Evaluasi Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (RTDK) Pada Bangunan Rusunawa Unnes Semarang Berdasarkan Petunjuk Teknis Dan Persepsi Mahasiswa Penghuninya

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

EVALUASI RENCANA TINDAKAN DARURAT KEBAKARAN (RTDK) PADA

BANGUNAN RUSUNAWA UNNES SEMARANG BERDASARKAN PETUNJUK


TEKNIS DAN PERSEPSI MAHASISWA PENGHUNINYA
1 2 3
M. Husni Darmawan , Bambang Setyohadi Kuswarna Putra , Eko Budi Santoso
1,2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

Abstract :One important thing in supporting Reliability Building to meet safety, is building
capabilities in tackling a fire hazard, set out the Fire Emergency Action Plan. Reliability Action Plan
Emergency Fire is an important part of the safety aspects of a building, and it can beevaluated on
the readiness of the hardware and software as well as a means of supporting the Action Plan
Emergency Fire which managed the building. This research is motivated curiosity of how far the
readiness of Fire Emergency Action Plan in Rusunawa UNNES and how the response, feedback or
ratings by students as inhabitants of the performance systems fire prevention at this Rusunawa
UNNES. Based on the results of 96 students, students' perceptions of readiness in Fire Emergency
Action Plan are as follows.There are 6% found APEF Rusunawa was in the excellent category;
72% found Rusunawa APEF UNNES Semarang was in good categories; 16% found Rusunawa
APEF UNNES was in quite-good category and 6% found Rusunawa UNNES APEFwas in not-good
category.Suggestions needs for the manager enhance the safety aspects that form the Emergency
Action PlanFire, by conducting periodic evaluation of the readiness of the system and the existing
equipment.

Keywords :EPH, APEF In the Building, Student Perception

Abstrak: Salah satu hal penting dalam menunjang Keandalan Bangunan Gedung untuk memenuhi
aspek keselamatan, adalah kemampuan bangunan dalam menanggulangi bahaya kebakaran
dengan tersusunnya Rencana Tindak Darurat Kebakaran. Keandalan Rencana Tindak Darurat
Kebakaran merupakan bagian penting dari aspek keselamatan suatu bangunan gedung, dan ini
dapat dievaluasi dari kesiapan perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software) serta
sarana pendukung Rencana Tindak Darurat Kebakaran (RTDK) yang di dikelola pada bangunan
gedung tersebut.Penelitian ini dilatar belakangi keingintahuan seberapa jauh kesiapan Rencana
Tindak Darurat Kebakaran (RTDK) Pada Rusunawa UNNES serta bagaimana respon, tanggapan
atau penilaian oleh para mahasiswa sebagai penghuninya terhadap kinerja (performance) sistem
penanggulangan bahaya kebakaran. Berdasarkan hasil penelitian dari 96 mahasiswa, diperoleh
keterangan persepsi mahasiswa terhadap kesiapan Rencana Tindak Darurat Kebakaran adalah
sebagai berikut : 6% berpendapat bahwa RTDK Rusunawa ini dalam kategori sangat baik; 72%
berpendapat bahwa RTDK Rusunawa UNNES Semarang dalam kategori baik; 16% berpendapat
bahwa RTDK Rusunawa UNNES ini dalam kategori Cukup baik dan 6% berpendapat bahwa RTDK
Rusunawa UNNES ini dalam kategori tidak baik.Saran perlunya pihak pengelola lebih
meningkatkan aspek keselamatan yang berupa Rencana Tindak Darurat Kebakaran, dengan
mengadakan evaluasi secara berkala terhadap kesiapan sistem maupun peralatan yang ada.

Kata kunci : EPH, RTDK Pada Bangunan Gedung, Persepsi mahasiswa

PENDAHULUAN Rusunawa (Rumah Susun Sewa Sederhana


Kebutuhan tempat hunian bagi Untuk Mahasiswa). Rusunawa ini merupakan
mahasiswa UNNES yang berasal dari luar salah satu fasilitas atau asrama yang dibangun
kota, sangat dimengerti oleh pihak Universitas. oleh pihak Universitas Negeri Semarang
Hal ini direspon oleh pihak Universitas Negeri (UNNES) untuk para mahasiswa baru yang
Semarang (UNNES) dengan menyediakan kurang mampu dan lolos seleksi, khususnya
fasilitas hunian massal yang berupa Rumah penerima beasiswa Bidikmisi dan seluruh
Susun Bertingkat atau yang disebut dengan penghuninya adalah perempuan.

