Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Antara Abdominal Perfusion Pressure: (App) Dengan Outcome Post Operasi
Hubungan Antara Abdominal Perfusion Pressure: (App) Dengan Outcome Post Operasi
Hubungan Antara Abdominal Perfusion Pressure: (App) Dengan Outcome Post Operasi
Abstract :
1
PENDAHULUAN menemukan management yang
Dalam satu dekade terakhir terbaik untuk penyakit tersebut.
dilaporkan adanya peningkatan (Prabhu, Shivani, 2014)
insiden perforasi ulkus peptikum yang Penatalaksanaan penyakit ulkus
disebabkan oleh meningkatnya peptikum bervariasi mulai dari
penggunaan obat golongan non penggunaan H2 reseptor antagonist,
steroid anti inflammatory drugs proton pump inhibitors (PPI),
(NSAIDs) dan jamu. Obat golongan ini beberapa regimen untuk H. Pylori
menyebabkan kerusakan barier sampai dengan penatalaksanaan
mukosa gaster serta duodenum pembedahan berupa vagotomi selektif
sampai akhirnya menimbulkan dan supra selektif dapat dengan
komplikasi perforasi. Komplikasi tehnik laparaskopi ataupun open. Hal
perforasi pada ulkus peptikum terjadi serupa juga pada penatalaksanaan
sama dengan komplikasi perdarahan perforasi ulkus peptikum bervariasi
saluran cerna. Lokasi perforasi paling dari terapi konservatif non operative
banyak terjadi pada sisi anterior sampai penatalaksanaan
(60%), dapat pula terjadi pada bagian pembedahan.(Prabhu, Shivani, 2014)
antrum (20%) dan pada bagian Saat ini pembedahan untuk
kurvatora minor (20%). (Lange et. al, penyakit ulkus pepikum terbatas pada
2011). penanganan komplikasinya seperti
Penyakit ulkus peptikum terdiri perforasi, perdarahan. Pada perforasi
dari ulkus gaster dan duodenum, gaster, terapi konservatif dapat
dimana merupakan penyakit yang dilakukan pada beberapa kasus. Jika
banyak dijumpai pada populasi diperlukan tindakan laparatomi atau
dengan angka morbiditas dan laparaskopi, penutupan yang simple
mortalitas yang tinggi pada dua sudah cukup untuk sebagian besar
dekade terakhir. Perkembangan ilmu kasus, dan pembedahan ulkus
pengetahuan tentang etiopathogesesis peptikum definitif tidak lagi
dari penyakit yang berhubungan dibutuhkan untuk pasien-pasien
dengan asam lambung telah bergeser tersebut.(Prabhu, Shivani, 2014)
kearah penyakit infeksi dan telah Mortalitas dan morbiditas yang
menjadi perbincangan pada disebabkan oleh perforasi ulkus
bermacam penelitian untuk peptikum sangat besar, dan angka
1
mortalitas berkisar antara 25 – 30% peritonitis karena perforasi gaster
telah dilaporkan pada beberapa sebanyak 27 kasus, yang dirawat di
penelitan. Sejumlah faktor-faktor untk RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Dari 27
mengetahui morbiditas dan mortalitas kasus , laki-laki sebanyak 18 (66%),
dari perforasi ulkus peptikum telah dan wanita 9 (34 %). Usia termuda 28
diketahui dan beberapa angka tahun dan tertua 85 tahun, dengan
prediksi klinis telah diajukan. (Buck frekuensi usia < 50 tahun 4 kasus
et. al, 2012) (16%), 50-70 tahun 18 kasus (66%) dan
Di RS. Hasan Sadikin Bandung , usia > 70 tahun 5 kasus (18%). Dari 27
kasus perforasi gaster tahun 2005 26 kasus, 19 dilakukan cito operasi
orang, tahun 2006 sejumlah 38 orang laparotomi dan 8 kasus tidak
dan tahun 2007 meningkat menjadi dilakukan operasi. Alasan tidak
57 orang. Hal ini sesuai denmgan dilakukan operasi antara lain karena
penelitian yang juga dilakukan di RS. masalah biaya, usia yang sudah tua,
Immanuel Bandung dimana kasusnya atau APS dengan alasan yang tidak
pada tahun 2006 tidak lebih dari 10 jelas. Dari 19 kasus yang dilakukan
orang, tetapi dalam 6 bulan terakhir operasi, 12 (63 %) kasus sembuh
mencapai 46 orang. Mayoritas kasus dengan lama perawatan post op di
