Berjumpa Dengan Allah Hal 11-20

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 10
Mereka memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya yang menyeru kepada iman, maka jiwa dan hatinya men- jadi hidup. Dengannya pula dapat dipersiapkan kehidup- an yang abadi di akhirat kelak. Allah berfirman, "Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Ia mengatakan, ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini....”" (al-Fajr: 23-24) Allah swt. Mahakaya ketimbang kita karenanya dari ibadah-ibadah kita, dari shalat-shalat kita, menunjukkan bahwa kita ini fakir dan sangat membutuhkan’Allah, se- dangkan Allah tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Kita semua membutuhkan fadilah-Nya, rahmat-Nya, dan ampunan serta keridhaan-Nya. Kita dapat mengambil fadilah kemuliaan dan ihsanat dari-Nya di dalam suatu kesempatan bagi kita di-saat ber- simpuh di bawah kekuasaan-Nya, ketika shalat lima kali sehari. Bahkan jika di dalam shalat tersebut kita tidak sem- pat memperoleh nilai tambah, Dia senantiasa membuka- kan pintu-Nya bagi kita semua, setiap saat dan kesempat- an. Di dalam shalat, kita menyucikan-Nya, bermunajat dengan kalam-kalam-Nya, kita ruku dan sujud untuk-Nya, kita menghubungkan ruh kita dengan Sang Maha Pencipta. Kita renungi kembali asal penciptaan kita yang berasal dari tanah serta unsur-unsur alam yang ada. Dari bahan baku tersebut, Dia melengkapi dengan kemauan dan kekuatan sehingga kita mampu menyucikan, menjunjung tuntutan- tuntutan fisik dan syahwat, menjernihkan insting, kecenderungan menegakkan kesucian, dan berusaha me- Berjumpa Allah Lewat Shalat — 11 lawan penyimpangan-penyimpangan serta penyeleweng- an-penyelewengan yang berkenaan dengan kekejian dan kemungkaran. Ringkasnya, hidupnya hati di dalamshalat akan men- jadikan hati sebagai tempat bagi seseorang untuk dapat berjumpa dengan Allah swt. Perihal gerakan-gerakan fisik seperti berdiri, ruku, dan sujud semata-mata merupakan gambaran yang tampak untuk suatu kondisi hidupnya hati bagi yang menunaikan shalat di sela-sela kekuasaan Allah. Di dalamnya termasuk pengagungan, penyucian, kepas- rahan, kerendahan, kekhusyuan, dan pendekatan diri ke- pada-Nya. Telah banyak referensi yang membahas shalat dari segi figih, hukum-hukum shalat, dan segala sesuatu yang men- jadi syarat keabsahannya, serta apa saja yang dapat meru- sak nilai-nilai shalat atau yang membatalkannya. Karena itu, maksud penulisan ini untuk membahasnya dari segi aspek rohani dan nilai-nilai tambahan shalat. Juga sangat kami tekankan peningkatan nilai tambah untuk menga- rahkan kita dan kehidupan hati kita, di saat kebanyakan manusia menyibukkan diri dalam upaya memperoleh ma- teri yang lebih. Adalah suatu kepentingan mendesak, yaitu perlunya menghidupkan shalat, sebagaimana Rasulullah saw. menghidupkannya, sehingga dengan shalat, kita me- rasakan kebahagiaan rohani dan kelezatan ketaatan, serta selalu dengan setia menunggu tibanya waktu shalat, dan menyambutnya dengan luapan kegembiraan. Hal ini se- bagaimana kegembiraan seseorang yang ketika sedang haus dahaga, tiba-tiba ia memperoleh seteguk air dingin dan segar. Rasulullah saw. mengibaratkan perihal perasa- an semacam itu sebagaimana sabdanya, "Aku jadikan shalat itu menyejukkan hatiku.” 12 —Berjumpa Allah Lewat Shalat Beliau juga bersabda, “Hai Bilal, puaskanlah kami dengan shalat.” Beliau bangun tengah malam untuk melakukan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak dan tanpa dirasa- kan, seakan-akan tak ada rasa sakit sedikit pun. Sebab be- liau merasakan adanya kebahagiaan rohani dan ber-khal- wat dengan Allah swt., bersama-Nya semua penderitaan fisik menjadi kecil. Tak diragukan lagi bahwa kebanyakan di antara kita “shalatnya tidak hidup”, menurut gambaran yang indah nan tinggi seperti itu, yang menghidupkan hati kita dan melapangkan dada kita. Bahkan, ada pula sebagian di an- tara kita yang merasa berat ketika menyambut waktu sha- lat. Malah seandainya boleh, beban berat itu ingin dibebas- kannya. Yang demikian ini justru menjauhkan kita dari hakikat shalat dan dari hakikat “hidup dalam mihrab sha- lat”. Maka marilah kita melangkah untuk memperoleh secara saksama suatu kehidupan di dalam shalat, yang dengannya pula hati kita menjadi hidup, begitu pula roha- ni kita. Mari kita raih “kehidupan dalam mihrab shalat”. ok RK Berjumpa Allah Lewat Shalat — 13

You might also like