Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Berita Biologi 8(6) - Desember 2007

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FLAVONOID - GLIKOSIDA HASIL


SINTESIS SECARA TRANSGLIKOSILASI ENZIMATIK
[Antimicrobial Activity of Synthesized Flavonoid - Glycoside through
Enzymatic Transglicosylation]

Yati Sudaryati Soeka e , Elidar Naiola dan Joko Sulistyo


Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong.

ABSTRACT
Flavonoid-glycoside was synthesized enzymatically using CGT-ase (EC.2.4.1.19) of indigenous Bacillus licheniformis in a phosphate
buffer pH 6.0 at 45°C for 24 h, through transglycosylation reaction in the present of flavonoid those were extracted from rhizomes
such as ginger, flngerroot, turmeric, white turmeric and white curcuma as natural acceptors, and commercial rice, cassava, corn and
wheat flour as substrates.
The result showed that CGT-ase of B. licheniformis transferred a glycosyl moiety in a bilayer enzymatic reaction system of n-hexanol and
phosphate buffer yielding glycosides as transfer products in the present of wheat flour as substrate and white curcuma extract as its acceptor.
An inhibitory effects of the synthesized flavonoid glycosides against microbial growth was furthermore examined. It was found that flavonoid-
glycoside, as the transfer product, exhibited high antimicrobial activity at MIC 200 ppm on the growth of Bacillus subtilis, Escherichia coli and
Saccharomyces cerevisiae, however no effect when it was assayed on Candida tropicalis, while arbutin and flavonoid-aglycon showed very
low inhibitory activity on the growth of two out of four tested microbial strains.

Kata kunci: CGT-ase, Bacillus licheniformis, transglikosilasi enzimatik, flavonoid glikosida, aktivitas antimikroba.

PENDAHULUAN
Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar rendah serta metode yang mudah dan sederhana.
di alam, terdapat pada semua tumbuhan hijau, termasuk Funayama et al. (1994) menyatakan bahwa sintesis
pada ekstrak temu-temuan yang banyak dikonsumsi senyawa polifenol glikosida secara kimiawi selain tidak
masyarakat sebagai obat tradisional ekonomis, juga tidak mudah karena memerlukan
(Suradikusumab.,1989). Flavonoid telah dikenal luas perlindungan terhadap beberapa gugus -OH untuk
memiliki aktivitas sebagai senyawa antioksidan, pembentukan regioselektifnya, sehingga akan
antimelanogenesis dan antimikroba yang potensi menghasilkan produk campuran dengan konfigurasi
(Sulistyo dan Soeka, 1999). Akan tetapi flavonoid a- dan a-glikosida.
umumnya memiliki kelarutan yang rendah serta tidak Salah satu enzim yang memiliki aktivitas reaksi
stabil terhadap pengaruh cahaya, oksidasi dan transfer adalah siklodekstrin glukanotransferase (CGT-
perubahan kimia. Karena itu, apabila teroksidasi, ase). Enzim ini mampu mengubah pati menjadi
strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai siklodekstrin melalui reaksi transglikosilasi
bahan aktif akan berkurang bahkan hilang (Kitao dan intramolekuler dan mentransfer gugus glukosil ke
Sekine, 1993). akseptor yang memiliki gugus-OH melalui reaksi
Salah satu cara untuk meningkatkan sifat intermolekuler. Selain memiliki kemampuan untuk
kelarutan dan kestabilan senyawa flavonoid adalah menghidrolisis pati dan siklodekstrin menjadi senyawa
dengan mengubah senyawa tersebut menjadi bentuk yang lebih sederhana (Kometani et al. 1996), enzim
glikosida sebagai flavonoid-glikosida melalui reaksi tersebut berperan penting dalam reaksi transglikosilasi
transglikosilasi secara enzimatik dengan bantuan enzim polifenol-glikosida menggunakan substrat pati.
transferase (Kometani et al., 1994). Reaksi Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
transglikosilasi adalah reaksi pemindahan unit gula ke informasi mengenai beberapa jenis biakan mikroba
akseptor yang memiliki gugus-OH. yang memiliki aktivitas reaksi transfer yang berperan
Penggunaan enzim dalam sintesis glikosida penting dalam mensintesis flavonoid-glikosida sebagai
belum dikembangkan secara luas, walaupun memiliki bahan baku industri farmasi, pangan dan kosmetika,
beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode menggunakan substrat pati alami dan ekstrak temu-
kimiawi, antara lain adalah biaya produksi yang relatif temuan.

