Professional Documents
Culture Documents
4344 8343 2 PB
4344 8343 2 PB
4344 8343 2 PB
Keywords: ABSTRACT: Astaxanthin is a group of fat-soluble xanthophyll carotenoid found in many microorganisms
astaxanthin; and marine animals. The problem that exists in its use as active compound of antioxidants is due
xanthophyll to lipophilicity and poor stability in the gastrointestinal tract thereby making low bioavailability. In
carotenoid; this research offers the nanotechnology to develop astaxanthin nanoemulsion which is intended to
bioavailability; self improve the stability in the dosage form and also further developing new delivery paths in the use of
nanoemulsion. antioxidants through transdermal delivery route so it has the optimal deliveries. In this research will be
made nanoemulsion astaxanthin formulation to produce good physical and chemical characteristics.
Nanoemulsion were prepared by using the self-nanoemulsifying (SNE) method. Optimizations of
formula were performed ranging from oil phase screening, surfactant type screening, and optimization
of ratio of oil phase : surfactant : co-surfactant. Characterization of nanoemulsion were carried out
by physical characterizations including globul size and polydispersity index, zeta potential, visual
appearance, and globul morphology. Chemical Characterization included the entrapment efficiency
test. The results showed that the nanoemulsion Astaxanthin has a 10-20 nm globul size (with normal
size distribution curve), the polydispersity index value is less than 0.5, the zeta potential is greater than
(-20) mV, the entrapment efficiency is between 80-87%, and has spherical globules form.
Kata Kunci: ABSTRAK: Astaxanthin merupakan kelompok karotenoid xantofil larut lemak yang banyak ditemukan
astaxanthin; pada berbagai mikroorganisme dan hewan laut. Permasalahan yang terdapat di dalam pengunaannya
karotenoid xantofil; sebagai bahan aktif sumber antioksidan adalah karena lipofilisitasnya dan stabilitas astaxanthin yang
bioavailabilitas; rendah di dalam saluran cerna sehingga membuat ketersediaan hayati yang rendah. Di dalam penelitian
nanoemulsi spontan. ini menawarkan teknologi nano untuk mengembangkan nanoemulsi astaxanthin yang ditujukan untuk
meningkatkan stabilitas astaxanthin di dalam sediaan dan juga kedepannya untuk mengembangkan jalur
penghantaran baru dalam pemakaian antioksidan yakni melalui rute transdermal sehingga ditujukan
agar penggunaan astaxanthin dapat optimal. Di dalam penelitian ini akan dibuat formulasi nanoemulsi
astaxanthin untuk menghasilkan karakteristik fisik dan kimia yang baik. Nanoemulsi dibuat dengan
Access this article menggunakan metode Nanoemulsi spontan (SNE). Dilakukan optimasi formula mulai dari skrining fase
DOI: 10.29208/jsfk.2017.4.1.168
minyak, skrining jenis surfaktan, dan optimasi rasio fase minyak:surfaktan:kosurfaktan. Karakterisasi
nanoemulsi berupa karakterisasi secara fisik meliputi ukuran globul dan indeks polidispersitas,
potensial zeta, tampilan visual, dan morfologi globul. Karakterisasi secara kimia meliputi uji efisiensi
penjeratan. Hasil penelitian menunjukkan nanoemulsi Astaxanthin yang dikembangkan memiliki
ukuran globul 10-20 nm (dengan kurva distribusi ukuran globul normal), nilai indeks polidispersitas
kurang dari 0.5, potensial zeta lebih besar dari (-20) mV, dan efisiensi penjeratan berkisar antara 80-
87% serta morfologi globul yang berbentuk sferis.
36 P R O O F R E A D I N G V E R S I O N
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.
Senyawa karotenoid dihubungkan dengan teknologi dengan membuat SNE astaxanthin sebagai
sejumlah manfaat-manfaat bagi kesehatan tubuh, dan teknik penghantaran obat yang baru belum banyak peneliti
studi epidemiologi menunjukan adanya hubungan terbalik yang membuatnya.