Evaluasi RTDK Pada Bangunan Rusunawa UNNES Semarang Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Persepsi Mahasiswa 65
Penghuninya – M. Husni Darmawan, dkk
Tujuanperencanaan dan perancangan penanggulangan bahaya kebakaran
dalam arsitektur adalah untuk menyediakan merupakan salah satu aspek utama
wadah bagi kegiatan manusia secara aman keselamatan gedung, yang meliputi: struktur
dan nyaman denganterpenuhinyaaspek bangunan gedung, kemampuan bangunan
keselamatan,aspekkesehatan,aspek gedung dalam menangkal bahaya petir dan
kenyamanan dan aspek kemudahan baik bagi bahaya kelistrikan.
penghuninya maupun lingkungan
LANDASAN TEORI
sekitarnya.Akan tetapitidaksemuaperancangan
Evaluasi Pasca Huni (EPH)
arsitektur sesuai dengan tujuannya, sehingga
Evaluasi adalah salah satu mekanisme
mendorong adanya usaha untuk melakukan
pengawasan terhadap suatu kebijakan.
evaluasi terhadap hasil rancangan yang ada
Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai
apakah keputusan yang diambil oleh
sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna
perancang telah menghasilkan kinerja
dipertanggungjawabkan kepada
(performance) yang sesuai dengan kebutuhan
konstituennya. Evaluasi diperlukan untuk
para penghuninya.
melihat kesenjangan antara “harapan” dan
Salah satu hal penting dalam
“kenyataan” (Dwidjowijoto, 2003:183).
menunjang Keandalan Bangunan Gedung
Menurut Sudibyo (1989),Post
untuk memenuhi aspek keselamatan, adalah
Occupancy Evaluation (POE) atau Evaluasi
kemampuan bangunan dalam menanggulangi
Pasca Huni merupakan kegiatan berupa
bahayakebakaran dengan tersusunnya
peninjauan (pengkajian) kembali (evaluasi)
RencanaTindakDarurat Kebakaran.
terhadap bangunan-bangunan dan atau
KeandalanRencanaTindakDarurat Kebakaran
lingkunganbinaanyang telah dihuni.
merupakan bagian penting dari aspek
Menurut Danisworo (1989) manfaat dan
keselamatan suatu bangunan gedung, dan ini
keuntungan dilakukannya POE tergantung
dapat dievaluasi dari kesiapan perangkat
pada organisasi klien dan kerangka waktu,
keras (Hard Ware) dan perangkat lunak (Soft
dapat dibagi atas manfaat dan keuntungan
Ware) serta sarana pendukung Rencana
jangka pendek, jangka menengah dan jangka
Tindak Darurat Kebakaran (RTDK) yang di
panjang. Keuntungan jangka pendek adalah
dikelola pada bangunan gedung tersebut.
keuntungan yang didapat dari pemanfaatan
Penelitian ini dilatar belakangi
langsung temuan suatu proses POE, yang
keingintahuan seberapa jauh kesiapan
meliputi :
Rencana Tindak Darurat Kebakaran (RTDK)
a. Identifikasi dan solusi masalah dalam
Pada Rusunawa UNNES serta bagaimana
fasilitas yang bersangkutan.
respon, tanggapan atau penilaian oleh para
b. Pengelolaan fasilitas yang tanggap
mahasiswa sebagai penghuninya terhadap
terhadap nilai pemakai.
kinerja (performance) sistem penangulangan
c. Peningkatan pemanfaatan ruang.
bahaya kebakaran di gedung Rusunawa
UNNES Semarang ini. Karena sistem