455
Soeka, Naiola dan Sulistyo - Aktivitas Antimikroba Flavonoid - Glikosida

BAHANDAN CARA KERJA larutan pengembang 1-propanol 85 %. Piat KLT


Produksi Enzim CGT-ase dikeringkan pada suhu 120°C selama 1 jam, kemudian
Biak yang telah diremajakan pada agar miring PDA disemprot dengan larutan pembangkit H2SO4 20 %
{potato dextrose agar), diinokulasikan pada media dalam metanol. Selanjutnya plat KLT dipanaskan pada
produksi mengandung 2 % pati terlarut, 0,5 % pepton, suhu 150°C selama 5-10 menit. Sebagai standar
0,1 % K j H P O ^ m O , 0,05 % MgSO4.7H2O, 0,001 % digunakan larutan arbutin, metil-a-glukosida, maltosa,
FeSO4.7H20,0,0001 % MnSO4. H2O, dalam bufer Na- dan glukosa. Biakan yang memiliki nilai Rf sama atau
fosfat untuk biakan yang berasal bakteri dan Na-sitrat mendekati standar arbutin merupakan biakan yang
untuk biakan yang berasal dan kapang atau khamir memiliki aktivitas transfer.
pada pH 7,0. Media produksi selanjutnya digoyang Setelah didapatkan biakan yang mempunyai
selama 6 hari, dan disentrifus dengan kecepatan 10.000 aktivitas transfer, lalu dilakukan uji aktivitas transfer
rpm selama 15 menit pada suhu 4°C dan supernatannya dengan mengganti substrat otentik dengan berbagai
digunakan sebagai sumber enzim CGT-ase kasar. macam pati yang ada dipasaran antara lain tepung
Optimasi pH dan suhu aktivitas CGT-ase terigu, tepung beras, tepung kanji dan tepung maizena,
sehingga didapatkan substrat yang memberikan
Penentuan kondisi optimum aktivitas enzim
aktivitas transfer tertinggi, kemudian dilakukan uji
CGT-ase meliputi optimasi pH dan suhu. Hal ini
aktivitas transfer dengan mengganti akseptor otentik
dilakukan untuk menguji aktivitas hidrolitik enzim CGT-
dengan ekstrak temu-temuan (jahe, temu kunci, kunir
ase. Suhu dan pH yang menunjukkan aktivitas
putih, kencur, dan temu putih), sehingga didapatkan
hidrolitik tertinggi merupakan kondisi optimum aktivitas
akseptor alami yang menunjukkan aktivitas transfer
enzim CGT-ase.
tertinggi.
Campuran reaksi yang terdiri dari 50 i 1 larutan
enzim CGT-ase kasar, dan 450 i 1 bufer Na-fosfat atau Sintesis Flavonoid-Glikosida
Na-sitrat 50 Mm yang mengandung 0,5% pati terlarut, Dua ratus ml larutan mengandung 5g substrat, 4g
diinkubasikan pada suhu 45°C selama 10 menit. Reaksi akseptor, 50 ml enzim CGT-ase, 75 ml larutan bufer
dihentikan dengan penambahan HC10,5 % sebanyak 1 fosfat, dan 75 ml 1-heksanol diinkubasikan selama
ml. Campuran reaksi kemudian direaksikan dengan 24 jam pada suhu optimum. Aktivitas enzim CGT-
pewarna iodin 2,5 ml (KI 0,05 % mengandung I2 0,005 ase dihentikan dengan pemanasan pada suhu 100°C
%). Serapannya diukur dengan spektrofotometer pada selama 10 menit, setelah dingin ditambahkan enzim a-
panjang gelombang 660 nm. Satu unit aktivitas enzim amiloglukosidase sebanyak 0,005g dan diinkubasi pada
dinyatakan sebagai jumlah enzim yang dapat suhu 45°C selama 45 menit. Produk transfer yang
menurunkan unit serapan sebanyak 0,5 pada e 660 nm dihasilkan dipekatkan hingga volume mencapai ± 10
(Funayamae/fl/. 1993). ml, kemudian diidentifikasi dengan KLT.

Uji Aktivitas Transglikosilasi Pemurnian Produk Transfer


Campuran reaksi sebanyak 2 ml, terdiri dari 1,5 Produk transfer yang dihasilkan kemudian
ml bufer Na-fosfat atau Na-sitrat 0,05 M pH 7,0 yang dipisahkan sampai homogen dengan kromatografi
mengandung 5 % pati terlarut dan resorsinol 2 % serta kolom berisi matriks oktadesil silika (ODS), kemudian
0,5 ml enzim CGT-ase kasar dari beberapa macam biakan, diseimbangkan dengan metanol sebanyak tiga kali
masing-masing diinkubasikan pada suhu 45°C selama volume kolom dan diseimbangkan lagi dengan asam
24 jam. Aktivitas enzim CGT-ase dihentikan pada suhu format 1 % sebanyak tiga kali volume kolom.
100°C selama 10 menit, setelah dingin ditambahkan Contoh yang telah dipekatkan dimasukkan ke
enzim a-amiloglukosidase sebanyak 0,005% dan dalam kolom ODS, kemudian dielusi menggunakan
diinkubasi pada suhu 45°C selama 45 menit. metanol dalam asam format 1 %, dengan konsentrasi
Produk transfer yang dihasilkan dianalisis meningkat (0-100 %). Hasil elusi dianalisis dengan KLT.
dengan kromatografi lapis tipis (KIT) menggunakan Fraksi yang mempunyai nilai Rf yang mendekati standar

