalah 0,610 yang bermakna kuesioner memiliki reliabilitas
moderat. Berdasarkan tabel perhitungan nilai realibilitas untuk kuesioner sikap
pemanfaatan terapi gen, diperoleh nilai 0,777 yang bermakna kuesioner tersebut memiliki
reliabilitas tinggi.
Analisis Data
Analisis data menggunakan program komputer. Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran distribusi dan frekuensi dari tiap variabel dan tiap kelompok
sampel. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dengan bantuan
SPSS untuk melihat adanya hubungan tingkat literasi genetik dengan sikap pemanfaatan
terapi gen pada mahasiswa kedokteran umum di Indonesia.
3

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian


Parameter Frekuensi Persentase (%)
N=492
Jenis Kelamin
Pria 180 36,59
Wanita 312 63,41
Agama
Islam 447 90,85
Protestan 16 3,25
Katolik 12 2,44
Buddha 15 3,04
Hindu 2 0,41
Konghucu 0 0
Status Pendidikan
Mahasiswa Preklinik 381 77,44
Mahasiswa Klinik 111 22,56
Asal Universitas*
Wilayah I 101 20,53
Wilayah II 104 21,14
Wilayah III 157 31,91
Wilayah IV 130 26,42
Penyakit pada Keluarga Respnden
Kanker 62 12,6%
Diabetes Melitus 216 43,90%
Hipertensi 282 57,31%
Alergi 175 35,56%
Tekanan Mental 18 36,59%
Schizophrenia 7 14,22%
Tidak satupun 71 14,43%
Ketertarikan akan Berita dan Hal-Hal dalam bidang Teknologi Sains
Sangat tertarik 258 52,44
Agak tertarik 187 38,01
Tidak terlalu tertarik 40 8,13
Tidak tertarik 3 0,61
Antara tertarik atau tidak tertarik 2 0,41
Tidak yakin 2 0,41
*Wilayah I : Sumatera, Wilayah II : Jawa Barat, Jakarta, Kalimantan Barat, Wilayah III : Jawa
Tengah, Yogyakarta, Kalimantan (Timur, Tengah, Selatan), Wilayah IV : Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua.
Berdasarkan tabel 1, didapatkan data wanita lebih banyak menjadi responden dalam
penelitian ini (63,41%) dibandingkan dengan pria (36,59%). Mahasiswa yang beragama
Islam memiliki dominasi sebagai responden penelitian (90,85%). Mahasiswa preklinik
lebih banyak (77,44%) menjadi responden daripada mahasiswa klinik (22,56%). Jika
melihat asal universitas, responden paling banyak berasal dari wilayah III (31,91%), yaitu
kawasan Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan
4

Kalimantan Selatan. Berdasarkan riwayat penyakit yang diturunkan secara genetik dari
keluarga responden, terdapat 421 responden (85,57%) memiliki keluarga dengan penyakit
tersebut. Tampak pada tabel di atas, sebagian besar responden (52,44%) menyatakan
sangat tertarik terhadap berita dan hal-hal dalam bidang teknologi sains.

Tabel 2. Tingkat Literasi Genetik Responden


Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Frekuensi Presentase %
Baik 19 21 46 35 121 24,59
Kurang 82 83 111 95 371 75,41
Total 101 104 157 130 492 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 492 responden yang merupakan mahasiswa


kedokteran umum di Indonesia, hanya 121 orang (24,59%) yang memiliki tingkat literasi
genetik yang baik.

Tabel 3. Sikap Pemanfaatan Terapi Gen berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Sikap Pemanfataan Terapi Gen Total


Kurang Menyetujui Menyetujui
Laki-laki 85 (47,22%) 95 (52,28%) 180
Perempuan 144 (46,15%) 168 (53,85%) 312
Total 229 (46,54%) 263 (53,45%) 492
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 180 laki-laki yang menjadi responden penelitian
ini, ada 85 (47,22%) responden laki-laki yang kurang menyetujui pemafaatan terapi gen,
sedangkan ada 95 (52,28%) responden laki-laki yang setuju dengan pemanfaatan terapi
gen. Dari 312 orang perempuan menjadi responden penelitian ini, ada 144 (46,15%)
responden perempuan yang kurang menyetujui pemafaatan terapi gen, sedangkan ada 168
(53,85% ) responden perempuan yang setuju dengan pemanfaatan terapi gen.
Tabel 4. Sikap Pemanfaatan Terapi Gen berdasarkan Agama