66 JURNAL TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN, Nomor 2. Volume 17 – Juli 2015, hal:151 – 160
d. Peningkatan sikap pemakai bangunan kebakaran atau lainnya dalam suatu bangunan
melalui partisipasinya dalam proses gedung dan atau lingkungannya, dimana tiap
evaluasi. bangunan gedung dan lingkungannya akan
e. Memberi pengertian akan implikasi berbeda bentuk Rencana Tindak Darurat
perubahan yang dilandasi penghematan Kebakaran (RTDK) nya sesuai dengan situasi
biaya terhadap performance. dan kondisi masing-masing.
f. Memberi masukan dan pengertian lebih b) Tindakan
baik akan konsekuensi suatu rancangan. Rencana Tindak Darurat Kebakaran
Penghuni bangunan atau pemilik (RTDK) Pada Bangunan Gedung ini terdiri dari
bangunan mengharapkan bangunannya aman, berbagai tindakan, seperti tindakan untuk
nyaman dan berumur panjang. Harapan ini mengetahui / memperkirakan lokasi yang
secara langsung akan menyangkut kondisi merupakan sumber api, memadamkan api,
fisik bangunannya yang meliputi struktur, melokalisir penjalaran api, memberitahukan
ventilasi, sanitasi dan pengaman bangunan kepada penghuni/pengguna, upaya evakuasi,
serta sistem penyangganya (Sudibyo, 1989). menghubungi Instansi Pemadam Kebakaran
Penyelamatan terhadap bahaya kebakaran; Kota, dan membantu operasional pemadaman
perhatian dalam melakukan evaluasi terutama oleh Petugas Pemadam Kebakaran.
dikaitkan dengan perancangan akan c) Perangkat Keras (Hardware)
melibatkan perletakan (tangga darurat dan Adapun perangkat keras (hardware)
pemadam kebakaran) sirkulasi dan material Rencana Tindak Darurat Kebakaran (RTDK)
bangunan, pemakaian alat pemadam terlalu Pada Bangunan Gedung terdiri dari :
sering atau sebaliknya karena tidak pernah 1. Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
dipakai dapat menimbulkan masalah jika suatu 2. Penghuni/Pengguna Bangunan
saat terjadi kebakaran. 3. Sarana dan Prasarana Proteksi Kebakaran
4. Regu Dinas Pemadam Kebakaran
Petunjuk Teknis (Juknis) Rencana Tindak d) Sarana Pendukung
Darurat Kebakaran (RTDK) Pada Bangunan Berikut adalah sarana pendukung, yang
Gedung terdiri dari :
a) Pengertian 1. Rencana Jalur Evakuasi
RencanaTindak Darurat Kebakaran 2. Rencana Tempat Berhimpun
(RTDK) Pada Bangunan Gedung yang diatur 3. P3K(Pertolongan Pertama
oleh Keputusan Direktur Jenderal Perumahan PadaKecelakaan)
Dan Permukiman Departeman Permukiman 4. Akses Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Dan Prasarana Wilayah Nomor : 58 / KPTS/
DM/2002 Tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan
adalah strategi dari Manajemen
Penanggulangan Kebakaran (MPK) untuk
mengantisipasi bila terjadi keadaan darurat

Evaluasi RTDK Pada Bangunan Rusunawa UNNES Semarang Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Persepsi Mahasiswa 67
Penghuninya – M. Husni Darmawan, dkk
e) Prosedur Tindak Darurat Kebakaran berhimpunyang telah ditentukan dan
Pada Bangunan Gedung tunggu sampai ada berita aman atau
pemberitahuan lebih lanjut.
JIKA TERLIHAT API ATAU ASAP

UNTUK PETUGAS / DAN SATPAM f) Kartu Pintar (Attention)


1. Perkirakan / periksa sumber api atau asap, Kartu Pintar adalah kartu berisi tulisan yang
apakah korsleting listrik atau bukan maksudnya mohon perhatian kepada para
2. Bila akibat korsleting listrik jangan penghuni / pengguna ruangan bangunan
menggunakan air, tetapi segera putuskan gedung.Tulisan ini wajib diumumkan oleh
semua aliran listrik Regu Informasi Internal (RII) melalui sistem
3. Usahakan memadamkan sumber api informasi internal.Kartu ini dapat dibacakan
dengan tabung Pemadam Api Ringan oleh operator atau telah direkam terlebih
(APAR) dahulu.
4. Gunakan air bila dipastikan sumber air 1. Kartu Pintar “False Alarm”, bila terjadi
bukan berasal dari korsleting listrik kebakaran kecil dan api sudah teratasi,
5. Segera bunyikan tanda bahaya kebakaran atau alarm/bel berbunyi karena kesalahan
(alarm) jika api tidak segera dapat diatasi teknis.
dan menelepon Dinas Kebakaran Kota
Kartu Pintar “FALSE ALARM”
6. Mengumpulkan segera ketua/regu
1. Harap tenang dan tidak perlu panik, karena
pelaksana keselamatan kebakaran (TPK) keadaan sudah teratasi
2. Kepada seluruh penghuni/pengguna diharap
7. Segera lakukan tindakan evakuasi bagi tenang, dan kembali tempat masing-masing
3. Terima-kasih
seluruh penghuni/pengguna