456
Berita Biologi 8(6) - Desember 2007

arbutin diuji aktivitasnya sebagai senyawa antimikrob. dengan nama sistematik: 4-Hidroksifenil-D-
Uji Aktivitas Antimikrob glukopiranosida dan telah diketahui memiliki aktivitas
Penentuan aktivitas antimikrob flavonoid- sebagai senyawa antimikrob, antiimflamantori, dan
glikosida diuji menggunakan metode paper disk, antioksidan.
dengan melibatkan empat perlakuan yang sama Fase diam yang digunakan dalam KLT yaitu
terhadap kontrol (aquades steril), flavonoid aglikon, silika yang bersifat polar, adapun fase geraknya adalah
flavonoid glikosida, dan arbutin sebagai senyawa larutan pengembang yang terdiri atas 85 % 1 -propanol
pembanding. dalam air (v/v). Senyawa dengan tingkat kepolaran
Mikrob uji (Candida tropicallis, Sacharomises yang rendah akan terbawa oleh fase gerak sehingga
cereviceae, Escherichia coli, dan Bacillus subtilis) memiliki nilai Rf yang tinggi, sedangkan senyawa
masing-masing diinokulasikan ke dalam media NB dengan tingkat kepolaran yang tinggi akan tertahan
{nutrient broth) mengandung beef extract dan pepton. sehingga memiliki nilai Rf yang rendah. Senyawa yang
Media diinkubasi pada suhu 37°C. Sebanyak 1 ml media banyak memiliki gugus -OH seperti resorsinol-
dipipet dan diencerkan sampai beberapa kali glukosida akan bersifat polar sehingga nilai Rf nya
pengenceran. Dari masing-masing pengenceran dipipet akan lebih rendah. Nilai Rf dari berbagai mikrob uji dapat
sebanyak 0,1 ml dan dituangkan ke dalam cawan petri dilihat pada Tabel 1.
yang berisi media NA untuk bakteri dan PDA untuk
jamur/kapang), kemudian diratakan dengan spatula.
Kertas saring mengandung flavonoid-glikosida, Tabel 1. Nilai Rf berbagai komponen hasil uji aktivitas
transglikosilasi enzim CGTase dari beberapa
flavonoid aglikon, kontrol dan arbutin diletakkan di
isolat
atas permukaan agar. Media diinkubasi selama satu
hari pada suhu kamar dan zona bening yang terbentuk Standar
Nilai Rf Senyawa Intensitas
/Isolat
kemudian diukur diameternya.
0,73 Arbutin +++
0,60 Metil-a-glukosida +++
Standar
HASIL 0,48 Glukosa +++
0,38 Maltosa +++
Produksi Enzim CGT-ase 0,73 Resorsinol-a-glikosida +4+
Tahap pertama penelitian ini adalah produksi 0,67 Resorsinol-a-glikobiosida ++
RB-1
0,47 Glukosa +++
enzim CGT-ase. Enzim CGT-ase diproduksi dari delapan 0,36 Maltosa -H-
biakan mikrob yang merupakan koleksi Bidang 0,74 Resoisinol-a-glikosida ±
Isolat 0,69 Resorsinol-a-glikobiosida
Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI, yaitu 0 1 , F2, F3, F9 483 0,47 Glukosa +++
, SC1, SC2,483, dan RB1. Kedelapan mikrob tersebut 0,39 Maltosa ±
0,69 Resorsinol-a-glikobiosida ±
ditumbuhkan dalam suatu media cair yang SC-1
0,47 Glukosa ++
mengandung pati 2 % (Tabel 1). 0,73 Resorsinol-a-glikosida +
0,69 Resorsinol-a-glikobiosida ++
Uji Aktivitas Transfer SC-2
0,47 Glukosa +++
0,36 Maltosa ++
Pengujian aktivitas transfer dilakukan terhadap 0,73 Resorsinol-a-glikosida ++
enzim CGT-ase yang dihasilkan dari berbagai mikrob 01
0,67 Resorsinol-a-glikobiosida +++
0,47 Glukosa ++
yang dapat mentransfer gugus glukosil ke akseptor 0,35 Maltosa +
resorsinol. Hasil reaksi berupa produk transfer 0,72 Resorsinol-a-glikosida ±
0,67 Resorsinol-a-glikobiosida -H-
resorsinol-glikosida diidentifikasi dengan KLT, F-2
0,47 Glukosa +++
ditunjukkan dengan adanya noda yang memiliki nilai 0,35 Maltosa +
0,73 Resorsinol-a-glikosida ±
Rf standar arbutin (Gambar 1). 0,71 Resorsinol-a-glikobiosida ++
F-3 +++
Standar yang digunakan dalam identifikasi 0,46 Glukosa
0,38 Maltosa +
produk transfer adalah arbutin. Arbutin merupakan F-9 0,47 Glukosa ++
senyawa polifenol yang sudah dalam bentuk glikosida, Keterangan: ± intensitas noda tidak jelas/samar-samar.

457
Soeka, Naiola dan Sulistyo - Aktivitas Antimikroba Flavonoid - Glikosida

Arbutin

Mclil-12-gl ukosida

Giukosa

Mafcosa

G-2 G-2

G-3

S RBI F2 01 F3 F9 SC1SC2 483 D S G H


Kode Isolat
Gambar 2. Kromatogram hasil uji aktivitas transfer RB 1
Gambar 1. Kromatogram hasil uji aktivitas transfer
dan 01 pada berbagai substrat. A: tepung
mikrob uji pada akseptor resorsinol. S;
kanji RB 1; B: tepung terigu RB 1; C: tepung
standar (AR; arbutin, MG; metil oc-
maizena RBI; D: tepung beras RBI; E:
glikosida, G-1,2,3; sakharida), TP-1,2;
tepung beras 0 1 ; F: tepung maizena 0 1 ; G:
produk transfer.
tepung kanji 01 ;H: tepung terigu 0 1 .

Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa dari delapan


mikrob yang diuji, hanya satu mikrob yang tidak yang mampu melakukan reaksi transglikosilasi baik
memiliki aktivitas transfer yaitu isolat F9. Mikrob ini intramolekuler maupun intermolekuler. Nilai Rf hasil uji
hanya mampu menghidrolisiis pati menjadi maltosa, aktivitas transfer dengan variasi substrat dapat dilihat
sedangkan ketujuh mikrob lainnya memiliki aktivitas pada tabel 2. Nilai Rf RB 1 pada substrat tepung terigu
transfer, sebagaimana ditunjukkan oleh noda pada plat sama dengan nilai Rf standar arbutin, yaitu 0,75.
KLT yang memiliki nilai Rf mendekati standar arbutin. Selanjutnya dilakukan uji variasi akseptor yaitu dengan
Dari ketujuh mikrob yang memiliki aktivitas transfer, mengganti akseptor resorsinol dengan ekstrak temu-
hanya dua isolat yang mampu menghasilkan produk temuan (jahe, temu putih, temu kunci, kencur, dan kunir
dalam bentuk monoglikosida dengan intensitas yang putih) dengan menggunakan CGT-ase yang diproduksi
tinggi, yaitu RB1 dan 0 1 , dengan Rf sebesar 0,73. Nilai dari mikrob RB 1 dan substrat tepung terigu.
Rf kedua biakan tersebut sama dengan nilai Rf pada Uji variasi akseptor dilakukan menggunakan
standar arbutin yaitu sebesar 0,73. Selanjutnya sistim campuran reaksi dua lapisan yaitu lapisan air
terhadap kedua biakan tersebut dilakukan uji reaksi dan alkohol, fungsi penambahan alkohol yaitu untuk
transfer dengan mengganti substrat pati terlarut mengekstraksi senyawa flavanoid-glikosida. Larutan
dengan substrat komersial, diantaranya tepung beras, alkohol yang digunakan adalah 1-heksanol. Pada
tepung kanji, tepung maizena dan tepung terigu. kromatogram (Gambar 3) dapat dilihat bahwa kelima
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semua jenis ekstrak temu-temuan yang digunaka,n mampu menerima
tepung uji (tepung beras, tepung kanji, tepung maizena gugus glukosil dari substrat tepung terigu, hal ini
dan tepung terigu) dapat menggantikan substrat pati ditunjukkan dengan terbentuknya produk transfer baik
untuk mikrob RB 1, sedangkan untuk mikrob 01 hanya dalam bentuk biosida maupun monosida pada tiap
tepung terigu, tepung beras, dan tepung maizena yang ekstrak yang diuji (Tabel 3). Dari kelima ekstrak yang
mampu menggantikan substrat pati. Pada kromatogram diuji hanya ada dua ekstrak yang mampu menghasilkan
dapat dilihat bahwa RBI merupakan biakan unggul produk dalam bentuk monoglikosida yaitu temu putih

458
Berita Biologi 8(6) - Desember 2007

Tabel 2. Nilai Rf RB-1 dan 01 hasil reaksi transglikosilasi enzim CGT-ase pada berbagai substrat
komersial.
Standar
Sub strat Nilai Rf Senyawa In te n sita $
/Isolat

0,75 A r b u tin +++


0,63 M e t i l - a -g lu k o sid a +++
Standar +++
0,50 G luk o sa
0,38 M alto sa +++

0,75 R esorsinol-a-glikosida ±
0,7 1 Resorsinol-a-glikobiosida +
Tepung Kanji 0,50 G lukosa +++
0,3 7 M altosa +
0,7 5 R esorsinol-a-glikosida +
RB-1 0,70 Resorsinol-a-glikobiosida ++
T ep u n g T erigu 0,50 G lukosa +++
0,38 M alto sa +
0,70 R esorsinol-a-glikobiosida
0,50 G lukosa +++
Tepung M a i z e n a +
* M altosa
0,76 R esorsinol-a-glikosida +
0,73 Resorsinol-a-glikobiosida +
Tepung B eras
0,50 G lukosa +++
0,72 R e s o r s i n o l - a - g l i k o b i o sid a +
0,5 1 G lukosa +
Tepung Beras M alto sa
0,37 ±
0,72 R esorsinol-a-glikobiosida +
0,50 G lu k o sa +
Tepung M aizena +
* M alto sa
0,75 R esorsinol-a-glikosida +
0,72 R esorsinol-a-glikobiosida ++
01 Tepung Terigu 0,5 1 G lukosa ++
* M alto sa ++
0,50 G lukosa +++
Tepung Kanji 0,37 M alto sa ++

Keterangan : *), noda tidak terpisah; ±), intensitas noda tidak jelas/samar-samar

(B) dan kunir putih (C) dengan nilai Rf untuk masing-


ER
masing ekstrak adalah 0,76 dan 0,75. Nilai Rf kedua
produk tersebut mendekati Rf standar arbutin, yaitu TP-l
0,75. Intensitas noda yang yang terbentuk pada TP-2
campuran reaksi mengandung ekstrak temu putih lebih
M
besar dan lebih jelas daripada ekstrak kunir putih, G-l

sehingga untuk mensintesis flavonoid-glikosida yang G-2 OS

selanjutnya digunakan adalah ekstrak temu putih.