diantara penyakit kardiovaskular dan kanker yang terjadi Dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu sediaan
dengan kebiasaan konsumsi jumlah tinggi karotenoid yang dari Astaxanthin alami dari Haematococcus pluvialis
terkandung di dalam makanan, seperti buah dan sayuran. yang berbasis sistem nanoemulsi dengan tujuan untuk
Mekanisme biologi dari senyawa karotenoid dalam studi ini meningkatkan efektifitasnya sebagai superantioksidan
masih belum jelas, namun terlepas dari aktivitas provitamin alami. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan
A, karotenoid menunjukan karakteristik antioksidan yang untuk mengembangkan sediaan nanoemulsi Astaxanthin
dapat mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan yang kedepannya akan dikembangkan lebih lanjut
memodulasi ekspresi gen dan respon imun [3,4]. untuk pembuatan sediaan rute transdermal sebagai rute
Untuk lebih mengerti potensi dari keuntungan penghantaran obat baru.
terhadap konsumsi tinggi karotenoid di dalam makanan,
atau sebagai suplemen makanan, terdapat studi terbaru METODE PENELITIAN
mengenai absorpsi, distribusi, dan metabolisme berbagai
macam karotenoid terhadap subjek manusia [5]. Bahan
Bagaimanapun juga tidak banyak informasi mengenai Bahan yang digunakan adalah Astaxanthin
profil farmakokinetik dari Astaxanthin di dalam manusia. (Astareal®L10, Fuji Chemical Industries, Japan), Minyak
Ketersediaan hayati dari beberapa karotenoid, yang bersifat bunga matahari (Jan Dekker International, Netherland),
sangat lipofil, adalah rendah. Nilainya bervariasi mulai Minyak zaitun, Minyak VCO, Polysorbate 80 (Tween®80,
dari kurang dari 10% dari sayuran-sayuran mentah hingga Merck), Cremophor RH40 (Kolliphor®RH40, BASF),
lebih dari 50% di dalam sediaan mengandung minyak. Poloxamer 188 (Lutrol®F68, BASF), Poloxamer 407
Keterbatasan dalam hal disolusi di cairan gastrointestinal (Lutrol®F127, BASF), PEG 400 (Kollisolv, BASF),
merupakan salah satu penyebab nilai ketersediaan hayati Propilen glikol (BASF), Aqua Deion.
yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan keterbatasan
absorpsi senyawa ini adalah kejenuhan karotenoid untuk Penyiapan SNE (Self-Nano Emulsion)
masuk ke dalam misel yang terbentuk oleh cairan empedu Pembuatan SNE dilakukan dengan melakukan
di saluran cerna pada dosis tinggi [6]. Peningkatan skrining fase minyak terlebih dahulu sebagai basis minyak
ketersediaan hayati dari karotenoid setelah pemberian untuk melarutkan Astaxanthin. Kemudian dilakukan
bersama dengan lemak diakibatkan karena konjugasi optimasi campuran minyak dengan surfaktan dan
karotenoid ke dalam misel dari bile salt. Faktor lain yang kosurfaktan untuk mendapatkan campuran yang paling
menyebabkan ketersediaan hayati astaxanthin yang rendah optimal untuk mendapatkan SNE dengan karakteristik
adalah karena degradasi eliminasi astaxanthin di dalam yang baik. Setelah didapatkan campuran yang optimum,
saluran cerna dan kemungkinan astaxanthin mengalami first maka untuk membuat SNE, Astaxanthin ditambahkan
pass metabolism. Sebuah studi mengenai farmakokinetik ke dalam campuran dan disonikasi. Nanoemulsi akan
dan adanya mekanisme degradasi via first pass metabolism terbentuk secara spontan dengan penambahan air dan
menyatakan bahwa rasio ekstraksi eliminasi astaxanthin pengadukan ringan.
oleh hepatik dan gastrointestinal masing-masing 0,490 dan
0,901. Nilai rasio ekstraksi eliminasi berkisar antara 0 dan Skrining Fase Minyak
1 dimana nilai rasio mendekati 1 menunjukkan bahwa obat Kelarutan Astaxanthin di dalam 3 jenis minyak yang
tereliminasi oleh organ yang dimaksud [7]. digunakan, antara lain adalah Minyak Bunga Matahari,
Bagaimanapun telah banyak formulasi dan teknologi Minyak VCO, dan Minyak Zaitun ditentukan dengan
yang digunakan untuk meningkatkan ketersediaan hayati mencampurkan sejumlah Astaxanthin di dalam masing-
dari Astaxanthin seperti formulasi dengan menggunakan masing fase minyak hingga didapat rentang konsentrasi
lemak (lipid based formulation) mulai dari penggunaan Astaxanthin 5-150 mg/L. Campuran tersebut dicampur
minyak trigliserida murni hingga campuran gliserida, selama 24 jam dengan menggunakan pengaduk magnetik
surfaktan lipofilik, dan surfaktan hidrofilik [8]. Sebuah untuk mencapai kesetimbangan. Sampel kemudian di
studi telah berhasil meningkatkan ketersediaan hayati sentrifuga selama 3000 rpm, 15 menit. Cairan supernatan
oral dari Astaxanthin dengan menggunakan teknologi diambil dan difilter menggunakan membran 0.45 µm.