UNTUK PENGHUNI / PENGGUNA GEDUNG 2. Kartu Pintar “Real Fire”, bila terjadi
1. Segera tinggalkan ruangan dalam dan kebakaran yang membahayakan.
capai jalan keluar (EXIT) tangga terdekat
Kartu Pintar “REAL FIRE”
2. Agar tetap tenang dan tidak panik
1. Mohon perhatian, harap siaga dan tidak perlu
3. Berjalan dengan cepat, tapi jangan berlari panic
2. Telah terjadi kebakaran di ruang….
4. Utamakan keselamatan diri, bawa barang 3. Seluruh penghuni/pengguna diharap segera di
evakuasi
yang sangat penting saja dan tidak 4. Ikuti petunjuk dari PETUGAS EVAKUASI
lebihbesar/berat dari tas tangan
5. Keluar kearah/ketempat yang telah 3. Kartu Pintar “Pasca Api”
ditentukan oleh REGU PENYIAPAN
Kartu Pintar “PASCA API”
TEMPAT BERHIMPUN
1. Kepada seluruh penghuni
6. Ikuti semua instruksi yang diberikan oleh 2. Kondisi api di ruangsaat ini telah dapat
diatasi
REGU EVAKUASI, petugas keselamatan 3. Silahkan kembali ke ruang masing-masing
dan kembali beraktifitas, kecuali ruangyang
kebakaran atau petugas lainnya terbakar
7. Berjalandan berkumpul ditempat 4. Terima kasih

68 JURNAL TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN, Nomor 2. Volume 17 – Juli 2015, hal:151 – 160
g) Diagram-Diagram Tindak Darurat pertemuan nyata dengan suatu benda yang
Kebakaran Bangunan Gedung juga membutuhkan proses kognisi sera afeksi.
Guna memudahkan anggota satlaskar Persepsi membantu individu untuk
kebakaran bangunan gedung memahami menggambarkan dan menjelaskan apa yang
fungsi dan tugas-tugasnya, maka perlu dibuat dilakukan oleh individu. Persepsi seseorang
diagram alur dari RTDK yang akan dilakukan. dapat menjelaskan teori tentang desain
Diagram ini dibuat sesuai dengan struktur arsitektur yang mendasarinya.
organisasi Satlaskar yang ada dan harus
sering dievaluasi dan disempurnakan ssuai Rusunawa UNNES Semarang
dengan kondisi nyata yang dihadapi. Rusunawa UNNES adalah Rumah
Susun Sewa Sederhana Untuk Mahasiswa
Persepsi Universitas Negeri Semarang yang
Persepsi merupakan suatu proses diperuntukkan bagi Maba (mahasiswa baru),
yang didahului dengan penginderaan, yaitu khususnya penerima beasiswa Bidikmisi
proses diterimanya stimulus oleh individu dimana seluruh penghuninya adalah
melalui alat indera. Alat indera ini merupakan perempuan. Rusunawa UNNES Semarang
alat penghubung antara individu dengan dunia dibangun di Kelurahan Kalisegoro Kecamatan
luarnya (Branca, 1964). Sedangkan stimulus Gununpati Kota Semarang.
yang diindera ini kemudian oleh individu Menurut UU No.20 Tahun 2011
diorganisasikan dan diinterpretasikan, Tentang Rumah Susun, ada beberapa hal
sehingga individu menyadari, mengerti tentang yang terkait dengan Rusun yang meliputi
apa yang diindera itu, dan proses ini disebut pengertian rumah susun, pembinaan rumah
persepsi. susun, pembangunan rumah susun,
Menurut Moskowitz dan Orgel (1969), persyaratan teknis rumah susun, prasarana,
persepsi merupakan proses yang integrated sarana dan utilitas umum lingkungan rumah
dalam diri individu terhadap stimulus yang susun, pemanfaatan rumah susun,
diterimanya. Dengan demeikian dapat pengelolaan rumah susun dan komponen
dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pembangunan rumah susun.
pengorganisasian, penginterpretasian Adapun pengertian Rumah Susun
terhadap stimulus yang diintegrated dalam diri menurut UU No 20 Tahun 2011 Tentang
individu. Dengan persepsi, individu akan Rumah Susun adalah bangunan gedung
mempelajari tentang keadaan disekitarnya dan bertingkat yang dibangun dalam suatu
juga keadaa diri sendiri (Davidoff,1981). lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian
Karena itulah banyak penelitian mengenai yang distrukturkan secara fungsional, baik
persepsi yang berkaitan dengan alat/indera dalam arah horizontal maupun verikal dan
penglihatan (mata). Persepsi adalah proses merupakan satuan-satuan yang masing-
dimana seseorang memperoleh informasi dari masing dapat memiliki dan digunakan secara
lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
hal yang aktif. Persepsi memerlukan dilengkapi dengan bagian bersama, benda

