4344 8343 2 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jur n a l S a i ns Fa r m a s i & K l i ni s , 4 ( 2 ) , 3 0 - 3 6

Jurnal Sains Farmasi & Klinis


(p- ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435)

diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat


homepage: http://jsfkonline.org

Formulasi dan Karakterisasi SNE (Self Nanoemulsion) Astaxanthin


dari Haematococcus pluvialis sebagai Super Antioksidan Alami
(Formulation and characterization SNE (self nanoemulsion) of astaxanthin
from Haematococcus pluvialis as natural super antioxidant)

Lusi Nurdianti*, Ratih Aryani, & Indra


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya

Keywords: ABSTRACT: Astaxanthin is a group of fat-soluble xanthophyll carotenoid found in many microorganisms
astaxanthin; and marine animals. The problem that exists in its use as active compound of antioxidants is due
xanthophyll to lipophilicity and poor stability in the gastrointestinal tract thereby making low bioavailability. In
carotenoid; this research offers the nanotechnology to develop astaxanthin nanoemulsion which is intended to
bioavailability; self improve the stability in the dosage form and also further developing new delivery paths in the use of
nanoemulsion. antioxidants through transdermal delivery route so it has the optimal deliveries. In this research will be
made nanoemulsion astaxanthin formulation to produce good physical and chemical characteristics.
Nanoemulsion were prepared by using the self-nanoemulsifying (SNE) method. Optimizations of
formula were performed ranging from oil phase screening, surfactant type screening, and optimization
of ratio of oil phase : surfactant : co-surfactant. Characterization of nanoemulsion were carried out
by physical characterizations including globul size and polydispersity index, zeta potential, visual
appearance, and globul morphology. Chemical Characterization included the entrapment efficiency
test. The results showed that the nanoemulsion Astaxanthin has a 10-20 nm globul size (with normal
size distribution curve), the polydispersity index value is less than 0.5, the zeta potential is greater than
(-20) mV, the entrapment efficiency is between 80-87%, and has spherical globules form.

Kata Kunci: ABSTRAK: Astaxanthin merupakan kelompok karotenoid xantofil larut lemak yang banyak ditemukan
astaxanthin; pada berbagai mikroorganisme dan hewan laut. Permasalahan yang terdapat di dalam pengunaannya
karotenoid xantofil; sebagai bahan aktif sumber antioksidan adalah karena lipofilisitasnya dan stabilitas astaxanthin yang
bioavailabilitas; rendah di dalam saluran cerna sehingga membuat ketersediaan hayati yang rendah. Di dalam penelitian
nanoemulsi spontan. ini menawarkan teknologi nano untuk mengembangkan nanoemulsi astaxanthin yang ditujukan untuk
meningkatkan stabilitas astaxanthin di dalam sediaan dan juga kedepannya untuk mengembangkan jalur
penghantaran baru dalam pemakaian antioksidan yakni melalui rute transdermal sehingga ditujukan
agar penggunaan astaxanthin dapat optimal. Di dalam penelitian ini akan dibuat formulasi nanoemulsi
astaxanthin untuk menghasilkan karakteristik fisik dan kimia yang baik. Nanoemulsi dibuat dengan
Access this article menggunakan metode Nanoemulsi spontan (SNE). Dilakukan optimasi formula mulai dari skrining fase
DOI: 10.29208/jsfk.2017.4.1.168
minyak, skrining jenis surfaktan, dan optimasi rasio fase minyak:surfaktan:kosurfaktan. Karakterisasi
nanoemulsi berupa karakterisasi secara fisik meliputi ukuran globul dan indeks polidispersitas,
potensial zeta, tampilan visual, dan morfologi globul. Karakterisasi secara kimia meliputi uji efisiensi
penjeratan. Hasil penelitian menunjukkan nanoemulsi Astaxanthin yang dikembangkan memiliki
ukuran globul 10-20 nm (dengan kurva distribusi ukuran globul normal), nilai indeks polidispersitas
kurang dari 0.5, potensial zeta lebih besar dari (-20) mV, dan efisiensi penjeratan berkisar antara 80-
87% serta morfologi globul yang berbentuk sferis.

