Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.

1, Maret 2007

PENGARUH KUNJUNGAN RUMAH OLEH PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN


PENGOBATAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 2 BATURADEN

Fajar Triasih1, Rohani Istiawan2, Sugeng Riyadi3


1 Mahasiswa sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman
2, 3 Program sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
Nurse home visiting program is very important for patient who suffered from pneumonia
especially for children under five years old. This program can influence patient compliance
during pneumonia treatment. Pneumonia cases have reached second rank most cases
diseases in Banyumas regency . Therefore, nurse home visiting program become the main
issues for treatment compliance for children who suffered for pneumonia.
This research objective was to know the influence of nurse home visiting program to
pneumonia patient treatment compliance of children less than five years old upon Baturraden II
Puskesmas. This research was quasi experimental, with pre- post test non randomized control group
design. Sample within this research was children under five years old who suffered from pneumonia upon
Baturraden II Puskesmas. Mc Nemar test used to evaluate the impact of treatment in relation to compliance
level. Meanwhile, the impact of nurse home visiting program to pneumonia patient compliance used
Chi Square test with Y rates Correction, with Confident Interval 95% (a 0.05).
Mc Nemar test shows that there was significant relationship of compliance level before and after
treatment for experimental groups On the other hand, control group shows no significant different between
pre and post test result. . Chi Square test with confident interval 95% (a 0.05) could be concluded that
there are an influence nurse home visiting program to pneumonia patient treatment compliance
with Significance value for 0.01.

Keywords: Nurse home visiting program, treatment compliance, Children, pneumonia

PENDAHULUAN selanjutnya disebut P2 ISPA menetapkan


Menurut WHO (2002) memperkirakan angka 10% balita sebagai target penemuan
kejadian pneumonia di negara berkembang penderita Pneumonia balita per tahun pada
dengan angka kematian bayi diatas 40 per suatu wilayah kerja. Secara teoritis
1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% per diperkirakan bahwa 10% dari penderita
tahun pada golongan usia balita. Kejadian Pneumonia akan meninggal apabila tidak
Pneumonia di Indonesia pada balita diberi pengobatan, maka diperkirakan tanpa
diperkirakan antara 10% - 20% per tahun, pemberian pengobatan akan didapat 250.000
sedangkan perkiraan angka kematian kematian balita akibat Pneumonia setiap
pneumonia secara nasional pada pelita V tahunnya (DepKes RI 2002).
ialah 6 per 1000 balita atau berkisar 150.000 Puskesmas 2 Baturraden adalah sebuah
balita pertahun. (DepKes RI, 2002) puskesmas yang berada di wilayah
Program Penanggulangan Penyakit Kecamatan Baturraden Kabupaten
Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang Banyumas, yang membawahi 6 desa yaitu