Evaluasi RTDK Pada Bangunan Rusunawa UNNES Semarang Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Persepsi Mahasiswa 69
Penghuninya – M. Husni Darmawan, dkk
bersama dan tanah bersama. Persyaratan evaluasi keandalan bangunan ini merupakan
teknis pembangunan rumah susun ini, terdiri sebuah penilaian dari kinerja gedung
atas : berdasarkan apa yang dirasa dan dialami oleh
1. Tata bangunan yang meliputi persyaratan penghuni Rusunawa UNNES Semarang.
peruntukan lokasi serta intensitas dan Evaluasi terhadap Rencana Tindak
arsitektur bangunan Darurat Kebakaran Pada Bangunan
2. Keandalan bangunan yang meliputi Rusunawa UNNES yang dilakukan oleh
persyaratan keselamatan, kesehatan, peneliti merupakan salah satu bagian dari
kenyamanan dan kemudahan. evaluasi keandalan bangunan secara
3. Prasarana, sarana dan utilitas umum keseluruhan. Selain berdasarkan persepsi
lingkungan harus mempertimbangkan : penghuninya juga berdasarkan petunjuk teknis
 Kemudahan dan keserasian hubungan yang ada. Untuk menentukan jumlah sampel
dalam kegiatan sehari-hari digunakan rumus Slovin sebagai berikut :
 Pengamanan jika terjadi hal-hal yang N
n =
membahayakan seperti bahaya 1 + N.e²
kebakaran n = jumlah sampel
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar N = jumlah populasi
pelayanan minimal prasarana, sarana dan e = persentase kelonggaran ketidak telitan
utilitas umum diatur dengan Peraturan Perhitungan jumlah sampel mahasiswa
Menteri. penghuni Rusunawa UNNES Semarang,
adalah sebagai berikut :
METODOLOGI 306
n =
Sistem pengelolaan pencegahan 1 + 306.(0,1)²
bahaya kebakaran pada bangunan gedung
306
Rusunawa UNNES Semarang yang meliputi n =
peralatan pencegahan dan pemadam 4,06
n = 75,37
kebakaran dan sistem evakuasi penghuni.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Berdasarkan perhitungan diatas, maka
mahasiswa yang menjadi penghuni Rusunawa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
UNNES yang bejumlah sekitar 306 mahasiswa sebanyak 75,73 orang dan dibulatkan menjadi
(Data Penghuni Rusunawa UNNES Tahun sebanyak 76 orang.
2011). Pengambilan sampel dilakukan dengan
Penentuan sampel untuk penelitian ini cara sampel acak sederhana (simple random
dilakukan dengan cara acak sederhana sampling). Bangunan Rusunawa ini terdiri dari
(simple random sampling), dimana semua 96 kamar untuk 306 mahasiswa, jadi dalam
penghuni dalam satu kamar Rusunawa satu kamar rata-rata dihuni oleh 4 orang
UNNES ini mempunyai kesempatan yang mahasiswa. Untuk mempermudah
sama untuk dipilih sebagai sampel. Proses pengambilan sampling, peneliti memberikan
satu kuesioner untuk satu mahasiswa dalam