Agama Sikap Pemanfataan Terapi Gen Total


Kurang Menyetujui Menyetujui
Islam 216 (48,33%) 231 (51,67%) 447
Katolik 3 (25%) 9 (75%) 12
Protestan 5 (31,25%) 11 (68,75%) 16
Hindu 1(50%) 1 (50%) 2
Buddha 4 (26,67) 11 (73,33) 16
Konghuchu 0 0 0
Sebanyak 231 (51,67%) responden yang beragama Islam menyetujui pemanfaatan
terapi gen. Ada 216 (48,33%) kurang menyetujui pemanfaatan terapi gen (Tabel 4).
5

Tabel 4. Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square


Tingkat Sikap Total x2 p value
Literasi Kurang
Menyetujui
Genetik Menyetujui
Kurang 175 196 371 0,237 0,626
(35,56%) (39,84) (75,41%)
Baik 54 67 121
(10,97%) (13,6%) (24,59%)
Total 229 (46,5%) 263 (53,5%) 492
(100%)
Tabel 4 menunjukkan, dari 371 responden yang memiliki tingkat literasi genetik
yang kurang baik, terdapat 145 responden (35,6%) kurang menyetujui pemanfaatan terapi
gen dan ada sebanyak 196 responden (39,8%) yang menyetujui pemanfaatan terapi gen .
Untuk 121 responden yang memiliki tingkat literasi genetik yang baik, ada 54 responden
(11%) yang kurang menyetujui pemanfaatan terapi gen dan ada 67 responden yang
menyetujui pemanfaatan terapi gen.
Nilai signifikansi uji Chi Square pada penelitian ini sebesar 0,626 (p > 0,05).
Oleh karena itu, H0 penelitian diterima dan H1 penelitian ditolak. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat literasi genetik dengan sikap
pemanfaatan terapi gen pada mahasiswa kedokteran umum di Indonesia.

Pembahasan
1. Gambaran Tingkat Literasi Genetik pada Mahasiswa Kedokteran Umum di
Indonesia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data responden


mahasiswa kedokteran yang bisa menjawab dengan benar lebih dari 8 soal di antara
15 soal untuk menilai tingkat literasi genetika adalah sebesar 24,6%. Artinya, hanya
24,6% mahasiswa kedokteran umum yang memiliki tingkat literasi genetik yang
baik.
Hal yang berbeda terdapat di negara Turki yang melakukan penelitian yang
mengukur literasi genetik pre-service teacher, dengan kuesioner Genetics Literacy
Assessment Inventory (GLAI), responden yang mampu menjawab dengan tepat
pertanyaan yang berkaitan dengan sains dan metode ilmiah (68%) dalam genetika
dan masyarakat dimensi, persamaan morfologi dan perbedaan populasi sebagai
bukti evolusi (67,2%), biologis dasar pewarisan Mendelian (63,7%) dan meiosis
(61,5%) sifat dimensi bahan genetik (Cebesoy dan Tekkaya, 2012).
6

Sebuah survei tingkat literasi genetik juga dilakukan terhadap orang-orang


dewasa Spanish yang tinggal di Amerika Latin. Dengan kuesioner Rapid Estimate
of Adult Literacy in Genetics (REAL-G) didapatkan rata-rata responden bisa
menjawab 52,5% pertanyaan dengan benar (Rodriguez, et.al., 2015).
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, tingkat literasi genetik di
negara Indonesia, terkhusus pada mahasiswa kedokteran umum, lebih rendah
dibandingkan dengan negara lain. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat literasi genetik tersebut.
Kurangnya ketertarikan kepada genetika menjadi salah satu faktor yang dapat
menjadi mempengatuhi tingkat literasi genetik. Seseorang yang tidak memiliki
ketertarikan terhadap genetik akan cenderung memiliki motivasi yang kurang dalam
mengetahui dan memahami genetik sehingga memiliki tingkat literasi yang kurang
baik (Duckworth, et al., 2011; Thompson, 2011).
Kurangnya materi pendidikan mengenai genetik juga menjadi salah satu
faktor yang menentukan literasi genetik seseorang. Kekurangan itu berupa jumlah
dan tipe konten genetik pada kurikulum pendidikan kesehatan serta pengetahuan
yang berhubungan dengan genetik dan keterampilan dari petugas kesehatan
profesional lainnya saat mereka masuk ke praktik klinik (Kaye & Korf, 2013).
Kurikulum kedokteran di Indonesia juga memberikan porsi yang sedikit
terhadap materi genetik. Mahasiswa kedokteran lebih difokuskan kepada materi-
materi yang bersifat klinis. Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012
menunjukkan materi yang berhubungan dengan genetik memiliki tingkat
kompetensi 2 pada penyakit yaitu spina bifida dan standar kompetensi 1 pada
penyakit fenilketonuria (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman merupakan salah satu
fakultas kedokteran yang memiliki akreditasi A di Indonesia. Persentase materi
genetika dengan total seluruh materi pada kurikulum preklinik di FK Unsoed hanya
sebesar 2,9% (Surat Keputusan Dekan FK Unsoed, 2017).
Hal tersebut menyebabkan mahasiswa kedokteran akan memfokuskan
studinya ke penyakit-penyakit yang memiliki standar kompetensi 3 dan 4. Penyakit
dengan tingkat kompetensi 1 dan 2 akan cenderung tidak dipelajari oleh mahasiswa
kedokteran dengan baik dengan alasan bukan menjadi kompetensi mereka sebagai
dokter umum nantinya. Mahasiswa kedokteran tidak terfokus dengan materi-materi
dasar termasuk materi genetika. Materi genetika akan menempati prioritas kesekian
7