30
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

desa Karangsalam, Kemutug Lor, Puskesmas Ngampilan Kota Yogyakarta”,


Karangmangu, Kemutug Kidul, Rempoah dan telah membuktikan bahwa dengan kunjungan
Pandak. Dan jumlah penduduknya adalah rumah membuahkan hasil terjadinya
20.691jiwa, yang dilayani oleh 1 puskesmas kepatuhan dalam minum obat dan
induk, 2 puskesmas keliling, dan 1 puskesmas bertambahnya informasi yang didapat pasien
pembantu, serta 2 polindes. Untuk jumlah tentang penyakit Tuberculosis. Karena pada
tenaga dokter umum 1 orang, dokter gigi 1 saat kunjungan rumah petugas kesehatan
orang, ahli madya keperawatan 2 orang, lebih banyak waktu dalam memberikan
perawat kesehatan 1 orang, bidan 5 orang informasinya kepada pasien. Untuk itulah
termasuk bidan desa, penjenang kesehatan 1 peneliti ingin mengadakan penelitian dengan
orang, perawat gigi 1 orang, ahli madya judul “Pengaruh Kunjungan Rumah Perawat
kesehatan lingkungan 3 orang, tata usaha 1 Terhadap Kepatuhan Pengobatan Penderita
orang, sopir 1 orang, tenaga administrasi 1 Pneumonia Balita Di Wilayah Kerja
orang, dan petugas apotik 1 orang. Petugas Puskesmas 2 Baturraden”.
pengelola program P2 ISPA di Puskesmas 2 Tujuan umum penelitian ini adalah
Baturraden adalah seorang ahli madya untuk mengetahui pengaruh kunjungan rumah
keperawatan yang selain berperan sebagai perawat terhadap kepatuhan pengobatan
pengelola program P2 ISPA juga sebagai penderita pneumonia balita di wilayah kerja
pengelola program UKS dan puskesmas Puskesmas 2 Baturraden. Sedangkan tujuan
keliling. khususnya yaitu untuk mengetahui
Faktor penting dalam upaya karakteristik penderita pneumonia balita di
pemberantasan penyakit menular Pneumonia wilayah kerja Puskesmas 2 Baturraden dan
adalah perawatan penderita dirumah dan untuk mengetahui pengaruh kunjungan rumah
pengobatan yang teratur / benar. Dalam terhadap kepatuhan pengobatan penderita
program P2 ISPA diterapkan standar pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas
pengobatan dari Departemen Kesehatan dan 2 Baturraden.
juga kunjungan rumah, namun yang lebih
diutamakan adalah pengobatan yang sesuai METODE PENELITIAN
prosedur sedangkan kunjungan rumah tidak Jenis penelitian Quasi Experimental,
ditekankan. Puskesmas 2 Baturraden dengan design The Nonrandomized control group
jumlah kasus 242 penderita Pneumonia pada pretest posttest design. Dalam penelitian ini
tahun 2005 telah menerapkan program peneliti ingin mengetahui pengaruh kunjungan
tersebut namun dari Dinas Kesehatn Rumah perawat terhadap kepatuhan
Kabupaten Banyumas hanya diwajibkan pengobatan penderita Pneumonia balita di
kunjungan rumah pada 7 penderita. Dengan wilayah kerja Puskesmas 2 Baturraden, maka
demikian maka waktu penderita berobat ke peneliti akan melihat penderita Pneumonia
Puskesmas kurang mendapatkan informasi yang menjalankan pengobatan, setelah
dari petugas tentang Pneumonia besar menjalankan satu hari terlebih dahulu
kemungkinan keluarga tidak memberikan obat dilakukan kunjungan rumah untuk menilai
secara benar , sehingga proses tentang kepatuhan pengobatan yang telah
penyembuhan menjadi terhambat atau lama. diberikan Puskesmas (01), kemudian diberi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penyuluhan (1) setelah program pengobatan
Clara Maria Theresia tentang “Evaluasi Tugas selesai maka akan dinilai kembali
Perawat Dalam Melaksanakan Kunjungan kepatuhannya (02). Demikian juga untuk
Rumah Pada Kasus Tuberculosis Paru Di kelompok kontrol juga diadakan pengukuran

31
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

(03 dan 04) hanya bedanya kelompok ini Instrumen pengumpulan data pedoman
tidak diberi penyuluhan dalam menjalankan klasifikasi dan berupa kuesioner. Pedoman
pengobatannya (1). Pengukuran awal pada klasifikasi merupakan pedoman bagi peneliti
kedua kelompok tersebut dimaksudkan untuk dalam menentukan pengaruh kunjungan
mengetahui homogenitas dari populasi yang rumah perawat terhadap kepatuhan
akan menjadi target generalisasi. Analisis pengobatan Pneumonia balita di wilayah kerja
statistik hanya didasarkan pada beda mean Puskesmas 2 Baturraden. Kuesioner berisi
hasil akhirnya dengan menggunakan uji Chi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
square atau chi kuadrat dua populasi. dengan pneumonia, kunjungan rumah
Penelitian ini dilakukan di 6 desa, di perawat, dan faktor-faktor yang
wilayah kerja Puskesmas 2 Baturraden mempengaruhi kepatuhan pengobatan.
Kabupaten Banyumas. Populasi dalam Dalam penelitian ini digunakan 2 bagian
penelitian ini adalah semua penderita kuesioner , 1 bagian panduan observasi, dan
Pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas 1 bagian panduan penyuluhan.
2 Baturraden Kabupaten Banyumas. Sampel
penelitian adalah semua penderita HASIL DAN BAHASAN
Pneumonia balita yang berobat di Puskesmas Karakteristik Responden
2 Baturraden, yang sedang menjalankan Responden dalam penelitian ini adalah
pengobatan Pneumonia sesuai standar kelompok perlakuan sebanyak 15 orang dan
Program P2 ISPA. Kriteria inklusi dalam kelompok non perlakuan 15 orang, secara
penelitian ini : Keluarga penderita Pneumonia lebih rinci adalah sebagai berikut :Umur
yang tinggal satu rumah dengan penderita, responden dapat dilihat pada T abel berikut ini
Berada di wilayah kerja Puskesmas 2 :
Baturraden, Bisa membaca dan menulis.