Hasil yang diperoleh dari Tabel 1-3, menyimpulkan
bahwa biakan RB-1 dapat digunakan sebagai biakan
unggul yang dapat digunakan untuk mensintesis
Gambar 3. Kromatogram hasil uji aktivitas transfer RBI
produk transfer dari substrat tepung terigu dan dengan substrat tepung terigu pada berbagai
akseptor flavonoid yang berasal dari ekstrak temu- akseptor ekstrak temu-temuan. A: temu kunci;
temuan. B: temu putih; C: kunir putih; D: jahe, E: kencur.

Intensitas warna biru yang dihasilkan sebanding


Uji Aktivitas Hidrolitik dengan banyaknya pati yang tidak terhidrolisis,
Optimasi pH dan suhu aktivitas CGT-ase sebaliknya semakin banyak pati yang terhidrolisis
Pengujian aktivitas hidrolitik dilakukan dengan intensitas warna biru akan semakin memudar.
menggunakan pati sebagai sustrat. Kemampuan enzim Penentuan kondisi optimum aktivitas enzim CGT-ase
dalam menghidrolisis pati diuji dengan menambahkan meliputi optimasi suhu dan pH yang dilakukan dengan
KI dan I2 sehingga terbentuk larutan berwarna biru. menguji aktivitas hidrolitiknya. Aktivitas hidrolitik

459
Soeka, Naiola dan Sulistyo - Aktivitas Antimikroba Flavonoid - Glikosida

tertinggi merupakan kondisi optimum bagi aktivitas Sintesis dan Pemurnian Flavonoid-glikosida
enzim pada suhu dan pH tertentu. Pada penentuan pH Hasil penelitian menunjukkan bahwa CGT-ase
optimum aktivitas CGT-ase yang dihasilkan dari mikrob dari RB 1 (Bacillus licheniformis) mampu mentransfer
RB1, enzim CGT-ase diinkubasi pada suhu 45 °C dalam gugus glukosil dengan tepung terigu sebagai donor
larutan bufer fosfat pada berbagai kisaran pH, dan ekstrak kasar temu putih (Curcuma zeodaria)
menunjukkan bahwa CGT-ase dari RBI memiliki sebagai akseptor dalam sistim reaksi dua lapisan yaitu
aktivitas tertinggi pada pH 6, sebesar 2,40 unit/menit/ lapisan 1-heksanol dan lapisan bufer fosfat pH 6 pada
ml (Gambar 4). Adapun pada penentuan suhu optimum suhu 45 °C.
(Gambar 5), menunjukkan bahwa CGT-ase dari RB 1 Produk transfer flavonoid-glikosida hasil
mempunyai aktivitas tertinggi setelah diinkubasi pada sintesis enzimatik tersebut berada dalam kondisi yang
suhu 45 °C yaitu sebesar 2,50 unit/menit/ml. belum murni, yaitu mengandung flavanoid bebas dan

3 -|

2,5 -

2 -

1,5 -

1 -

0,5 -

0
35 40 45 50 55 60 65 70 5,5 6 6,5 7 7,5 8
pH
Gambar 4. Optimasi suhu produksi enzim CGT-ase Gambar 5. Optimasi pH produksi enzim CGT-ase dari
dari biakan RB 1. biakan RBI

Tabel 3. Nilai Rf biakan RB-1 hasil reaksi transglikosilasi enzim CGTase pada substrat tepung terigu dan ekstrak
temu-temuan.
Standar Akseptor / Nilai Rf Senyawa
/Isolat Intensitas
Ekstrak
0,75 Arbutin +++
0,63 Metil-a-glukosida +++
Standar
- 0,51 Glukosa +++
0,38 Maltosa +++
0,80 Flavonoid aglikon ++
0,75 Flavonoid-a-glikosida +++
Temu 0,73 Flavonoid-a-glikobiosida ++
Putih 0,50 Monosakharida +
0,79 Flavonoid aglikon +++
0,74 Flavonoid-a-glikosida +
Jahe 0,73 Flavonoid-a-glikobiosida ++
0,50 Monosakharida ++
RB-1 0,80 Flavonoid aglikon ++
Temu 0,70 Flavonoid-a-glikobiosida +
Kunci 0,50 Monosakharida ±
0,81 Flavonoid aglikon +++
0,69 Flavonoid-a-glikosida +
Kunir 0,50 Flavonoid-a-glikotriosida
Putih * Monosakharida ±
0,80 Flavonoid aglikon
+ -H -H