PENDAHULUAN tidak memiliki aktivitas seperti vitamin A dan merupakan


kelompok Xantofil (Xanthophylls). Astaxanthin
Astaxanthin merupakan karotenoid alami dengan merupakan pigmen larut lemak yang disintesis oleh
karakteristik antioksidan yang kuat (super antioksidan), tanaman-tanaman dan sebagian jenis alga [1,2].

*Corresponding Author: Lusi Nurdianti Article History:


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya, Received: 21 Aug 2017
Jalan Cilolohan 36 kode pos 46115, Tasikmalaya, Jawa Barat Accepted: 20 Oct 2017
Email: lusinurdianti83@gmail.com Published: 30 Nov 2017

36 P R O O F R E A D I N G V E R S I O N
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.

Senyawa karotenoid dihubungkan dengan teknologi dengan membuat SNE astaxanthin sebagai
sejumlah manfaat-manfaat bagi kesehatan tubuh, dan teknik penghantaran obat yang baru belum banyak peneliti
studi epidemiologi menunjukan adanya hubungan terbalik yang membuatnya.
diantara penyakit kardiovaskular dan kanker yang terjadi Dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu sediaan
dengan kebiasaan konsumsi jumlah tinggi karotenoid yang dari Astaxanthin alami dari Haematococcus pluvialis
terkandung di dalam makanan, seperti buah dan sayuran. yang berbasis sistem nanoemulsi dengan tujuan untuk
Mekanisme biologi dari senyawa karotenoid dalam studi ini meningkatkan efektifitasnya sebagai superantioksidan
masih belum jelas, namun terlepas dari aktivitas provitamin alami. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan
A, karotenoid menunjukan karakteristik antioksidan yang untuk mengembangkan sediaan nanoemulsi Astaxanthin
dapat mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan yang kedepannya akan dikembangkan lebih lanjut
memodulasi ekspresi gen dan respon imun [3,4]. untuk pembuatan sediaan rute transdermal sebagai rute
Untuk lebih mengerti potensi dari keuntungan penghantaran obat baru.
terhadap konsumsi tinggi karotenoid di dalam makanan,
atau sebagai suplemen makanan, terdapat studi terbaru METODE PENELITIAN
mengenai absorpsi, distribusi, dan metabolisme berbagai
macam karotenoid terhadap subjek manusia [5]. Bahan
Bagaimanapun juga tidak banyak informasi mengenai Bahan yang digunakan adalah Astaxanthin
profil farmakokinetik dari Astaxanthin di dalam manusia. (Astareal®L10, Fuji Chemical Industries, Japan), Minyak
Ketersediaan hayati dari beberapa karotenoid, yang bersifat bunga matahari (Jan Dekker International, Netherland),
sangat lipofil, adalah rendah. Nilainya bervariasi mulai Minyak zaitun, Minyak VCO, Polysorbate 80 (Tween®80,
dari kurang dari 10% dari sayuran-sayuran mentah hingga Merck), Cremophor RH40 (Kolliphor®RH40, BASF),
lebih dari 50% di dalam sediaan mengandung minyak. Poloxamer 188 (Lutrol®F68, BASF), Poloxamer 407