T abel 1. Gambaran Umur Responden Antara Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Non Perlakuan
Bulan Agustus – September 2006
KELOMPOK
KATEGORI NON PERLAKUAN TOTAL
UMUR IBU PERLAKUAN
4 3 7
18-22 13.3% 10.0% 23.3%
5 5 10
23-27 16.7% 16.7% 33.3%
4 3 7
28-32 13.3% 10.0% 23.3%
1 3 4
33-37 3.3% 10.0% 13.3%
1 1 2
38-42 3.3% 3.3% 6.7%
15 15 30
Total 50.0% 50.0% 100.0%

32
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

Sesuai dengan tabel diatas terlihat sedangkan yang paling kecil usia 38 s/d 42
bahwa umur antara kelompok perlakuan dan tahun. Gambaran pendidikan responden
kelompok non perlakuan relatif sama dimana dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
modusnya pada umur antara 23 s/d 27 tahun,

Tabel 2. Gambaran Pendidikan Responden antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Non
Perlakuan Bulan Agustus – September 2006
PENDIDIKAN KELOMPOK TOTAL
RESPONDEN
NON PERLAKUAN PERLAKUAN
TIDAK TAMAT SD 2 1 3
6.7% 3.3% 10.0%
TAMAT SD 11 8 19
36.7% 26.7% 63.3%
SLTP 0 3 3
0% 10.0% 10.0%
SLTA 1 2 3
3.3% 6.7% 10.0%
PT 1 1 2
3.3% 3.3% 6.7%
TOTAL 15 15 30
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel diatas terlihat Gambaran jenis pekerjaan responden


bahwa 19 ibu atau 63,3 % berpendidikan SD, secara lengkap dapat dilihat pada T abel
sebagian besar berada pada kelompok yang dibawah ini. Berdasarkan tabel dibawah
tidak diberi perlakuan yaitu 11 orang atau terlihat bahwa 11 orang atau 36,7 % berkerja
36,7%, sedangkan yang paling rendah adalah sebagai buruh, dari sebelas orang tersebut 6
pendidikan tinggi, sebesar 6,7 % yang terbagi orang atau 20 % berada pada kelompok
secara sama antara kelompok perlakuan perlakuan, sedangkan yang paling kecil
maupun kelompok non perlakuan. sebagai petani, empat orang atau 13,3 %,
dengan lebih banyak pada kelompok non
perlakuan.

33
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

Tabel 3. Gambaran Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Non Perlakuan bulan Agustus – September 2006
JENIS PEKERJAAN KK KELOMPOK TOTAL
NON PERLAKUAN PERLAKUAN
PNS 2 3 5
6.7% 10.0% 16.7%
WIRASWASTA 5 5 10
16.7% 16.7% 33.3%
BURUH 5 6 11
16.7% 20.0% 36.7%
TANI 3 1 4
10.0% 3.3% 13.3%
TOTAL 15 15 30
50.0% 50.0% 100.0%

Kunjungan rumah perawat kepada keluarga dapat digambarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Gambaran Kunjungan Rumah Perawat pada Pnderita Pneumonia antara Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Non Perlakuan bulan Agustus – September 2006
KELOMPOK TOTAL
KATEGORI
KUNJUNGAN NON PERLAKUAN PERLAKUAN
tidak sesuai P2ISPA 15 0 15
50.0% 0% 50.0%
sesuai dengan 0 15 15
P2ISPA 0% 50.0% 50.0%
T otal 15 15 30
50.0% 50.0% 100.0%

Kondisi kepatuhan. Gambaran kepatuhan 1) Sebelum


responden dalam minum obat sesuai dengan Gambaran tingkat kepatuhan sebelum
program P2 ISPA dibedakan antara sebelum perlakuan baik pada kelompok yang diberi
dan sesudah baik pada kelompok perlakuan penyuluhan maupun kelompok yang tidak
maupun kelompok non perlakuan, dengan diberi perlakuan dapat digambarkan
gambaran sebagai berikut : sebagaimana grafik berikut ini

34
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

Grafik 1. Gambaran Kepatuhan Sebelum Dilakukan Penyuluhan Oleh Perawat Bulan Agustus –
September 2006

30
Frekuensi

20

10
0
tidak patuh patuh

Sesuai grafik diatas terlihat dari 30 Gambaran tingkat kepatuhan sesudah


responden yang telah dikunjungi oleh perlakuan baik pada kelompok yang telah
perawat, 29 pasien tidak patuh, sedangkan dikunjungi dan diberi penyuluhan maupun
hanya satu orang yang patuh. kelompok yang dikunjungi tidak diberi
2) Sesudah perlakuan dapat digambarkan
sebagaimana grafik berikut ini.