70 JURNAL TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN, Nomor 2. Volume 17 – Juli 2015, hal:151 – 160
satu kamar, ini berarti bahwa semua penghuni angket berupa data kualitatif, untuk dapat
kamar mempunyai kesempatan yang sama dianalisis maka harus dirubah menjadi data
untuk terpilih sebagai sampel. Agar setiap kuantitatif. Untuk menentukan skor digunakan
kamar terwakili sebagai sampel, jumlah skala Likert, diamana skala merupakan
sampel disesuaikan dengan jumlah kamar ukuran gabungan yang didasarkan pada
yang ada, yaitu 96 sampel. struktur intensitas pertanyaan-pertanyaan.
Cara pengukuran adalah dengan
Terdapat dua variabel yang menjadi obyek menghadapkan seseorang responden dengan
penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel sebuah pertanyaan dan kemudian diminta
terikat . untuk memberikan jawaban.
1. Variabel bebasnya adalah persepsi
mahasiswa sebagai penghuni Rusunawa Tabel 1. Skoring Jawaban
UNNES Semarang. No JAWABAN SKOR
2. Variabel terikatnya, yaitu Rencana Tindak 1 Sangat Setuju 5
Darurat Kebakaran Bangunan Rusunawa 2 Setuju 4
Unnes Semarang.
3 Ragu-ragu 3

4 Tidak Setuju 2
Pengumpulan data dilakukan dengan
5 Sangat Tidak Setuju 1
cara teknik wawancara, kuesioner, observasi
Sumber : Data Penelitian, 2015
dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
secara langsung dengan nara sumber
Setelah seluruh nilai direkap, dihitung
Rusunawa UNNES untuk memperoleh data-
prosentasenya dengan menggunakan rumus
data tentang kondisi dari sistem pengelolaan
sebagai berikut :
pencegahan dan pemadam kebakaran.
n
Kuesioner dilakukan dengan cara menyebar
D = X 100%
angket yang berisikan pernyataan-pernyataan N
Dimana :
yang berkaitan dengan Rencana Tidak Darurat
D = Prosentase dari nilai yang
Kebakaran Bangunan Rusunawa UNNES
kepada responden guna mengetahui respon diperoleh (%)

tentang kesiapan Rencana Tindak Darurat n = Jumlah nilai yang diperoleh

(RDTK) Pada Rusunawa UNNES. N = Jumlah seluruh nilai (Skor

Teknik observasi dilakukan pengamatan maksimal atau ideal)

langsung terhadap kondisi peralatan dan ( Ali, 1993:184)

kesiapan Rencana Tindak Darurat Kebakaran


(RTDK) Pada Rusunawa UNNES dan Hasil yang diperoleh dikonsultasikan

memvisualkannya melalui rekaman foto. dengan tabel kategorisasi. Untuk menentukan

Data yang diperoleh diolah dan kategori Deskriptif Prosentase (DP) yang

ditabulasikan dan dianalis menggunakan diperoleh, maka dibuat tabel kategorisasi yang

metode deskriptif prosentase. Karena data disusun dalam perhitungan sebagai berikut:

Evaluasi RTDK Pada Bangunan Rusunawa UNNES Semarang Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Persepsi Mahasiswa 71
Penghuninya – M. Husni Darmawan, dkk
1. Prosentase maksimak saat terjadi kebakaran. Pada sistem Proteksi
: (5/5) x 100% = 100% Aktif yang perlu diperhatikan meliputi : sistem
2. Prosentase minimal pemadam kebakaran, baik berupa APAR,
: (1/5) x 100% = 20% Sprinkler, hydrant box maupun hidran pilar,
3. Rentang prosentase sistem deteksi api/asap, fire alarm, sistem
: 100% - 20% = 80% pengandalian asap dan pusat pengendali
4. Interval kelas prosentase kebakaran.
: 80%/5 = 16% Untuk perangkat keras (hardware) pada
Rencana Tindak Darurat Kebakaran pada
Tabel 2. Kategorisasi Variabel Penelitian Rusunawa UNNES belum terbentuk adanya
No INTERVAL KRITERIA Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK),
PROSENTASE
sedangkan Sarana dan Prasarana Proteksi
1 84%  Skor  100% Sangat Baik
Kebakaran yang ada berupa Hydrant Box (luar
2 68%  Skor  84% Baik
dan dalam bangunan), APAR yang terletak di
3 52%  Skor  68% Cukup Baik
setiap koridor lantainya, Fire Alarm dan Alat
4 36%  Skor  52% Tidak Baik
Deteksi Kebakaran pada tiap kamarnya.
5 20%  Skor  36% Sangat Tidak
Baik
Untuk alat proteksi kebakaran di luar