adalah pria (77%) dan terbanyak pada ruangan antara 7-10 hari, 7 (37% )
usia 50 – 70 %, termuda usia 22 tahun kasus meninggal post op karena
dan tertua usia 80 tahun. Hal yang sepsis (Wahyudi, 2008)
menarik dari penelitian diatas adalah Banyak sistem skoring yang
seluruh penderita perforasi gaster digunakan untuk menilai prognosis
adalah pengkonsumsi jamu-jamuan mortalitas dan morbiditas pda
atau obat-obatan yang dibeli sendiri perforasi ulkus peptikum. Semua
tanpa resep dokter karena keluhan sistem skoring seperti Boey skor,
rematik, nyeri kepala, obat kuat, dll. Mannheim Peritonitis Index (MPI),
(Wahyudi,2008) American society of Anesthesiologist
Di RS Dr. Moewardi Solo selama score, Acute Physiology and Chronic
kurun waktu 1 tahun, mulai Januari – Health Evaluation (APACHE II) telah
Desember 2007, dilaporkan Selama digunakan untuk memprediksi angka
kurun waktu 1 tahun, mulai Januari – mortalitas perforasi gaster pre-
Desember 2007, didapatkan penderita operatif. Sistem skoring yang
2
digunakan haruslah simple dan dapat mean arterial pressure (MAP)
secara optimal memprediksi outcome dikurangi intracranial pressure (ICP),
dan dapat diukur dengan objektif maka dapat dihitung abdominal
serta dapat diterapkan pada pasien- perfusion pressure (APP) dengan
pasien tersebut untuk menentukan menggunakan rumus MAP dikurangi
prognosis.(Prabhu, Shivani, 2014) IAP, telah digunakan sebagai angka
Pada penelitian yang dilakukan prediktor perfusi organ visceral yang
oleh David Levarett Buck dkk , pada akurat dan penting untuk batasan dari
pasien-pasien perforasi ulkus resusitasi. APP menilai aliran arteri
peptikum yang dilakukan (MAP) dan restriksi aliran vena (IAP)
pembedahan, didapatkan bahwa dari secara statistik menunjukkan
keempat sistem skoring seperti Boey keunggulan sebagai parameter
score, ASA score, APACHE II score, dan survival dari IAH dan ACS. Lebih
sepsis score masih memiliki lanjut APP juga lebih baik
kemampuan yang rendah dalam dibandingkan perhitungan pH arterial,
memprediksi mortalitas dan base defisit, lactate dan urin output.
morbiditas perforasi ulkus peptikum. Dengan mempertahankan APP
(Buck et. al, 2012) minimal 60 mmHg dapat memperbaik
Peningkatan tekanan angka survival IAH dan ACS.
intraabdomen / intraabdominal (Malbrain,2006)
pressure (IAP) sering terjadi pada Pada perforasi gaster terjadi
pasien-pasien dengan sindrom akut kebocoran dari lambung sehingga isi
abdomen seperti ileus, perforasi dari lambung termasuk cairan
gastrointestinal, periotonitis, akut lambung dan udara keluar dari
pankreatitis atau trauma. Peningkatan lambung dan mengisi rongga
IAP dapat menimbulkan peritoneum. Hal ini akan
intraabdominal hypertension (IAH) meningkatkan tekanan
dan abdominal compartmentsyndrome intraabdominal dan pada akhirnya
(ACS).(Kovac et. al, 2007) dapat menimbulkan IAH dan ACS.
Sama seperti konsep Pada penelitian kami ingin mencari
perhitungan cerebral perfusion korelasi antara abdominal perfusion
pressure (CPP), dimana untuk pressure dengan angka survival
menghitungnya digunakan rumus pasien-pasien perforasi gaster yang
3
dilakukan pembedahan. Sehingga procedure. November 2014 sampai
diharapakan APP dapat digunakan dengan April 2015. Cara Pengambilan
untuk menentukan angka survival Sampel Pada penelitian ini adalah
pada pasien-pasien dengan perforasi dengan, probability sampling/ non
gaster. consecutive sampling yaitu semua
dari populasi yang telah disesuaikan
METODE PENELITIAN dengan kriteria restriksi mulai
Penelitian ini merupakan penelitian November 2014 sampai dengan April
observasional analitik untuk menilai 2015.
