Pengembangan Metode Penentuan Indeks Luas Daun Pada Penutup Lahan Hutan Dari Data Satelit Penginderaan Jauh Spot-2

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Penginderaan Jauh Vol.

8, 2011 : 50-59

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN INDEKS LUAS DAUN


PADA PENUTUP LAHAN HUTAN DARI DATA SATELIT
PENGINDERAAN JAUH SPOT-2
Suwarsono, Muchlisin Arief, Hidayat, Sayidah Sulma, Nanik Suryo H.*),
Heri Sulyantoro**), Kuncoro Teguh Setiawan*)
*) Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN
**) Peneliti Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN

e-mail: landsono@yahoo.com

ABSTRACT

It is necessary to develop the methods of Leaf Area Index (LAI) estimation based
on satellite remote sensing data as first step to study the carbon storage and carbon
emission which affect to global climate change. Direct measurements of Leaf Area Index
in the field are expensive, take a long time, and so inefficient. The application of remote
sensing data may gives an appropiate solution for Leaf Area Index estimation by more
efficient and effective. Objective of the research is to develop the method of Leaf Area
Index estimation by using remote sensing data. The method of Leaf Area Index
estimation will be developed by using the reference method taken from back up
algorithm of the Algorithm Theoretical Basis Document (ATBD) MOD15. The research
will try to develop the model and applicate it for another remote sensing data, especially
those of acquisited or distributed by Indonesian National Institute of Aeronautics and
Space (LAPAN) such as SPOT-2. Results of the research show that the LAI based on
MOD 15 has low correlation with the measured LAI, but the measured LAI has good
correlation with NDVI from SPOT-2 for forest area.
Key words: Leaf Area Index, Forest, Remote Sensing, SPOT-2

ABSTRAK

Pengembangan metode penentuan Indeks Luas Daun (Leaf Area Index/LAI)


berbasis data satelit penginderaan jauh perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam
mengkaji kandungan dan peningkatan emisi karbon yang berdampak pada perubahan
iklim global. Pengukuran nilai LAI secara langsung di lapangan selain mahal juga
membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dipandang kurang efisien.
Pemanfaatan data penginderaan jauh diharapkan dapat memberikan solusi untuk
menghasilkan informasi Indeks Luas Daun secara lebih efektif dan efisien. Penelitian
ini bertujuan untuk mengembangkan metode penentuan LAI dari beberapa data satelit
penginderaan jauh. Metode penentuan LAI menggunakan dasar referensi dari
Algorithma Theoretical Basis Document (ATBD) produk MODIS Leaf Area Index (LAI) dan
Fraction of Photosynthetically Active Radiation Absorbed by Vegetation (FPAR) atau yang
sering disebut dengan nama produk MOD15. Penelitian ini mencoba mengembangkan
model LAI yang dibangun dari data MODIS tersebut dengan mengaplikasikannya pada
data penginderaan jauh lainnya, terutama data resolusi tinggi yang direkam atau
didistribusikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di
antaranya seperti SPOT-2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LAI berbasis model
algoritma MOD15 mempunyai korelasi yang rendah dengan pengukuran LAI, tetapi LAI
pengukuran mempunyai korelasi yang baik dengan NDVI dari data SPOT-2 untuk jenis
penutup lahan hutan.
Kata kunci: Indeks Luas Daun, Hutan, Penginderaan Jauh, SPOT-2