Keterbatasan dalam hal disolusi di cairan gastrointestinal (Lutrol®F127, BASF), PEG 400 (Kollisolv, BASF),
merupakan salah satu penyebab nilai ketersediaan hayati Propilen glikol (BASF), Aqua Deion.
yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan keterbatasan
absorpsi senyawa ini adalah kejenuhan karotenoid untuk Penyiapan SNE (Self-Nano Emulsion)
masuk ke dalam misel yang terbentuk oleh cairan empedu Pembuatan SNE dilakukan dengan melakukan
di saluran cerna pada dosis tinggi [6]. Peningkatan skrining fase minyak terlebih dahulu sebagai basis minyak
ketersediaan hayati dari karotenoid setelah pemberian untuk melarutkan Astaxanthin. Kemudian dilakukan
bersama dengan lemak diakibatkan karena konjugasi optimasi campuran minyak dengan surfaktan dan
karotenoid ke dalam misel dari bile salt. Faktor lain yang kosurfaktan untuk mendapatkan campuran yang paling
menyebabkan ketersediaan hayati astaxanthin yang rendah optimal untuk mendapatkan SNE dengan karakteristik
adalah karena degradasi eliminasi astaxanthin di dalam yang baik. Setelah didapatkan campuran yang optimum,
saluran cerna dan kemungkinan astaxanthin mengalami first maka untuk membuat SNE, Astaxanthin ditambahkan
pass metabolism. Sebuah studi mengenai farmakokinetik ke dalam campuran dan disonikasi. Nanoemulsi akan
dan adanya mekanisme degradasi via first pass metabolism terbentuk secara spontan dengan penambahan air dan
menyatakan bahwa rasio ekstraksi eliminasi astaxanthin pengadukan ringan.
oleh hepatik dan gastrointestinal masing-masing 0,490 dan
0,901. Nilai rasio ekstraksi eliminasi berkisar antara 0 dan Skrining Fase Minyak
1 dimana nilai rasio mendekati 1 menunjukkan bahwa obat Kelarutan Astaxanthin di dalam 3 jenis minyak yang
tereliminasi oleh organ yang dimaksud [7]. digunakan, antara lain adalah Minyak Bunga Matahari,
Bagaimanapun telah banyak formulasi dan teknologi Minyak VCO, dan Minyak Zaitun ditentukan dengan
yang digunakan untuk meningkatkan ketersediaan hayati mencampurkan sejumlah Astaxanthin di dalam masing-
dari Astaxanthin seperti formulasi dengan menggunakan masing fase minyak hingga didapat rentang konsentrasi
lemak (lipid based formulation) mulai dari penggunaan Astaxanthin 5-150 mg/L. Campuran tersebut dicampur
minyak trigliserida murni hingga campuran gliserida, selama 24 jam dengan menggunakan pengaduk magnetik
surfaktan lipofilik, dan surfaktan hidrofilik [8]. Sebuah untuk mencapai kesetimbangan. Sampel kemudian di
studi telah berhasil meningkatkan ketersediaan hayati sentrifuga selama 3000 rpm, 15 menit. Cairan supernatan
oral dari Astaxanthin dengan menggunakan teknologi diambil dan difilter menggunakan membran 0.45 µm.
penurunan droplet emulsi yang dibentuk [9]. Namun Konsentrasi Astaxanthin ditentukan dengan menggunakan