Grafik 2. Distribusi Kepatuhan Sesudah Diberi Penyuluhan Oleh Perawat Bulan Agustus –
September 2006

30
Frekuensi

20
10
0
tidak patuh patuh

Sesuai grafik diatas terlihat 40 % dianjurkan oleh perawat, sedangkan sisanya


responden atau 12 orang sudah patuh masih belum patuh.
memberikan pengobatan sesuai yang

35
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

Hubungan kepatuhan sebelum dan


sesudah kelompok perlakuan. Sesudah lima hari tahap pengobatan,
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan evaluasi dengan hasil yang masih
ada penyuluhan, semua responden tidak tidak patuh dalam menjalankan pengobatan
patuh dalam pengobatan, sedangkan sebanyak 18 orang atau 60 % dari 30 orang
sesuadah penyuluhan terjadi pergeseran, sedangkan yang patuh sebanyak 40 %. Dari
dimana yang patuh dalam pengobatan yang tidak patuh 46,7 % pada kelompok yang
sebanyak 11 responen atau 73,3 %, tidak diberi perlakuan berupa penyuluhan oleh
sedangkan sisanya 26,7 % tetap tidak patuh. perawat, sedangkan dari kelompok yang
Hubungan kepatuhan sebelum dan sesudah patuh sebagian besar karena penyuluhan oleh
kelompok non perlakuan. perawat sebanyak 11 orang atau 36,7 %.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Analisis statistik yang digunakan ada
bahwa pada kelompok non perlakuan yang dua hal yaitu Mc Nemar untuk melihat
tidak patuh minum obat sebanyak 14 orang perubahan aspek kepatuhan antara sebelum
dan yang patuh hanya 1 orang, dari 14 orang dan sesudah baik pada kelompok perlakuan
yang tidak patuh minum obat tersebut yang maupun kelompok yang tidak dilakukan
tetap tidak patuh dalam minum obat sebanyak perlakuan, sedangkan untuk mengetahui
13 orang atau 86,7 %, dalam proses waktu pengaruh kunjungan rumah petugas antara
berikutnya hanya ada satu orang yang kelompok perlakuan maupun kelompok non
berubah atau 6,7 % menjadi patuh minum perlakuan digunakan uji Chi Square,
obat, sedangkan yang seblumnya patuh 1 sedangkan besarnya asosiasi digunakan
orang berubah menjadi tidak patuh setelah koefisien phi, adapun hasilnya dapat dilihat
pemantauan terakhir hari ke lima. pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Bivariat


No. Hubungan antara Jenis uji Nilai Keputusan
Sign. (Ha)
1 Tingkat kepatuhan (hasil dari pre Mc. Nemar test 1,000 Ditolak
dan post test pada kelompok
kontrol)

2 Tingkat kepatuhan (hasil dari pre Mc. Nemar test 0.001 Diterima
dan post test pada kelompok
perlakuan)
3 Pengaruh kunjungan rumah Chi Square 0,001 Diterima
terhadap tingkat kepatuhan
Sumber : pengolahan data primer (lampiran )

Hasil analisis tabel diatas terlihat sebelum dan sesudah maupun antara
bahwa kunjungan perawat berpengaruh kelompok perlakuan dan non perlakuan,
terhadap kepatuhan minum obat baik antara karena ada hubungan antara kelompok yang