50
Pengembangan Metode Penentuan Indeks Luas Daun...... (Suwarsono et al.)

1 PENDAHULUAN sederhana fungsi LAI memenuhi per-


Indeks Luas Daun (Leaf Area samaan 2-1 (Beadle, 1993):
Index/LAI) adalah salah satu parameter LAI = s/G (2-1)
penting untuk mengidentifikasi produk-
Keterangan:
tivitas tanaman pertanian. Produktivitas
tanaman pertanian merupakan tulang LAI : Leaf Area Index
punggung perekonomian nasional dalam s : Luas daun pada kanopi
menyediakan bahan pangan bagi G : Luas permukaan tanah yang
masyarakat dan mendukung program tertutupi kanopi
ketahanan pangan nasional.
LAI dapat diturunkan dari data
Istilah luas daun pada kanopi (s)
penginderaan jauh dengan berbagai
secara umum diukur sebagai luas daun
pendekatan, salah satunya melalui
yang diproyeksikan pada bidang datar,
indeks vegetasi. Nilai-nilai LAI yang
yaitu setelah menempatkan contoh
dihasilkan mempunyai tingkat akurasi
daun pada permukaan bidang datar.
yang dipengaruhi oleh jenis data citra
Pada perkembangan lebih lanjut, LAI
yang dipergunakan dan metode analisis
secara lebih tepat didefinisikan dalam
yang digunakan. Pengukuran nilai LAI
sebuah angka dengan metode yang
secara langsung di lapangan selain
beragam. Sebagai contoh, luas daun
mahal juga membutuhkan waktu yang
diukur sebagai luas total permukaan
relatif lama sehingga kurang efisien.
daun pada suatu kanopi. Pengertian ini
Oleh karena itu, pemanfaatan data
sama dengan 2 s untuk daun yang rata
penginderaan jauh diharapkan dapat
(datar) dan lebih dari 2 s untuk daun
memberikan solusi dalam pemberian
jarum, daun tumbuhan berarir banyak
informasi LAI secara lebih efektif dan
dan tumbuhan yang berfotosintesis
efisien.
dengan batang (kaktus). Kondisi demikian
Penelitian ini bertujuan untuk
melahirkan berbagai metode pengukuran
mengembangkan metode penentuan LAI
LAI. Barclay (1998) menunjukkan bahwa
pada penutup lahan hutan dari data
sedikitnya ada 5 (lima) pengukuran LAI
satelit penginderaan jauh SPOT-2. Hasil
yang umum dilakukan dimana sebagian
yang diharapkan dari penelitian ini
mencerminkan tujuan-tujuan yang
adalah sebuah metode penentuan LAI
berbeda untuk apa dilakukan pengukuran
untuk penutup lahan hutan yang
LAI, seperti untuk mengetahui pertum-
diturunkan dari data penginderaan jauh
buhan vegetasi, proses-proses fisiologi
SPOT-2. Model tersebut diharapkan
dan penyerapan radiasi sinar Matahari.
dapat bermanfaat sebagai acuan untuk
4 (empat) yang utama dari lima
riset lebih lanjut, yaitu penelitian untuk
pengukuran LAI tersebut, mendefinisikan
mengetahui kandungan bahan bakaran
LAI sebagai:
dari biomassa dan emisi karbon yang
 LAI Total (Total LAI); didasarkan pada
berbasis pada data satelit penginderaan
luas total permukaan luar daun per
jauh, yang akan bermanfaat dalam
unit area permukaan lahan secara
mendukung program perhitungan
horisontal di bawah kanopi.
karbon (Carbon Accounting).
 LAI satu sisi (One-sided LAI); merupakan
setengah dari total LAI, meskipun dua
2 INDEKS LUAS DAUN
sisi daun tersebut bentuknya tidak
LAI didefinisikan sebagai luas simetris.
daun (yang diproyeksikan pada bidang  LAI terproyeksi horisontal (Horizontally
datar) setiap unit luas permukaan tanah projected LAI); merupakan luas daerah
yang tertutupi kanopi pohon (Ross, “bayangan” yang dapat merepresen-
1981 dalam Quan Wang, 2005). Secara tasikan setiap daun. Sumber sinar
51
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 8, 2011 : 50-59