Sumber : Data Penelitian, 2015 bangunan adalah Hidran Pilar yang berada
disetiap sudut bangunan.
HASIL PEMBAHASAN Untuk perangkat lunak (software) yang
Rencana Tindak Darurat Kebakaran (RTDK) terdiri dari Struktur Organisasi TPK, Prosedur
Pada Rusunawa UNNES Semarang Tindakan Darurat, Kartu Pintar (Attention) dan
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Diagram Tindakan Darurat Kebakaran belum
Umum No. 05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman terbentuk secara formal, sedangkan Sarana
Teknis Pembangunan Rumah Susun Pendukung seperti Jalur Evakuasi, Rencana
Sederhana, bangunan Rusun Bertingkat Tinggi Tempat Berhimpun, P3K dan Akses Regu
harus dilengkapi dengan sistem Proteksi Pasif Dinas Pemadam Kebakaran Kota sudah
dan sistem Proteksi Aktif. Yang dimaksud tersedia.
dengan sistem Proteksi Pasif disini adalah
konstruksi di Rusun dapat memperlambat api Persepsi Mahasiswa Terhadap Rencana
apabila terjadi kebakaran didasarkan pada Tindak Darurat Kebakaran Pada Rusunawa
fungsi / klasifikasi resiko kebakaran, geometri UNNES Semarang
ruang, bahan bangunan terpasang, dan jumlah Dari analisis data jawaban mahasiswa
ataupun kondisi penghuni dalam bangunan terhadap pernyataan tentang Rencana Tindak
gedung. Darurat Kebakaran (RTDK) Pada Rusunawa
Sedangkan yang dimaksud dengan UNNES, didapat angka prosentase seperti
sistem Proteksi Aktif adalah sebuah sistem pada Tabel 3.
atau peralatan yang dapat dijadikan Proteksi

72 JURNAL TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN, Nomor 2. Volume 17 – Juli 2015, hal:151 – 160
Tabel 3. Distribusi aspek keselamatanbangunan pada indikatorkemampuan terhadap bahaya kebakaran
Interval Prosentase Kriteria Frekuensi Prosentase Rata-rata
klasikal
84%  Skor  100% Sangat Baik 6 6%
68%  Skor  84% Baik 69 72%
72,1%
52%  Skor  68% Cukup 15 16%

36%  Skor  52% Tidak Baik 6 6%

 36% Sangat Tidak Baik 0 0%

Jumlah 96 100% Baik

Sumber: Data Penelitian, 2012


Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat Rusunawa Unnes ini sudah memiliki
diketahui bahwa dari 96 mahasiswa diperoleh sistem proteksi aktif yang berupa peralatan
respon persepsi mahasiswa tentang yang dapat dijadikan proteksi pada saat terjadi
kemampuan bangunan Rusunawa UNNES kebakaran. Disetiap koridor dalam Rusunawa
terhadap bahaya kebakaran sebagai berikut ini terdapat Hydrant Box dan APAR (Alat
bahwa 6 mahasiswa (6%) berpendapat bahwa Pemadam Api Ringan) yang diletakkan
keandalan bangunan Rusunawa UNNES ditengah Koridor disetiap lantainya. Di depan
ditinjau dari indikator kemampuan bangunan halaman juga terdapat Hydrant Box dan
terhadap bahaya kebakaran termasuk dalam Hidran Pilar. Disetiap ruangan Rusunawa ini
kategori Sangat Baik, 69 mahasiswa (72%) juga dilengkapi dengan sistem deteksi
berpendapat bahwa keandalan bangunan kebakaran, sedangkan untuk alarm kebakaran
Rusunawa UNNES ditinjau dari indikator terletak dipintu masuk Rusunawa. Sistem
kemampuan bangunan terhadap bahaya proteksi aktif ini juga dilengkapi dengan sistem
kebakaran termasuk dalam kategori Baik, 15 pengendali asap kebakaran, dan pusat
mahasiswa (16%) berpendapat bahwa pengendalian kebakaran.
keandalan bangunan Rusunawa UNNES Berdasarkan fakta dilapangan, material
ditinjau dari indikator kemampuan bangunan bangunan dari Rusunawa ini merupahan
terhadap baha kebakaran termasuk dalam bahan-bahan yang dapat membatasi
kategori Cukup Baik, 6 mahasiswa (6%) kecepatan menjalarnya api bila terjadi
berpendapat bahwa keandalan bangunan kebakaran, karena sedikit bahan bangunan
Rusunawa UNNES ditinjau dari indikator yang terbuat dari bahan kayu. Kisi-kisi
kemampuan bangunan terhadap bahaya jendeladan pintu luar terbuat dari bahan
kebakaran termasuk dalam kategori Tidak stainless, konstruksi dindingnya menggunakan
baikdan tidak ada (0%) mahasiswa yang bahan precast serta banyaknya lubang-lubang
berpendapat bahwa bangunan penghawaan sehingga dapat membatasi
RusunawaUNNES ditinjau dari indikator kecepatan menjalarnya api. Sistem
kemampuan bangunan terhadap bahaya Pendeteksian api atau asap berikut sistem
kebakaran termasuk dalam kategori sangat pemadam kebakarannya menempel pada
tidak baik. plafon disetiap ruang dalam Rusunawa