P R O O F R E A D I N G
Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 04 No. 01 | Nove m be r 2 0 1 7 V E R S I O N 37
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.

Spektrofotometer UV-Visibel (Genesys 10S) pada panjang HASIL DAN DISKUSI


gelombang maksimum 470 nm.
Nanoemulsi Astaxanthin dibuat dengan metode
Skrining Surfaktan nanoemulsifikasi spontan dimana campuran isotropik
Empat jenis surfaktan yang digunakan untuk dari minyak, surfaktan, dan obat akan secara spontan
membentuk SNE Astaxanthin diantaranya adalah Tween membentuk nanoemulsi (minyak dalam air) ketika
80, Kolliphor RH40, Lutrol F68, dan Lutrol F127. Di dalam bertemu dengan fase air pada kondisi agitasi yang ringan.
air, sebanyak 2.5 mL dari 15% (w/w) larutan surfaktan Campuran ini dapat membentuk suatu emulsi yang spontan
dan sebanyak 4 µL minyak dicampur menggunakan vortex jika perubahan entropi untuk sistem dispersi lebih besar
selama 1 menit. Jika terbentuk larutan jernih (satu fase), daripada energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan luas
kemudian tambahkan ulang fase minyak sejumlah yang permukaan dispersi. SNE juga memerlukan kosurfaktan
sama ke dalam sistem hingga didapat larutan yang berubah untuk memfasilitasi proses nanoemulsifikasi atau
menjadi sedikit keruh hingga keruh. meningkatkan penggabungan obat di dalam nanoemulsi
[10].
Optimasi Campuran Fase Minyak : Surfaktan : Kosurfaktan Nanoemulsi telah dikenal secara luas untuk
Kosurfaktan yang digunakan dalam optimasi adalah meningkatkan bioavailabilitas obat yang memiliki kelarutan
PEG 400 dan propilen glikol. Kombinasi dengan rasio yang rendah di dalam air. Mekanisme peningkatan
sebagai berikut antara minyak:surfaktan:kosurfaktan 1:1:1, bioavailabilitas meliputi peningkatan kelarutan obat,
1:2:1, 1:4:1, 1:6:1, 1:8:1, 1:1:8, 1:1:6, 1:1:4, 1:1:2 dibuat perlindungan obat terhadap enzim-enzim hidrolisis,
untuk menghasilkan larutan yang jernih. peningkatan luas permukaan spesifik globul, serta
perubahan permeabilitas yang diinduksi oleh surfaktan
Pembuatan Nanoemulsi Astaxanthin [11]. Proses nanoemulsifikasi spontan dipengaruhi
Pembuatan nanoemulsi diawali dengan pembuatan oleh sifat spesifik minyak, surfaktan, dan kosurfaktan,
SNE terlebih dahulu, yaitu dengan mencampurkan fase konsentrasi dan rasio minyak-surfaktan-kosurfaktan serta
minyak yang terpilih, surfaktan, dan kosurfaktan dengan suhu dimana terbentuk nanoemulsi spontan. Oleh karena
perbandingan yang terpilih. Kemudian sebanyak 10 mg itu, hanya kombinasi tertentu dari eksipien yang dapat
astaxanthin ditambahkan ke dalam SNE dan diaduk membentuk sistem nanoemulsi spontan [12].
dengan menggunakan pengaduk magnetik selama 30 Dalam penelitian, optimasi dilakukan terhadap
menit, kemudian disonikasi selama 1 jam. SNE yang telah campuran surfaktan, kosurfaktan, dan obat. Sebelum
mengandung astaxanthin dicampurkan dengan air deion dilakukan optimasi, skrining fase minyak dilakukan terlebih
sebagai fase luar dan diaduk ringan dengan pengaduk dahulu untuk menentukan minyak yang digunakan sebagai
magnetik. Terbentuknya nanoemulsi ditandai dengan basis dalam pembuatan SNE. Fase minyak yang digunakan
terbentuknya campuran yang transparan. adalah Minyak Bunga Matahari, Minyak VCO, dan Minyak
Zaitun. Dari hasil pengujian, didapat bahwa Minyak Bunga
Karakterisasi SNE Astaxanthin Matahari dapat melarutkan baik Astaxanthin hingga
Untuk mengkaji penggunaan obat off-label digunakan konsentrasi 100 mg/L minyak, sedangkan untuk kelarutan
literatur acuan berupa Drug Information Handbook Astaxanthin di dalam Minyak VCO dan Minyak Zaitun
2010, Pediatric Dosage Handbook 2009, British National berturut-turut hingga konsentrasi 20 mg/L dan 8 mg/L
Formulary Children 2015 dan IONI 2015. (Tabel 1).
Penentuan efisiensi penjeratan Astaxanthin dalam Selain skrining fase minyak, skrining jenis surfaktan
nanoemulsi berdasarkan perbedaan antara jumlah dilakukan untuk menentukan jenis surfaktan, sesuai
Astaxanthin yang digunakan dalam pembuatan nanoemulsi
dengan jumlah Astaxanthin yang terjerat dengan cara Tabel 1. Kelarutan astaxanthin dalam fase minyak
sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Rentang Kelarutan
Astaxanthin bebas akan mengendap, sehingga Astaxanthin Fase Minyak
Astaxanthin (mg/L)
yang terjerat bisa dianalisis dengan menggunakan
Minyak Bunga Matahari 15 – 100
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang
Minyak VCO 10 – 20
470 nm.
Minyak Zaitun 4–8

38 P R O O F R E A DJur nal
I SaNi ns FarGm as i & KVl i ni s |EVo l . R0 4 N oS. 0 1 |I N oveOm beN
r 2017
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.