yang menyebabkan terbentuknya kan peralatan Decagon Ceptometer


bayangan tersebut adalah dari jarak (Decagon Devices, Inc. Pullman,
yang jauh tak terbatas dan mengarah Washington, U.S.A.), the LICOR LAI-
secara tegak lurus terhadap daun. 2000 (Li-Cor, Inc., Lincoln, Nebraska,
 LAI terproyeksi condong (Inclined U.S.A.), atau analisis hemispheric
projected LAI), atau silhouette LAI; photographs.
representasi dari luas daun yang Metode pengukuran (a) dan
terproyeksi secara condong. (b) umumnya digunakan secara ber-
samaan dengan definisi (2) dari LAI,
Sebagian besar publikasi tentang metode pengukuran (d) dan (e) diguna-
LAI menggunakan definisi LAI nomor 2 kan dengan definisi (3) dan (4). Metode
atau 3. Pada publikasi-publikasi terbaru pengukuran (c) bisa digunakan untuk
terdapat peningkatan penggunaan definisi semua definisi, termasuk definisi (1),
nomor 4 (Barcklay, 1998). Definisi tergantung dari detil kalibrasi dari
pertama jarang dipergunakan. Definisi persamaan allometrik. Mengingat semua
kedua mempunyai kesulitan tentang metode pengukuran bisa digunakan
istilah “one-sided” yang tidak jelas untuk untuk kanopi hutan, (a) cenderung
tumbuhan berdaun jarum, daun-daun menjadi paling umum untuk lahan
yang sangat rimbun atau daun-daun berumput (grasslands) dan lahan
yang menggulung. Chen & Black (1992) pertanian (crops), dan (d) atau (c) untuk
kanopi berbentuk tidak beraturan
menyarankan bahwa LAI untuk daun-
seperti semak belukar (shrublands).
daun yang tidak datar sebaiknya
Dalam banyak kasus, pilihan metode
didefinisikan sebagai setengah dari total
pengukuran adalah sebuah permasalahan
daun yang menangkap sinar per unit
kemudahan dalam pelaksanaannya di
permukaan tanah sehingga definisi
lapangan. Pengukuran secara tidak
ketiga sebaiknya ditinggalkan. LAI
langsung ini dilakukan dengan berdasar
menurut definisi kedua dapat melebihi pada pengukuran transmisi cahaya yang
LAI menurut definisi ketiga oleh karena masuk ke kanopi pohon (Fassnacht et
sebuah faktor kisaran dari 1.28 (hemi- al., 1994; Chen et al., 1997; Welles &
circular silider yang merepresentasikan Norman, 1991 dalam Quan Wang, 2005).
daun jarum), melewati angka 1.57 Pengukuran LAI baik secara
(representasi batang hijau berbentuk langsung maupun tidak langsung yang
silinder) hingga 2.0 (bola atau batang disebutkan di atas memerlukan waktu
persegi yang merepresentasikan tingginya yang lama, mahal dan sulit untuk
pucuk-pucuk yang rimbun dan beberapa dilakukan terutama pada daerah
daun tumbuhan sejenis cemara yang pelosok. Untuk mengatasi permasalahan
berdaun jarum) (Chen & Cihlar, 1996). tersebut perlu dicari suatu metode yang
Asner (2003) menuliskan beberapa lebih cepat dan efisien, yaitu dengan
metode pengukuran LAI secara langsung menggunakan data penginderaan jauh.
di lapangan, yaitu dengan menggunakan
Nilai LAI dapat diturunkan dari data
beberapa pendekatan, yaitu; a) metode
penginderaan jauh dengan berbagai
Destructive Harvesting, b) metode penim-
pendekatan, salah satunya dengan
bangan berat daun, c) metode allometry,
pendekatan indeks vegetasi. Beberapa
d) metode kontak secara tidak langsung
(indirect contacts) seperti garis timbangan penelitian terdahulu yang mencoba
pengukur garis tegak lurus (plumb lines) mengkaji hubungan LAI dengan indeks
atau inclined point quadrats, dan e) metode vegetasi dari data penginderaan jauh,
tidak kontak secara tidak langsung seperti Quan Wang et al (2005) mengkaji
(indirect noncontact methods) mengguna- hubungan antara Normalized Difference
52
Pengembangan Metode Penentuan Indeks Luas Daun...... (Suwarsono et al.)

Vegetation Index (NDVI) dengan LAI


daerah hutan dengan vegetasi yang
menggugurkan daunnya pada musim-
musim tertentu (deciduous forest). X.
Xiao et al (2002) mengkaji hubungan
kuantitatif antara LAI yang diukur di
lapangan dan indeks vegetasi dari data
SPOT Vegetation untuk tanaman padi.
Driss Haboudane et al., (2004) melakukan
estimasi LAI dengan pendekatan
Hiperspektral Indeks Vegetasi dan SKALA 1 : 1.000.000
algoritma NOVEL. David P. Turner et al.,
(1999) mengkaji hubungan antara LAI Lokasi KPH Lalan
dengan indeks vegetasi menggunakan Kawasan Hutan Rawa
Gambut Merang
data Landsat TM. Pauline Stenberg et al
Lokasi Pengamatan
(2008) melakukan penelitian untuk
Gambar 3-1: Lokasi penelitian
mengembangkan model simulasi LAI
berdasarkan indeks vegetasi pada Data citra penginderaan jauh
daerah hutan dengan data penginderaan yang dipergunakan dalam penelitian ini
jauh optis. Namun demikian, penelitian- SPOT-2 K/J 276-355 tanggal 3 Juni
penelitian tersebut dilakukan di luar 2009, K/J 277-353 tanggal 9 Juni 2009,
daerah lintang sedang–tinggi yang K/J 277/354 tanggal 27 April 2009 dan
memiliki kondisi klimatologi yang K/J 277/355 tanggal 27 April 2009.
berbeda dengan Indonesia yang beriklim Data diperoleh dari Pusat Data dan
tropis. Teknologi Penginderaan Jauh, LAPAN.