Evaluasi RTDK Pada Bangunan Rusunawa UNNES Semarang Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Persepsi Mahasiswa 73
Penghuninya – M. Husni Darmawan, dkk
UNNES ini, selain itu juga di lantai satu  6% berpendapat bahwa keandalan
terdapat alarm kebakaran (fire alarm) yang bangunan dalam kategori Tidak baik
ditempatkan di pos jaga Satpam dan dapat
berbunyi secara otomatis apabila terjadi
DAFTAR PUSTAKA
kebakaran didalam Rusunawa ini.Untuk
Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian
pemadaman kebakaran didalam gedung Pendidikan. Bandung : Angkasa.
digunakan Hydrant Box, sedangkan untuk
Arikunto, Suharsini.2006. Prosedur Penelitian
pemadaman dari luar gedung menggunakan Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi VI).Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hidran Pilar.Untuk Hydrant Box diletakkan
Badan Standardisasi Nasional. 2000. “SNI 03-
ditengah koridor pada setiap lantai, sedangkan
6390-2000 :Konservasi Energi Sistem
untuk hidran pilar terletak pada setiap sudut Tata Udara Pada Bangunan
Gedung.Jakarta : Author
halaman gedung. Semua hidran ini
Badan Standardisasi Nasional. 2001. “SNI 03-
terhubungkan dengan tangki air diatap (roof
2396-2001. Tata Cara Perancangan
tank)dan tangki yang ada dibawah (ground Sistem Pencahayaan Alami Pada
Bangunan Gedung.Jakarta : Author
tank), sebagai sumber airnya.
Ching, Francis DK. 2000. Arsitektur : Bentuk,
Ruang dan Tatananya.Jakarta :
KESIMPULAN Erlangga.
1. Hasil analisis deskripsi tentang Rencana Kementrian Pekerjaan Umum. Peraturan
Menteri Pekerjaan UMUM Nomor :
Tindak Darurat Kebakaran Pada
05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Bangunan Rusunawa UNNES Semarang, teknis Pembangunan Rumag Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi.
belum sepenuhnya memenuhi persyaratan
Keputusan Direktur Jenderal Perumahan Dan
pada Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Permukiman Departemen Permukiman
Darurat Kebakaran Pada Bangunan Dan Prasarana Wilayah Nomor : 58 /
KPTS / DM / 2002 Tentang Petunjuk
Nomor : 58/KPTS/DM/2002. Akan tetapi
Teknis Rencana Tindakan Darurat
secara keseluruhan telah memenuhi Kebakaran Pada Bangunan
persyaratan untuk penghuniannya. Apriyanto, T., 2008. Kerangka Evaluasi
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat Pengembangan Terminal Bus Antar
Kota. Jurnal Teknik Sipil &
diketahui dari 96 mahasiswa diperoleh Perencanaan. Hal: 85-92. Semarang:
respon persepsi tentang keandalan Teknik Sipil FT Unnes.

bangunan Rusunawa UNNES ditinjau dari


indikator kemampuan bangunan terhadap
bahaya kebakaran , sebagai berikut :
 6% berpendapat bahwa keandalan
bangunan dalam kategori Sangat Baik,
 72% berpendapat bahwa keandalan
bangunan dalam kategori Baik,
 16% berpendapat bahwa keandalan
bangunan dalam kategori Cukup Baik,

74 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 18 – Januari 2016, hal: 65-74

You might also like