penurunan droplet emulsi yang dibentuk [9]. Namun Konsentrasi Astaxanthin ditentukan dengan menggunakan
P R O O F R E A D I N G
Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 04 No. 01 | Nove m be r 2 0 1 7 V E R S I O N 37
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.
38 P R O O F R E A DJur nal
I SaNi ns FarGm as i & KVl i ni s |EVo l . R0 4 N oS. 0 1 |I N oveOm beN
r 2017
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.
Campuran ke- Fase Minyak Jenis Surfaktan Konsentrasi Minyak (dalam 15% larutan surfaktan) (µL/mL)
P R O O F R E A D I N G
Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 04 No. 01 | Nove m be r 2 0 1 7 V E R S I O N 39
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.
Tabel 3. Hasil evaluasi fisik optimasi campuran astaxanthin terbentuknya nanoemulsi adalah pemerian campurannya
dalam SNE yang jernih transparan karena dispersi globul minyak
dengan obat yang homogen dan berukuran nano di dalam
Campuran A Campuran B Campuran C
larutan.
Diameter Globul (nm) 14,17 18,36 17,67 Dari 3 campuran hasil optimasi diatas, menghasilkan
D10 7,67 11,60 10,20 ukuran globul berkisar 10-20 nm (dengan kurva distribusi
normal), nilai indeks polidispersitas berkisar 0.04-0.20,
D50 10,80 15,70 14,40
dan potensial zeta berkisar (-17)–(-5) mV (Tabel 3 &
D90 16,30 22,80 21,70
Gambar 2). Indeks polidispersitas dari sistem nanoemulsi
Indeks Polidispersitas 0,209 0,043 0,078 menggambarkan distribusi ukuran globul. Nilai indeks
Potensial Zeta (mV) -16,90 -5,62 -5,38 tersebut berada pada rentang nilai antara 0 (distribusi
Efisiensi Penjeratan (%) 87,81 85,28 81,50
ukuran seragam) sampai 0,5 (distribusi ukuran lebar).
Indeks polidispersitas ini memberikan informasi mengenai
Keterangan :
Campuran A : Minyak Bunga Matahari:Tween80:Propilen Glikol (1:8:1) kestabilan fisik suatu sistem dispersi. Nilai indeks
Campuran B : Minyak Bunga Matahari:Lutrol F127:Propilen Glikol (1:1:8)
Campuran C : Minyak Bunga Matahari:Kolliphor RH40:PEG 400 (1:8:1) polidispersitas yang rendah menunjukkan bahwa sistem
g2
Gambar 2. Kurva distribusi ukuran globul nanoemulsi astaxanthin. (Baris 1) minyak bunga matahari : Tween
80 : propilen glikol (1:8:1); (Baris 2) Minyak bunga matahari : Lutrol F127 : propilen glikol (1:1:8); (Baris 3)
Minyak bunga matahari:Kolliphor RH40 : PEG 400 (1:8:1).
40 P R O O F R E A DJur nal
I SaNi ns FarGm as i & KVl i ni s |EVo l . R0 4 N oS. 0 1 |I N oveOm beN
r 2017
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.
g3
dispersi yang terbentuk bersifat lebih stabil untuk jangka stabil secara sterik [14]. Nanoemulsi Astaxanthin dengan
panjang [14]. nilai potensial zeta antara (-17)-(-5) mV (mendekati 0
Potensial zeta dari suatu nanoemulsi digunakan untuk mV) distabilkan secara sterik oleh adanya rantai polimer
mengkarakterisasi muatan permukaan. Nilai potensial surfaktan non-ionik dalam misel.
zeta dapat menunjukan kestabilan dari suatu sistem yang Efisiensi penjeratan zat aktif merupakan parameter
mengandung globul-globul terdispersi melalui adanya gaya yang penting dalam formulasi terkait dengan zat aktif yang
tolak-menolak antara partikel yang bermuatan sama ketika dapat terjerat dalam formula sediaan nanoemulsi. Nilai
berdekatan. Nilai potensial zeta yang lebih besar dari efisiensi penjeratan dari semua formula berada di sekitar
(+30) mV atau lebih kecil dari (-30) mV akan stabil secara ±80%. Hal ini menandakan penjeratan Astaxanthin dalam
elektrostatik, sedangkan nilai potensial zeta yang lebih globul nanoemulsi sudah cukup efisien (Tabel 3).