36
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

berbeda dengan hubungan yang signifikan, dapatkan dalam sehari hanya dapat untuk
maka besarnya hubungan dilanjutkan dengan makan dalam sehari.
uji koefisien asosiasi menggunakan Phi Karakteristik Responden Berdasarkan
Koefisien yang besarnya 0,68, hal ini berati Tingkat Pendidikan
kunjungan perawat yang melakukan Pendidikan merupakan salah satu faktor
penyuluhan sesuai dengan buku pedoman P2 yang memudahkan dalam alih pengetahuan
ISPA mempunyai hubungan yang kuat (transfer of knowledge), sehingga diharapkan
terhadap kepatuhan minum obat pasien. dengan pendidikan ibu yang cukup akan
membantu memudahkan penerimaan
1. Karakteristik Responden informasi kesehatan dalam hal ini pada pasien
Karakteristik Responden Berdasarkan Pneumonia. Pengetahuan atau kognitif
Keadaan Ekonomi merupakan domain yang sangat penting untuk
Jenis pekerjaan responden yang terbentuknya tindakan seseorang (overt
mayoritas buruh akan mempengaruhi behavior).
responden dalam memperoleh akses Berdasarkan hasil penelitian ternyata ibu
pelayanan kesehatan karena keterbatasan dengan pendidikan lebih tinggi setelah
ekonomi. Golongan ini cenderung untuk diberikan penyuluhan menjadi lebih patuh
menunda kebutuhan pelayanan kesehatan terhadap pengobatan yang sedang diberikan
secara dini, karena akan lebih mementingkan pada anaknya dibandingkan dengan ibu
kebutuhan yang paling mendasar (fisiologi), dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Pada
sehingga seringkali keluarganya kelompok non perlakuan responden dengan
mendapatkan pertolongan kesehatan relatif pendidikan SD sebanyak 11 orang dan tidak
agak terlambat. Bahkan untuk anggota patuh pada pengobatan, sedangkan pada
keluarga yang sakitpun mereka menunda kelompok perlakuan 8 orang dimana yang 4
untuk mendapatkan pengobatan dengan orang tersebut tetap tidak patuh dengan
alasan tidak ada biaya untuk berobat. pengobatan. Perilaku yang didasari
Muliawan,BT(2006) menjelaskan bahwa pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
keadaan ekonomi akan mempengaruhi perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
masyarakat mengupayakan pengobatan (Notoatmojo, 2003).Notoatmojo(2003)
terhadap anggota keluarga yang sakit. menegaskan bahwa pendidikan kesehatan
Sehingga masyarakat dengan ekonomi kepada masyarakat akan mempengaruhi
kurang lebih memilih jalan pintas dengan perilaku kesehatan yang selanjutnya akan
membeli obat di warung, baru setelah berpengaruh kepada meningkatnya indikator
penyakitnya bertambah berat mereka kesehatan masyarakat, terutama program
membawa anggota keluarganya berobat ke pengobatan yang dapat langsung
Puskesmas atau petugas kesehatan yang ada memberikan hasil terhadap penurunan
di desa. kesakitan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian meskipun peneliti, dimana dalam kunjungan rumah
ada anggota keluarga yang sudah berobat perawat kepada penderita Pneumonia
seperti pada pasien Pneumonia balita belum dilakukan penyuluhan sesuai dengan program
tentu orang tua memperhatikan bagaimana P2 ISPA maka akan terjadi perubahan
penderita minum obat sampai habis. Hal ini kepatuhan terhadap pengobatan yang sedang
disebabkan karena kesibukan mereka untuk diberikan.
mencari nafkah dalam mencukupi kebutuhan
makan sehari-hari. Karena upah yang mereka