hubungan antara Abdominal Besarnya sampel dapat dihitung
Perfusion Pressure(APP) dengan berdasarkan rumus sebagai berikut :
outcome post operasi perforasi gaster n1 =n2= (PoQo+P1Q1)(Z1-α² +Z1- β)2
P1-Po
menggunakan rancangan kohort
Kriteria Inklusi :
prospektif. Tempat penelitian di
Penderita dengan keluhan nyeri
bagian Bedah sub bagian bedah
seluruh lapang perut yang secara
Digestif RSDM Surakarta . Populasi
klinis dan radiologis didiagnosa
dan Sampel penelitian terdiri dari
sebagai perforasi gaster, umur > 18
populasi yaitu : semua penderita
tahun, dapat diukur IAP melalui
perforasi gaster non trauma dan
kateter urin intravesika. Kriteria
dilakukan tindakan operasi laparatomi
Eksklusi : Penderita perforasi gaster
dan graham patch procedure yang
disertai penyakit lain, perforasi gaster
dirawat di bangsal bedah sub bagian
akibat trauma.
digestif RSDM Surakarta. Sampel
penelitian yaitu : Semua penderita
dewasa ( umur>18 Tahun) yang
HASIL PENELITIAN DAN
datang ke Instalasi Gawat darurat
PEMBAHASAN
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan
Hasil Penelitian
keluhan nyeri seluruh lapang perut,
Penelitian ini menggunakan desain
didiagnosis dengan perforasi gaster,
penelitian observasional analitik
dilakukan pengukuran IAP dan
untuk menilai hubungan antara
dihitung APP. Pasien lalu diobservasi
Abdominal Perfusion Pressure(APP)
outcome nya setelah dilakukan
dengan outcome post operasi
operasi laparatomi dan graham patch
4
perforasi gaster menggunakan
18
rancangan kohort prospektif. 14 3
Pada penelitian ini, dalam 20
1
kurun waktu 6 bulan antara November
0
2014 sampai dengan April 2015 20 - 41 - 61 - > 80
40 th 60 th 80 th th
didapatkan 36 pasien masing-masing
kelompok umur yang memenuhi
kriteria penelitian yaitu semua pasien Gambar 4.1
Grafik distribusi menurut kelompok
perforasi gaster yang dilakukan
tindakan laparatomy + graham patch umur
5
didapatkan nilai rata-rata 71.8333 outcome buruk 15 pasien (52%).
mmHg, dengan nilai minimal 60mmHg Sedangkan dari 7 pasien perempuan
dan nilai maksimal 84 mmHg. Rata- didapatkan outcome baik 3 pasien
rata nilai APP secara keseluruhan (43%), dan outcome buruk 4 pasien
adalah 60,44 mmHg. (57%). Dari 14 orang dengan outcome
baik didapatkan lama perawatan
Tabel 4.1 minimal adalah 9 hari dan lama
Distribusi nilai APP berdasarkan Jenis
perawatan maksimal adalah 15 hari
Kelamin
dengan rata-rata hari perawatan
APP
Jenis adalah 11.94 hari. Untuk pasien
< 60 Total
Kelamin ≥ 60 Hg dengan outcome buruk seluruhnya
mmHg meninggal dengan mortalitas post
Laki-Laki 15 14 29 operasi terendah adalah 1 hari dan
Perempua terlama adalah 14 hari dengan rata-
3 4 7
n rata 6.26 hari.
Total 18 18 36
Tabel 4.2
Distribusi nilai APP pada masing-
masing kelompok
Mean Minim Maxim
APP N
APP um um
6
dengan outcome baik. Sedangkan perforasi gaster ditemukan 17,5
pada kelompok APP ≥ 60 mmHg dengan nilai p = 0,001. Tingkat
didapatkan 14 orang (78%) dengan kepercayaan menggunakan nilai 95%
outcome baik dan 4 orang (22%) atau α = 5% (0,05) pengambilan
dengan outcome buruk. Dari 19 kesimpulan adalah sebagai berikut:
pasien dengan outcome buruk Hasil analisa Chi-Square
didapatkan nilai APP minimal adalah memperlihatkan nilai Pearson Chi-
41 mmHg dan maksimal adalah 64 Square dengan nilai sebesar 0,001 (p <
mmHg dengan rata-rata 50.58 mmHg. 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
Dan 17 pasien dengan outcome baik terdapat hubungan yang signifikan
didapatkan nilai APP minimal adalah antara abdominal perfussion pressure
54 mmHg dan maksimal adalah 84 dengan outcome post operasi
mmHg dengan nilai rata-rata 71,47 perforasi gaster.