3 METODOLOGI 3.2 Metode Penelitian

3.1 Lokasi dan Data Metode penentuan LAI meng-


gunakan dasar referensi dari Algorithma
Penelitian mengambil lokasi di
Theoretical Basis Document (ATBD)
kawasan hutan rawa gambut Merang
produk MODIS Leaf Area Index (LAI) dan
yang termasuk Kesatuan Pengelolaan
Fraction of Photosynthetically Active
Hutan (KPH) Lalan, Provinsi Sumatera
Radiation Absorbed by Vegetation (FPAR)
Selatan dan Jambi. Pemilihan lokasi atau yang sering disebut dengan nama
didasarkan atas beberapa alasan, yaitu produk MOD15. Algorithma yang
daerah tersebut merupakan ekosistem dipergunakan adalah algorithma kedua
hutan rawa gambut terbesar yang (Backup Algorithm) dari MOD15, yaitu
terdapat di Pulau Sumatera. Pada yang mendasarkan pengukuran pada
daerah tersebut juga banyak dijumpai nilai Normalized Diffirence Vegetation
aktivitas penebangan hutan (logging), Index (NDVI) dan tipe biomassa. Biomassa
eksplorasi gas alam, rawan terjadinya dalam hal istilah penginderaan jauh
konversi lahan dari hutan menjadi identik dengan penutup lahan yang
perkebunan (sawit) dan rawan terjadinya berupa vegetasi atau tutupan vegetasi.
kebakaran hutan dan lahan sehingga Penelitian ini mencoba mengembangkan
memicu terjadinya degradasi lahan, model LAI yang dibangun dari data
deforestasi dan ancaman kerusakan MODIS tersebut dengan mengaplikasi-
lingkungan hidup. Gambar 3-1 menun- kannya pada data penginderaan jauh
jukkan daerah penelitian. SPOT-2 untuk penutup lahan hutan.
53
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 8, 2011 : 50-59

Tahapan analisis yang dilakukan merupakan semak atau belukar,


pada penelitian ini adalah sebagai broadleaf crop merupakan tanaman
berikut: budidaya berdaun lebar, savannah
merupakan padang rumput luas yang
 Pengolahan awal (pre-processing), Se-
diselingi oleh semak-semak, needle
belumnya, dilakukan terlebih dahulu
leaf forest merupakan hutan berdaun
pengolahan awal data SPOT-2, yaitu
jarum, dan barren merupakan lahan
meliputi perhitungan nilai reflektansi
terbuka. Metode klasifikasi tutupan
dari nilai dijital (Digital Number) dan
vegetasi yang dipergunakan adalah
koreksi geometrik ortho (orthorectification).
secara dijital dengan metode Supervised
Hasil dari proses ini adalah data citra
Classification dengan pemilihan teknik
reflektansi yang sudah terkoreksi
maximum likelihood.
geometris ortho. Data ini selanjutnya
 Perhitungan nilai LAI penutup lahan
akan digunakan dalam perhitungan
hutan menggunakan persamaan 3-2
nilai NDVI dan LAI.
(Sumber: diolah dari Myneni et al., (1999).
 Analisis NDVI, yaitu dengan meng-
hitung perbandingan selisih dan jumlah NDVI = 0.211ln(LAI) + 0.496 (3-2)
dari nilai reflektansi permukaan Persamaan 3-2 tersebut dapat dituliskan
panjang gelombang inframerah dekat kembali sebagai persamaan 3-3 sebagai
(NIR) dan merah (Red) seperti ditun- berikut:
jukkan pada Persamaan 3-1. Untuk
data SPOT-2 menggunakan kanal 3
(0.78–0.89 µm) untuk panjang gelom- (3-3)
bang NIR dan kanal 2 (0.61 – 0.68 µm)
untuk panjang gelombang Red. Keterangan:
LAI : Leaf Area Index
(3-1) NDVI : Normalized Difference Vegetation
Index
e : 2.71828
Keterangan:
Persamaan hubungan antara LAI dan
: Reflektansi permukaan panjang
gelombang inframerah dekat NDVI yang telah dikembangkan tersebut
memiliki koefisien determinasi yang
: Reflektansi permukaan panjang tinggi, yaitu R2 = 0.982.
gelombang merah
 Pengukuran LAI di lapangan dengan
 Identifikasi Tutupan lahan hutan, menggunakan alat pengukuran lapangan
dimana pengkelasannya mengacu yang sesuai dengan jenis penutup
pada kelas-kelas tutupan lahan pada lahan hutan, yaitu kamera hemispheric
ATBD MOD15, yaitu menggunakan (hemispheric photograph). Metode pe-
klasifikasi tutupan vegetasi dari ngukuran ini dilakukan dengan
University of Montana. Kelas-kelas menggunakan kamera, lensa Fish Eye,
tutupan vegetasi tersebut meliputi water, dan tripod serta kompas. Kamera yang
grassland/cereal crops, shrubland, digunakan adalah Canon EOS 1000D
broadleaf crop, savannah, broadleaf Body dengan lensa Tokina Fisheye/
forest, needle leaf forest, dan barren. 3.5-4.5 DX AT-X for Canon, tripod
Apabila diartikan, maka water merupa- Manfrotto 72 5B dan Kompas untuk
kan tubuh air (seperti: rawa, tambak, pengukuran sudut azimuth. Pengukuran
sungai, danau, waduk), grassland/ dengan metode ini sesuai untuk
cereal crops merupakan padang penutup lahan hutan rawa gambut
rumput atau tanaman sereal (seperti: yang memiliki ketinggian tegakan > 5
padi, jagung, gandum), shrubland meter. Gambar 3-2 menunjukkan per-
54
Pengembangan Metode Penentuan Indeks Luas Daun...... (Suwarsono et al.)