37
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

2. Kunjungan Rumah Perawat memberikan informasi yang lebih banyak


Berdasarkan hasil penelitian dari 30 kepada keluarga mengenai penyakit
pasien yang ada ternyata 29 tidak patuh Pneumonia dan pengobatannya. Terkait
dalam penggunaan obat yang benar, dengan penelitian ini maka perawat dalam
sedangkan kalau dilihat sesudah penyuluhan melakukan kunjungan rumah dapat
dalam kunjungan rumah perawat terjadi memberikan penyuluhan tentang cara benar
perubahan dimana yang patuh menjadi lebih minum obat, pemberian makanan dan
baik yaitu 12 orang , yang terdiri dari 11 orang minuman, serta kebersihan jalan napas.
dari kelompok perlakuan dan 1 orang dari Menurut Witjaksono (1992) dalam Istiawan, R
kelompok non perlakuan. Kunjungan rumah (2005) mengemukakan bahwa frekuensi
perawat dengan penyuluhan kepada keluarga penyuluhan kesehatan mempengaruhi
penderita akan memberikan motivasi peningkatan pengetahuan dimana kelompok
kepatuhan pasien atau keluarga penderita yang mendapat penyuluhan lebih dari 3 kali
dalam mematuhi anjuran petugas kesehatan mempunyai potensi perubahan sebesar 18,58
salah satunya adalah kepatuhan minum obat kali( cI: 1,8-69,67) dibandingkan dengan yang
pada penderita Pneumonia balita di wilayah tidak mendapatkan penyuluhan. Hasil dari
kerja Puskesmas 2 Baturaden. Kunjungan penelitian ini menunjukan bahwa terjadi
rumah ini dilakukan satu hari setelah perubahan perilaku terhadap kepatuhan
penderita berobat ke Puskesmas dan setelah pengobatan yang disebabkan peningkatan
5 hari pengobatan yang bertujuan untuk pengetahuan yang didapat oleh keluarga.
melihat kondisi penderita dan melihat Penelitian yang dilakukan oleh Clara Maria
kepatuhan penderita dalam minum Theresia (2002) tentang Evaluasi Tugas
obat.Pelayanan diluar gedung yang dilakukan Perawat Dalam Melaksanakan Kunjungan
kepada sasaran prioritas baik individu, Rumah Pada Kasus Tuberculose Paru di
keluarga, kelompok/masyarakat dalam daerah Puskesmas Ngampilan Kota Yogyakarta telah
binaan keperawatan sebagai tindak lanjut membuktikan bahwa dengan kunjungan
setelah mendapat pelayanan dalam gedung. rumah membuahkan hasil terjadinya
Pada kasus Pneumonia balita perlu dilakukan kepatuhan dalam minum obat dan
kunjungan rumah sesuai dengan anjuran bertambahnya informasi yang didapat pasien
program P2 ISPA (DepKes, 1997), pendapat tentang penyakit Tuberculose. Hal ini sesuai
ini selaras dengan yang peneliti lakukan yaitu dengan pendapat peneliti bahwa pada kasus
melakukan kunjungan rumah pada penderita Pneumonia balita sangat perlu dilakukan
Pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas kunjungan rumah oleh perawat.
2 Baturaden , kemudian peneliti 3. Pengaruh Kunjungan Rumah Perawat
membandingkan antara penderita yang dengan Kepatuhan Minum Obat
dikunjungi dengan perlakuan dan yang Penderita Pneumonia Balita Di Wilayah
dikunjungi tapi tidak dengan K erja Puskesmas 2 Baturaden
perlakuan.Potter&Perry (2006) Dari analisis statistik sebagaimana pada tabel
mengemukakan bahwa interaksi dengan 4.10. terlihat pada kelompok yang dikunjungi
tenaga kesehatan akan sangat berpengaruh tetapi tidak diberi penyuluhan oleh perawat
terhadap kepatuhan pengobatan, dalam hal tidak ada perubahan antara hari pertama
ini adalah penyuluhan yang dilakukan saat kunjungan dan hari kelima, hal terlihat nilai
kunjungan rumah perawat pada penderita signifikansinya lebih dari nilai alfa yaitu 5 %,
Pneumonia balita,dimana dalam kunjungan dengan demikian maka Hipotesis nolnya
rumah tersebut perawat akan dapat diterima, hal ini berarti tidak ada perbedaan