mmHg. Dan rata-rata nilai APP Hasil uji odds ratio
keseluruhan adalah 60.44 mmHg. menunjukkan nilai sig. (P_value)
Tabel 4.3 sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05),
Tabel hubungan/ kontingensi (2x2)
hasil ini menunjukkan APP
antara abdominal perfusion pressure
dengan outcome post operasi berpengaruh secara signifikan
perforasi gaster.
terhadap outcomes. Nilai odds ratio
Out Come menunjukkan 17,5 yang berarti, nilai
APP Total
Buruk Baik APP diatas 60 memiliki
program SPSS for windows versi 19. (19%). Hal ini sesuai dengan literature
pressure dengan outcome post operasi ini juga sesuai dengan angka kejadian
7
di RS Hasan Sadikin bandung dan perempuan didapatkan outcome baik
RSUD Dr. Moewardi Solo dimana 3 pasien (43%), dan outcome buruk 4
didapatkan perbandingan penderita pasien (57%). Dari data tersebut dapat
laki-laki 66% - 77% dan penderita disimpulkan bahwa meskipun
perempuan 23% - 34%. penderita dengan jenis kelamin
Hal tersebut juga sesuai perempuan lebih sedikit daripada
dengan yang dilaporkan oleh Hardepp pasien laki-laki, tetapi pasien
Gill tahun 2006 yang melaporkan ratio perempuan lebih cenderung
penderita perforasi gaster laki-laki mengalami outcome yang buruk
dan perempuan adalah 7 : 1 dan pada dibandingkan dengan pasien dengan
sepuluh tahun terakhir terjadi jenis kelamin laki-laki meskipun
peningkatan penderita wanita dengan perbedaannya tidak signifikan.
perbandingan 2 : 1. (Gill, 2006) Angka mortalitas yang
Sedangkan menurut umur didapatkan pada penelitian ini adalah
pada penelitian ini didapatkan umur 57%. Hasil ini berbeda dengan
minimal adalah 25 tahun dan literature dimana Buck et.al. 2012
maksimal adalah 84 tahun. Sedangkan menyebutkan bahwa angka mortalitas
kelompok umur terbanyak adalah usia adalah 25 – 30 %. Hasil ini juga
61 – 80 tahun yaitu sebanyak 18 berbeda dengan hasil penelitian
pasien (50%) dengan rata-rata umur wahyudi 2007 di RS Dr. Moewardi
adalah 64,31 tahun. Hasil ini sesuai dimana angka mortalitas adalah 37%.
dengan penelitian retrospektif yang Hal ini kemungkinan karena faktor
dilakukan di RS Dr.Moewardi Solo dan keterlambatan penanganan dimana
di RS Hasan Sadikin Bandung dimana rata-rata pasien yang datang ke RS Dr.
didapatkan sebagian besar pasien Moewardi pada kurun waktu
berusia 50 – 70 tahun dan usia penelitian 3 – 4 hari setelah kejadian
termuda adalah 22 dan 28 tahun. sehingga meningkatkan angka
Pada penelitian ini diperoleh mortalitas. Pada penelitian ini juga
data distribusi outcome terhadap jenis didapatkan bahwa rata-rata pasien
kelamin dari 29 pasien laki-laki dengan outcome yang baik datang ke
didapatkan outcome baik sebanyak 14 RS rata-rata 1 – 2 hari kejadian.
pasien (48%), dan outcome buruk 15 Dengan terlambatnya pasien
pasien (52%). Sedangkan dari 7 pasien mendapatkan penanganan medis
8
mengakibatkan angka outcome buruk tertinggi adalah 84 mmHg dengan
akan meningkat, hal ini disebabkan rata-rata 71,47 ± 7.70 mmHg. Dengan
terutama karena terjadi peningkatan rata-rata nilai APP keseluruhan adalah
Intra Abdominal Pressure (IAP) dan 60,44 ± 12.83 mmHg. Dari hasil
penurunan Abdominal Perfussion penelitian ini dapat disimpulkan
Pressure (APP). bahwa pasien-pasien dengan APP < 50
Hal tersebut sesuai dengan mmHg memiliki kecenderungan
penelitian yang dilakukan oleh memberikan hasil outcome yang
Hardepp Gill tahun 2006 dimana buruk. Dan pasien dengan APP > 70
dilakukan penelitian untuk menilai mmHg memberikan hasil outcome
outcome pada pasien perforasi gaster yang baik dengan nilai rata-rata APP
dengan menggunakan Boey score keseluruhan adalah 60 mmHg
system dimana dinilai 3 parameter sehingga dapat diartikan bahwa nilai
yaitu pre operatif shock (<100 mmHg), rata-rata antara outcome yang baik
perforasi > 24 jam, dan adanya dan buruk adalah 60 mmHg. Hal ini
komorbid lain. Masing masing diberi sesuai dengan teori yang ada dimana
nilai satu. Dimana pasien dengan Boey nilai cut of point APP yang baik adalah
Score 1 mortalitas meningkat 10%, 60 mmHg.