alatan ukur LAI di lapangan dengan Keterangan:


menggunakan metode hemispheric : Nilai LAI hasil estimasi dari data
photograph. Yaitu terdiri dari elemen satelit
utama berupa lensa, kamera dan : Nilai rerata LAI hasil estimasi dari
tripod. data satelit
: Nilai LAI hasil observasi
(a) lensa Tokina : Nilai rerata LAI hasil observasi
Fisheye/3.5-4.5 DX
AT-X for Canon  Perhitungan tingkat akurasi hasil
perhitungan LAI dari data penginderaan
jauh dengan menghitung nilai Root
Mean Square Error (RMSE) meng-
gunakan persamaan 3-5.
(b) Canon EOS
1000D Body (3-5)

Keterangan:
E : Nilai hasil estimasi dari data satelit
O : Nilai hasil observasi
(c) tripod Manfrotto 72 n : Jumlah sampel
5B
 Analisis regresi dan korelasi nilai LAI
dari data lapangan dengan nilai NDVI
hasil perhitungan dari data satelit.
Gambar 3-2: Peralatan pengukuran LAI  Modifikasi model penentuan LAI yang
di lapangan dengan meng- sudah dibangun pada backup algoritma
gunakan metode hemispheric MOD15 (persamaan model 3-2) ber-
photograph
dasarkan hasil pengukuran di lapangan.
Modifikasi model ini perlu dilakukan
Data observasi kemudian dianalisis
mengingat daerah penelitian merupakan
untuk menghasilkan nilai LAI dengan
wilayah tropis mempunyai kondisi
menggunakan piranti lunak Gap Light
alam yang tidak sama dengan model
Analyser (GLA) yang telah dikembangkan
yang dibangun pada MOD15. Selain
oleh Simon Fraser University, Burnaby, itu juga penggunaan jenis data satelit
British Columbia, CANADA and Institute yang berbeda.
of Ecosystem Studies, Millbrook, New
York, USA. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
 Analisis korelasi dan regresi hasil 4.1 Analisis NDVI dan Identifikasi
perhitungan LAI dari data satelit Penutuplahan Hutan
penginderaan jauh dengan data Identifikasi penutup lahan hutan
pengukuran LAI di lapangan. Analisis dari data SPOT-2 dilakukan secara
korelasi menggunakan persamaan visual dengan memperhatikan kunci-
koefisien korelasi Pearson Product kunci interpretasi, terutama warna dan
Moment (Pearson Product Moment tekstur. Selain itu juga menggunakan
Correlation Coefficient) dengan meng- pertimbangan dari nilai NDVI. Gambar
gunakan persamaan 3-4 berikut ini: 4-1 menunjukkan hasil analisis NDVI
dari wilayah hutan rawa gambut di
(3-4)
lokasi penelitian. Gambar (a) menun-
jukkan kenampakan hutan pada citra
55
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 8, 2011 : 50-59

SPOT-2 RGB 312 dan (b) hasil analisis


NDVI, dimana hutan tersebut mempunyai
kisaran nilai sekitar 0,6 hingga 0,9.