dari mahasiswa kedokteran sehingga mahasiswa kedokteran hanya 24,9%


mahasiswa kedokteran yang memiliki tingkat literasi genetik yang baik.
2. Hubungan Tingkat Literasi Genetik dengan Sikap Pemanfaatan Terapi Gen
pada Mahasiswa Kedokteran Umum di Indonesia
Dari hasil uji hipotesis pada penelitian ini, didapatkan hasil tidak ada
hubungan antara tingkat literasi genetik dengan sikap pemanfaatan terapi gen pada
mahasiswa kedokteran umum di Indonesia. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
di Jepang yang menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
terhadap isu-isu genetika. Penelitian tersebut mendapatkan ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi sikap individu seperti gender atau tingkat pendidikan
(Ishiyama, et al., 2012).
Jenis kelamin berpengaruh dalam pengambilan sikap terhadap terapi gen.
Perempuan secara signifikan menyetujui penggunaan terapi gen yang digunakan
untuk anak-anak dengan penyakit genetik yang diturunkan dan penggunaan terapi
gen pada germline cell (Wang et.al., 2017).
Penelitian ini melibatkan 318 (64,63%) responden dengan jenis kelamin
perempuan dari 492 responden. Dari 318 perempuan, ada 168 (53,85%) responden
perempuan yang menyetujui pemanfaatan terapi gen dan ada 144 (46,15%)
responden perempuan yang kurang menyetujui pemafaatan terapi gen. Aplikasi
pemafaatan terapi gen pada germline cell dengan tujuan penurunan risiko penyakit
pada seseorang dan keturunannya disetujui oleh 369 (74,9%) responden yang
mayoritas didominasi oleh perempuan (Tabel 4.8). Perempuan akan cenderung
menyetujui pemanfaatan terapi gen jika dikaitkan dengan pencegahan penyakit pada
keturunannya karena perempuan memiliki naluri keibuan yang lebih kuat untuk
menjaga anak-anaknya.
Latar belakang pendidikan dan tingkat pendidikan serta penghasilan
seseorang juga memiliki peran dalam menentukan sikap terhadap terapi gen (Wang
et.al., 2017). Penelitian ini mengambil responden yang memiliki latar belakang
pendidikan yang sama yaitu pada mahasiswa kedokteran umum. Lebih dari separuh
responden yang merupakan mahasiswa kedokteran umum (53,5%) menyetujui terapi
pemanfaatan terapi gen. Terapi gen menjadi harapan baru dalam dunia medis
terutama untuk penyakit-penyakit yang dengan prognosis buruk dan sulit
disembuhkan seperti kanker (Tani, et al., 2011).
8