score 2 mortalitas 45,5% dan score 3 Sedangkan dari data hasil
mortalitas 100%. Dimana pada pasien pengukuran abdominal perfussion
dengan kondisi yang buruk rata-rata pressure (APP) dan outcome post
memiliki score 2, sehingga angka operasi perforasi gaster didapatkan
mortalitasnya meningkat 45%. (Gill, pada kelompok APP < 60 mmHg
2006) didapatkan 15 orang (83%) dengan
Nilai APP pada penelitian ini outcome buruk dan 3 orang (17%)
didapatkan bahwa pada pasien dengan outcome baik. Sedangkan pada
dengan outcome buruk didapatkan kelompok APP ≥ 60 mmHg didapatkan
nilai APP minimal adalah 41 mmHg 14 orang (78%) dengan outcome baik
dan maksimal adalah 64 mmHg dan 4 orang (22%) dengan outcome
dengan rata-rata 50.58 ± 7.04 mmHg. buruk. Hasil analisa Chi-Square
Sedangkan pada pasien-pasien dengan memperlihatkan nilai Pearson Chi-
outcome buruk didapatkan nilai Square dengan nilai sebesar 0,001 (p <
terendah adalah 54 mmHg dan 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
9
terdapat hubungan yang signifikan dengan melakukan resusitasi yang
antara abdominal perfussion pressure adekuat. Karena sebagian besar pasien
dengan outcome post operasi yang dengan perforasi gaster
perforasi gaster. Hasil uji odds ratio mengalami dehidrasi dan
menunjukkan nilai sig. (P_value) hemodinamik yang tidak baik.
sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05), Kendala dari resusitasi ini adalah
hasil ini menunjukkan APP pada pasien-pasien dengan usia yang
berpengaruh secara signifikan tua kita tidak dapat melakukan
terhadap outcome. Nilai odds ratio resusitasi yang massif karena
menunjukkan 17,5 yang berarti, nilai seringkali pada usia tua didapatkan
APP diatas 60 memiliki kondisi dimana fungsi
kecenderungan outcome yang baik cardiopulmonalnya kurang optimal,
17,5 kali lebih besar dibandingkan sehingga jika dilakukan kresusitasi
pasien dengan APP di bawah 60. yang terlalu adekuat justru akan
Dari hasil diatas menunjukkan memperburuk kondisi pasien.
ada hubungan yang signifikan antara Sedangkan sebagian besar pasien
Abdominal Perfusion Pressure dan perforasi gaster adalah pasien dengan
outcome post operasi perforasi gaster. usia tua dengan rata-rata usia pasien
Dengan demikian dapat disimpulkan adalah 63 tahun. Dapat disimpulkan
bahwa semakin rendah APP maka bahwa peran resusitasi untuk
semakin buruk outcome atau dengan meningkatkan MAP dan meningkatkan
kata lain semakin tinggi nilai APP akan APP pada pasien dengan perforasi
memberikan hasil outcome post gaster terbatas. Hal ini juga didukung
operasi yang lebih baik. Dapat dengan hasil penelitian ini dimana
disimpulkan juga bahwa pasien didapatkan rata-rata MAP dengan
dengan nilai APP yang jelek harus outcome buruk adalah 89.21± 14.73
diupayakan dulu untuk memperbaiki mmHg dan outcome baik adalah 97.12
nilai APP nya dengan menaikkan nilai ± 7.72 mmHg dengan sehingga tidak
MAP (Mean Arterial Pressure) dan didapatkan perbedaan yang signifikan
menurunkan Intra Abdominal pada masing-masing kelompok
Pressure (IAP). dengan outcome buruk dan baik (p =
Upaya-upaya untuk 0.077).