(a) SPOT RGB 312 (b) SPOT NDVI


(c) SPOT LAI
SKALA 0 0.5
1 : 30.000 1
0 5 10
NDVI
LAI
Gambar 4-1: Hasil analisis NDVI Hutan
dari Citra SPOT-2
Gambar 4-2: Hasil analisis LAI Hutan
dari Citra SPOT-2
4.2 Estimasi LAI Menggunakan Model
Algorithma MOD15
Mengacu pada klasifikasi tutupan
vegetasi yang digunakan pada algoritma
MOD15, yaitu mengikuti klasifikasi
menurut the University of Montana
(Myneni et.al, 1999), untuk kelas hutan
dinyatakan sebagai Broadleaf forest
(vegetasi hutan berdaun lebar). Gambar
4-2 menunjukkan hasil analisis LAI (a) Registered Image (b) Working Image
menggunakan citra SPOT-2 untuk LAI = 3.9
hutan rawa gambut dengan menerapkan Gambar 4-3: Contoh hasil analisis LAI
model algoritma MOD15, yaitu dinyatakan hutan menggunakan piranti
sebagai Boadleaf Forest (persamaan 3-3). lunak GLA
Dari gambar tersebut dapat diketahui
4.4 Analisis Korelasi dan Regresi LAI
bahwa nilai LAI untuk hutan tersebut observasi dan NDVI SPOT-2
sangat bervariasi, yaitu memiliki kisaran
sekitar 1 hingga 3. Berdasarkan hasil analisis
statistik, diperoleh nilai rerata NDVI
4.3 Pengukuran LAI di Lapangan untuk penutup lahan hutan sebesar
Pengukuran LAI sebanyak 10 0,495 dengan standar deviasi 0,069 dan
sampel terpilih di lapangan dilakukan nilai rerata LAI sebesar 3,475 dengan
dengan menggunakan peralatan hemis- standar deviasi 0,834. Nilai koefisien
pheric photograph dan dianalisis dengan korelasi (Pearson Product Moment
piranti lunak GLA. Gambar 4-3 menun- Correlation Coefficient) cukup tinggi
jukkan contoh hasil analisis LAI hutan dengan R2 adalah sebesar 0,736 dan
rawa gambut di Merang meng-gunakan signifikan pada level 0.01 (99%), lihat
piranti lunak GLA. Nilai LAI yang
Gambar 4-4 dan persamaan 4-1.
dihasilkan adalah 3.9.

56
Pengembangan Metode Penentuan Indeks Luas Daun...... (Suwarsono et al.)

Dari gambar tersebut dapat diketahui


bahwa nilai LAI untuk hutan rawa
gambut di Merang sangat bervariasi,
yaitu memiliki kisaran sekitar 3 hingga
10.

Gambar4-4: Grafik hubungan antara


LAI hasil observasi peng-
ukuran di lapangan dan
NDVI dari data SPOT-2
pada penutup lahan Hutan
Rawa Gambut
Model persamaan regresi adalah sebagai
berikut:

NDVI = 0.210 ln (LAI) + 0.240 (4-1) (c) SPOT LAI


Keterangan:
0 5 10
LAI : Leaf Area Index LAI
NDVI : Normalized Difference Vegetation Gambar 4-5: Hasil penerapan Model
Index Persamaan 4-1 pada Citra
SPOT-2
Persamaan 4-1 tersebut dapat dituliskan
kembali sebagai persamaan 4-2 sebagai 4.5 Evaluasi Estimasi Nilai LAI
berikut: Menggunakan Model Algoritma
MOD15
Berdasarkan hasil analisis LAI
(4-2) hutan dengan menggunakan model
algoritma MOD15 dan model yang telah
Keterangan: dikembangkan (persamaan 4-1) dapat
LAI : Leaf Area Index diketahui bahwa LAI yang dihasilkan
NDVI : Normalized Difference Vegetation dari algoritma MOD15 memiliki nilai
Index yang lebih rendah. Oleh sebab itu,
e : 2.71828 model algoritma MOD15 tersebut perlu
dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
Persamaan hubungan antara LAI dengan menghitung besar nilai Root
dan NDVI yang telah dikembangkan Square Mean Error (RMSE) dan analisis
tersebut memiliki koefisien determinasi korelasi data hasil estimasi nilai LAI
yang tinggi, yaitu R2 = 0.736. Persamaan yang diperoleh dari data citra satelit
4-1 atau 4-2 tersebut merupakan menggunakan model MOD15 untuk
pengembangan model sebagai hasil semua model baik Broadleaf Forest,
modifikasi dari model persamaan 3-2 Shrubland, Savannah, Grassland, maupun
atau 3-3. Broadleaf Crop dengan data hasil
Gambar 4-5 menunjukkan hasil observasi pengukuran di lapangan. Hasil
penerapan model persamaan 4-1 yang perhitungan selengkapnya disajikan pada
telah dikembangkan pada citra SPOT-2. Tabel 4-1.
57
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 8, 2011 : 50-59

Tabel 4-1: PERBANDINGAN HASIL ESTI- MOD15 mempunyai korelasi yang


MASI NILAI LAI YANG DI- rendah dengan LAI pengukuran pada
PEROLEH DARI DATA CITRA berbagai jenis penutup lahan hutan.
SATELIT SPOT-2 MENG-
Tetapi LAI pengukuran mempunyai
GUNAKAN MODEL MOD15
DENGAN DATA HASIL PENG- berkorelasi yang baik dengan NDVI yang
UKURAN DI LAPANGAN PADA dihitung dari data SPOT-2 untuk jenis
PENUTUP LAHAN HUTAN penutup lahan berupa hutan dimana
RAWA GAMBUT persamaan korelasi menggunakan model
LAI estimasi
logaritmik.
LAI
Observasi MODEL
Broad Leaf
Shrubland Savannah Grassland
Broadleaf 6 UCAPAN TERIMA KASIH
Forest Crop
3.600 0.919 1.036 1.194 0.325 1.082 Penelitian ini dilakukan atas biaya
2.210 0.804 0.928 1.061 0.316 0.963 dari Program Riset Insentif Peningkatan
3.210 0.885 1.005 1.155 0.323 1.048 Kemampuan Peneliti dan Perekayasa
1.910 0.478 0.604 0.668 0.283 0.611 tahun 2010. Ucapan terima kasih yang
3.900 1.242 1.330 1.563 0.347 1.410 sebesar-besarnya kami sampaikan kepada
4.220 1.625 1.661 1.984 0.367 1.783
pihak-pihak yang telah membantu bagi
3.350 1.190 1.284 1.504 0.343 1.358
kelancaran penelitian ini; Bapak Deputi
4.330 1.131 1.231 1.437 0.340 1.299
Bidang Pengembangan Sistem Iptek
3.820 1.033 1.142 1.326 0.333 1.199
Nasional Kementerian Riset dan Teknologi,
4.200 0.948 1.064 1.229 0.327 1.113
Bapak Deputi Bidang Penginderaan
RMSE 2.52 2.90 2.68 3.87 2.83
Jauh LAPAN, Bapak Kepala Biro
R2 0.566 0.585 0.578 0.639 0.58
Perencanaan dan Organisasi LAPAN
Berdasarkan hasil perhitungan beserta Tim, Bapak Kepala Pusat
dapat diketahui bahwa nilai LAI hutan Pengembangan Pemanfaatan dan Tekno-
dari hasil observasi memiliki korelasi logi Penginderaan Jauh LAPAN dan Ibu
positif yang cukup tinggi dengan nilai Kepala Pusat Data LAPAN beserta
LAI yang dihitung dengan menggunakan jajaran dibawahnya. Pada kesempatan
algoritma MOD15 baik untuk tutupan ini pula penyusun menyampaikan
vegetasi berupa broadleaf forest, shrubland, terima kasih kepada pihak Merang
savannah, grassland, maupun broadleaf REDD Pilot Project-GTZ dan Pihak
crop, yaitu dengan nilai R2 masing- Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin
masing 0.566, 0.585, 0.578, 0.639, dan Provinsi Sumatera Selatan yang telah
0.58. Namun demikian kesemuanya membantu dalam kelancaran kegiatan
memiliki tingkat presisi yang relatif survei lapangan.
rendah karena memiliki nilai RMSE
yang relatif tinggi, yaitu 2.52, 2.90, 2.68, DAFTAR RUJUKAN
3.87 dan 2.83. Untuk kisaran nilai LAI Asner, G.P., Scourlock, J.M.O., & Hicke,
hutan yang besarnya 3 hingga 10, nilai- J.A., 2003. Global Synthesis of
nilai RMSE tersebut akan merepresen- Leaf Area Index Observations:
tasikan hasil yang tidak presisi. Dengan Implications for Ecological and
demikian, estimasi nilai LAI untuk Remote Sensing Studies. Global &
penutup lahan hutan dari data SPOT-2 Biogeography, 12, 191 – 205.
kurang sesuai dilakukan dengan meng- Barclay, H.J., 1998. Conversion of Total
gunakan model algoritma MOD15. Leaf Area to Projected Leaf Area in
Lodgepole Pine and Douglas-Fir.
5 KESIMPULAN Tree Physiology, 18, 185–193.
Hasil penelitian menunjukkan Beadle, C.L., 1993. Growth analysis.
bahwa LAI berbasis model algoritma Photosynthesis and production in
a changing environment: a field
58
Pengembangan Metode Penentuan Indeks Luas Daun...... (Suwarsono et al.)