dari polioksietilen minyal jarak (polyoxyethylene castor


oil) yang mengandung sekitar 75% bagian hidrofobik
dan 25% bagian hidrofilik. Bagian hidrofobik terutama
terdiri atas ester asam lemak dari gliserol polietilen glikol
dan ester asam lemak dari polietline glikol, sedangkan
bagian hidrofilik mengandung polietilen glikol dan gliserol
etoksilat. Kemudian, Lutrol F68 sendiri merupakan
senyawa blok kopolimer non-ionik dari polioksietilen
(PEO)-polioksipropilen (PPO). Kolliphor RH40 dan
A B C Lutrol F68 digunakan sebagai emulgator dan peningkat
kelarutan vitamin, asam lemak, minyak esensial, dan obat-
Gambar 1. Tampilan visual nanoemulsi astaxanthin. A obat tertentu [13]. Dari komposisi rantai polimernya
= Minyak Bunga Matahari : Tween80 : Propilen Glikol (HLB), Kolliphor RH40 dan Lutrol F68 memiliki kapasitas
(1:8:1), B = Minyak Bunga Matahari : Lutrol F127 : loading yang tinggi untuk mengemulsifikasi minyak di
Propilen Glikol (1:1:8), C = Minyak Bunga Matahari : dalam air.
Kolliphor RH40 : PEG 400 (1:8:1).
Dari optimasi yang dilakukan, terdapat 3 campuran
paling optimal, yakni campuran Minyak Bunga
nilai HLB yang dimiliki masing-masing surfaktan, yang Matahari:Tween80:Propilen Glikol (1:8:1), (B) Minyak
dapat menghasilkan kapasitas loading yang paling tinggi Bunga Matahari:Lutrol F127:Propilen Glikol (1:1:8), (C)
sehingga dapat menghasilkan globul-globul emulsi yang Minyak Bunga Matahari:Kolliphor RH40:PEG 400 (1:8:1),
terdispersi baik di dalam medium air. Jenis surfaktan yang karena memberikan tampilan visual yang transparan
diuji adalah Tween 80, Kolliphor RH40, Lutrol F68, Lutrol (Gambar 1). Selanjutnya campuran optimum tersebut
F127. Dari pengamatan Tabel 2, hasil pengujian skrining dilakukan karakterisasi baik secara fisik maupun kimia.
didapat bahwa Minyak Bunga Matahari dapat terdispersi Secara pengamatan dari SNE yang dibuat, SNE
sebanyak 9.6 µL dalam 1 mL Lutrol F68, Minyak VCO Astaxanthin berwarna jingga, tidak memiliki bau, dan
dapat terdispersi sebanyak 14.4 µL dalam 1 mL Kolliphor jernih. Astaxanthin murni memiliki aroma seperti rumput
RH40, Minyak Zaitun dapat terdispersi sebanyak 11.2 µL laut (fishy-like smell), dimana ketika sudah diinkorporasikan
dalam 1 mL Lutrol F68. Pengamatan didasarkan pada ke dalam sistem SNE, Astaxanthin terlarut di dalam
terbentuknya dispersi minyak yang homogen dan jernih pembawa minyak dan masuk dalam inti misel surfaktan
di dalam medium air yang mengandung 15% (w/w) dan kosurfaktan sehingga bau alami Astaxanthin hilang di
surfaktan. Kolliphor RH40 merupakan salah satu turunan dalam sistem SNE. Kemudian salah satu karakteristik telah

Tabel 2. Hasil uji skrining surfaktan

Campuran ke- Fase Minyak Jenis Surfaktan Konsentrasi Minyak (dalam 15% larutan surfaktan) (µL/mL)

1 Minyak Bunga Matahari Tween 80 4.8

Lutrol F127 4.8


Kolliphor RH40 8.0

Lutrol F68 9.6

2 Minyak VCO Tween 80 3.2

Lutrol F127 3.2

Kolliphor RH40 14.4

Lutrol F68 9.6

3 Minyak Zaitun Tween 80 3.2

Lutrol F127 3.2

Kolliphor RH40 9.6

Lutrol F68 11.2

P R O O F R E A D I N G
Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 04 No. 01 | Nove m be r 2 0 1 7 V E R S I O N 39
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.