memperbaik MAP diantaranya adalah
10
Upaya lain yang dapat demikian bahwa dengan menurunkan
dilakukan untuk memperbaiki nilai IAP akan lebih baik dalam
APP pada pasien dengan perforasi memperbaiki nilai APP
gaster adalah dengan menurunkan IAP dibandingkanm dengan kenaikan
nya. Hal ini berdasarkan bahwa pasien MAP.
dengan perforasi gaster sebagian Hal ini sesuai dengan
besar mengalami peningkatan IAP penelitian yang dilakukan oleh
diatas 20 mmHg disebabkan dengan Cheatam dan Malbrain pada tahun
terjadinya akumulasi udara lambung 2005 dimana dilakukan penelitian
dan cairan bebas yang berasal dari multicenter dengan 257 pasien kritis
lambung. Dengan menurunkan IAP yang mengalami Abdominal
diharapkan dapat menaikkan APP Hypertension (IAH). Pada penelitian
sehingga dapat memperbaiki outcome itu didapatkan bahwa IAP secara
post operasi perforasi gaster. Cara bermakna berhubungan dengan
untuk meurunkan IAP adalah kegagalan organ dan mortalitas. APP
melakukan drainase intraperitoneal didapatkan rendah pada kelompok
dengan menggunakan NGT no 18 yang nonsurvivor (54 ± 16 vs 69 ± 23
dimasukkan kedalam cavum mmHg, p<0,001) dan MAP (68 ± 15 vs
peritoneum sehingga tekanan 81 ± 23 mmHg, p<0,0001) dimana IAP
intraabdomen akan turun dengan secara signifikan meningkat (15 ± 6 vs
keluarnya udara dan cairan lambung 12 ± 5 mmHg, p< 0,0001). APP dengan
melalui drainase tersebut. Hal ini nilai minimal 60 mmHg berhubungan
didukung dengan hasil penelitian ini dengan sensitifitas yang baik (79%)
dimana didapatkan rata-rata IAP pada dab spesifitas (62%) dimana nilai MAP
kelompok pasien dengan outcome minimal 70 mmHg memiliki
buruk adalah 38.63 ± 17.24 mmHg sensitifitas 69% dan spesifitas 61%.
dan outcome baik 25.65 ± 11.72 Sedangkan nilai IAP minimal 12
mmHg. Dari hasil tersebut didapatkan mmHg memiliki sensitifitas 75% dan
perbedaan yang signifikan antara spesifitas 59%. Berdasarkan hasil
kedua kelompok tersebut (p=0.013) tersebut merekomendasikan menjaga
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai APP diatas 60 mmHg dan IAP
IAP memegang peranan penting dalam dibawah 12 mmHg untuk
menentukan outcome. Dengan
11
mengoptimalkan outcome pasien. dibandingkan jika pasien di operasi
(Cheatam, Malbrain, 2005) dengan APP pre operasi ≥ 60 mmHg.
Sedangkan rekomendasi Sehingga disarankan untuk
dilakukannya drainase intraperitoneal memperbaiki APP pre operasi pada
pada kondisi terjadinya abdominal pasien-pasien tersebut.
compartement syndrome sesuai Dari hasil-hasil penelitian
dengan konsensus dan guidline diatas dapat disimpulkan bahwa
penanganan abdominal compartement Abdominal Perfussion Pressure dapat
syndrome (ACS) dan intra abdominal dijadikan nilai ukur untuk
hypertension (IAH) pada tahun 2013 menentukan prognosis outcome post
di Canada. Dimana disarankan operasi perforasi gaster. Dengan
prosedur Percutaneus Drainage (PCD) demikian dapat dikatakan pula bahwa
pada pasien dengan IAH dan ACS pengukuran APP pada pasien
terutama pada pasien dengan kondisi perforasi gaster penting dilakukan
yang tidak optimal untuk secara rutin untuk menentukan
pembedahan, dan hal ini akan strategi terapi yang lebih baik pada
menurunkan angka mortalitas dan pasien dengan perforasi gaster.