and laboratory manual (ed.by Photosynthetically Active Radiation


D.O. Hall), pp. 36–46. Chapman Absorbed By Vegetation (FPAR)
& Hall, London. Product Algorithm Theoretical
Chen, J.M. & Black, T.A., 1992. Defining Basis Document (ATBD) MOD 15.
Leaf Area Index for non-flat Leaves. http://modis.gsfc.nasa.gov/data/
Plant, Cell and Environment, 15, dataprod/dataproducts.php?MOD
421–429. _NUMBER=15.
Chen, J.M. & Cihlar, J., 1995. Stenberg, P., Rautianien, M., Manninen,
Quantifying the Effect of Canopy T., Voipio, P., & Mottus, M., 2008.
Architecture on Optical Measure- Boreal Forest Leaf Area Index from
ments of Leaf Area Index using Optical Satellite Images: Model
two Gap Size Analysis Methods. Simulation and Empirical Analyses
IEEE Transactions of Geoscience using Data from Central Finland.
and Remote Sensing, 33, 777–787. Boreal Environment Research, 13,
Chen, J.M. & Cihlar, J., 1996. Retrieving 433-443.
Leaf Area Indices of Boreal Conifer Wang, Q., Adiku, S., Tenhunen, J., &
Forests using Landsat TM images. Granier, A., 2005. On the
Remote Sensing of Environment, Relationship of NDVI with Leaf
55, 153–162. Area Index in a Deciduous Forest
Chen, J.M., Rich, P.M., Gower, S.T., Site. Remote Sensing of Environ-
Norman, J.M., & Plummer, S., ment, 94, 244-255.
1997. Leaf Area Index of Boreal Welles, J.M. & Cohen, S., 1996. Canopy
Forests: Theory, Techniques, and Structure Measurement by Gap
Measurements. Journal of Fraction Analysis using Commercial
Geophysical Research, Vol.102, Instrumentation. Journal of
No.D24, pp. 29, 429-29, 443. Experimental Botany, Vol.47
Haboudane, D., Miller, J.R., Pattey, E., No.302, pp. 1335-1342.
Tejada, P.J.Z., & Strachan, I.B., Xiao, X., He, L., Salas, W., Li, C., Moore,
2008. Hyperspectral Vegetation B., Zhao, R., Frolking, S., & Boles,
Indices and Novel Algorithms for S., 2002. Quantitative Relationships
Predicting Green LAI of Crop between Field-Measured Leaf Area
Canopies: Modeling and Validation Index and Vegetation Index Derived
in the Context of Precision from Vegetation Images for Paddy
Agriculture. Boreal Environment Rice. International Journal of
Research, 90, 337-352. Remote Sensing, 18, 3595-3604.
R. B. Myneni, Y. Knyazikhin,Y. Zhang, Y. Yang, C.M., Liu, C.C., & Wang, Y.W.,
Tian, Y. Wang,A. Lotsch J. L. 2008. Using Formosat-2 Satellite
Privette, J. T. Morisette, S. W. to Estimate Leaf Area Index of Rice
Running, R. Nemani, J. Glassy, Crop. Journal of Photogrammetry
P.Votava, 1999. MODIS Leaf Area and Remote Sensing, Vol-13, 4,
Index (LAI) And Fraction of 253-260.

59

You might also like