Professional Documents
Culture Documents
Orthodontic Case
Orthodontic Case
Orthodontic Case
Jolanda1, Susiana2
1
Internship Program, Faculty of Dentistry, Maranatha Christian University, Bandung,
40164.
2
Departement of Orthodontics, Faculty of Dentistry, Maranatha Christian University,
Bandung, 40164
ABSTRACT
1
2
PENDAHULUAN
rahang bawah berada lebih posterior dari cingulum gigi insisivus rahang atas.
yaitu, divisi 1 adalah jika gigi insisivus sentral rahang atas proklinasi atau
jika gigi insisivus sentral rahang atas retroklinasi, dengan overjet minimal atau
meningkat.1
crowding sebagai ketidaksesuaian ruangan yang dibutuhkan dan ruangan yang ada
pada lengkung rahang.3,4 Ukuran gigi yang terlalu besar atau ukuran rahang yang
Deep bite adalah salah satu maloklusi yang sering ditemukan dan dapat terjadi
dengan maloklusi lainnya yang berhubungan. Overbite adalah jarak dimana tepi
insisal gigi rahang atas menutup secara vertikal melewati tepi insisal gigi rahang
permukaan lingual gigi insisivus maksila pada atau sedikit di atas cingulum.2 Saat
gigi beroklusi sentrik atau oklusi habitual, biasanya overbite yang normal yaitu 2
– 3 mm atau 30% atau 1/3 tinggi mahkota klinis gigi insisivus mandibula.3
Deep bite dapat didefinisikan sebagai jumlah atau persentase overlap yang
berlebih dari gigi insisivus mandibula oleh gigi insisivus maksila. Menurut
3
Graber, deep bite adalah kondisi overbite yang berlebih, dimana jarak vertikal
antara tepi insisal maksila dan mandibula berlebih saat oklusi sentrik atau
habitual. Deep bite dapat didiagnosa jika gigi insisivus maksila melebihi 1/3
Diastema adalah adanya celah atau ruang antara gigi yang berdekatan. Masalah
ini sering terjadi pada geligi dewasa dan mempengaruhi senyum, sehingga dapat
menjadi perhatian estetik baik bagi pasien dan dokter gigi.4 Pada laporan kasus ini
crowding, diastema dan deep bite pada pasien perempuan yang berusia 21 tahun,
dengan tujuan perawatan untuk memperbaiki crowding pada anterior rahang atas
dan bawah serta mendapatkan hubungan overbite dan overjet yang sesuai.
LAPORAN KASUS
Riwayat Kasus
Pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Maranatha dengan keluhan gigi dan rahang atas tampak maju dan memiliki
gigitan yang dalam. Pasien merasa hal tersebut mengganggu penampilan terutama
maupun gangguan bicara. Pasien ingin giginya dirapikan menggunakan alat yang
riwayat penyakit terdahulu, pasien pernah dirawat di rumah sakit 3 minggu yang
a.r. 18 dan 48, serta pengangkatan kista a.r. 22, terdapat riwayat trauma dental
yaitu trauma pada gigi depan rahang atas a.r. 21 dan 22. Riwayat penggunaan dan
Hasil pemeriksaan ekstra oral pasien menunjukkan tipe wajah pasien simetris
dan normal, dengan profil wajah cembung, bibir normal, relasi bibir terbuka,
terdapat deviasi TMJ ke kanan saat menutup mulut, dan tidak ada kelainan lain.
Pemeriksaan intra oral menunjukkan oral hygiene sedang dengan plak pada
seluruh regio dan kalkulus pada regio 2, 3, dan 4, perlekatan frenulum labii
normal, ukuran lidah normal, palatum dangkal, dan tonsil yang besar (T2). Garis
median rahang atas dan rahang bawah tidak sesuai karena garis median rahang
diketahui overbite kanan sebesar 4.5 mm dan kiri sebesar 5 mm dengan overjet
kanan yaitu 4 mm dan kiri yaitu 3.5 mm. Tidak terdapat crossbite. Terdapat
diastema pada regio 31-32 (0.5 mm), 32-33 (1 mm), dan 33-34 (1 mm). Kurva
spee normal yaitu pada bagian kiri dan kanan sebesar 1.5 mm. Erupsi gigi normal,
jumlah gigi normal, dan terdapat deviasi ke sisi kanan ± 1 mm pada penutupan
pada odontogram (Gambar 1) dan malposisi gigi akan djelaskan pada Tabel 1.
5
KM KM KS KS KS KS KS KS KS KM KM
C KS KS KS KM KM
A B C
Gambar 2. Foto Ekstra Oral Pasien.