Kecenderungan responden untuk menyetujui penggunaan terapi gen


didasarkan pada nilai yang ada dari terapi gen. Hal ini sejalan dengan penelitian dari
Christenson, et al., (2012), dengan terdapat 67% responden menggunakan aspek
nilai dari suatu keputusan dalam mendukung pilihan mereka dan hanya 40% yang
menggunakan pengetahuan sainsnya dalam mendukung pilihan mereka.
Responden penelitian ini cenderung menyetujui penggunaan terapi gen untuk
pengobatan seperti pengobatan jantung koroner, kanker, dan penyakit lainnya. Di
sisi lain, penggunaan terapi gen yang ditujukan untuk kepentingan nonterapieutik
seperti menambah tinggi badan cenderung kurang disetujui oleh responden. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Turki pada pre-service teacher yang
menunjukkan kecenderungan jawaban yang sama (Cebesoy, et al., 2012).
Agama juga memiliki peran yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
pemanfaatan terapi gen. Seseorang yang memiliki pandangan agama yang
konservatif cenderung untuk menolak terapi gen (Wang et.al., 2017). Responden
pada penelitian ini didominasi oleh mahasiswa kedokteran yang beragama Islam
yakni sebanyak 447 responden 90,85%. Sebanyak 231 (51,67%) responden yang
beragama Islam menyetujui pemanfaatan terapi gen sedangkan sisanya 216
(48,33%) kurang menyetujui pemanfaatan terapi gen. Lebih banyak mahasiswa
kedokteran muslim yang menyetujui pemanfaatan terapi gen.
Hal ini dimungkinkan karena agama Islam memiliki pandangan yang dinamis
dan tidak kaku terhadap perkembangan pengetahuan termasuk ilmu genetik. Studi
Islam terbaru memiliki persepsi yang berbeda. Dalam sebuah studi yang mencoba
mengaitkan perkembangan ilmu genetik dengan Al-Qur’an dan hadist, didapatkan
hasil bahwa ada kesesuaian dan kaitan antara satu sama lain. Beberapa kandungan
Al-Qur’an dan hadist yang sudah ada sejak 1400 tahun sesuai dengan penemuan-
penemuan genetik yang ada saat ini (Ghareeb, 2011)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak terdapat hubungan tingkat literasi genetik
dengan sikap pemanfaatan terapi gen. Peneliti menemukan banyak faktor lain yang
memiliki pengaruh terhadap pengambilan sikap seseorang terhadap pemanfaatan terapi
gen. Faktor-faktor tersebut di antaranya agama, karakteristik sosiodemografi, dan latar
belakang pendidikan. Responden yang merupakan mahasiswa kedokteran umum yang
mengetahui fungsi dan manfaat dari terapi gen akan cenderung menyetujui pemanfaatan
9

terapi gen meskipun mereka tidak memiliki pemamahan yang cukup baik mengenai teori-
teori genetika.

DAFTAR PUSTAKA
Cebesoy, UB. & Tekkaya, C, 2012. Social and Behavioral Sciences. Elsevier. 31: 56 – 60.

Christenson, N., Rundgren, S. N. C., & Höglund, H. O. 2012. Using The SEE-SEP Model to
Analyze Upper Secondary Students’ Use of Supporting Reasons n Arguing Socioscientific
Issues. Journal of Science Education and Technology, 21(3), 342-352.
Duckworth, A. L., Quinn, P.D., Lynam, D.R., Loeber R, and Stouthamer-Loeberd, M. 2011. Role
of Test Motivation in Intelligence Testing. Proceedings of the National Academy of Sciences
of the United States of America 108 (19): 7716–7720.

Ghareeb, B. 2011. Human Genetics and Islam: Scientific and Medical Aspects. The Journal of
the Islamic Medical Association of North America, 43 : 83-90.
Goltz, H. H., Bergman, M. and Goodson, P. 2016. Explanatory Models of Genetics and Genetic
Risk among a Selected Group of Students. Front Public Health. 4: 111.

Halverson, K. L., Siegel, M. A., & Freyermuth, S. K. (2009). Lenses For Framing Decisions:
Undergraduates’ Decision Making About Stem Cell Research. International Journal of
Science Education, 31(9), 1249–1268.

Ishiyama, I., Tanzawa, T., Watanabe, M., Maeda, T., Muto, K., Tamakoshi, A., et al., 2012. Public
Attitudes To The Promotion Of Genomic Crop Studies In Japan: Correlations Between
Genomic Literacy, Trust, and Favourable Attitude. Public Understanding of Science, 21(4),
495–512.

Kaye, C. & Korf B. 2013. Genetic literacy and Competency. Pediatrics Journal, 132 (3): 224-230.

Konsil Kedokteran Indonesia (Ed.). (2012). Perkonsil No.11 Tahun 2012 : Standar Kompetensi
Dokter Indonesia 2012. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Patil, P. M., Chaudhari, P.D., Megha S., and Duragakar, N.J. 2012. Review Article on Gene
Therapy. International Journal of Genetics. 4 (1): 74-79.

Petrucelli, N., Daly, M. B., and Feldman, G. L. 2013. BRCA1 and BRCA2 Hereditary Breast and
Ovarian Cancer. National Center for Biotechnology Information.

Rodríguez, S. A., Roter, D. L., Castillo-Salgado, C., Hooker, G. W., & Erby, L. H. (2015).
Translation and validation of a Spanish-language genetic health literacy screening
tool. Health Psychology, 34(2), 120-129.

Tani, J., B. Faustine, and Jomiany Tani Sufian. 2011. Updates on current advances in gene
therapy. West Indian Medical Journal. 60 (2): 188-194.

Thompson, R. and Bolin, G. 2011. Indicators of Success in STEM Majors: A Cohort Study.
Journal of College Admission. 212: 18-24.

Wang, J., Rong W., Jia H. L, Tiara W. U. Iao, X., Hu, Y., et al., 2017. Public Attitudes toward
Gene Therapy in China, 6: 40–42.

You might also like