Tabel 3. Hasil evaluasi fisik optimasi campuran astaxanthin terbentuknya nanoemulsi adalah pemerian campurannya
dalam SNE yang jernih transparan karena dispersi globul minyak
dengan obat yang homogen dan berukuran nano di dalam
Campuran A Campuran B Campuran C
larutan.
Diameter Globul (nm) 14,17 18,36 17,67 Dari 3 campuran hasil optimasi diatas, menghasilkan
D10 7,67 11,60 10,20 ukuran globul berkisar 10-20 nm (dengan kurva distribusi
normal), nilai indeks polidispersitas berkisar 0.04-0.20,
D50 10,80 15,70 14,40
dan potensial zeta berkisar (-17)–(-5) mV (Tabel 3 &
D90 16,30 22,80 21,70
Gambar 2). Indeks polidispersitas dari sistem nanoemulsi
Indeks Polidispersitas 0,209 0,043 0,078 menggambarkan distribusi ukuran globul. Nilai indeks
Potensial Zeta (mV) -16,90 -5,62 -5,38 tersebut berada pada rentang nilai antara 0 (distribusi
Efisiensi Penjeratan (%) 87,81 85,28 81,50
ukuran seragam) sampai 0,5 (distribusi ukuran lebar).
Indeks polidispersitas ini memberikan informasi mengenai
Keterangan :
Campuran A : Minyak Bunga Matahari:Tween80:Propilen Glikol (1:8:1) kestabilan fisik suatu sistem dispersi. Nilai indeks
Campuran B : Minyak Bunga Matahari:Lutrol F127:Propilen Glikol (1:1:8)
Campuran C : Minyak Bunga Matahari:Kolliphor RH40:PEG 400 (1:8:1) polidispersitas yang rendah menunjukkan bahwa sistem

g2

Gambar 2. Kurva distribusi ukuran globul nanoemulsi astaxanthin. (Baris 1) minyak bunga matahari : Tween
80 : propilen glikol (1:8:1); (Baris 2) Minyak bunga matahari : Lutrol F127 : propilen glikol (1:1:8); (Baris 3)
Minyak bunga matahari:Kolliphor RH40 : PEG 400 (1:8:1).

40 P R O O F R E A DJur nal
I SaNi ns FarGm as i & KVl i ni s |EVo l . R0 4 N oS. 0 1 |I N oveOm beN
r 2017
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.

g3

Gambar 3. Morfologi globul nanoemulsi astaxanthin (perbesaran 20 nm hingga 500 nm).

dispersi yang terbentuk bersifat lebih stabil untuk jangka stabil secara sterik [14]. Nanoemulsi Astaxanthin dengan
panjang [14]. nilai potensial zeta antara (-17)-(-5) mV (mendekati 0
Potensial zeta dari suatu nanoemulsi digunakan untuk mV) distabilkan secara sterik oleh adanya rantai polimer
mengkarakterisasi muatan permukaan. Nilai potensial surfaktan non-ionik dalam misel.
zeta dapat menunjukan kestabilan dari suatu sistem yang Efisiensi penjeratan zat aktif merupakan parameter
mengandung globul-globul terdispersi melalui adanya gaya yang penting dalam formulasi terkait dengan zat aktif yang
tolak-menolak antara partikel yang bermuatan sama ketika dapat terjerat dalam formula sediaan nanoemulsi. Nilai
berdekatan. Nilai potensial zeta yang lebih besar dari efisiensi penjeratan dari semua formula berada di sekitar
(+30) mV atau lebih kecil dari (-30) mV akan stabil secara ±80%. Hal ini menandakan penjeratan Astaxanthin dalam
elektrostatik, sedangkan nilai potensial zeta yang lebih globul nanoemulsi sudah cukup efisien (Tabel 3).
besar dari (+20) mV atau lebih kecil dari (-20) mV akan Pengamatan menggunakan TEM dilakukan untuk