A. Tampak depan, B. Tersenyum, C. Tampak samping
A B C
D E
Gambar 3. Foto Intra Oral Pasien Sebelum Perawatan. A. Tampak lateral kanan,
B. Tampak labial, C. Tampak lateral kiri, D. Tampak oklusal rahang atas, E.
Tampak oklusal rahang bawah
7
Analisis Model
pencetakan gigi untuk mendapatkan model studi yang akan digunakan dalam
analisis model. Dari pemeriksaan model studi didapatkan overjet kanan sebesar 4
mm dan kiri sebesar 3.5 mm. Overbite kanan sebesar 4.5 mm dan kiri sebesar 5
mm (deepbite). Diastema pada rahang bawah yaitu regio 31-32 (0.5 mm), 32-33
(1 mm), 33-34 (1 mm). Relasi molar kiri dan molar kanan tidak dapat ditentukan.
Relasi kaninus kanan kelas III dan kiri kelas II. Garis median rahang atas dan
bawah tidak sesuai, dimana rahang bawah bergeser ke kiri sebesar ± 3 mm.
Pada pemeriksaan sagital dan transversal rahang atas, regio 1 lebih menjauhi
ruangan pada rahang atas sebesar 1 mm dan terdapat kelebihan ruangan pada
ketidaksesuaian hubungan ukuran gigi rahang atas dan bawah pasien secara
keseluruhan dengan selisih pada maksila sebesar 3,3 mm sedangkan pada rasio 6
indeks Howes 44.23% yang berarti basis apikal dapat menampung seluruh gigi,
dengan selisih lebar lengkung gigi dengan lengkung rahang sebesar -2 mm,
Pada pemeriksaan proporsi wajah dan estetika didapat wajah simetris, profil
wajah yang cembung, dan relasi bibir terbuka. Sedangkan pada kesejajaran dan
memperlihatkan garis median rahang bawah bergeser ke sisi kiri sebesar 3 mm.
yang besar dan mesial drifting gigi 37, dan pada pemeriksaan hubungan vertikal
Diagnosis
klasifikasi relasi insisivus dengan pergeseran midline rahang bawah ke arah kiri
sebesar 3 mm.
Etiologi
Etiologi maloklusi pada kasus ini adalah herediter disertai kehilangan gigi 36.
Tujuan Perawatan
Tujuan perawatan pada kasus ini adalah mengkoreksi malposisi gigi pada
rahang atas dan rahang bawah, serta mendapatkan overjet dan overbite yang
sesuai.
Rencana Perawatan
Perawatan yang akan dilakukan meliputi OHI, scaling, dan profilaskis yang
dilanjutkan dengan pembuatan alat orthodonti lepasan rahang atas dan rahang
perhitungan ALD dan overjet, ruangan didapatkan dari slicing 6 gigi anterior yang
secara bertahap dimulai dari slicing pada bagian mesial dan distal gigi 13 dan 23,
12 dan 22, dan 11 dan 21. Retraksi gigi 13 dan 23 menggunakan C retraktor (0.7
mm). Alat orthodonti lepasan untuk memperbaiki crowding ringan pada anterior
10
rahang atas yaitu koreksi distolabiorotasi gigi 21 menggunakan Z spring (0.6 mm)
untuk mendorong bagian mesial ke labial dan ditahan menggunakan labial bow.
mendorong bagian mesial ke labial dan ditahan menggunakan labial bow. Untuk
Labial bow juga bekerja sebagai komponen retensi dan Adam’s clasp (kawat 0.7
mm) berfungsi sebagai komponen retentif yang ditempatkan pada gigi 16 dan 26.
mesial dan distal kemudian digunakan Z spring (0.6 mm) untuk mendorong
bagian mesial ke labial dan ditahan menggunakan labial bow. Untuk mengkoreksi
mesial dan distal kemudian digunakan Z spring (0.6 mm) untuk mendorong
bagian mesial ke labial dan ditahan menggunakan labial bow. Jika masih terdapat
ruangan dilakukan retraksi pada daerah anterior, namun jika tidak terdapat
ruangan dilakukan observasi lebih lanjut. Labial bow berfungsi sebagai komponen
aktif untuk menjaga lengkung gigi serta berfungsi sebagai komponen retentif.
Adam’s clasp (0.7 mm) berfungsi sebagai komponen retentif yang ditempatkan
pada gigi 37 dan 46. Landasan akrilik digunakan untuk menempatkan semua
11
komponen aktif dan retentif agar beradaptasi dengan baik pada mulut pasien.
Gambar 5. Disain alat orthodonti lepasan rahang atas dan rahang bawah
Kemajuan Perawatan
Alat yang sudah jadi diinsersikan pada mulut pasien. Aktivasi dilakukan sesuai
rencana perawatan. Pada rahang atas dilakukan slicing permukaan mesial dan
distal gigi 13 dan 23 serta aktivasi C retraktor gigi 13 dan 23. Pada rahang bawah
12
dilakukan slicing permukaan mesial dan distal gigi 41 dan 42 serta aktivasi Z
spring gigi 41 dan 42. Setelah aktivasi ke 5, perawatan tetap sama untuk rahang
atas, dan untuk rahang bawah ditambahkan aktivasi labial bow pada regio 32
Pada kontrol ke 10, terdapat perubahan pada gigi 41 dan 42, yaitu
namun posisi gigi belum pada lengkung gigi yang sesuai. Kemudian kembali
dilakukan aktivasi C retraktor gigi 13 dan 23 serta aktivasi Z spring pada gigi 41
dan 42.