0,68 Flavonoid-a-glikobiosida
Kencur Monosakharida
0,51

460
Berita Biologi 8(6) - Desember 2007

produk hasil hidrolisis pati. Tahap selanjutnya untuk Selanjutnya produk transfer ini digunakan untuk uji
mendapatkan produk transfer yang murni adalah antimikrob.
dengan melewatkan campuran produk pada kolom Uji AktMtas Antimikrob
kromatografi berisi matriks ODS (Okta Desil Silika). Pengujian aktivitas antimikrob flavonoid-
Prinsip pemisahan berdasarkan pada perbedaan glikosida dilakukan pada empat mikrob uji yaitaBacillus
kepolaran dan kelarutan senyawa yang akan subtilis, Sacharomices cerevisiae, Escherichia coli
dipisahkan. Matriks ODS yang bersifat nonpolar dan Candida tropicallis. Zona bening yang terbentuk
digunakan sebagai fase diam maka sebagai fase di sekitar kertas saring pada konsentrasi tertentu,
geraknya digunakan pelarut organik yang bersifat menunjukkan kemampuannya dalam menghambat
polar, yaitu metanol yang akan mengelusi sampel pertumbuhan mikrob uji. Semakin besar zona bening
berdasarkan gradien konsentrasi (10-80 % dalam asam yang terbentuk, maka aktivitasnya sebagai antimikrob
format 1 %). Senyawa yang lebih polar dari sampel
akan keluar lebih dahulu dibawa oleh fase gerak,
sedangkan yang kurang polar akan tertahan oleh fase
diam(Tabel4).
AR
Pada kromatografi hasil pemurnian produk
transfer (Gambar 6), dapat terlihat bahwa fraksi nomor
155-170 merupakan produk transfer yang telah murni
dengan nilai Rf mendekati nilai Rf standar arbutin yaitu
0,76 untuk produk transfer dan 0,75 untuk standar
arbutin (Tabel 4). Fraksi dengan Rf sama kemudian
digabung dan dipekatkan, lalu produk transfer yang
telah pekat di KLT kembali. Nilai Rf hasil pemekatan
produk transfer dapat dilihat pada Tabel 5.
Penentuan konsentrasi produk transfer yang S 155 160 165 170 175 180 185 190

diperolah dilakukan dengan metode Dubois et al., 195 6 Gambar 6. Kromatogram hasil pemurnian flavanoid-
dengan menggunakan standar arbutin. Konsentrasi glikosida menggunakan kromatografi
produk transfer didapat sebesar 1,3445 g/L. kolom. S: standar; 155-190: nomor fraksi.

Tabel 4. Nilai Rf hasil pemurnian produk transfer

Substrat/ Standar / Nilai Rf Senyawa Intensitas


Akseptor Isolat
0,75 Arbutin +++
- Standar 0,63 Metil-a-glukosida +++
0,51 Glukosa +++
0,38 Maltosa +++
0,76 Flavonoid-a-glikosida +++
155 0,50 Monosakharida ±
0,76 Flavonoid-a-glikosida +++
160 0,50 Monosakharida ±
Tepung 0,77 Flavonoid-a-glikosida +++
Terigu/ 165 0,50 Monosakharida ±
0,77 Flavonoid-a-glikosida +++
Temu 170 0,50 Monosakharida ±
putih ++
175 0,80 Flavonoid aglikon
BiakRB- 180 0,83 Flavonoid aglikon ++
1 185 0,83 Flavonoid aglikon ++
190 0,85 Flavonoid aglikon ++

461
Soeka, Naiola dan Sulistyo - Aktivitas Antimikroba Flavonoid - Glikosida

Tabel 5. Hasil pemurnian produk (flavonoid-glikosida) dari ekstrak temu putih.

Substrat/Akseptor Standar /
Nilai Rf Senyawa Intensitas
Isolat
0,75 Arbutin +++
0,63 Metil-a-glukosida +++
- Standar 0,51 Glukosa +++
0,38 M altosa
0,76 Flavonoid-a-glikosida +++
Fraksi A 0,50 M onosakharida ±
Tepung Terigu / 0,76 Flavonoid-a-glikosida +++
Temu putih Fraksi B 0,51 M onosakharida ±
Biak RB-1 0,70 Flavonoid-a-glikosida
Fraksi C 0,50 M onosakharida ±

semakinbaik. Produksi Enzim CGT-ase


Aktivitas penghambatan flavonoid-glikosida Tujuan penambahan pati pada media produksi
terhadap pertumbuhan mikrob uji dibandingkan dengan adalah sebagai penginduksi agar enzim yang dihasilkan
flavonoid dan arbutin. Arbutin digunakan sebagai mempunyai aktivitas hidrolitik maupun transglikosilasi
pembanding karena senyawa glikosida ini telah substrat terhadap pati, sehingga diharapkan pada
diketahui memiliki aktivitas antimikrob, sedangkan kondisi tersebut enzim CGT-ase dapat diproduksi
penggunaan flavonoid adalah untuk melihat apakah secara optimal. CGT-ase (1,4-a-D-glukopiranosil
bentuk glikosidanya (flavonoid-glikosida) mempunyai transferase siklik, EC 2.4.1.19) adalah enzim yang
daya penghambatan yang lebih baik atau sebaliknya. mampu mengubah pati dan substrat yang sesuai
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan menjadi siklodekstrin (CD). CGT-ase dihasilkan dari
pada Tabel 6, menunjukkan bahwa flavonoid-glikosida, berbagai macam bakteri seperti Bacillus macerans,
flavonoid dan arbutin tidak mempunyai daya hambat Bacillus megaterium, Ba illus circulans dan Bacillus
terhadap C. tropicallis, dan hanya flavonoid-glikosida ceureus. Akhir-akhir ini siklodekstrin banyak digunakan
yang mampu menghambat pertumbuhan ketiga mikrob dalam industri makanan, kimia, kosmetik, kesehatan,
uji lainnya, yaitu B. subtilis, E. coli dan 5. cerevisiae. dan agrikultur (Tankova, 1998).
Hasil uji aktivitas flavonoid-glikosida pada Larutan bufer yang digunakan untuk produksi
beberapa konsentrasi yang (Gambar 7 dan Tabel 6) enzim CGT-ase adalah bufer fosfat, karena fosfat
merupakan satu-satunya komponen anorganik yang
mempunyai sifat bufer pada kisaran pH normal, yaitu
kisaran pH yang dapat mempertahankan keseimbangan
fisiologi dari mikrob, selain fosfat juga tidak bersifat
racun terhadap mikrob dan dapat menjadi sumber fosfat
bagi mikrob.
Enzim yang dihasilkan merupakan ekstrak kasar
CGT-ase, karena diduga ada enzim lain yang dihasilkan
dengan menggunakan penginduksi pati ini, seperti a-
Gambar7. Uji penghambatan flavonoid-glikosida amilase. Kedua enzim ini yaitu CGT-ase dan a-amilase
terhadap pertumbuhan mikrob uji. dapat dibedakan dengan melakukan uji aktivitas
transfer (transglikosilasi) yang dihasilkan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa besarnya konsentrasi flavonoid- dapat dilakukan karena a-amilase hanya memiliki
glikosida dan lamanya waktu inkubasi berpengaruh aktivitas hidrolitik, sedangkan CGT-ase selain memiliki
terhadap daya penghambatan. aktivitas hidrolitik juga mempunyai aktivitas
transglikosilasi, seperti yang telah
PEMBAHASAN