P R O O F R E A D I N G
Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 04 No. 01 | Nove m be r 2 0 1 7 V E R S I O N 41
Formulasi dan Kara kte r i sa si S NE ( S e l f Na noe mul si o n) Astaxa nt hi n dar i . . . N urdi a nt i et . al.

mengkonfirmasi morfologi dan ukuran dari nanoemulsi [5] Zaripheh, S., & Erdman, J. W. (2002). Factors that influence the
yang dibuat. Hasil analisis TEM menunjukkan bahwa bioavailablity of xanthophylls. The Journal of Nutrition, 132(3),
531S–534S.
globul nanoemulsi Astaxanthin memiliki ukuran kurang [6] Parker, R. S. (1996). Absorption, metabolism, and transport of
dari 20 nm dengan bentuk sferis (Gambar 3). carotenoids. The FASEB Journal, 10(5), 542–551.
[7] Choi, H. D., Kang, H. E., Yang, S. H., Lee, M. G., & Shin, W. G. (2011).
Pharmacokinetics and first-pass metabolism of astaxanthin in rats.
KESIMPULAN
British Journal of Nutrition, 105(2), 220–227.
[8] Pouton, C. W. (2000). Lipid formulations for oral administration of
Pembuatan sediaan Nanoemulsi Astaxanthin telah drugs: non-emulsifying, self-emulsifying and ‘self-microemulsifying’
berhasil dikembangkan dengan ukuran globul 10–20 nm drug delivery systems. European Journal of Pharmaceutical Sciences,
11, S93–S98.
(dengan kurva distribusi ukuran globul normal), nilai
[9] Affandi, M. M. R., Abdullah, A., Julianto, T., & Majeed, A. B. A. (2012).
indeks polidispersitas kurang dari 0,5, potensial zeta lebih Development of Simple High Performance Liquid Chromatographic
besar dari (-20) mV, dan efisiensi penjeratan berkisar antara Method for the Determination of Astaxanthin in Human Plasma.
80–87% serta morfologi globul yang berbentuk sferis. Food Science and Technology Research, 18(1), 107–113.
[10] Gursoy, R. N., & Benita, S. (2004). Self-emulsifying drug delivery
systems (SEDDS) for improved oral delivery of lipophilic drugs.
Biomedicine & Pharmacotherapy, 58(3), 173–182.
REFERENSI [11] Rao, S. V. R., & Shao, J. (2008). Self-nanoemulsifying drug delivery
systems (SNEDDS) for oral delivery of protein drugs: I. Formulation
[1] Kurashige, M., Okimasu, E., Inoue, M., & Utsumi, K. (1990). development. International journal of pharmaceutics, 362(1), 2–9.
Inhibition of oxidative injury of biological membranes by astaxanthin. [12] Kyatanwar, A. U., Jadhav, K. R., & Kadam, V. J. (2010). Self micro-
Physiological chemistry and physics and medical NMR, 22(1), 27–38. emulsifying drug delivery system (SMEDDS). Journal of Pharmacy
[2] Clark, R. M., Yao, L., She, L., & Furr, H. C. (2000). A comparison of Research, 3(2), 75–83.
lycopene and astaxanthin absorption from corn oil and olive oil [13] Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Weller, P. J. (Eds.). (2006). Handbook of
emulsions. Lipids, 35(7), 803–806. pharmaceutical excipients (Vol. 6). London: Pharmaceutical Press.
[3] Rock, C. L. (1997). Carotenoids: biology and treatment. Pharmacology [14] Gao, L., Zhang, D., & Chen, M. (2008). Drug nanocrystals for the
& therapeutics, 75(3), 185–197. formulation of poorly soluble drugs and its application as a potential
[4] Paiva, S. A., & Russell, R. M. (1999). β-carotene and other carotenoids drug delivery system. Journal of Nanoparticle Research, 10(5), 845–
as antioxidants. Journal of the American College of Nutrition, 18(5), 862.
426–433.

Copyright © 2017 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

42 P R O O F R E A DJur nal
I SaNi ns FarGm as i & KVl i ni s |EVo l . R0 4 N oS. 0 1 |I N oveOm beN
r 2017

You might also like