Pada kontrol ke 15, tetap dilakukan slicing pada mesial dan distal gigi 23 dan
13 serta aktivasi C retraktor gigi 13 dan 23 untuk rahang atas karena gigi 13 dan
23 belum mengalami perubahan sama sekali sejak awal dilakukan perawatan, dan
slicing mesial dan distal gigi 41 dan 42 serta aktivasi Z spring gigi 41 dan 42 serta
Pada kontrol ke 20, terdapat perubahan dimana overjet kiri dan kanan
berkurang sebesar 0.5 mm dan koreksi pada gigi 32 yang mengalami labioversi
lengkung gigi yang sesuai. Perawatan terus dilanjutkan untuk mengkoreksi deep
bite, crowding, dan diastema pada pasien karena malposisi belum terkoreksi
sempurna.
13
PEMBAHASAN
Susunan gigi berjejal pada maksila dan mandibula adalah salah satu masalah
ruangan yang dibutuhkan dan ruangan yang ada pada lengkung rahang menjadi
dilakukan dengan cara protraksi gigi anterior, ekspansi rahang, pencabutan gigi,
dan slicing. Mengkoreksi kasus crowding ringan gigi anterior dapat digunakan
alat ortodontik lepasan dengan busur labial, pegas terbuka, dan juga dapat
digunakan buccal retractor. Pada kasus ini, ruangan didapatkan dengan cara
slicing beberapa gigi anterior dan dibantu oleh pergerakan dari pegas terbuka,
Menurut Lundstorm, individu dengan ukuran gigi yang besar lebih cenderung
dapat terjadi crowding dibanding individu dengan ukuran gigi kecil.4,6 Menurut
Brash, susunan gigi berjejal diturunkan secara herediter dan dapat disebabkan
dengan tingginya susunan gigi berjejal dinyatakan oleh Wood, sedangkan Barber
menyatakan bahwa susunan gigi berjejal dapat disebabkan tekanan otot yang
abnormal, arah erupsi gigi abnormal, tekanan oklusal yang berasal dari migrasi
melibatkan lebih dari satu faktor. Untuk menangani overbite yang dalam dengan
efektif diperlukan diagnosis, rencana perawatan, dan pemilihan alat yang tepat.
memuaskan, pada beberapa penelitian koreksi deep bite lebih mudah didapat pada
pasien yang dalam masa pertumbuhan. Deep bite dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti herediter, pola skeletal, morfologi gigi, pola muskular, kehilangan
15
dan atau mesial tipping gigi posterior, gigi anterior yang condong ke arah lingual,
penyakit periodontal, dan berkurangnya ukuran dan jumlah gigi dimana lengkung
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menangani deep bite yaitu
pola pertumbuhan, tipe pola rotasi mandibula pada maloklusi dental, kebiasaan
buruk, hubungan muskulatur intra oral dan ekstra oral. Perawatan akan menjadi
lebih sulit jika terdapat overjet berlebih, overjet terbalik, dan crowding regio
anterior atau kehilangan tulang alveolar yang berlebih. Penanganan deep bite
dengan alat orthodonti yaitu dengan tanggul gigitan anterior, yang merupakan
modifikasi dari Hawley appliance dengan tanggul gigitan akrilik pada bagian
diharapkan terjadinya kontak gigi insisivus rahang bawah dengan tanggul gigitan
yang memberikan ruang bagi gigi posterior erupsi. Perawatan deep bite lainnya
Sedangkan terjadinya diastema rahang bawah pada kasus ini disebabkan oleh
ekstraksi gigi molar regio 36. Penyebab diastema dapat disebabkan karena
dapat dicapai dengan alat lepasan, bracket, archwire, maupun clear matrix. Selain
perawatan orthodonti, jika oklusi sudah baik penutupan diastema dapat dilakukan
Pada kasus ini, alat orthodonti lepasan yang digunakan cukup efektif dalam
dengan berkurangnya overjet kiri dan kanan sebesar 0.5 mm. Akan tetapi,
crowding ringan pada anterior rahang atas dan deep bite masih belum terkoreksi,
Prognosis Kasus
Setelah 14 bulan perawatan dengan alat orthodonti lepasan, crowding pada gigi
41 dan 42 dan diastema pada gigi 32 telah terkoreksi namun belum mencapai
lengkung yang ideal, serta pengurangan overjet kiri dan kanan sebesar 0.5 mm.
Saat ini masih dibutuhkan lanjutan perawatan pada pasien karena malposisi belum
rutin agar perbaikan yang sudah dicapai tidak relaps dan terus melanjutkan
KESIMPULAN
disertai deep bite dan multiple diastema dirawat menggunakan alat orthodonti
lepasan. Setelah 14 bulan perawatan, diastema dan crowding ringan rahang bawah
mendapat lengkung gigi yang baik , oklusi yang ideal dan estetik yang diinginkan.
17
DAFTAR PUSTAKA