38
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

antara tingkat kepatuhan pada sebelum dan perawat sesuai program P2 ISPA. Pengaruh
sesudah akhir pengobatan selama lima hari, kunjungan rumah perawat terhadap
atau dengan kata lain obat yang diberikan kepatuhan pengobatan penderita Pneumonia
tidak diminum secana maksimal. balita di wilayah kerja Puskesmas 2
Sedangkan untuk kelompok yang dikunjungi Baturaden terlihat dari hasil analisis statistik
dan diberi penyuluhan menunjukkan hasil yang menunjukan Phi Koefisien yang
yang sebaliknya, karena nilai Signifikansinya besarnya 0,68 , hal ini membuktikan bahwa
kurang dari 5%, sehingga hipotesis nolnya kunjungan rumah perawat yang disertai
ditolak, hal ini bearti ada perbedaan penyuluhan sesuai dengan program P2 ISPA
kepatuhan minum obat antara sebelum diberi mempunyai hubungan yang kuat terhadap
penyuluhan oleh perawat dengan sesudah kepatuhan minum obat.
diberi penyuluhan perawat dalam kepatuhan
minum obat, hal ini juga diperkuat dengan uji Saran
perbedaan frekuensi antara kelompok Dinas Kesehatan sebagai pengambil
perlakuan dan non perlakuan yang kebijakan perlu membuat kebijakan tentang
menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 5%. program P2 ISPA lebih meningkatkan
Hal ini menujukkan pengaruh yang besar kunjungan rumah oleh perawat komunitas
kunjungan rumah perawat yang disertai untuk kasus-kasus Pneumonia balita untuk
penyuluhan terhadap kepatuhan minum obat tercapainya upaya pengobatan yang baik.
pasien dengan koefisien asosiasi 0,68, justru Perlu ditingkatkan kegiatan luar gedung
memperkuat pangaruh penyuluhan dalam seperti kunjungan rumah perawat pada
kunjungan rumah perawat dalam penderita Pneumonia balita dan kasus-kasus
mempengaruhi kepatuhan minum obat. Hasil tertentu yang memerlukan upaya tindak lanjut
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dirumah. Perlu dikembangkan metode
Philipus (2002) dalam Istiawan,R (2005) penyuluhan yang lebih baik untuk perawat
bahwa klien yang mendapatkan kunjungan agar dalam kunjungan rumah mencapai hasil
rumah oleh petugas kesehatan 2,15 kali akan maksimal yang diharapkan terhadap
patuh minum obat. kepatuhan pengobatan penderita. Perlunya
dilakukan penelitian lanjut dengan rancangan
SIMPULAN DAN SARAN kohort sehingga observasi dilakukan terus-
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan menerus. Untuk ketidak patuhan penderita
pembahasan terhadap Pengaruh kunjungan dalam pengobatan dapat dilakukan penelitian
rumah perawat terhadap kepatuhan kualitatif tentang alasan tidak patuh.
pengobatan penderita Pneumonia balita di
wilayah kerja Puskesmas 2 Baturaden dapat DAFTAR PUSTAKA
kami simpulkan bahwa Pendidikan responden Aswar, A. (1999). Pengantar epidemiologi.
sebagian besar lulusan SD yaitu 19 orang dan Edisi revisi. Jakarta. Binarupa Aksara.
berada pada kelompok yang tidak diberi Depkes RI. (2002). Pedoman pemberantasan
perlakuan 11 orang. Pekerjaan kepala penyakit infeksi saluran pernapasan
keluarga sebagian besar buruh yaitu 11 akut untuk penanggulangan pneumonia
orang, berada pada kelompok non perlakuan balita. Jakarta.
6 orang sisanya pada kelompok perlakuan. Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Kepatuhan pengobatan pada penderita Penyehatan Lingkungan (2002).
Pneumonia balita dapat dipengaruhi oleh Pedoman promosi penanggulangan
berbagai hal antara lain kunjungan rumah pneumonia balita. Depkes RI. Jakarta.

39
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

Depkes RI. (2002). Arrime pedoman Poerwadarminta, (1982). Kamus umum


manajemen puskesmas. Jakarta. bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pustaka.
(1997). Petunjuk teknis keperawatan Santosa, S. (2001). Buku latihan SPSS
kesehatan masyarakat pada sasaran statistik parametrik. Hal 269.
individu dan keluarga. Depkes RI. Siegel, S. (1992). Statistik non parametrik
Jakarta. untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta.
Istiawan, R (2005). Hubungan pengawas Gramedia.
minum obat oleh keluarga dan petugas Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan
kesehatan dengan pengetahuan, keluarga : Aplikasi dalam praktik.
perilaku pencegahan dan kepatuhan Jakarta. EGC.
klien tbc dalam konteks keperawatan Singarimbun, M. & Efendi. (1989). Metode
komunitas di kabupaten wonosobo, penelitian survey. Jakarta. LP3ES.
laporan penelitian. Sugiono. (2003). Statistik untuk penelitian
Notoatmojo ,S. (2003). Ilmu Kesehatan (edisi V). Bandung. CV Alfabeta.
Masyarakat Prinsip – prinsip Dasar. WHO. (2002). Penanganan ISPA pada anak
Jakarta. Rineka Cipta. di rumah sakit kecil negara
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental berkembang : Pedoman untuk dokter
keperawatan : Konsep, proses, dan dan petugas kesehatan senior. Jakarta.
praktik (edisi 4). Jakarta. EGC. EGC.

40

You might also like