besar dari (+20) mV atau lebih kecil dari (-20) mV akan Pengamatan menggunakan TEM dilakukan untuk
P R O O F R E A D I N G
Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 04 No. 01 | Nove m be r 2 0 1 7 V E R S I O N 41
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.
mengkonfirmasi morfologi dan ukuran dari nanoemulsi [5] Zaripheh, S., & Erdman, J. W. (2002). Factors that influence the
yang dibuat. Hasil analisis TEM menunjukkan bahwa bioavailablity of xanthophylls. The Journal of Nutrition, 132(3),
531S–534S.
globul nanoemulsi Astaxanthin memiliki ukuran kurang [6] Parker, R. S. (1996). Absorption, metabolism, and transport of
dari 20 nm dengan bentuk sferis (Gambar 3). carotenoids. The FASEB Journal, 10(5), 542–551.
[7] Choi, H. D., Kang, H. E., Yang, S. H., Lee, M. G., & Shin, W. G. (2011).
Pharmacokinetics and first-pass metabolism of astaxanthin in rats.
KESIMPULAN
British Journal of Nutrition, 105(2), 220–227.
[8] Pouton, C. W. (2000). Lipid formulations for oral administration of
Pembuatan sediaan Nanoemulsi Astaxanthin telah drugs: non-emulsifying, self-emulsifying and ‘self-microemulsifying’
berhasil dikembangkan dengan ukuran globul 10–20 nm drug delivery systems. European Journal of Pharmaceutical Sciences,
11, S93–S98.
(dengan kurva distribusi ukuran globul normal), nilai
[9] Affandi, M. M. R., Abdullah, A., Julianto, T., & Majeed, A. B. A. (2012).
indeks polidispersitas kurang dari 0,5, potensial zeta lebih Development of Simple High Performance Liquid Chromatographic
besar dari (-20) mV, dan efisiensi penjeratan berkisar antara Method for the Determination of Astaxanthin in Human Plasma.
80–87% serta morfologi globul yang berbentuk sferis. Food Science and Technology Research, 18(1), 107–113.
[10] Gursoy, R. N., & Benita, S. (2004). Self-emulsifying drug delivery
systems (SEDDS) for improved oral delivery of lipophilic drugs.
Biomedicine & Pharmacotherapy, 58(3), 173–182.
REFERENSI [11] Rao, S. V. R., & Shao, J. (2008). Self-nanoemulsifying drug delivery
systems (SNEDDS) for oral delivery of protein drugs: I. Formulation
[1] Kurashige, M., Okimasu, E., Inoue, M., & Utsumi, K. (1990). development. International journal of pharmaceutics, 362(1), 2–9.
Inhibition of oxidative injury of biological membranes by astaxanthin. [12] Kyatanwar, A. U., Jadhav, K. R., & Kadam, V. J. (2010). Self micro-
Physiological chemistry and physics and medical NMR, 22(1), 27–38. emulsifying drug delivery system (SMEDDS). Journal of Pharmacy
[2] Clark, R. M., Yao, L., She, L., & Furr, H. C. (2000). A comparison of Research, 3(2), 75–83.
lycopene and astaxanthin absorption from corn oil and olive oil [13] Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Weller, P. J. (Eds.). (2006). Handbook of
emulsions. Lipids, 35(7), 803–806. pharmaceutical excipients (Vol. 6). London: Pharmaceutical Press.
[3] Rock, C. L. (1997). Carotenoids: biology and treatment. Pharmacology [14] Gao, L., Zhang, D., & Chen, M. (2008). Drug nanocrystals for the
& therapeutics, 75(3), 185–197. formulation of poorly soluble drugs and its application as a potential
[4] Paiva, S. A., & Russell, R. M. (1999). β-carotene and other carotenoids drug delivery system. Journal of Nanoparticle Research, 10(5), 845–
as antioxidants. Journal of the American College of Nutrition, 18(5), 862.
426–433.
Copyright © 2017 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
42 P R O O F R E A DJur nal
I SaNi ns FarGm as i & KVl i ni s |EVo l . R0 4 N oS. 0 1 |I N oveOm beN
r 2017