Mereka memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya
yang menyeru kepada iman, maka jiwa dan hatinya men-
jadi hidup. Dengannya pula dapat dipersiapkan kehidup-
an yang abadi di akhirat kelak. Allah berfirman,
"Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam dan
pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi
mengingat itu baginya. Ia mengatakan, ‘Alangkah baiknya
kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku
ini....”" (al-Fajr: 23-24)
Allah swt. Mahakaya ketimbang kita karenanya dari
ibadah-ibadah kita, dari shalat-shalat kita, menunjukkan
bahwa kita ini fakir dan sangat membutuhkan’Allah, se-
dangkan Allah tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Kita
semua membutuhkan fadilah-Nya, rahmat-Nya, dan
ampunan serta keridhaan-Nya.
Kita dapat mengambil fadilah kemuliaan dan ihsanat
dari-Nya di dalam suatu kesempatan bagi kita di-saat ber-
simpuh di bawah kekuasaan-Nya, ketika shalat lima kali
sehari. Bahkan jika di dalam shalat tersebut kita tidak sem-
pat memperoleh nilai tambah, Dia senantiasa membuka-
kan pintu-Nya bagi kita semua, setiap saat dan kesempat-
an.
Di dalam shalat, kita menyucikan-Nya, bermunajat
dengan kalam-kalam-Nya, kita ruku dan sujud untuk-Nya,
kita menghubungkan ruh kita dengan Sang Maha Pencipta.
Kita renungi kembali asal penciptaan kita yang berasal dari
tanah serta unsur-unsur alam yang ada. Dari bahan baku
tersebut, Dia melengkapi dengan kemauan dan kekuatan
sehingga kita mampu menyucikan, menjunjung tuntutan-
tuntutan fisik dan syahwat, menjernihkan insting,
kecenderungan menegakkan kesucian, dan berusaha me-
Berjumpa Allah Lewat Shalat — 11lawan penyimpangan-penyimpangan serta penyeleweng-
an-penyelewengan yang berkenaan dengan kekejian dan
kemungkaran.
Ringkasnya, hidupnya hati di dalamshalat akan men-
jadikan hati sebagai tempat bagi seseorang untuk dapat
berjumpa dengan Allah swt. Perihal gerakan-gerakan fisik
seperti berdiri, ruku, dan sujud semata-mata merupakan
gambaran yang tampak untuk suatu kondisi hidupnya hati
bagi yang menunaikan shalat di sela-sela kekuasaan Allah.
Di dalamnya termasuk pengagungan, penyucian, kepas-
rahan, kerendahan, kekhusyuan, dan pendekatan diri ke-
pada-Nya.
Telah banyak referensi yang membahas shalat dari segi
figih, hukum-hukum shalat, dan segala sesuatu yang men-
jadi syarat keabsahannya, serta apa saja yang dapat meru-
sak nilai-nilai shalat atau yang membatalkannya. Karena
itu, maksud penulisan ini untuk membahasnya dari segi
aspek rohani dan nilai-nilai tambahan shalat. Juga sangat
kami tekankan peningkatan nilai tambah untuk menga-
rahkan kita dan kehidupan hati kita, di saat kebanyakan
manusia menyibukkan diri dalam upaya memperoleh ma-
teri yang lebih. Adalah suatu kepentingan mendesak, yaitu
perlunya menghidupkan shalat, sebagaimana Rasulullah
saw. menghidupkannya, sehingga dengan shalat, kita me-
rasakan kebahagiaan rohani dan kelezatan ketaatan, serta
selalu dengan setia menunggu tibanya waktu shalat, dan
menyambutnya dengan luapan kegembiraan. Hal ini se-
bagaimana kegembiraan seseorang yang ketika sedang
haus dahaga, tiba-tiba ia memperoleh seteguk air dingin
dan segar. Rasulullah saw. mengibaratkan perihal perasa-
an semacam itu sebagaimana sabdanya,
"Aku jadikan shalat itu menyejukkan hatiku.”
12 —Berjumpa Allah Lewat ShalatBeliau juga bersabda, “Hai Bilal, puaskanlah kami dengan
shalat.”
Beliau bangun tengah malam untuk melakukan shalat
malam sampai kedua kakinya bengkak dan tanpa dirasa-
kan, seakan-akan tak ada rasa sakit sedikit pun. Sebab be-
liau merasakan adanya kebahagiaan rohani dan ber-khal-
wat dengan Allah swt., bersama-Nya semua penderitaan
fisik menjadi kecil.
Tak diragukan lagi bahwa kebanyakan di antara kita
“shalatnya tidak hidup”, menurut gambaran yang indah
nan tinggi seperti itu, yang menghidupkan hati kita dan
melapangkan dada kita. Bahkan, ada pula sebagian di an-
tara kita yang merasa berat ketika menyambut waktu sha-
lat. Malah seandainya boleh, beban berat itu ingin dibebas-
kannya. Yang demikian ini justru menjauhkan kita dari
hakikat shalat dan dari hakikat “hidup dalam mihrab sha-
lat”. Maka marilah kita melangkah untuk memperoleh
secara saksama suatu kehidupan di dalam shalat, yang
dengannya pula hati kita menjadi hidup, begitu pula roha-
ni kita. Mari kita raih “kehidupan dalam mihrab shalat”.
ok RK
Berjumpa Allah Lewat Shalat — 13