462
Berita Biologi 8(6) - Desember 2007

Tabel 6. Daya hambat arbutin, flavonoid-glikosida, dan flavonoid aglikon terhadap pertumbuhan biakan uji
pada konsentrasi berbeda.
Arbutin Flavonoid Flavonoid Glikosida (ppm)
Biakan Uji (ppm) (ppm)
100 200 300 100 200 300 100 200 300
Bacillus subtilis - - - - - - - ++ +++
Escherichia coli - - ++ - - + - ++ +++
Saccharomyces cerevisiae - - + - - - - ++ +++
Candida tropicalis - - - - - - - - -
Ket. : -), tidak ada penghambatan; +), tingkat penghambatan rendah; ++) tingkat penghambatan sedang; +++) tingkat
penghambatan tinggi.

dikemukakan oleh Kometani et al. (1996), bahwa CGT- Sintesis dan Pemurnian Flavonoid-glikosida
ase memiliki aktivitas transglikosilasi, baik secara Flavonoid di alam terdapat dalam bentuk
antarmolekuler (mentransfer gugus glukosil ke akseptor flavonoid aglikon (flavonoid tanpa gula terikat) dan
yang memiliki gugus -OH) maupun intramolekuler flavonoid dengan gula terikat). Flavonoid-glikosida
(mengubah pati menjadi siklodekstrin). merupakan senyawa yang relatif stabil (Hostettmann
Uji Aktivitas Transfer et al., 1995) dan flavonoid-glikosida umumnya larut
Pada reaksi transglikosilasi biasanya tidak dalam air, sebaliknya flavonoid aglikon lebih mudah
hanya dihasilkan senyawa dalam bentuk glikosida, larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform
tetapi dihasilkan juga produk samping seperti polifenol- (Markham, 1998). Hal ini dikarenakan flavonoid
glukobiosida atau polifenol glukotriosida yang juga memiliki kelarutan yang rendah dalam air serta tidak
dapat dihidrolisis menjadi bentuk glikosida dengan stabil terhadap pengaruh cahaya, oksidasi dan
menambahkan a-amiloglukosidase atau glukoamilase perubahan kimia (Kitao dan Sekine 1993).
pada campuran reaksi, sehingga dapat meningkatkan Uji Aktivitas Antimikrob
rendeman produk transfer. Enzim ini merupakan salah Antimikrob adalah senyawa yang dihasilkan
satu enzim amilase yang bekerja dengan cara oleh mikrob, yang dalam jumlah tertentu mempunyai
menghidrolisis ikatan a-l,4-glikosidik dan a-1,6- daya penghambatan terhadap aktivitas mikrob lain.
glikosidik dari ujung nonpereduksi secara berurutan Pengujian aktivitas antimikrob dapat dilakukan dengan
dengan membebaskan unit-unit glukosa. Adapun berbagai metode yaitu metode gores, metode kertas
substrat unggul yang akan digunakan untuk saring/ metode cakram, dan metode sumur (Pelczar dan
menggantikan pati adalah tepung terigu. Hal ini dilihat Chan, 1986).
dari nilai Rf, besar dan tebalnya noda yang dihasilkan Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan
pada kromatogram, di mana nilai Rf-nya mendekati nilai pada Tabel 6 menunjukkan bahwa flavonoid-glikosida,
Rf standar arbutin. Semakin tebal intensitas noda maka flavonoid dan arbutin tidak menunjukkan daya hambat
semakin banyak produk transfer yang dihasilkan (Tabel terhadap C. tropicallis, namun flavonoid-glikosida
2). menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap
Optimasi pH dan suhu aktivitas CGT-ase pertumbuhan ketiga mikrob uj i lainnya, yaitu B. subtilis,
Menurut Dwidjoseputro (1990) enzim E. coli dan S. cerevisiae. Bila dibandingkan dengan
dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, substrat dan bentuk glikosidanya flavonoid aglikon memiliki daya
oleh hasil akhir. Pada penentuan pH optimum aktivitas hambat yang lebih kecil terhadap keempat mikrob uji.
CGT-ase yang dihasilkan dari mikrob RB1, enzim CGT- Siswandono dan Soekardjo (1995), menyatakan bahwa
pemasukan gugus alkil atau gugus aromatik ke dalam
ase diinkubasi pada suhu 45°C dalam larutan bufer
struktur senyawa fenolik pada umumnya akan
fosfat pada pH 6.0 sebesar 2,40 unit/menit/ml sesuai
meningkatkan aktivitas dan menurunkan toksisitasnya.
dengan pernyataan Mori et al. (1994) bahwa aktivitas
CGT-ase akan stabil pada pH 6-10 serta suhu 50°C Mekanisme interaksi flavonoid-glikosida
atau lebih rendah. dengan sel mikrob kemungkinan karena terbentuknya