kebutuhan akan tindakan SIMPULAN dan SARAN
dekompresif laparatomi. (Kirkpatrick A. Simpulan
et. al. 2013) Kesimpulan yang diperoleh
Dari perhitungan odd ratio dari hasil penelitian hubungan
didapatkan angka 17,5. Hal ini abdominal perfussion pressure
menggambarkan bahwa pasien dengan dengan outcomepost operasi perforasi
nilai APP < 60 mmHg memiliki gaster adalah sebagai berikut:
kecenderungan mengalami outcome 1. Ada hubungan yang signifikan
yang buruk sebanyak 17,5 kali antara abdominal perfussion
dibandingkan dengan pasien dengan pressure (APP) dengan outcome
pasien dengan APP ≥ 60 mmHg. Dari post operasi perforasi gaster
hasil tersebut dapat ditarik suatu dengan OR 17,5 (p=0,001)
kesimpulan bahwa pasien yang 2. Menurut komponen yang
memiliki APP pre operasi < 60 dapat berpengaruh terhadap APP, ada
diprediksikan akan mengalami hubungan yang signifikan antara
outcome post operasi buruk 17.5 kali intra abdominal pressure (IAP)
12
dengan outcome post operasi Buck, David, L., Andersen, Morten, V.,
Moller, Morten, H. 2012.
perforasi gaster (p=0,013),
Accuracy of clinical
sedangkan untuk mean arterial prediction rules in peptic
ulcer perforation: an
pressure (MAP) tidak ada
observational study.
hubungan yang sinifikan Scandinavian Journal of
Gastroenterology,
(p=0,077).
2012;47:28-35
13
University of Cape Town, and Abdominal Perfusion
South Africa. Pressure in Patients with
Acute Abdominal
Glenda, N. 2003. Gangguan Lambung Syndrome. Signa Vithae
dan Duodenum. 2(2):14-17
Patofisiologi, konsep Klinis
dan Proses-proses Penyakit. Lange, J.F., Nicolai, A., Tilanus, H.W.,
Ed. 6 Vol. 1 Penerbit Buku Kuipers, E.J., Eijck, van,
kedokteran EGC. Jkt. 2003 C.H.J. 2011. Perforated
Peptic Ulcer : new insights.
Hanumanthappa, M.B., Gopinathan, S., Erasmus Universiteit
Rai, Guruprasad, D., Rotterdam. Chapter : 4.
Dsouza, Neil. 2012. A Non-
operative Treatment of Lee, Rosemary, K. 2012. Abdominal
Perforated Peptic Ulcer: A Compartement Syndrome:
Prospective Study with 50 A Comprehensive Overview.
Cases. Journal of Clinical American Association of
and Diagnostic Research, Critical Care Nurses. ©2012
Vol-6(4): 696-699 Vol: 32. 19 – 31
14
Hypertension and Medical and Health Science
Abdominal Compartement Research. Vol 4. India. 2014
Syndrome, Intensive Care
Med, 32:1722-1723 Riwanto Ign, 2003. Lambung dan
Duodenum. Buku Ajar Ilmu
Mercer, David, W. dan Robinson, Bedah. Ed. 2. Penerbit Buku
Emil,y K. 2004. Stomach. In: Kedokteran EGC. Jkt. 2003.
Sabiston Textbook of
Surgery. 17th edition. ©
2004. Elsevier. Schaible Anja, 2009 . Peptic Ulcer
Disease: Perforation. In:
Muholland Michael W. 2006. General Surgery. Second
Gastroduodenal ulceration. edition. © 2009 Springer-
In : Greenfied’s Surgery : Verlag London Limited.
Scientific Principles and Chapter : 48.
Practice, 4th edition.
Chapter 46. Lippincott Soemarko, M. 2004. Hubungan
Williams and wilkins © Peningkatan Tekanan
2006 Intravesika Urinaria Dengan
Perdarahan Intraperitonela
Onichimowsk, Dariusz., Podlinska, Akibat Trauma Tumpul
Iwona., Sobiech, Sebastian., Abdomen. Jurnal
Ropiak, Robert. 2009. Kedokteran Brawijaya, Vol.
Measurement of intra- XX, No. 1, April 2004
abdominal pressure in
clinical practise. Oddzia Sofic, Amela., Beslic, Serif., Linceder,
Anestezjologii Lidija., Vrcic, Dunja. 2006.
i Intensywnej Terapii Early radiological
Wojewódzki Szpital diagnostic of
Specjalistyczny w Olsztynie gastrointestinal perforation.
ul. o nierska 18, 10-501 Radiol oncology 2006:
Olsztyn 40(2):67-72
15
.
Wahyudi, Andreas, 2008, Gambaran
Perforasi Gaster di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2007
16