463
Soeka, Naiola dan Sulistyo - Aktivitas Antimikroba Flavonoid - Glikosida

kompleks reseptor-glikosida melalui ikatan hidrogen, Funayama M, T Nishino, S Murao, S Takenishi and H
yang akan terurai setelah melewati membran sel. Nakano. 1993. Enzymatic synthesis of (+) catechir,
a-glucoside and its effect on tyrosinase activity. J.
Penetrasi senyawa ke dalam membran sel akan Biosch Biotech Biochem 57: 1666-1669.
menyebabkan terkoagulasinya protein dan membran Funayama M, H Arakawa, R Yamamoto , Nishino T,
sel, sehingga sel mengalami lisis (Siswandono dan Shin T and S Murao. 1994. A new microorganism
producing a glucosyl transfer enzyme to
Soekardjo 1995). polyphenols. J. Biosch Biotech Biochem 58, 817-
Hasil uji aktivitas antimikrob flavonoid-glikosida 821.
pada Gambar 8 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa Hostettmann K, M Hostettmann and A Marston. 1995.
Cara Kromatografi Preparatif. Penggunaan pada
besarnya konsentrasi flavonoid-glikosida dan lamanya
isolasi senyawa alam. K Padmawinata (Penerjemah).
waktu inkubasi berpengaruh terhadap daya hambat. Penerbit ITB, Bandung.
Semakin besar konsentrasi yang digunakan, semakin Kitao S and H Sekine. 1993. a-D-glucosyl transfer to
besar pula daya hambatnya, sedangkan lamanya waktu phenolic compounds by sucrose phosphorylase
from leuconostoc mesentereides and production of
inkubasi menyebabkan daya hambat semakin menurun. a-arbutin. J Biosch Biotech Biochem 58, 38-42.
Hal tersebut karena terurainya ikatan hidrogen yang Kometani T, Y Terada, T Nishimura, H Takii and S
terbentuk antara akseptor dengan glikosida, sehingga Okada. 1994. Transglycosylation to hesperidin by
Cyclodekstrin glukanotransferase from an
aktivitasnya menurun.
alkalophilic Bacillus species in alkaline pH and
properties of hesperidin glycosides. J Biosch
KESMPULAN
Biotech Biochem 58,1990-1994.
Flavonoid-glikosida dapat disintesis secara Kometani T, Y Terada, T Nishimura, T Nakae, H Takii
enzimatik menggunakan CGT-ase dari biakan B. and S Okada. 1996. Acceptor specificity of
licheniformis dalam larutan bufer fosfat pH 6 pada suhu cyclodextrin glukanotransferase from an alkolophilic
Bacillus species and synthesis of glucosyl rhamnose.
45°C selama 24 jam, dengan menggunakan akseptor J. Biosch Biotech Biochem 60,1176-1178.
dari ekstrak temu putih dan substrat tepung terigu. Markham KR. 1998. Cara Mengidentifikasi Flavanoid.
Dari keempat mikrob uji yang digunakan yaitu K Padmawinata (Penerjemah). Penerbit ITB,
Bandung.
B. subtilis, S. cerevisiae, E. coli dan C. tropicallis, Mori S, S Hirose, T Oya and S Kitahata. 1994.
flavonoid-glikosida menunjukkan daya penghambatan Purification and properties of cyclodekstrin
terhadap B. subtilis, S. cerevisiae, dan E. coli. glukanotransferase from Brevibacterium sp. No.
9605. JBiosci Biotech Biochem 58, 1968-1972.
Sedangkan arbutin dan flavonoid-glikosida tidak
Pelczar MJ and ECS Chan 1986. Dasar-dasar
mempunyai kemampuan dalam menghambat Mikrobiologi. RS Hadiutomo (Penerjemah). UI-
pertumbuhan ketiga mikrob uji tersebut. Press, Jakarta.
Siswandono dan B Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal.
UCAPAN TERIMA KASIH Airlangga University Press, Surabaya.
Diucapkan terima kasih kepada Hany Hapsah Sulistyo J dan YS Soeka. 1999. Bioproses enzimatik dan
uji hayati aktivitas polifenol-glikosida sebagai
atas bantuannya, sehingga penelitian ini dapat senyawa antimikroba dan antimelanogenesis. Dalam:
terlaksana dengan baik dan lancar. Kosela dan WP Suwarsono (Penyunting). Kimia
Bahan Alam. Prosiding Seminar Nasional. UI-
DAFTARPUSTAKA UNESCO, Jakarta.
Dubois M, K Giles, JK Hamilton, P Robers and F Smith. Suradikusumah E. 1989. Kimia Tumbuhan. PAU-IPB,
1956. Colorimetric method for determination of Bogor.
sugar. J.AnalChem 28,350-356. Tankova A. 1998. Bacterial cyclodextrin glukano transferase.
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi Ed. 2. J Enzyme Microb Technol 22, 678-686.
Djambatan, Jakarta.

464

You might also like